Skripsi Rangga
Skripsi Rangga
Abstrak
Latar Belakang: Kecemasan (ansietas) merupakan suatu gangguan yang
dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas. Kecemasan yang tidak
teratasi dapat menimbulkan beberapa dampak diantaranya, penurunan kualitas
hidup, perubahan emosional seperti depresi kronis serta gangguan psikosa.
Tujuan: Tujuan umum dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran
simtom kecemasan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Metode: deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Kuesioner yang
telah tervalidasi dengan jumlah responden sebanyak 171 sampel.
Hasil: Gambaran simtom kecemasan pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa dalam kategori cemas ringan sebanyak 148 orang (86,5%),
dan dalam kategori cemas sedang sebanyak 23 orang (13,5%).
Kesimpulan: Terdapat gambaran simtom kecemasan pada pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa.
PENDAHULUAN
Kecemasan (ansietas) merupakan Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
suatu gangguan yang dicetuskan oleh merupakan masalah kesehatan
adanya situasi atau objek yang jelas masyarakat yang semakin meningkat.
(dari luar individu itu sendiri), yang Insidensi Penyakit Ginjal Kronik di
sebenarnya pada saat kejadian ini banyak negara sebesar 200 kasus per
tidak membahayakan. Kecemasan satu juta penduduk per tahun. Hasil
yang tidak teratasi dapat systematic review dan metaanalisis
menimbulkan beberapa dampak yang dilakukan oleh Hill et al, 2016,
diantaranya seseorang cenderung mendapatkan prevalensi global
mempunyai penilaian negatif tentang Penyakit Ginjal Kronik sebesar
makna hidup, penurunan kualitas 13,4%, di Indonesia, perawatan
hidup, perubahan emosional seperti penyakit ginjal mendapatkan
depresi kronis serta gangguan peringkat kedua pembiayaan terbesar
psikosa.1,2 dari Badan Penyelenggara Jaminan
Data Riskesdas 2013 Sosial Kesehatan setelah penyakit
menunjukkan prevalensi gangguan jantung.5,6
mental emosional yang ditunjukkan Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
dengan gejala-gejala depresi dan adalah suatu keadaan klinis yang
kecemasan untuk usia 15 tahun ke ditandai dengan penurunan fungsi
atas mencapai sekitar 14 juta orang ginjal yang irreversible, sehingga
atau 6% dari jumlah penduduk pada derajat tertentu akan
Indonesia. Gangguan jiwa berat, memerlukan terapi pengganti fungsi
seperti skizofrenia mencapai sekitar ginjal yang berupa hemodialisis atau
400.000 orang atau sebanyak 1,7 per transplantasi ginjal. Kriteria Penyakit
1.000 penduduk.3 Ginjal Kronik adalah kerusakan ginjal
yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa tidak menjalani terapi maka akan
kelainan struktural atau fungsional, menjadi ancaman vonis mati yang
dengan atau tanpa penurunan Laju tinggal menunggu waktu. Pada
Filtrasi Glomerulus (LFG). Penyakit penelitian Luana NA yang berjudul
Ginjal Kronik juga dapat terjadi Kecemasan pada Penderita Penyakit
apabila nilai GFR kurang dari 60 Ginjal Kronik yang Menjalani
mL/menit/1,73m2 yang berlangsung Hemodialisis di RS Universitas
selama lebih dari 3 bulan, dengan atau Kristen Indonesia pada tahun 2013
tanpa kerusakan ginjal.2,3 menunjukkan bahwa berdasarkan skor
Penyakit Ginjal Kronik sudah HDRS diketahui sebagian besar
merupakan masalah kesehatan (77,8%) responden memiliki
masyarakat. Berbagai upaya gangguan cemas dalam berbagai
dilakukan untuk mengatasi berbagai derajat. Sebanyak 29,6% penderita
masalah Penyakit Ginjal Kronik hemodialisis menderita gangguan
seperti mengatur pola makan (diet), cemas ringan, dan 27,8% subyek
dialisis dan transplantasi ginjal. menderita gangguan cemas berat. 4,7
Tahapan Penyakit Ginjal Kronik METODE PENELITIAN
didasarkan pada faal ginjal yang Jenis penelitian ini adalah
masih tersisa yang dapat diukur penelitian deskriptif dengan desain
dengan klirens kreatinin. Pada cross sectional dimana pengambilan
Penyakit Ginjal Kronik stadium V data hanya diambil satu kali
dengan tes klirens kreatinin pengambilan untuk mengetahui
menunjukkan kurang dari 15 gambaran proporsi tingkat kecemasan
mL/menit/1,73m2 dianjurkan untuk pasien Penyakit Ginjal Kronik yang
menjalani terapi hemodialisis.3,4 menjalani terapi hemodialisis di
Hemodialisis adalah suatu Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida
prosedur dimana darah dikeluarkan pada bulan Januari 2020.
dari tubuh penderita dan beredar Pengambilan data dilakukan dengan
dalam sebuah mesin diluar tubuh menggunakan kuisioner Beck Anxiety
yang disebut dialiser. Hemodialisis Inventory (BAI). Kuisioner BAI akan
menggunakan prinsip-prinsip difusi diberikan kepada pasien dan diminta
zat terlarut menembus membran untuk menjawab kuisioner yang telah
semipermeabel.3 disediakan dengan wawancara.
Pada penderita Penyakit Ginjal Penelitian ini menggunakan metode
Kronik yang menjalani hemodialisis penarikan sampel yaitu non-
akan mengalami tekanan psikologis probability sampling jenis quota
pasca menjalani terapi hemodialysis. sampling. Dihitung menggunakan
Tekanan psikologis yang terjadi berupa rumus slovin: dan didapatkan jumlah
kecemasan, , insomnia, sulit sampel sebesar 171. Pada penelitian
berkonsentrasi, tidak nafsu makan, ini data yang dikumpulkan yaitu
merasa putus asa berlebihan, dan berupa data primer. Data primer yang
hilangnya semangat hidup. Tekanan dikumpulkan meliputi: Data
psikologis terjadi karena pada pasien mengenai tingkat kecemasan pasien
yang menjalani hemodialisis sangat Penyakit Ginjal Kronik di Rumah
tergantung pada alat, apabila Sakit Ginjal Rasyida. Data yang
penderita Penyakit Ginjal Kronik digunakan didapat menggunakan
kuisoner Beck Anxiety Inventory proporsi usia berdasarkan tingkat
(BAI). kecemasan penderita penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di
HASIL Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida
1. Jenis kelamin pasien PGK yaitu cemas ringan pada usia 41-50
Hasil penelitian pada penderita tahun 71 orang (41,5%), cemas
penyakit ginjal kronik yang menjalani ringan pada usia 31-40 tahun 32
hemodialisa di Rumah Sakit Khusus orang (18,7%), cemas ringan pada
Ginjal Rasyida diperoleh proporsi usia 51-60 tahun 21 orang (12,3%),
jenis kelamin berdasarkan tingkat cemas ringan pada usia 61-70 tahun
kecemasan responden adalah sebagai 14 orang (8,2%), cemas ringan pada
berikut: usia 20-30 tahun 7 orang (4,1%), dan
Tabel 1. Proporsi jenis kelamin cemas ringan pada usia 71-80 tahun 3
Jenis
cemas
ringan
cemas
sedang
cemas
berat
Total orang (1,8%). Cemas sedang pada
kelamin n % n % n % n % usia 41-50 tahun 11 orang (6,4%),
Laki-laki
103 60,2 19 11,1 0 0 122 71,3 cemas sedang pada usia 31-40 tahun 5
Perempuan
45 26,3 4 2,3 0 0 49 28,7 orang (2,9%), cemas sedang pada usia
Total
148 86,5 23 13,5 0 0 171 100,0
61-70 tahun 3 orang (1,8%), cemas
Tabel 4.1 menunjukan bahwa sedang pada usia 20-30 tahun 2 orang
proporsi jenis kelamin berdasarkan (1,2%), cemas sedang pada usia 51-60
tingkat kecemasan penderita penyakit tahun 1 orang (0,6%) dan cemas
ginjal kronik yang menjalani sedang pada usia 71-80 tahun 1 orang
hemodialisa di Rumah Sakit Khusus (0,6%).
Ginjal Rasyida yaitu laki-laki dengan
cemas ringan 103 orang (60,2%), 3. Lama hemodialisa pasien PGK
perempuan dengan cemas ringan 45 Hasil penelitian pada penderita
orang (26,3%), laki-laki dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani
cemas sedang 19 orang (11,1%), hemodialisa di Rumah Sakit Khusus
perempuan dengan cemas sedang 4 Ginjal Rasyida diperoleh distribusi
orang (2,3%). frekuensi lama menjalani hemodialisa
responden adalah sebagai berikut:
2. Usia pasien PGK Tabel 4.3 Proporsi lama menjalani
Hasil penelitian pada penderita hemodialisa
penyakit ginjal kronik yang menjalani Lama
cemas
ringan
cemas
sedang
cemas
berat
Total