Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN KELUARGA

“RESUME”

DOSEN PEMBIMBING : Dahrizal, S.Kp., M.P.H

OLEH:

Nama :Puput Ramadhani


Nim :P05120219076
Kelas : 3B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN 2021/2022
PEMBERDAYAAN KELUARGA MENINGKATKAN KOPING KELUARGA
DIABETESMILITUS TIPE 2

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes militus


merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, 2011).
WHO pada tahun 1985 telah membagi penyakit diabetes militus ke dalam lima golongan
klinis, yaitu DM tergantung Insulin (DMTI), DM tidak tergantung insulin (DMTTI), DM
berkaitan dengan malnutrisi (MRDM), DM karena toleransi Glukosa Terganggu (TGT), dan
DM karena kehamilan (GDM) (Dinkes Propinsi Jateng, 2011).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007), menyebutkan bahwa terdapat 12,5 juta
penduduk Indonesia mengalami diabetes militus dan diperkirakan angkanya meningkat
menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Diabetes Militus merupakan penyebab kematian
keenam setelah stroke, TBC, hipertensi dan perinatal, dengan proporsi sekitar 5,7%. Diabetes
militus juga merupakan penyebab kematian pada umur 15-44 tahun dengan prosentase laki-
laki 2,6%, wanita 4,2%, pada umur 45-54 tahun merupakan penyebab kematian urutan dan
16,3% pada wanita dan menjadi penyebab kematian pada umur 55-64 tahun dengan
prosentase 10,5% laki- laki, 12% pada wanita.

Tidak semua keluarga memiliki koping yang efektif atau kompeten dalam
menghadapi masalah anggota keluarga dengan penyakit kronis. Nanda (2012), menjelaskan
masalah penurunan koping keluarga sebagai ketidakadekuatan dan ketidakefektifan keluarga
membantu klien untuk mengelola dan menguasai tugas adaptif terkait masalah kesehatan. Hal
ini disebabkan karena beberapa faktor yang berhubungan antara lain; sakit yang berlangsung
lama dan menghabiskan kemampuan suportif dari keluarga, kurangnya informasi pada
keluarga, tidakadekuatnya pemahaman keluarga dan informasi yang tidak benar kepada
keluarga tentang masalah kesehatan yang dihadapi keluarga ( NANDA, 2012).

Penerapan intervensi keperawatan pemberdayaan keluarga (family empowerment)


untuk meningkatkan koping keluarga dengan diabetes militus tipe-2 masih sangat jarang
dilakukan oleh perawat dan masih sedikit penelitian yang dilakukan, hal ini terjadi karena
banyak peneliti lebih melihat aspek pemberdayaan keluarga pada sisi peningkatan
pengetahuan dan sikap saja, tidak sampai pada kemampuan koping keluarga. Keluarga
dengan diabetes militus tidak hanya sisi pengetahuan dan sikap saja yang menjadi tujuan
intervensi namun, sampai pada tingkat kemampuan untuk hidup secara sehat dan produktif
dengan anggota keluarga mengalami diabetes militus tipe-2.
Strategi koping eksternal, antara lain: strategi komunitas dengan cara memelihara
jaringan aktif dengan komunitas. Strategi dukungan sosial dengan cara membangun
dukungan dari keluarga, teman, tetangga dan dukungan sosial formal. Strategi spiritual
dengan cara mencari bantuan rohaniawan, lebih banyak terlibat dalam kegiatan keagamaan,
berdo’a, mencari pembaharuan dan keterkaitan dalam hubungan erat dengan alam.Strategi
koping tersebut. Peningkatan koping keluarga juga dapat dijelaskan dengan menggunakan
konsep model resiliency yang menjelaskan bahwa respon keluarga terhadap peristiwa hidup
dan transisi penuh stres berjalan melalui berbagai fase antara lain: fase penyesuaian dimana
keluarga berusaha merespon peristiwa dalam kehidupannya namun masih tidak terlalu berat
sehingga hanya membutuhkan perubahan kecil. Hal ini ditunjukan pada keluarga dengan
masalah diabetes millitus yang masih akut pada anggota keluarga dapat berespon lebih baik
dalam menggunakan mekanisme kopingnya penyembuhan secara lebih baik dan keluarga
hanya membuat perubahan kecil dalam menyesuaikan kondisi yang dialami oleh anggota
keluarga. Kondisi yang lain dapat terjadi pada keluarga dimana masalah penyakit diabetes
millitus yang dialami anggota keluarga sudah kronis dengan beberapa komplikasi yang nyata
dan keluarga tidak adekuat untuk menangani masalah itu, keluarga akan bergerak ke dalam
situasi krisis dan masuk ke fase adaptasi
PERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH (HOME HEALTH CARE)

Perawatan Kesehatan di Rumah bukanlah suatu konsep baru dalam sistem pelayanan
kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan
sejak tahun 1859 yang pada saat itu William Rathbone of Liverpool, England dan juga
Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan memberikan
pengobatan bagi klien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama mereka dengan status
sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri & lingkungan, dan gizi buruk
sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan
dimasyarakat (Smith & Maurer, 2000).

Kunjungan rumah juga dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko penyakit infeksi masyarakat, serta
mencegah terjadinya kekambuhan penyakit, seperti: perawatan nifas pada ibu paska
melahirkan, perawatan anak diare, pemantauan pengobatan klien dengan tuberkulosis,
hipertensi, kardiovaskuler, penyuluhan kesehatan klien dengan berbagai penyakit, dll
(Stanhope & Lancaster, 2001).

Pelayanan perawatan kesehatan rumah diberikan kepada individu dan keluarga sesuai
kebutuhan mereka, dengan perencanaan dan koordinasi yang dilakukan oleh pelayanan
kesehatan seperti: puskesmas, klinik dokter, praktek bidan, perawat, atau praktek bersama
oleh profesi lain (ahli gizi, psikolog, fisioterapist, terapi wicara, dll)

Pelayanan perawatan kesehatan rumah meliputi penyediaaan pelayanan keperawatan


klien di rumah, rehabilitasi fisik, terapi diet, konseling psikolog (Stanhope & Lancaster,
1999). Pelayanan perawatan kesehatan rumah juga dapat diartikan sebagai “Medicare”,
a.l:
1. Pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus, dengan perawatan yang diberikan
dibawah pengawasan seorang perawat professional yang sudah terregistrasi/terdaftar.
2. Terapi fisik, terapi okupasional, dan terapi wicara
3. Pelayanan kesehatan sosial berada dibawah pengawasan dokter
4. Pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus yang dilakukan oleh pembantu
perawat kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
5. Kebutuhan medis selain obat-obatan, benda biologis seperti serum dan vaksin yang
penggunaannya dalam aplikasi medis/kedokteran
6. Pelayanan medis diberikan oleh seseorang yang sudah mendapat izin praktek
perawatan kesehatan rumah melalui agency atau suatu program dari rumah sakit

a) Jenis pelayanan kesehatan rumah dapat dilakukan oleh:


1. Pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
2. Pelayanan Kesehatan dibawah koordinasi rumah sakit
3. Pelayanan Kerawatan Hospice
4. Pelayanan Kesehatan Praktek Mandiri atau Berkelompok
5. Yayasan Pelayanan Sosial
B. Tipe pelayanan kesehatan rumah
1. Perawatan Berdasarkan Penyakit
Program pelayanan kesehatan yang memerlukan perawatan kesehatan, pemantauan
proses penyembuhan dan mengupayakan untuk tidak terjadi kekambuhan dan
perawatan ulang ke rumah sakit. Umumnya dikoordinasikan dengan tim kesehatan
dari beberapa disiplin ilmu atau profesi kesehatan, misal: dokter, fisioterapi, gizi, dll.
2. Pelayanan Kesehatan Umum
Pelayanan kesehatan ini berfokus pada pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit, termasuk penyuluhan kesehatan kepada ibu nifas paska melahirkan,
perawatan luka klien dengan DM, konsultasi gizi pada klien dengan penyakit dan
masalah kesehatan tertentu, masalah kesehatan lansia, dll
3. Pelayanan Kesehatan Khusus
Pelayanan kesehatan khusus pada kondisi klien yang memerlukan tehnologi tinggi,
misalnya: pediatric care, chemoterapi, hospice care, psychiatric mental health care.
Melalui persiapan tehnologi medis dan keperawatan memungkinkan situasi rumah
sakit dapat dilakukan di rumah. Disamping itu pelayanan ini akan memberikan
efisiensi biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

C. Pemberi Perawatan Kesehatan Rumah


1. Perawat
2. Dokter
3. Speech Therapist

4. Fisioterapist
5. Pekerja Sosial Medis
Kolaborasi interdisiplin ilmu atau profesi yang efektif dalam perawatan kesehatan
rumah akan memberikan kesinambungan pelayanan kesehatan yang dapat memberikan
kesadaran/kemandirian klien dan keluarga, sehingga program perawatan kesehatan dapat
dilaksanakan secara komprehensif. Secara umum proses kolaborasi untuk perawatan
kesehatan rumah diawali dengan adanya rencana pulang discharge plan dari rumah sakit.
Perawat di rumah sakit mengidentifikasi kebutuhan klien untuk perawatan di rumah,
kemudian mengkoordinasikan tentang perencanaan pulang atau discharge plan dengan
dokter untuk diminta persetujuannya. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi kepada
yayasan/agency terkait yang akan melakukan perawatan di rumah, khususnya pelayanan
perawatan yang diminta oleh dokter. Dalam hal ini dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu
(profesi kesehatan lain seperti: dokter, terapi fisik, perawat, bidan, ahli gizi, dll). Dokter
akan menjelaskan tentang rencana program pengobatan, perawatan, prognosis terapi dan
biaya yang dibutuhkan kepada klien dan keluarganya.
PEMBERDAYAAN KELUARGA

Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-
kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang
cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya (Parsons, et al., 1994:106).
Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (1998), mendefinisikan keluarga
sebagai unit terkecil dari masyarakat , terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan
a. Tujuan Pemberdayaan
 Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang.Hal ini dapat dilakukan dengan cara membangun daya kreasi
masyarakat dengan mendorong , memotivasi, dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki serta upaya untuk pengembangkannya.
 Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat melalui langkah –
langkah nyata dan menyakut penyedian input (berupa batuan dana
,pembangunan prasarana dan sarana maupun sosial serta pengembangan
lembaga pendanaan ).Untuk itu perlu program – program khusus untuk
masyarakat yang kurang berdaya.
 Melindungi agar yang lemah tidak menjadi bertambah lemah, karena kurang
berdaya dalam menghadapi yang kuat.Melindungi harus dilihat sebagi upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang akibat eksploitasi
oleh kelompok.
b. Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Keperawatan Keluarga
 Dapat mengatsi masalah dan sesuai kebutuhannya
 Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mulai dari persiapan ,
pelaksanaan dan evaluasi.
 Harus terarah dalam arti di tunjukkan langsung kepada yang memerlukan
(sasaranya jelas).
 Perlu adanya pendampingan
 Seleksi Lokasi
 Seleksi lokasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati pihak-pihak terkait
dan masyarakat.
o Penyusunan Program Pemberdayaan Keluarga
- Mengidentifikasi dan mengkaji permasalah, potensinya serta peluang
- Menyusun rencana program dan kegiatan
o Sosialisasi Pemberdayaan Keluarga
o Menerapkan Rencana Kegiatan
o Monitoring dan Evaluasi
c. Cara Meningkatkan Partispasi Keluarga Dalam Program Pemberdayaan
 Disesuaikan dengan masalah dan kebuuthan masyarakat yang nyata.
 Dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di
tengah-tengah masyarakat.
 Memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan.
 Dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat.
 Adanya control yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat
ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang berperanan dalam
pengambilan keputusan.
d. Konsep Pemberdayaan Keluarga
Definisi operasional dari pemberdayaan keluarga merupakaan upaya untuk
menjalankan peran sesuai dengan fungsinya dalam keluarga, dan mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki anggota keluarga secara maksimal, sehingga terbentuk ketahanan
keluarga.
Ada beberapa jenis keluarga yaitu;
 Keluarga inti
- Terdiri dari suami, istri dan anak
 Keluarga konjugal
- Terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak mereka yang
terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang
tua.
 Keluarga luas
Ditarik atas dasar garis keturunan diatas keluarga aslinya. Keluarga luas meliputi
hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek dan keluarga nenek.
 Bentuk Keluarga Berdasakan Lokasi

Anda mungkin juga menyukai