Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi


1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut Abraham Maslow (2015) (dalam buku Mubarak, 2017)
manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara
memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun
psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang penting,
bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan
itu sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan
kebutuhan manusia dan membahasnya dari berbagai segi.Orang pertama
yang menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun
1950, Abraham maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan
teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi
lima kategori kebutuhan dasar yaitu sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat
fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya)
yang ditandai oleh kekurangan (defisit) sesuatu dalam tubuh yang
bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic
needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrem
(misalnya kelaparan) manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas
perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan
dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu.
Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relative sudah tercukupi, muncullah
kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety
needs). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki
Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang
belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya

6
7

dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang


kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha
memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi kebutuhan akan
cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia
untuk bertahan hidup.Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu
sebagai berikut.
a) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.
b) Kebutuhan cairan dan elektrolit.
c) Kebutuhan makanan.
d) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi.
e) Kebutuhan istirahat dan tidur.
f) Kebutuhan aktivitas
g) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh.
h) Kebutuhan seksual.
Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup
seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat
manusia.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan
keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang
bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya. Oleh
karena adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan,
undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat system,
asuransi, pension, dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs,
kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi,
maka pandangan sesorang tentang dunianya dapat terpengaruh dan pada
gilirannya pun perilakuknya akan cenderung kearah yang makin negativ.
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini
meliputi sebagai berikut.
8

a) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan


infeksi.
b) Bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan
asing.

c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging


Needs)
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi, maka timbul
kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs).
Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan.Setiap orang pun
ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya “akar” dalam
masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga,
sebuah kampong, suatu marga, dan lain-lain. Setiap orang yang tidak
mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang
tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak
berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang
bersangkutan. Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut.
1) Memberi dan menerima kasih sayang.
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain.
3) Kehangatan
4) Persahabatan
5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta
lingkungan sosial.
d. Kebutuhan Harga Diri (self-Esteem Needs)
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relative sudah terpenuhi,
maka timbul kebutuhan akan harga diri (self-Esteem Needs). Ada dua
macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan
akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri, dan kemandirian.
Sementara yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang
lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggan, dianggap penting, dan
9

apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan


harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak bergantung
pada orang lain, dan selalu siap untuk berkembang terus untuk
selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self
actualization). Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut.
1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain.
2) Kompeten.
3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan
yang tidak tersusun secara hierarki, melainkan saling mengisi. Jika
berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi
seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi,
keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera, dan
sebagainya. Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut
1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami
potensi diri).
2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri.
3) Tidak emosional.
4) Mempunyai dedikasi yang tinggi.
5) Kreatif.
6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya
2. Konsep Kebutuhan Oksigenasi
Mubarak, Chayatin (2008) mengungkapkan oksigen merupakan
kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh,
oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan
untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanaanya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam
bidang garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus faham dengan
10

manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klien nya serta mampu


mengatasi berbagai masalah yang terkait dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut. Karena itu, perawat perlu memahami secara mendalam konsep
oksigen pada manusia.
3. Pengertian oksigenasi
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses
metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang
sangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karena nya
berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan
oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Pemenuhan kebutuhan
oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernafasan dan sistem
kardiovaskuler secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi dan kardiovaskuler, maka kebutuhan oksigen akan
mengalami gangguan (Haswita, Sulistyowati, 2017).
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia
dan fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak berbau, yang
mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen tidak tetap, dalam waktu tertentu membutuhkan oksigen
dalam jumlah banyak karena suatu sebab. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan oksigen dalam tubuh antara lain lingkungan,
latihan, emosi, gaya hidup, dan status kesehatan ( Sutanto, Fitriana, 2017)
4. Proses oksigenasi
Proses oksigenasi melibatkan sistem pernafasan dan kardiovaskuler.
Prosesnya terdiri dari 3 tahapan yaitu:
a) Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dan
alveoli. Masuknya O2 atmosfir ke dalam alveoli ke atmosfer yang
terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi).
11

b) Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan karbon


dioksida antara alveoli dengan darah pada membran kepiler alveolar
paru.
c) Transportasi gas merupakan perpindahan gas dari paru ke jaringan dan
dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah) (Haswita,
Sulistyowati, 2017).
5. Sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi
a. Sistem pernafasan
Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin
ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan
pertukaran gas. Melalui peran sistem respirasi, oksigen diambil dari
atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas
oksigen dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan
didifusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses
metabolisme.
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer,
kemudian oksigen masuk melalui organ pernafasan bagian atas seperti
hidung dan mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ
pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus
sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, dan
selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udara ke organ
pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas juga berfungsi
untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke
pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembapkan gas.
Sementara itu, fungsi organ pernapasan bagian bawah, selain sebagai
tempat untuk masuknyan oksigen, berperan juga dalam proses difusi gas.
1). Respirasi
Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida baik yang terjadi di paru-paru, maupun di jaringan. Proses
respirasi dibagi menjadi dua, yaitu:
12

a) Respirasi eksternal
Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida di paru-paru dan kapiler pulmonal dengan lingkungan
luar. Pertukaran gas ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan
dan konsentrasi antara udara lingkungan dengan di paru-paru.
Konsenterasi gas di atmosfer terdiri atas nitrogen (78,62 ,
oksigen (20,84 ), karbon dioksida (0,04 ), dan air (0,5 .
Adanya konsentrasi gas menimbulkan tekanan parsial dari
masing-masing gas tersebut. Tekanan parsial gas adalah tekanan
yang di berikan oleh gas dalam suatu gas campuran (hukum gas).
Dengan demikian, perbedaan konsentrasi gas mengakibatkan
perbedaan tekanan parsial gas. Sebagai contoh, kosentrasi oksigen
di alveoli lebih tinggi dari konsentrasi di kapiler pulmonal,
sehingga tekanan parsial gas juga lebih tinggi pula. Keadaan ini
mengakibatkan pergerakan oksigen masuk ke kapiler pulmonal.
Sementara itu, tekanan parsial karbon dioksida di alveoli lebih
rendah dibandingkan di kepiler pulmonal sehingga karbon
dioksida akan bergerak keluar kapiler, respirasi eksternal
melibatkan kegiatan-kegiatan berikut:
1. Pertukaran udara dari luar atau atmosfer dengan udara alveoli
melalui aksi mekanik yang disebut ventilasi.
2. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dengan
kapiler pulmonal melalui proses difusi.
3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh darah dari
paru-paru ke seluruh tubuh dan sebaliknya.
4. Pertukaran oksigen dan karbondioksida darah dalam
pembuluh kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan melalui
proses difusi.
b) Respirasi internal
Merupakan proses pernafasan oksigen dalam sel yang
terjadi di mitokondria untuk metabolisme dan produksi karbon
13

dioksida. Proses pertukaran gas pada respirasi internal hampir


sama dengan proses respirasi eksternal. Adanya peranan tekanan
parsial gas dan proses difusi untuk pertukaran gas antara kapiler
sistemik dengan ke jaringan. Tekanan parsial oksigen (PO2) di
jaringan selalu lebih rendah dari darah arteri sistemik dengan
perbandingan 40 mmHg dan 140 mmHg. Dengan demikian,
oksigen akan masuk dari kapiler sistemik ke jaringan sampai
terjadi keseimbangan, sedangkan karbondioksida akan bergerak
dengan cepat masuk ke aliran vena dan kembali ke jantung.
2) Mekanisme pernapasan
Pernapasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan
udara dari dan ke paru-paru. Proses bernapas terdiri atas dua fase,
yaitu: inspirasi (periode ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru)
dan ekspirasi (periode ketika udara meninggalkan paru-paru keluar
atmosfer).
3) Inspirasi
Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli di bawah tekanan atmosfer.
Otot yang paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, bentuknya
melengkung dan melekat pada iga paling bawah dan otot interkosta
eksterna.
4) Ekspirasi
Selama pernapasan biasa, ekspirasi merupakan proses pasif, tidak
ada kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirai, otot-otot respirasi
relaksasi, membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi
volume paru. Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi
dari tekanan volume atmosfer.
5) Otot-otot pernapasan
Perubahan volume paru-paru terjadi karena kontraksi otot-otot
skeletal, khususnya otot-otot sela iga dan difragma yang merupakan
pembatas rongga toraks dan rongga abdomen. Otot-otot utama
pernapasan adalah difragma dan otot-otot interkosta eksterna pada
14

keadaan pernapasan normal. Otot-otot tambahan atau aksesori juga


berperan dalam pernapasan kuat, peningkatan pernapasan seperti otot
interkosta interna, sternokleidomastoideus, seratus anterior, pektoris
minor, torasikus tranversus oblikus eksterna dan internal, serta rektus
abdominalis.
6) Pertukaran dan transpor gas pernapasan
Pertukaran gas terjadi antara udara luar dengan darah dalam
membran respiratori. Pernapasan adalah pertukaran gas oksigen dan
karbon dioksida pada alveolus, tingkat kapiler (pernapasan eksternal),
dan sel dalam jaringan (pernapasan internal). Selama pernapasan,
jaringan tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme dan karbon
dioksida untuk dikeluarkan. Udara yang kita butuhkan dari atmosfer
agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh membutuhkan proses yang
kompleks, meliputi proses ventilasi, perfusi, difusi ke kapiler, dan
transportasi.
a. Ventilasi, pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Ada
tiga kekuatan yang berperan dalam ventilasi, yaitu:
1) Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat
dapat diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini terkait
dengan volume dan tekanan paru-paru.
2) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus
mempengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan
disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan alveolus yang
dihasilkan oleh tipe II.
3) Otot-otot pernapasan. Ventilasi sangat membutuhkan otot-otot
pernapasan untuk mengembangkan rongga toraks.
b. Difusi, proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari
alveolus ke kapiler pulmonal melalui membran, dari area dengan
konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Proses difusi
dari alveolus ke kapiler paru-paru antara oksigen dan karbon
dioksida melewati 6 rintangan (barier), yaitu: melewati surfaktan,
15

membran alveolus, cairan interstisial, membran kapiler, plasma,


dan membran sel darah merah. Oksigen berdifusi masuk dari
alveolus ke darah dan karbondioksida didifusi 20 kali lebih cepat
dari difusi oksigen, karena CO2 daya larutnya tinggi.
c. Perfusi paru, pergerakan aliran darah melalui sirkulasi pulmonal.
Darah dipompakan masuk ke paru-paru melalui ventrikel kanan
kemudian masuk ke arteri pulmonal. Arteri pulmonal kemudian
bercabang dua (kanan dan kiri) selanjutnya masuk ke kapiler paru
untuk terjadi pertukaran gas.
d. Volume dan kapasitas paru, pengukuran volume dan kapasitas paru
menunjukan adekuatnya pertukaran gas dan fungsi paru.
e. Pengaturan pernapasan
Pengendalian dan pengaturan pernapasan dilakukan oleh sistem
persarafan, mekanisme kimia, dan mekanisme nonkimia.
1) Pengendalian pernapasan oleh sistem persarafan
Pengaturan pernapasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks
serebri, medula oblongata, dan pons.
a. Korteks serebri, berperan dalam pengaturan pernapasan
yang bersifat volunter sehingga memungkinkan kita dapat
mengatur napas dan menahan napas, misalnya pada saat
bicara atau makan.
b. Medula oblongata, berperan dalam pernapasan otomatis
atau spontan.
c. Pons, terdapat dua pusat pernapasan, yaitu pusat apneutik
dan pusat pneumotaksis. Pusat apneutik berfungsi untuk
mengoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi
dengan cara mengirimkan rangsangan impuls pada area
inspirasi dan menghambat ekspirasi. Fungsi pneumotaksis
adalah membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan
frekuensi respirasi sehingga irama respirasi menjadi halus
16

dan teratur, proses inspirasi dan ekspirasi secara teratur


pula.
2) Kendali kimiawi, adanya banyak faktor yang mempengaruhi
laju dan kedalaman pernapasan yang sudah diatur oleh pusat
pernapasan yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbon
dioksida, dan ion hidrogen dalam darah artei.
3) Pengaturan oleh mekanisme non-kimiawi, beberapa faktor non-
kimia yang mempengaruhi pengaturan pernapasan di antaranya
pengaruh baroreseptor, peningkatan tempratur tubuh, hormon
epinefrin, dan refleks Hering-Breuer.
b. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler berperan dalam proses oksigenasi ke
jaringan tubuh, yaitu berperan dalam proses transportasi oksigen.
Oksigen di transportasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Aliran darah yang adekuat hanya dapat terjadi apabila fungsi jantung
normal. Dengan demikian, kemampuan oksigenasi pada jaringan
sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung
yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah
dan perubahan tekanan darah.
1) Jantung sebagai pemompa, jantung merupakan organ pemompa
yaitu, memompa darah melalui sirkulasi sistemik maupun
pulmonal. Pada keadaan normal, jumlah darah yang dipompakan
oleh venterikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga tidak terjadi
penimbunan.
2) Tekanan darah, daya dorong darah ke seluruh dinding pembuluh
darah pada permukaan yang tertutup. Tekanan darah timbul dari
adanya tekanan arteri yaitu takanan yang terjadi pada dinding
arteri. Tekanan arteri terdiri atas tekanan, sistole, tekanan diastole,
tekanan pulsasi, dan tekanan arteri rata-rata.
17

3) Pengaturan tekanan darah


Pengaturan tekanan darah dilakukan oleh sistem persarafan dan
sistem endikrin.
a) Pengaturan oleh sistem persarafan
Dilakukan melalui aktivitas saraf otonom, yaitu aktivitas saraf
simpatis dan parasimpatis. Perubahan aktivitas saraf simpatik
dan parasimpatis merupakan respon yang dikirim oleh reseptor
sensorik dari bagian tubuh. Ada tiga reseptor penting dalam
refleks kardiovaskuler, yaitu: baroresptor reseptor yang
sensitive terhadap perubahan tekanan darah arteri terletak pada
arkus aorta dan sinus karotid, stretch reseptor yang sensitive
terhadap perubahan renggangan pada reflex status volume
sirkulasi, dan kemoreseptor yang sensitive terhadap perubahan
kimia pada peningkatan karbon dioksida dan penurunan pH
darah arteri.
b) Pengaturan oleh sistem endokrin
Melalui peran hormon tertentu, seperti hormon yang di
produksi oleh medula adrenal yaitu, epinefrin berperan sebagai
vasokonstriktor atau vasodilator tergantung pada reseptor otot
polos pada pembuluh darah organ dan norepinerin berperan
sebagai vasokonstriktor.
c. Sistem Hematologi
Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah
merah, karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu
mengikat oksigen.
1) Transpor oksigen
Setelah didifusi dari kapiler pulmonal, oksigen dibawa ke seluruh
tubuh melalui sistem sirkulasi sistemik. Setiap 100 ml darah yang
meninggalkan kapiler alveolus membawa 20 ml oksigen. Molekul
oksigen dibawa darah melalui dua jalur yaitu melalui ikatan dengan
hemoglobin (Hb) sekitar 97% dan larut melalui plasma sekitar 3%.
18

Hemoglobin merupakan molekul yang mengandung empat subunit


protein globular dan unit heme. Setiap molekul Hb dapat mengikat
empat molekul oksigen dan membentuk ikatan oksi-hemoglobin
(Hb O2).
Setiap sel darah merah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin
sehingga kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen
sangat besar. Presentase hemoglobin yang mengandung oksigen
disebut saturasi hemoglobin. Jika semua molekul Hb dapat
mengikat oksigen, maka saturasinya menjadi 50%. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi ikatan hemoglobin dengan oksigen,
diantaranya:
1) Hemoglobin dengan pO2, pengikatan dan penguraian oksigen
dengan hemoglobin merupakan tekanan oksigen di alveolus
sekitar 100 mmHg, sehingga saturasi Hb di kapiler pulmonal
sangat tinggi sekitar 97,5%. Hubungan antara pO2 dengan
saturasi hemoglobin memberikan mekanisme regulasi otomatis
dari kebutuhan oksigen tubuh. Jaringan yang tidak aktif
membutuhkan lebih sedikit oksigen dibandingkan jaringan yang
aktif.
2) Hemoglobin dan pH, jika pH nya turun atau dalam keadaan
asam, maka saturasinya menjadi turun.
3) Hemoglobin dan tempratur, pada tempratur yang meningkat, Hb
melepaskan lebih banyak oksigen.
4) Hemoglobin dan aktivitas metabolisme sel, peningkatan
metabolisme sel akan mempengaruhi peningkatan konsumsi
oksigen karena oksigen sangat dibutuhkan untuk metabolisme.
2) Transpor karbon dioksida.
Hasil metabolisme aerob pada jaringan perifer. Normalnya sekitar
200 karbon dioksida diproduksi setiap menit.
19

6. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi


a. Faktor fisiologi
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas, penyakit asma.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transpor O2 terganggu seperti pada hipertensi, syok, dan dehidrasi.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dan penyakit hipertiroid.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta
penyakit kronis seperti TB paru.
b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun.
c. Faktor perilaku
1) Nutrisi: seperti gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
2) Latihan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen karena
meningkatnya metabolisme.
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan)
20

5) Kecemasaan
d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Temperatur lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.
7. Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), masalah keperawatan masalah
kebutuhan oksigen terdiri dari:
a. Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri. Pada keadaan hipoksemia tubuh, akan
melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,
meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan
peningkatan nadi.
b. Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau
tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat
defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan
oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit
ventilasi berhenti spontan. Hipoksia tejadi diakibatkan oleh
menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi oksigen,
ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, menurunnya difusi
oksigen dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan,
kerusakan atau gangguan ventilasi.
c. Perubahan pola nafas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar
12-20X/menit, dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi. Pernapasan normal disebut eupnea.
21

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit, no
register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Pada masalah oksigenasi biasanya pasien merasakan sesak napas,
batuk berdahak, batuk berdarah, nyeri dada.
c. Data riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Riwayat alergi (makanan/obat/lainnya).
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi 4
teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
1) Inspeksi
Pada saat inspeksi perawat meng penampilan umum, postur tubuh,
kondisi kulit dan membran mukosa, dada (kontur rongga intercosta;
diameter anteroposterior (AP), struktur toraks, pergerakan dinding
dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan; durasi
inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya
sianosis, adanya deformitas dan jaringan perut pada dada, dll.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan tumit tangan pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Pemeriksaan ini berguna untuk
mendeteksi nyeri tekan, peradangan setempat, metastasis tumor
ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada.
Palpasi dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan
22

dada, adanya nyeri tekan, abnormalitas massa dan kelenjar,


sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisi kapiler, dan lain-lain.
3) Perkusi
Secara umum, perkusi dilakukan bertujuan untuk menentukan
ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya
abnormalitas, cairan, atau udara di dalam paru. Hal-hal tersebut
dapat dinilai dari normal tidaknya suara perkusi paru. Suara perkusi
normal adalah suara perkusi sonor dengan bunyi seperti “dug-dug”.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan di
dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan
menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan
berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi
sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik
paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi napas
vesikuler, bronkial, bronkovesikuler, rales, ronki, juga untuk
mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu
terjadinya (Mubarak, Chayatin, 2008).
e. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami masalah kebutuhan oksigenasi, yaitu:
1) Penilaian ventilasi dan oksigenasi, contohnya uji fungsi paru,
pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah
lengkap, dll.
2) Tes struktur sistem pernapasan, contohnya rontgen dada,
bronkoskopi (pemeriksaan bronkus dengan bronskop) dan scan
paru.
3) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan,
contohnya kultur kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis.
23

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 diagnosis yang muncul
pada kasus stroke hemoragik antara lain:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
hipertensi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan hipoksia serebral
5. Risiko jatuh berhubungan dengan penyakit serebrovaskuler
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilisasi
8. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan

Anda mungkin juga menyukai