Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN NY.

V
DENGAN POST NATAL CARE : SECTIO CAESAREA
DI PAVILIUN ANYELIR BAWAH RSU KAB.TANGERANG
(Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatn Maternitas)

Dosen Pembimbing : Ema Hikmah, S.Kp, M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 2


Amanda Recca M.F P27904117002
Dewi Herliana P27904117009
Elisa Fadilah P27904117015
Fiyan Fitri Yanayir P27904117021
Gadis Intanovia Adinda P27904117023
Mery Safitri P27904117032
Ratu Ayu Dwi K. P27904117038
Tifany Diena Nafisah P27904117050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI D IV KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Ny. V dengan Post Natal Care :
Sectio Caesarea Di Paviliun Anyelir Bawah RSU Kab.Tangerang untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Maternitas.

Dalam proses laporan ini penyusun mendapat bimbingan serta dorongan


dari berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan Terima kasih kepada Ibu
Ema Hikmah, S.Kp, M.Kep. selaku Dosen pembimbing mata kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Maternitas.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang
yang membacanya. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan Terimakasih.

Tangerang, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.........................................................................................1
1.3. Ruang Lingkup............................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.......................................................................................2
1.5. Sitematika Penulisan....................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................4
2.1. Definisi Post Partum....................................................................................4
2.2. Sectio Caesarea............................................................................................4
2.3. Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea.........................................................5
2.4. Etiologi Sectio Caesarea..............................................................................7
2.5. Patofisiologi Sectio Caesarea......................................................................9
2.6. Pathway Sectio Caesarea...........................................................................10
2.7. Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea...................................................11
2.8. Penatalaksanaan Sectio Caesarea..............................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................13
3.1. Pengkajian..................................................................................................13
3.2. Analisa Data...............................................................................................21
3.3. Diagnosa Keperawatan..............................................................................23
3.4. Perencanaan Tindakan Keperawatan.........................................................24
3.5. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.........................................................29
3.6. Catatan Perkembangan Dan Evaluasi Sumatif..........................................32
BAB IV PENUTUP................................................................................................37
4.1. Kesimpulan................................................................................................37
4.2. Saran..........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Persalinan merupakan fase terakhir dalam kehamilan. kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil di sebut dengan masa nifas. Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu.
Selama masa nifas perlu diperhatikan ibu, karena angka kematian pada ibu 359
per 100.000 kelahiran terjadi pada masa nifas (kementrian kesehatan RI, 2014).
KI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri
disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk,
sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia merupakan
salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran
hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penyebab
dari meningkatnya angka kematian ibu yaitu adanya komplikasi yang dialami
oleh ibu. Berdasarkan laporan WHO (2013),
Perawatan pada ibu postpartum perlu diperhatikan. Perawatan Perawatan
masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam mobilisasi,
anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi,
perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran
pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, serta kondisi psikologis
ibu. Perawatan pada postpartum ini sangat berfungsi untuk peningkatan
kesehatan pada ibu sehingga lebih mudah dalam merawat anaknya.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum P1A0
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengidentifikasi pengkajian pada ibu post natal care dengan
operasi sectio caesarea
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada ibu post natal care
dengan operasi sectio caesarea
c. Dapat menentukan perencanaan pada ibu post natal care dengan
operasi sectio caesarea
d. Dapat menentukan tindakan pada ibu post natal care dengan operasi
sectio caesarea
e. Dapat mengidentifikasi evaluasi pada ibu post natal care dengan
operasi sectio caesarea
f. Dapat mendokumentasikan diagnose keperawatan pada ibu post
natal care dengan operasi sectio caesarea

1.3. Ruang Lingkup


Pada makalah ini penulis hanya membahas post natal care dengan operasi
sectio caesarea

1.4. Manfaat Penulisan


Diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
dijadikan sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran terutama dalam
meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran Praktik
Klinik Keperawatan Maternitas, dengan pembahasan Ibu Post Natal
Care Dengan Operasi Sectio Caesarea. Selain itu juga menjadi sebuah
nilai tambah pengetahuan ilmiah dalam bidang kesehatan.
2. Manfaat Penulisan
a. Bagi institusi
Manfaat penelitian bagi institusi khususnya kepada dosen
pembimbing yaitu dapat mengembangkan kualitas pembelajaran
menjadi lebih menarik, dapat menjalankan tugas sebagai pendidik
dengan baik yaitu dengan merencanakan pembelajaran secara
matang.
b. Bagi penulis
Manfaat penulisan bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan
dengan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh secara teoritis
di lapangan.
c. Bagi pembaca
Manfaat penulisan bagi pembaca adalah dapat menjadi rujukan,
sumber informasi dan bahan referensi penelitian selanjutnya agar
bisa lebih dikembangkan dalam materi-materi yang lainnya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.5. Sitematika Penulisan


BAB I Pendahuluan
BAB II Landasan Teori
BAB III Asuhan Keperawatan
BAB IV Penutup
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Post Partum


Postpartum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan
alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu
melakukan perawatan untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi,
diet, miksi, defekasi, laktasi, perawatan payudara dan dan
perawatanperineum.
World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode
pascanatal sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan
ibu dan bayi, sebagian besar kematian ibu dan/ atau bayi baru lahir terjadi
selama periode pascanatal.
Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan
keluarga karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik,
psikologis, maupun struktur keluarga dan terjadi proses
adaptasi/penyesuaian. Adaptasi dimulai dari bayi lahir sampai kembalinya
kondisi tubuh ibu seperti semula sebelum hamil, dan berlangsung dalam
kurun waktu 6-8 minggu (Murray & McKinney, 2007). Selama waktu ini,
ibu dipantau untuk fungsi perdarahan, usus dan kandung kemih, dan
perawatan bayi, dan kesehatan bayi juga dipantau (Vernon. D, 2007).

2.2. Sectio Caesarea


Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005)
Sectio Caesarea adalah cara melahirkan anak dengan cara
melakukan pembedahan / operasi lewat dinding perut dan dinding uterus
untuk melahirkan anak yang tidak bisa dilakukan pervaginam atau oleh
karena keadaan lain yang mengancam ibu atau bayi yang mengharuskan
kelahiran dengan cara segera sedangkan persyaratan pervaginam tidak
memungkinkan.
WHO (2015) operasi Caesar atau seksio sesarea (SC) sering
diperlukan ketika persalinan per vaginam akan membahayakan bayi atau
ibu. Persalinan SC dilakukan karena adanya permasalahan saat persalinan
atau ada masalah pada ibu maupun bayi, seperti kehamilan kembar, tekanan
darah tinggi pada ibu, kelahiran sungsang, atau masalah dengan plasenta
atau tali pusat. Persalinan caesar dapat dilakukan berdasarkan bentuk
panggul ibu atau riwayat riwayat operasi caesar sebelumnya, kelahiran
pervagina setelah bedah caesar dimungkinkan. SC dilakukan hanya ketika
diperlukan secara medis. Namun saat ini, SC dilakukan tanpa alasan medis
atas permintaan oleh seseorang biasanya ibu.
American Congress of Obstetricians and Gynecologists (2013)
menjelaskan SC dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan persalinan
pada ibu hamil yang memiliki resiko pada kehamilan berisiko. SC
membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh sekitar enam minggu,
daripada kelahiran normal. Yenie (2016) mengemukakan Peningkatan risiko
termasuk masalah pernapasan pada bayi dan emboli cairan ketuban dan
perdarahan postpartum pada ibu. SC tidak digunakan sebelum 39 minggu
kehamilan tanpa alasan medis.

2.3. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea


2.3.1. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
a. Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang
pada corpus uteri.
b. Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah
uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
2.3.2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
1. Sayatan memanjang (longitudinal)
2. Sayatan melintang (tranversal)
3. Sayatan huruf T (T Insisian)
2.3.3. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10cm.
Kelebihan :
1. Mengeluarkan janin lebih memanjang
2. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
2. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas
SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada
luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
4. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu
yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang
-kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah
memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini
maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
2.3.4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
1. Penjahitan luka lebih mudah
2. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
3. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum
4. Perdarahan kurang
5. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan
lebih kecil
Kekurangan :
1. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan
yang banyak.
2. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi2.4.

2.4. Etiologi Sectio Caesarea


Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab sectio caesarea sebagai berikut :
2.4.1. CPD (Chaepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang – tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang
merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga
dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran – ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
2.4.2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi merupakan jesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal
dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
2.4.3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu
2.4.4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar meliki resiko tinggi komplikasi yang lebih tinggi
dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
2.4.5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir. Misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
2.4.6. Kelainan Letak Janin
1. Kelainan pada letak kepala :
a. Letak Kepala Tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundah, anaknya kecil atau mati, kerusakan
dasar panggul.
b. Presentasi Muka
Letak keapal tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5%.
c. Presentasi Dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala
2. Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.

2.5. Patofisiologi Sectio Caesarea


Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
2.6. Pathway Sectio Caesarea
2.7. Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit

2.8. Penatalaksanaan Sectio Caesarea


1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah
operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca
operasi.pasien bisa dipulangkan
3. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
4. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
5. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
6. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN NY. V
DENGAN POST NATAL CARE : SECTIO CAESAREA

No. Reg : 001225XX


Tanggal Masuk RS : 08-09-2019
Hari/Tanggal Pengkajian : senin 09-09-2019
Waktu Pengkajian :17.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Anyelir Bawah, RSUD Kab. Tangerang

3.1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien : (Data Subjektif)

BIODATA ISTRI SUAMI


Nama Ny. V Tn. A
Umur 24 Tahun 29 Tahun
Suku Bangsa Indonesia Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan D3 S1
Pekerjaan Karyawan Karyawan Swasta
Golongan Darah AB +
No. Medrec 001225xx
Diagnosa Medis Post SC
Alamat Rumah Perum teratai griya Perum teratai griya
asri, legok, asri legok, Tangerang
Tangerang
Status Menikah Menikah
Perkawinan
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka operasis yang di
laksanakan pada tanggal 09 september 2019 pada jam 09.40 dan
selesai pada jam 10.40 WIB dengan skala nyeri 4
P : operasi sesar
Q : tertusuk-tusuk
R : abdomen bagian bawah
S:4
T :hilang dan timbul

C. Riwayat Operasi
Pasien mengatakan hanya mempunyai riwayat operasi sesar saja dan
tidak pernah memiliki riwayat operasi lainnya.

D. Riwayat Obstetrik :
Paritas : G1P0A0
Menarche : 15 Tahun
Siklus Haid : 28 Hari
Lama Haid : 7 Hari
Disminore : Pasien terkadang mengalami disminore
ketika haid
HPHT : 26-12-2018
Tafsiran Persalinan :
E. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

KEHAMILAN PERSALINAN NIFAS


No Umur Tgl Penolo Jenis BB PB Keada Penyu Perdar Lakt
Kehami Persalin ng Persal an lit ahan asi
lan an inan Bayi
1

F. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu


Riwayat Kesehatan Keluarga :
Riwayat Penyakit Menular : Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit menular
Riwayat KB terakhir
Jenis Kontrasepsi : IUD
Lamanya :-
Alasan dilepas : -
Dukungan Keluarga : suami dan keluarga mendukung
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Pengambilan keputusan
oleh suami dan istri
Kebiasaan Hidup
Merokok : Pasien tidak pernah merokok
Minuman Keras : Pasien tidak mengkonsumsi minuman keras

G. Pola Aktivitas Sehari-Hari


1. Pola Nutrisi
1.1. Makan
a. Frekuensi : 3 ×/hari
b. Jenis : Nasi, lauk pauk, sayur, buah
c. Porsi : Sedang
d. Keluhan : pasien tidak mengalami keluhan
e. Makanan yang dipantang : Tidak ada makanan yang
dipantang
f. Alergi terhadap makanan : pasien tidak memiliki alergi
g. Suplemen yang dikonsumsi : pasien tidak
mengkonsumsi suplemen
1.2. Minum
a. Jenis : Air mineral, jus
b. Jumlah : 2500 cc/hari

2. Pola Eliminasi
2.1. BAB
a. Frekuensi : 1 ×/hari
b. Warna : Kuning
c. Konsisten : Lunak
d. Bau : khas feses
2.2. BAK
a. Frekuensi : 5 ×/hari
b. Warna : Kuning jernih
c. Bau : Amoniak
3. Pola Istirahat/tidur
a. Tidur siang : SMRS : - MRS : 2 jam
b. Tidur malam : SMRS : 8 jam MRS : 8 jam
c. Keluhan tidur :tidakada
4. Personal Hygiene
a. Mandi : 1 ×/hari
b. Ganti pembalut : 3 ×/hari
c. Jenis pakaian : kaos
d. Perawatan gigi : 2x/hari
e. Perawatan payudara : SMRS : - MRS : 1x/hari
f. Vulva hygiene : 3 ×/hari
5. Pola Aktivitas : pasien bed rest
6. Hubungan seksual post natal : -

H. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)


1. Keadaan Umun
Kesadaran : Kompos mentis
2. Tanda-tanda Vital :
TD : 120/80 MmHg
N : 85 ×/menit
S : 36,5 °C
RR : 18 ×/menit

3. Kepala
a. Rambut : bersih
Distribusi : merata
b. Mata
Pengelihatan : Jelas
Konjungtiva : Tidak anemis
Sclera : Tidak Ikterik
Kelopak mata : Tidak edema
Reaksi pupil terhadap cahaya : Mengecil
Gerakan bola mata : Sejajar
c. Telinga
Kebersihan : bersih
Fungsi pendengaran : baik
d. Hidung
Kebersihan : bersih
Fungsi penciuman : mampu membedakan beberapa
aroma
e. Mulut
Bibir : warna merah
Gusi : warna merah
Gigi : tidak ada karies gigi, tidak ada lubang pada gigi

4. Leher
Pembengkakan : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening
Pergerakan leher : pergerakan leher bebas, tidak terganggu

5. Dada
Pergerakan nafas : Simetris
Bunyi paru-paru : reguler
Bunyi janjtung : BJ 1 (Lup), BJ 2 (Dup)
Payudara : puting susu menonjol

6. Abdomen
Luka bekas operasi : ada, panjang 12 cm
Indikasi operasi : Operasi SC
TFU terhadap sympisis/Pusat :
Kandung kemih : kosong
Bising usus : 20 ×/menit

7. Ekstremitas atas
Bentuk : simetis, tidak ada oedema
Kuku jari : bersih

8. Ekstremitas bawah
Bentuk : simetris, tidak ada oedema
Reflek patela : aktif
Varices : tidak ada varices
Kuku jari : bersih
9. Pemeriksaan Genitalia
Vulva/vagina : tidak ada oedema
Perineum : utuh
Lochea : warna merah, bau amis, volume 30 ml

I. Data Psikologis
Status emosi : pasien dalam keadaan tenang dan rileks
Pola koping : pasien dapat menerima keadaanya dengan
sabar dan mengikuti dengan baik therapy pengobatan yang diberikan
Pola komunikasi : pasien bisa berkomunikasi dengan baik
Konsep diri :
Gambaran diri : pasien tenang dan rileks
Peran diri : pasien berperan sangat baik di rumah tangga
dan di masyarakat
Identitas diri : pasien mengenal dirinya dengan baik

J. Data Sosial
Pasien mengatakan dirumahnya pasien bisa bersosialisasi baik
dengan keluarga dan masyarakat sekitar

K. Data Spiritual
1. Kegiatan dalam melaksanakan ibadah : pasien selalu
melaksanakan ibadah sholat 5 waktu
2. Kegiatan ibadah selama dalam perawatan : selama perawatan
pasien belum bisa meaksanakan ibadah karena pasien masih
dalam masa nifas
3. Keyakinan terhadap pertolongan Tuhan : pasien yakin akan
pertolongan Tuhan terhadapnya
4. Keyakinan terhadap perawatan dan pengobatan : pasien yakin
terhadap perawatan dan pengobatan yang diberikan di rumah
sakit ini akan membuatnya sembuh
5. Keyakinan untuk penyembuhan /pemulihan kesehatannya :
pasien yakin bahwa ia akan sembuh

L. Data penunjang : (hasil laboratorium) Tanggal 11-09-2019

TEST RESULT REFERENCE UNITS


HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.6 11.7-15.5 g/dl
Lekosit 9.86 3.60-11.00 X10^3/ul
Hematocrit 31 35-47 %
trombosit 359 140-440 X10^3/ul
FALL HEMOSTATIS
Masapendarahan 2.30 1-3 menit
(BT)
Masapeembekuan 13 8-18 menit
(CT)
KIMIA
KARBOHIDRAT
Glukosadarahsewakt 91 <180 Mg/dl
u

M. Data Terapi
Cefadroxil 2x500gr
Sf 1x300g
Asammefenamat 3x500g
Zinc 2x1
Domperidone3x10gr
Nifedipine 4x10gr
3.2. Analisa Data

No Data Interpretasi Data Masalah


1. Ds : Sectio Caesarea Nyeri
Pasien mengatakan ↓
nyeri pada luka post Insisi pada bagian depan
operasi sesar dinding perut
Do : ↓
- Klien tampak Terputusnya kontinuitas
meringis jaringan
- Terdapat luka ↓
insisi operasi pada Nyeri
daerah abdomen
12 cm
- P : pasien merasa
nyeri karena ada
luka post SC
Q : pasien
mengatakan nyeri
seperti berdenyut
denyut
R : nyeri dibagian
abdomen
S : skala nyeri 4
(0-10)
T : nyeri hilang
timbul

2. DS : pasien Sectio Caesarea Gangguan


mengatakan belum ↓ mobilitas fisik
bisa untuk duduk Insisi pada bagian depan
DO : dinding perut
- Pasien terlihat ↓
lemah Luka post operasi SC
- Terdapat luka ↓
insisi operasi Kelemahan penurunan
pada daerah sirkulasi
abdomen 12 ↓
cm Gangguan mobilitas fisik

3. DS : Sectio Caesarea Resiko tinggi


1. Klien mengatakan ↓ terhadap infeksi
luka post op sc Insisi pada bagian depan
masih tetutup dinding perut
verban ↓
Luka post operasi SC
2. Klien mengatakan

lukanya masih
Proteksi kurang
basah

3. Pasien Invas ibakteri

mengatakan nyeri ↓

pada luka post Resiko tinggi terhadap


operasi sesar infeksi

DO :

- Terdapat luka
insisi operasi pada
daerah abdomen
12 cm
- Luka
terlihatmasihbasah
4. DS : Pasien Faktor Penyakit Kurangnya
mengatakan belum ↓ pengetahuan
mengetahui cara Kurangnya Informasi
penyembuhan dan ↓
pengobatan luka post Kurangnya Pengetahuan
operasi sesar
DO : Pasien tampak
kebingungan ketika
ditanya bagaimana
cara penyembuhan
luka post operasi sesar

3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
akibat tindakan operasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhunungan dengan adanya luka
operasi
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan / luka bekas operasi (SC)
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi terhadap penyakit

3.4. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji intensitas, 1. Pengkajian yang
berhubungan tindakan karakteristik, dan spesifik membantu
dengan keperawatan derajat nyeri memilih intervensi
terputusnya selama 3 × 24 jam 2. Pertahankan tirah yang tepat
kontinuitas diharapkan pasien baring selama masa 2. Meminimalkan
jaringan akibat dapat beradaptasi akut stimulasi atau
tindakan dengan nyeri yang 3. Terangkan nyeri meningkatkan
operasi dialami dengan yang diderita pasien relaksasi
kriteria hasil : dan penyebabnya 3. Meningkatkan koping
- pasien 4. Ajarkan teknik pasien dalam
dapat distraksi dan mengatasi nyeri
mengungka relaksasi 4. Penguranga persepsi
pkan nyeri 5. Kolaborasi nyeri
pada pemberian terapi 5. Mengurangi rasa
perutnya analgetik nyeri pasien
berkurang
- pasien
tampak
tidak
meringis
lagi
- TTV dalam
batas
normal
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
mobilitas fisik tindakan kemampuan pasien seberapa besar
berhunungan keperawatan untuk beraktivitas kemampuan pasien
dengan adanya selama 3 × 24 jam 2. Bantu pasien dalam untuk beraktifitas
luka operasi diharapkan pasien memenuhi kebutuhan 2. Mengisyaratkan
dapat melakukan aktivitas sehari-hari pasien secara optimal
aktivitas tanpa 3. Bantu pasien untuk 3. Mengoptimalkan
hambatan dengan melakukan tindakan kondisi pasien
kriteria hasil : sesuai dengan 4. Menilai kondisi
pasien mampu kemampuan /kondisi umum pasien
melakukan pasien
aktivitasnya secara 4. Evaluasi
mandiri perkembangan
kemampuan pasien
melakukan aktivitas
3 Resiko tinggi Setelah diberikan 1. Observasi tanda tanda 1. Menetapkan data dasar
terhadap asuhan vital (tekanan darah, klien, terjadinya
infeksi keperawatan nadi, suhu, dan peradangan dapat
berhubungan selama 3 x 24 jam pernafasan) diketahui dari
dengan trauma diharapkan klien 2. Kaji adanya tanda- penyimpangan tanda –
jaringan / luka tidak mengalami tanda infeksi ( rubor, tanda vital terutama
bekas operasi infeksi dengan calor, dubor, tumor, peningkatan suhu
(SC) kriteria hasil : kerusakan fungsi tubuh
a)     Tidak terjadi jaringan) 2. Diteksi awal dalam
tanda - tanda 3. Ajurkan memasukan menentukan tindakan
infeksi (kalor, cairan oral dan diet lanjutan yang tepat dari
rubor, dolor, tinggi protein, vitamin tanda – tanda infeksi
tumor, fungsio c, dan besi. 3. Mencegah dehidrasi
laesea) 4. Anjurkan dan gunakan memaksimalkan
b)      Suhu dan nadi teknikmencuci tangan volume sirkulasi dan
dalam batas dengan cermat dan aliran urin. Protein dan
normal ( suhu = pembuangan pengalas vitamin c diperlukan
36,5 -37,5° C, kotoran, pembalut untuk pembentukan
frekuensi nadi = erineal, dan linen kolagen : besi
60 -100x/ menit) terkontaminasi dengan diperlukan untuk
c)     WBC dalam tepat. Diskusikan sintesis Hb
batas normal dengan klien 4. Membantu mencegah
(3,60-11,0 10^3 / pentingnya kelanjutan atau membatasi
uL)  tindakantindakan ini penyebaran infeksi
setelah pulang. 5. Perawatan luka dapat
5. Lakukan perawatan mempercepat
luka dan ganti balutan penyembuhan luka dan
6. Anjurkan klien untuk mengurangi resiko
tetap menjaga luka infeksi
tetap kering dan 6. Dengan keadaan luka
bersih yang kering dan bersih
7. Kolaborasi dengan dapat mengurangi
dokter untuk resiko terjadinya
pemberian antibiotic. infeksi
7. Perlu untuk mematikan
organisme
4 Kurangnya setelah dilakukan 1. Kaji kesiapan dan 1. Periode pasca
pengetahuan asuhan motivasi klien partum dapat
berhubungan keperawatan untuk belajar. menjadi
dengan selama 1X24 jam Bantu pengalaman positif
kurangnya diharapkan klien klien/pasangan bila kesempatan
informasi dapat mengerti dan dala penyuluhan
terhadap memahami tentang mengidentifikasi diberikan untuk
penyakit penjelasan yang kebutuhan- membantu
diberikan oleh kebutuhan mengembangkan
tenaga kesehatan. 2. Berikan rencana pertumbuhan ibu,
penyuluhan maturasi, dan
tertulis dengan komperensi.
menggunakan Namun, klien
format yang membutuhkan
standarisasi atau waktu untuk
ceklis, bergerak dari fase
dokumentasi “mengambil”
informasi yang sampai “menahan”
diberikan dan yang penerimaan
respon klien. dan kesepiannya
3. Berikan informasi ditingkatkan dan ia
yang secara emosi dan
berhubungan fisik siap untuk
dengan perubahan mempelajari
fisiologis dan informasi baru
psikologis yang untuk memudahkan
normal berkenaan penguasaan peran
dengan kelahiran barunya. Pada hari
sesar dan ke 2 atau 3
kebutuhan pascapartum, klien
berkenaan dengan biasanya menerima
periode penyuluhan
pascapartum 2. Membantu klien
4. Diskusikan untuk mendapatkan
rencana-rencana informasi-
untuk informasi dari
penatalaksanaan tenaga kesehatan.
dirumah: 3. Membantu klien
membantu mengenali
pekerjaan rumah, perubahan normal
susunan fisik dari respon-respon
rumah, abnormal yang
pengaturan tidur mungkin
bayi. memerlukan
5. Berikan atau tindakan-tindkan.
kuatkan informasi 4. Klien yang telah
yang menjalani kelahiran
berhubungan sesar memerlukan
dengan bantuan lebih
pemeriksaan banyak bila
pascapartum pertama kali
lanjutan. dirumah daripada
klien yang
mengalami
kelahiran
pervagina.
5. Evaluasi
pascapartum untuk
klien yang telah
menjalani kelahiran
sesar mungkin
dijadwalkan
minggu ketiga
daripada minggu
keenam, karena
peningkatan resiko
infeksi

3.5. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN &


EVALUASI FORMATIF

Tanggal/Ja Diagnosa TindakanKeperawatan


m Keperawatan
Selasa, 10- Nyeri berhubungan 1. Mengkaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
09-2019 dengan terputusnya 2. Mempertahankan tirah baring selama masa akut
Jam 10.00 kontinuitas 3. Menerangkan nyeri yang diderita pasien dan penyebabnya
WIB jaringan akibat 4. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
tindakan operasi 5. Berkolaborasi pemberian terapi analgetik
Gangguan 1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk beraktivitas
mobilitas fisik 2. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas
berhunungan sehari-hari
dengan adanya luka 3. Membantu pasien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
operasi kemampuan /kondisi pasien
4. Mengevaluasi perkembangan kemampuan pasien
melakukan aktivitas
Resiko tinggi 1. Mengobservasi tanda tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
terhadap infeksi dan pernafasan)
berhubungan 2. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi ( rubor, calor, dubor,
dengan trauma tumor, kerusakan fungsi jaringan)
jaringan / luka 3. Menganjurkan memasukan cairan oral dan diet tinggi
bekas operasi (SC) protein, vitamin c, dan besi.
4. Menganjurkan dan gunakan teknikmencuci tangan dengan
cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut
erineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan
dengan klien pentingnya kelanjutan tindakantindakan ini
setelah pulang.
5. Melakukan perawatan luka dan ganti balutan
6. Menganjurkan klien untuk tetap menjaga luka tetap kering
dan bersih
7. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic.
Kurangnya 1. Mengkaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Bantu
pengetahuan klien/pasangan dala mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
berhubungan 2. Memberikan rencana penyuluhan tertulis dengan
dengan kurangnya menggunakan format yang standarisasi atau ceklis,
informasi terhadap dokumentasi informasi yang diberikan dan respon klien.
penyakit 3. Memberikan informasi yang berhubungan dengan perubahan
fisiologis dan psikologis yang normal berkenaan dengan
kelahiran sesar dan kebutuhan berkenaan dengan periode
pascapartum
4. Mendiskusikan rencana-rencana untuk penatalaksanaan
dirumah: membantu pekerjaan rumah, susunan fisik rumah,
pengaturan tidur bayi.
5. Memberikan atau kuatkan informasi yang berhubungan

dengan pemeriksaan pascapartum lanjutan.

Rabu, 11-09- Nyeri berhubungan 1. Mengkaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
2019 dengan terputusnya 2. Mempertahankan tirah baring selama masa akut
Jam 10.00 kontinuitas 3. Menerangkan nyeri yang diderita pasien dan penyebabnya
WIB jaringan akibat 4. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
tindakan operasi 5. Berkolaborasi pemberian terapi analgetik
Gangguan 1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk beraktivitas
mobilitas fisik 2. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas
berhunungan sehari-hari
dengan adanya luka 3. Membantu pasien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
operasi kemampuan /kondisi pasien
4. Mengevaluasi perkembangan kemampuan pasien
melakukan aktivitas
Resiko tinggi 1. Mengobservasi tanda tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
terhadap infeksi dan pernafasan)
berhubungan 2. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi ( rubor, calor, dubor,
dengan trauma tumor, kerusakan fungsi jaringan)
jaringan / luka 3. Menganjurkan memasukan cairan oral dan diet tinggi
bekas operasi (SC) protein, vitamin c, dan besi.
4. Menganjurkan dan gunakan teknikmencuci tangan dengan
cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut
erineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan
dengan klien pentingnya kelanjutan tindakantindakan ini
setelah pulang.
5. Melakukan perawatan luka dan ganti balutan
6. Menganjurkan klien untuk tetap menjaga luka tetap kering
dan bersih
7. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic.

Kamis, 12- Nyeri berhubungan 1. Mengkaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
09-2019 dengan terputusnya 2. Mempertahankan tirah baring selama masa akut
Jam 16.00 kontinuitas 3. Menerangkan nyeri yang diderita pasien dan penyebabnya
WIB jaringan akibat 4. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
tindakan operasi 5. Berkolaborasi pemberian terapi analgetik
Kamis, 12- Gangguan 1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk beraktivitas
09-2019 mobilitas fisik 2. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas
Jam 16.00 berhunungan sehari-hari
WIB dengan adanya luka 3. Membantu pasien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
operasi kemampuan /kondisi pasien
4. Mengevaluasi perkembangan kemampuan pasien
melakukan aktivitas
Resiko tinggi 1. Mengobservasi tanda tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
terhadap infeksi dan pernafasan)
berhubungan 2. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi ( rubor, calor, dubor,
dengan trauma tumor, kerusakan fungsi jaringan)
jaringan / luka 3. Menganjurkan memasukan cairan oral dan diet tinggi
bekas operasi (SC) protein, vitamin c, dan besi.
4. Menganjurkan dan gunakan teknikmencuci tangan dengan
cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut
erineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan
dengan klien pentingnya kelanjutan tindakantindakan ini
setelah pulang.
5. Melakukan perawatan luka dan ganti balutan
6. Menganjurkan klien untuk tetap menjaga luka tetap kering
dan bersih
7. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic.
3.6. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI SUMATIF

Tanggal/Ja Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf


m Keperawatan
Selasa, 10- Nyeri S : Pasien mengatakan nyeri
09-2019 berhubungan masihterasa
Jam 10.00 dengan O:
WIB terputusnya - Skala nyeri 3 (0-10)
kontinuitas - Luka terlihat basah
jaringan akibat A : Masalah teratasi sebagian
tindakan operasi P : Intervensi dilanjutkan
Gangguan S : Pasien mengatakan belum bias
mobilitas fisik beraktivitas
berhunungan O:
dengan adanya - Pasien bedrest
luka operasi - Pasien masih di bantu
dalam beraktivitas
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 88 ×/menit
S : 36,5 °C
RR : 20 ×/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko tinggi S: klien mengatakan luka masih
terhadap infeksi
basah dan terasa nyeri.
berhubungan
O : luka klien masih basah, dan
dengan trauma
jaringan / luka tertutup kassa steril
bekas operasi TTV :
(SC) TD : 120/90 mmHg
N : 88 ×/menit
S : 36,5 °C
RR : 20 ×/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Kurangnya S: klien mengatakan sudah
pengetahuan
paham dengan apa yang
berhubungan
dijelaskan oleh perawat
dengan
kurangnya O : klien menjelaskan kembali
informasi apa yang telah dijelaskan oleh
terhadap
perawat
penyakit
- Klien terliha tpaham

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Rabu, 11-09- Nyeri S : Pasien mengatakan nyeri


2019 berhubungan sedikit berkurang
Jam 10.00 dengan O:
WIB terputusnya - Skala nyeri 2 (0-10)
kontinuitas - Luka terlihat basah
jaringan akibat A : Masalah teratasi sebagian
tindakan operasi P : Intervensi dilanjutkan
Gangguan S : Pasien mengatakan sedikit-
mobilitas fisik sedikit dapat beraktivitas
berhunungan O:
dengan adanya - Pasienmasih di bantu
luka operasi dalam beraktivitas
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 88 ×/menit
S : 36,5 °C
RR : 20 ×/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko tinggi S: klien mengatakan luka masih
terhadap infeksi
basah dan terasa nyeri.
berhubungan
O : luka klien masih basah, dan
dengan trauma
jaringan / luka tertutup kassa steril
bekas operasi TTV :
(SC) TD : 120/90 mmHg
N : 88 ×/menit
S : 36,5 °C
RR : 20 ×/menit
A : masalah belumteratasi
P : intervensidilanjutkan

Kamis, 12- Nyeri S : Pasien mengatakan nyeri


09-2019 berhubungan sudah berkurang
Jam 16.00 dengan O:
WIB terputusnya - Skala nyeri 2 (0-10)
kontinuitas - Luka terlihat sudah tidak
jaringan akibat basah
tindakan operasi - Luka terbalut dengan
perban anti air
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Kamis, 12- Gangguan S : Pasien mengatakan sudah bisa
09-2019 mobilitas fisik beraktifitas
Jam 16.00 berhunungan O:
WIB dengan adanya - Pasien tampak sudah bisa
luka operasi melakukan aktifitas
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 88 ×/menit
S : 36,5 °C
RR : 20 ×/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Resiko tinggi S: klien mengatakan luka masih


terhadap infeksi
sedikit basah, masih sedikit
berhubungan
nyeri.
dengan trauma
jaringan / luka O : luka klien tampak masih
bekas operasi sedikit basah, Luka terbalut
(SC) dengan perban anti air

TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 88 ×/menit
S : 36,5 °C
RR : 20 ×/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Sectio Caesarea adalah cara melahirkan anak dengan cara melakukan
pembedahan / operasi lewat dinding perut dan dinding uterus untuk melahirkan
anak yang tidak bisa dilakukan pervaginam atau oleh karena keadaan lain yang
mengancam ibu atau bayi yang mengharuskan kelahiran dengan cara segera
sedangkan persyaratan pervaginam tidak memungkinkan.
Penyebab harus dilakukan operasi sectio caesarea adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin, pre-eklamsi berat,
ketuban pecah dini, bayi kembar, faktor hambatan jalan lahir, dan kelainan letak
janin.

4.2. Saran
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penyusun akan lebih fokus dan lebih detail dalam menjelaskan tentang makalah
di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC


Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.
Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT
Gramed

Anda mungkin juga menyukai