Anda di halaman 1dari 9

TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN

Novia Fauziyanti
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten
Noviafauziyanti410@gmail.com

Abstrak

Tugas utama manusia sebagai khalifah di muka bumi menimbulkan konsekuensi agar
manusia mampu mempertanggung jawab kan setiap perbuatannya dalam kehidupan.
Setidaknya, manusia harus bisa menjadi “ pemimpin “ bagi dirinya sendiri, dan secara umum
bisa menjadi pemimpin bagi masyarakat sosialnya. Gelar pemipin umat adalah layak di
berikan kepeda mereka yang mampu memecahkan segala persoalan yang di hadapi umat itu
dan menghantarkannya dengan selamat sampai pada tujuan yang di cita-citakan. Orang yang
menghantarkan tidak harus berjalan di depan,kadang-kadang disamping, di tengah, di mana
saja menurut jalan keadaan jalannya, di perlukan guna keselamatan orang yang
diantarkannya.
Tidak hanya sekedar mengantar para anggotanya agar sampai pada tujuan yang di
harapkannya. Seorang pemimpin juga harus memiliki suatu komitmen yang didukung oleh
kemampuan, integritas, kepekaan terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi di
sekelilingnya dan juga dia memiliki keberanian untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.

Keyword : pemimpin

A. Setiap Muslim Adalah Pemimpin


Islam menetapkan tujuan dan tugas utama pemimpin adalah untuk melaksanakan
ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya serta melaksanakan perintah-perintahnya. Ibnu tamyah
mengungkapkan bahwa kewajiban seorang pemimpin yang telah di tunjuk di pandang dari
segi agama dan dari segi ibadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan
diri kepada allah adalah dengan mentaati peraturan dan rasul-nya. Namun hal itu sering di
salah gunakan oleh orang orang yang ingin mencapai kedudukan dan harta.
“ Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasullulah SAW. Telah bersabda, “ kalian
semuanya adalah pemimpin ( pemelihara ) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya.
Pemimpin akan ditanya tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami pemimpin keluarganya dan
akan ditanya tentang keluarga yang dipimpinnya. Istri memilihara rumah suami dan anak -
anaknya dan akan ditanya tentang hal yang dipimpinnya. Seorang hamba (buruh)

1
memelihara harta milik majikannya dan akan di tanya tentang pemiliharannya. Camkanlah
bahwa kalian semua pemimpin dan akan di tuntut (diminta pertanggung jawaban ) tentang
hal yang di pimpinnya.”
( Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab “ Budak”, Bab; “ Dibencinya
memperpanjang perbudakan.”)

Arti dari hadis di atas menerangkan tentang kepemimpinan setiap orang muslim dalam
berbagai posisi dan tingkatannya. Di mulai dari memimpin rakyat sampai tingkatan
pengembala, bahkan sebenarnya tersirat sampai tingkatan pemimpin diri sendiri. Semua
orang pasti memiliki tanggung jawab dan akan diminta pertanggung jawabnya di hadapan
Allah atas kepemimpinannya yang ia pimpin di dunia dan di pertanggung jawabkan di
akhirat.
Setiap orang muslim harus menjadi seorang pemimpin yang baik dalam segala hal
tanpa didasari kepentingan pribadi atau pun yang laen. Pemimpin yang adil dan betul -
betul memperhatikan dan berbuat sesuai dengan aspirasi rakyatnya, sebagaimana di
perintahkan oleh Allah SWT. Dalam Q.S An-Nahl:90 yang berarti :
“ Sesunggunya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat baik.” ( Q.S. An-Nahl:90 )
Dan dalam Q.S. Al-Hujurat:9 yang berarti :
“ Berlaku adillah kamu. Sungguh Allah menyukai orang yang adil.” ( Q.S Al-
Hujurat:9 )n

Arti ayat di atas menejlaskan bahwa allah sangat menyukai orang - orang yang berlaku
adil atas kepemimpinannya di saat ia dimana saja dan kapan saja. Seorang pemimpin harus
berusaha untuk berbuat seadil - adilnya dan sebijaksana mungkin sesuai dengan perintah
Allah SWT. Dalam memimpin rakyatnya sehingga rakyatnya hidup sejahtera.
Dan jika pemimpin berlaku semena - mena, selalu bertindak sesuka kemauannya, bukan
di dasarkan peraturan yang ada, rakyat akan sengsara. Dengan kata lain, pemimpin harus
menciptakan keharmonisan antara dirinya denganrakyatnya sehingga ada balik di antara
keduanya. Itulah pemimpin paling baik sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Yang berarti :
“ Auf bin Malik r.a., berkata, ‘ saya telah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda,
sebaik-baiknya pemimpinmu ialah yang kamu cintai dan cinta padamu, dan kamu doakan
dan mereka mendoakanmu. Dan sejahat-jahatnya pemimpin ialah yang kamu benci dan
mereka pun membenci kamu, dan kamu kutuk dan mereka mengutuk kamu.”sahabat
bertanya, “ bolehkah kami menentang ( melawan mereka )? “ Beliau menjawab, “ Tidak
selama mereka tetap menegakkan shalat.” ( H.R. Muslim )
Dan begitu pula para suami,isteri,pengembala dan siapa saja yang memiliki tanggung
jawab dalam memimpin harus berusaha untuk berlaku adil dalam kepemimpinannya sehingga
ia mendapat kemuliaan sebagaimana janji Allah SWT. Yang disebutkan dalam salah satu
hadis Nabi Muhammad SAW.bahwa para pemimpin seperti itu ( yang adil ) termasuk salah

2
satu golongan dari jatuh golongan yang akan memperoleh naungan, kecuali Arasy di hari
kiamat, yakni pada hari yang tidak ada naungan kecuali atas izin Allah SWT.
Kebahagian dan pahala yang besar menunggu para pemimpin yang adil, baik di dunia
dan terutama kelak di akhirat. Para pemimpin yang tidak adil akan memperoleh kehancuran
dan ketidak tertiban di dunia dan baginya siksa yang berat di akhirat kelak, apabila di dunia,
ia luput dari siksaan-Nya. Para pemimpin yang tidak adil akan memperoleh kehnacuran dan
ketidaktertiban di dunia dan baginya siksa yang berat di akhirat kelak, apabila di dunia, ia
luput dari siksaann-Nya.
Semua orang adalah pemimpin (pemelihara) dan akan diminta peratnggungjawabannya
terhadap kepemimpinannya, baik pemimpin negara, pemimpin keluarga, pemimpin rumah
suami dan anak - anak, pengembala, dan siapa saja yang memiliki tanggungjawab, termasuk
pemimpin dirinya sendiri. Semuanya akan diminta pertanggung jawabannya.

B. PEMIMPIN PELAYAN MASYARAKAT

“ Al-Hasan berkata, Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma’qad bin Yasar r.a. ketika
ia sakit yang menyebabkan kematiannya, maka Ma’qal berkata pada Ubaidillah bin
Ziyyad, “ aku akn menyampaikan kepadmu sebuah hadis yang telah aku dengar dari
Rasulullah SAW., aku telah mendengar Nabi SAW. Bersabda “ Tiada seorang hamba
yang diberi amanat rakyat oleh Allah lalu ia tidak memeliharanya dengan baik,
melainkan Allah tidak akan merasakan padanya dengan baik, melainkan Allah tidak
akan merasakan padanya harumnya surga ( melainkan tidak mendapat bau surga ).”
( Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab” Hukum - Hukum,” bab;” orang
yang di beri amanat kepemimpinan.”)

Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin adalah orang yang di beri amanat oleh
Allah SWT. Untuk memimpin rakyat, yang di akhirat kelak akan dimintai pertanggung
jawabannya oleh Allah SWT. Sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dengan demikian,
meskipun seorang pemimpin dapat meloloskan diri dari tuntutan rakyatnya, karena
ketidakadilannya, misalkan, ia tidak akan mampu meloloskan diri dari tuntutan Allah
SWT. Kelak di akhirat oleh karena itu, seseorang pemimpinhendaknya jangan
menganggap dirinya sebagai manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja
kepada rakyatnya. Akan tetapi, sebaliknya, ia harus berusaha memosisikan dirinya
sebagai pelayan dan pengayon masyarakat. Wajib bagi seorang yang memegang tonggak
kepemimpin untuk bersikap lemah lembut kepada rakyatnya, berbuat baik dan selalu
memperhatikan kemaslahatan mereka dengan memperkerjakan orang-orang yang ahli
dalam bidangnya. Menolak bahaya yang menimpa mereka. Karena seorang pemimpin
akan mempertanggung jawabkan kepemimpinannya dihadapan Allah ta’ala.
Sebagaimana firman Allah ta’ala:

3
“ Rendahkanlah sikapmu terhadap pengikutmu daro kaum mukminin.” ( Q.S. Asy-
Syura: 215 )

Dalam sebuah hadis yang diterima siti aisyah dan diriwayatkan imam muslim, Nabi
Muhammad pernah berdoa “ ya allah, siapa yang menguasai sesuatu dari urusan
umatku lalu mempersulit mereka, maka persulitlah baginya.dan siapa yang mengurusi
umatu dan berlemah lembut kepada mereka maka mempermudahlah baginya.
Hal itu menunjukan bahwa Allah sangat peduli terhadap hambanya agar terjaga
dari kezaliman dan tidak keadilan para pemimpinnya yang kejam,serakah dan tidak
bertanggung jawab. Pemimpin zalim tidak mau mengayomi dan melayani rakyatnya
diancam tidak akan pernah mencium harumnya surga apalagi memasukinya.
Yakni janganlah bersikap tinggi terhadapa mereka, jangan merasa tinggi akan tetapi
rendahkanlah walaupun kamu orang yang berkedudukan tinggi dibanding mereka, maka
hendaklah tetap merendahkan diri.
Asbabun nuzul ayat tersebut adalah, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun
َ ‫ال ْك َر ِبي‬
ayat ‫ْن‬ َ ‫ْر َت َك ا‬ ْ ‫ َواَ ْنذ‬ , yaitu ayat sebelum ayat 215. Rasulullah saw memulai dakwahnya
َ ‫ِر َع ِشي‬
kepada keluarga terdekatnya. Hal ini menyinggung perasaan kaum muslimin (merasa
terabaikan) sehingga Allah menurunkan ayat selanjutnya ayat 215 sebagai perintah untuk
juga memperhatikan kaum mu’minin lainnya (diriwayatkan oleh ibnu Jabir yang bersumber
dari ibnu Juaid).
Maka dari itu, siapa saja yang berkuasa mengendalikan urusan umat Islam, baik dalam
kedudukannya sebagai amir (gubernur), khalifah, kepala Negara/pemimpin rakyat dalam
biang tugas tertentu, lalu dia dibebankan rakyatnya dan menjalankan pemerintahannya itu
dengan hal-hal yang menimbulkan kesulitan bagi rakyatnya. Maka nabi mendoakan supaya
sang pemimpin itu ditimpakan siksaan Tuhan.
Sebaliknya barang siapa yang menjadi pemimpin dan bertinak dengan lemah lembut. Maka
Nabi mendoakan mudah-mudahan Tuhan juga lemah lembut terhadap dirinya.
Kesimpulannya adalah setiap pemimpin harus menjadi pelayan masyarakat sehingga hal ini
bisa membawanya ke surga  dan nasib yang akan dialami oleh para pemimpin yang tidak
bertanggung jawab : Mereka tidak akan diterima shalatnya oleh Allah. Mereka tidak akan
masuk surga, bahkan tidak akan mencium bau surga itu. Pemimpin yang tidak
bertanggungjawab itu diancam 2 kali lipat siksaan rakyat yang mereka pimpin.

C. Batasan Taat Kepada Pemimpin


      

4
Dalam kehidupan nyata, tidak jarang terdapat seorang pemimpin yang
menyalahgunakan kekuasaan guna mencapai keinginan dan kepuasan hawa nafsunya.
Tidak jarang pula untuk menggapai cita-cita tersebut, dia memerintahkan kepada para
bawahannya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sebenarnya dilarang oleh
agama. Terhadap perintah demikian, Islam melarang untuk menaatinya, seperti Hadits
dibawah ini:
‫ السمع والطاعة على المرء المسلم فيما احب‬:‫ عن النبي صلى اهلل عليه وسلم قال‬،‫حديث عبد اهلل بن عمر رضى اهلل عنهما‬
‫ فإذا امر بمعصية فال سمع والطاعة‬،‫ ما لم يؤمن بمعصية‬،‫فكره‬
) ‫اخرجه البخارى‬ (

Artinya:
“hadits Abdullah ibnu umar ra. Dari Nabi saw beliau bersabda: mendengarkan dan mentaati
merupakan kewajiban seorang muslim mengenai hal-hal yang ia sukai dan ia benci,
sepanjang ia tidak diperintahkan berbuat durhaka. Maka jika diperintah berbuat durhaka,
maka tidak lah boleh mendengarkan dan tidaklah boleh mengikutinya”. (HR. Buhkari dan
Muslim)
Sabda Rasulullah saw: “wajib atas seorang muslim”, kalimat ini menunjukkan kewajiban.
Maka wajib bagi seseorang muslim berdasarkan keislamannya untuk selalu mendengarkan
dan menaati pemerintah. Baik dalam hal yang ia sukai maupun yang ia benci. Walaupun ia
memerintahkan dengan sesuatu yang dibencinya, namun ia wajib melaksanakannya, kecuali
jika perintah itu bermaksiat kepada Allah, maka ketaatan kepada Allah itu diatas segala
ketaatan. Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat terhadap khaliq.

‫ بعث النبي صلى اهلل عليه وسلم سرية وامر عليهم رجال من االنصار وامرهم ان‬:‫حديث علي رضي اهلل عنه قال‬
‫ عزمت عليكم لما‬:‫ قال‬،‫ بلى‬:‫ اليس قد امر النبي صلى اهلل عليه وسلم ان تطيعونى؟ قالوا‬:‫ وقال‬،‫يطيعوهفغضب عليهم‬
:‫ قال بعضهم‬،‫ فلما هموا بالخل فقام ينظر بعضهم الى بعص‬.‫ فأوقدوا‬.‫جمعتم حطبا واوقدتم نارا ثم دخلتم فيها فجمعوا حطبا‬
‫ فذكر النبي‬.‫ فسكن غضبه‬، ‫انما تبغنا النبي صلى اهلل عليه وسلم فرارا من النار افندخلها؟ فبينماهم كذالك اذ خمدت النار‬
‫ انما الطاعة فى المعروف‬،‫ لو دخلوها ما خرجوا منها ابدا‬:‫ قال‬،‫صلى اهلل عليه وسلم‬

Artinya:
“Hadits Ali ra, ia berkata: Nabi saw mengirimkan pasukan tentara dan mengangkat seorang
laki-laki dari golongan anshar untuk menjadi komanan pasukan itu. Dan Nabi memerintahkan
pasukan itu agar menaatinya lalu komandan pasukan itu memarahi pasukan sambil
mengatakan: bukankan Nabi saw sungguh telah menyuruh kalian untuk menaati ku. Mereka
menjawab “ya, benar”. Ia berkata: “saya bermaksud agar kalian mengumpulkan kayu bakar,
dan kamu nyalakan api lalu kamu sekalian masuk kedalamnya.” Maka mereka
mengumpulkan kayu bakar, lalu mereka menyalakannya. Ketika mereka hendak masuk ke
dalam api maka sebagian dari mereka melihat kepada sebagian yang lain. Sebagian dari
mereka berkata: “sesungguhnya kami mengikuti Nabi saw. agar terlepas dari api maka
mengapakah kita akan memasukinya?” ketika mereka dalam keadaan demikian tiba-tiba api
pun padam dan kemarahan komandan pun hilang. Lalu kasus tersebut disampaikan kepada
5
Nabi saw. maka beliau bersabda: “seandainya mereka masuk ke dalam api itu, pastilah
mereka tidak akan keluar dari padanya untuk selamanya, sesungguhnya kepatuhan itu adalah
pada sesuatu yang baik”.

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59).
Masih berkaitan dengan surah annisa ayat 59, al-hafidh ibnu hajar berpendapat bahwa
maksud kisah Abdullah bin hudzafah, munasabah atau keterkaitan disangkut pautkan dengan
alasan turunnya ayat ini (surah an-nisa: 59), karena dalam kisah itu dihasilkan adanya
perbatasan antara taat kepada pemerintah (pimpnan) dan menolak perintah, ntuk terjun ke
dalam api. Ayat ini turun memberikan petunjuk kepada mereka apabila berbantahan
hendaknya kembali kepada Allah dan Rasulnya.
Karena perintah penguasa itu terbagi tiga bagian:
Perintah yang sesuai dengan yang diperintahkan Allah ta’ala maka wajib ditaati
Mereka memerintahkan kemaksiatan, maka tidak perlu mendengarkan dan metaati mereka
apapun yang terjadi jika kamu disiksa oleh mereka disebabkan hal ini (tidak mentaati) maka
mereka akan dibalas pada hari kiamat oleh Allah SWT.
Mereka memerintahkan sesuatu yang di dalamnya tidak ada perintah atau larangan
syar’I, di dalam hal ini wajib mentaati mereka, jika tidak mentaati termasuk orang-orang
yang berdosa, dan penguasa berhak memberi hukuman dengan sesuatu yang mereka pandang
sesuai, karena telah melanggar perintah Allah dalam mentaati mereka.
Maka dari itu wajib mendengar dan patuh kepada perintah pemimpinnya, selama yang
diperintahkannya itu tidak merupakan perbutan maksiat.
Apabila yang diperintahkan itu merupakan perbuatan maksiat yang tidak dibenarkan
oleh syara’, maka rakyat tidak boleh mendengar dan mematuhi perintah itu. Misalnya,
pemimpinitu melarang wanita muslim mengenakan jilbab; pemimpin yang menyuruh untuk
melakukan perjudian dan masih banyak contoh yang lain.
Kriteria-kriteria pemimpin yang wajib kita taati :
1)      Islam
2)      Mengikuti perintah-perintah Allah dsan Rasul-Nya
3)      Menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat munkar
4)      Lebih mementingkan kepentingan umat dari pada kepentingan pribadi
5)      Tidak mendzalimi umat Islam
6)      Memberikan teladan dalam beribadah

6
Ringkasnya Pemimpin atau penguasa adalah pemelihara umat yang harus dengan
jujur melaksanakan amanah dan tuntutan rakyatnya untuk menciptakan kesejahteraan di
segala bidang. Ia akan mempertanggungjawabkan semua kebijakan yang diambilnya sewaktu
di dunia menyangkut persoalan umat. Apabila adil, jujur, dan benar, maka Allah
merahmatinya, tetapi bila dzalim dan menyelewengkan kekuasaannya, maka Allah akan
melaknatnya.
Dan jika pemimpin itu sesuai dengan yang di tuliskan oleh Nabi maka Kita wajib menaati
segala apapun yang di perintahkannya.

7
Kesimpulan
Kamu semua adalah pemimpin dan semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya.
Pemimpin atau penguasa adalah pemelihara umat yang harus dengan jujur melaksanakan
amanah dan tuntutan rakyatnya untuk menciptakan kesejahteraan di segala bidang. Ia akan
mempertanggungjawabkan semua kebijakan yang diambilnya sewaktu di dunia menyangkut
persoalan umat. Apabila adil, jujur, dan benar, maka Allah merahmatinya, tetapi bila dzalim
dan menyelewengkan kekuasaannya, maka Allah akan melaknatnya.
Dan jika pemimpin itu sesuai dengan yang di tuliskan oleh Nabi maka Kita wajib menaati
segala apapun yang di perintahkannya.
Perintah pernguasa terbagi tiga bagian
1)      Perintah yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah ta’ala wajib ditaati.
2)      Mereka memerintahkan kemaksiatan, maka tidak perlu mendengarkan dan mentaati
mereka
3)      Mereka memerintahkan sesuatu yang di dalamnya tidak terdapat perintah atau larangan
syar’i, dalam hal ini wajib mentaati mereka, jika tidak mentaati maka termasuk orang-orang
yang berdosa.
B.   Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
baik di segi pembahasannya maupun susunan makalahnya, oleh karena itu penulis
menyarankan kepada pembaca agar sudi kiranya memberikan kritikan dan saran yang
membangun demi sempurnanya makalah ini di masa yang akan datang

8
DAFTAR PUSTAKA
 Thariq M As-Suwaidan dan  Faishal Umar Basyarahil, Melahirkan Pemimpin Masa Depan
(Jakarta: Gema Insani, 2005)
 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu Wal Marjan, (Semarang: Al-Ridha, 1993)
 Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalhin, Jilid 2, Cet. 2,
(Jakarta Timur: Darussunnah Press, 2009)
 Shaleh, Dkk, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Cet.
3, (Bandung: Cv Diponegoro, 1982)
 Ibnu Hamzah Al-Husaini Ad-Damsyiki, Asbabul Wurud, Kalam Mulia.

Anda mungkin juga menyukai