Anda di halaman 1dari 53

OPTIMASI TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PADA

PELABUHAN BAKAUHENI PROVINSI LAMPUNG

(Tesis)

Oleh
OKI ENDRATA WIJAYA

PROGAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
OPTIMASI TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PADA
PELABUHAN BAKAUHENI PROVINSI LAMPUNG

Oleh
OKI ENDRATA WIJAYA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar


MAGISTER TEKNIK SIPIL

Pada

Progam Pascasarjana Magister Teknik


Fakultas Teknik Universitas Lampung

PROGAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK

OPTIMASI TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PADA


PELABUHAN BAKAUHENI PROVINSI LAMPUNG

Oleh:

OKI ENDRATA WIJAYA

Pelabuhan Bakauheni terletak di kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung,


yang berguna untuk menghubungkan pulau Sumatera dan pulau Jawa, dengan
lokasi yang strategis menjadikan Pelabuhan Bakauheni salah satu sentral laut di
dunia, namun masih terdapat komponen dan pelayanan yang kurang optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pelayanan dermaga dan


komponen yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya tingkat pelayanan,
serta untuk membuat rekomendasi dalam meningkatkan pelayanan dermaga di
pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung, Adapun metodelogi yang digunakan
adalah metodologi deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan dermaga di pelabuhan


Bakauheni cukup baik berdasarkan fasilitas yang tersedia dan pelayanan pengguna
jasa, khususnya waktu pelayanan di dermaga I (satu) yang mampu melayani
sebanyak 24 trip penyebrangan dan dermaga II (dua) sebanyak 23 trip
penyeberangan selama 24 jam non-stop, namun dengan tidak beroperasinya
dermaga IV telah mengurangi tingkat pelayanan sebanyak 1.813 kapasitas
kendaraan, juga diketahui pada hari biasa terjadi penambahan kapasitas sebanyak
2.187 kendaraan, sedangkan dalam waktu 24 jam pelabuhan Bakauheni mampu
melayani sebanyak 13.531 kendaraan.

Kata kunci : Tingkat Pelayanan, Waktu Pelayanan, Pelabuhan, dan Dermaga.


ABSTRACT

THE OPTIMIZATION OF QUAY SERVICE LEVEL AT


BAKAUHENI PORT IN LAMPUNG PROVINCE

By:

OKI ENDRATA WIJAYA

Bakauheni port located in South Lampung Regency of Lampung Province, which


is useful to connect between Sumatra and Java island, with the strategic location
make Bakauheni port one of central sea in the world, but it still has the component
and service that less optimal.

This study aims to determine the service level of quay and components that cause
the increased or reduced service level, also to make recommendations to improve
quay services at the port of Bakauheni in Lampung. The methodology that used
was descriptive quantitative method.

The results showed that the level of quay service at the port of Bakauheni was
good enough based on the available of facilities and the service users, specially
for service time at the 1th quay that can serve as many as 24 crossing trip and the
2nd quay as many as 23 crossing trip during 24 hours, but the influence of not
operating the IV quay has reduced the level of service as much as 1,813 vehicle
capacity, also known on the common day had the addition capacity as much 2,187
vehicles, while within 24 hours Bakauheni port able to serve as much as 13.531
vehicles.

Keywords: Service Level , Service Time, Ports, and Quay.


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Oki Endrata Wijaya, lahir di Baturaja, pada


tanggal 18 Juni 1992, anak ke empat dari lima bersaudara,
merupakan anak dari pasangan Bapak Purn. Asmadi dan Ibu
Hartini. Penulis mempunyai istri yang bernama Dian
Muslimah, S.Pd. yang saat ini sedang mengandung sang buah
hati pertamanya.
Adapun Riwayat Pendidikan penulis sebagai berikut; Pendidikan Sekolah Dasar
(SD) diselesaikan di SDN 158 Kab. OKU Timur tahun 2003, SMP N 2 Kab. OKU
Timur tamat tahun 2006, SMA PGRI Kab. OKU Timur tamat tahun 2009, Strata 1
(S1) di Progam Studi Teknik Sipil Universitas Baturaja tamat tahun 2013, dan
starata 2 (S2) di Progam Studi Magister Teknik Sipil Universitas Lampung masuk
kuliah di tahun 2014.

Selain menjadi Mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan-kegiatan sosial dan


organisasi kemasyarakatan kepemudaan, dan sejak tahun 2016 penulis bekerja
sebagai Dosen di Progam Studi Teknik Sipil Universitas Baturaja.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“Hidup adalah Perjuangan yang tak terlepas dari


Amanah dan Kewajiban, Maka jalanilah hidup dengan
penuh Semangat, Cinta dan Cita-cita”.

PERSEMBAHAN:

1. Kedua Orang Tua, Ayahanda Purn. Asmadi dan Ibu Hartini


2. Istri Tercinta, Dian Muslimah S.Pd. yang sedang
mengandung sang buah hati
3. Keluarga Besar, Sanak Saudara, Sahabat, dan Kerabat
4. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Magister Teknik
Sipil Universitas Lampung
5. Segenap rakyat Indonesia.

Semoga menjadi karya yang bermanfaat bagi umat,


bangsa dan negara. Aamiin.
SANWACANA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, ridho dan karunia Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya.

Penulisan tesis ini, berjudul “Optimasi Tingkat Pelayanan Dermaga pada


Pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung” merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Teknik di Progam Studi Magister Teknik Sipil
Universitas Lampung.

Tentunya tesis ini dapat diselesaikan berkat doa, usaha, bantuan, bimbingan dan
motivasi dari semua pihak, mulai dari proses awal perkuliahan hingga saat
penulisan tesis ini selesai.

Dalam kesempatan penuh rasa syukur dan bahagia ini, penulis mengucapakan
terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Suharno., M. Sc. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung.
2. Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. selaku Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kesempatan untuk terus mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Ir. Idharmahadi Adha., M.T. selaku Pembimbing Kedua atas
kesediannya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran dan masukan dalam
proses penyelesaian tesis ini.
4. Ibu Dr. Ir. Lusmeilia., DEA selaku Penguji ujian Tesis yang telah memberikan
kritik, masukan dan saran-saran selama proses pengujian tesis ini, mulai dari
seminar proposal, seminar hasil dan ujian komprehensif.
5. Ibu Dr. Dyah Indriana K, S.T., M.Sc. selaku ketua Progam Studi Magister
Teknik Sipil dan sebagai Dosen Tamu yang telah hadir pada seminar proposal,
seminar hasil tesis untuk memberikan masukan dan saran yang konstruktif.
6. Kedua orang tua, Ayahanda Purn. Asmadi dan Ibu Hartini dan Keluarga Besar
yang senantiasa memberikan doa restu, kasih sayang, dukungan materi maupun
motivasi selama perkuliahan.
7. Istri tercinta Dian Muslimah, S.Pd. yang sedang mengandung sang buah hati,
yang senantiasa sabar menemani, memberikan motivasi hingga bantuan dalam
menyelesaikan tesis ini.
8. Seluruh keluarga besar, sahabat dan teman-teman Mahasiswa Magister Teknik
Sipil Universitas Lampung yang telah banyak membantu dan memberikan
suport dalam penyelesaian tesis ini.
9. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian di Pelabuhan
Bakauheni Provinsi Lampung.

Demikian kata-kata yang dapat disampaikan, Penulis berharap semoga tesis ini
dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi
khalayak secara umum dan mahasiswa jurusan teknik sipil Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 09 September 2016

Penulis

Oki Endrata Wijaya


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pelabuhan ............................................................................... 5
2.1.1 Perkembangan Pelabuhan di Indonesia ..................... 6
2.1.2 Macam Pelabuhan ..................................................... 6
2.1.3 Fasilitas Pelabuhan di Daratan .................................. 7
2.2 Pelabuhan Bakauheni ............................................................. 8
2.3 Dermaga .................................................................................. 11
2.3.1 Wharf........................................................................... 12
2.3.2 Pier atau Jetty .............................................................. 13
2.4 Angkutan Penyeberangan........................................................ 13
2.5 Pelayanan ................................................................................ 14
2.5.1 Kualitas Pelayanan ..................................................... 15
2.5.2 Tingkat Pelayanan ...................................................... 16
2.5.3 Standar Pelayanan Minimum ..................................... 16

i
2.5.4 Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan ................ 20
2.5.5 Pelayanan Utilitas Dermaga ....................................... 21
2.6 Model Antrian ......................................................................... 21
2.7 Metode Kuantitatif .................................................................. 22
2.8 Metode Sampling .................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 25
3.2 Tahapan Penelitian ................................................................. 25
3.3 Diagram Alur Penelitian ......................................................... 26
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 27
3.5 Kebutuhan Data....................................................................... 27
3.5.1 Kebutuhan Data Primer ............................................. 27
3.5.2 Kebutuhan Data Sekunder ......................................... 28
3.6 Komponen-komponen Model Antrian .................................... 28
3.6.1 Pola Kedatangan Pelanggan ...................................... 28
3.6.2 Pola Pelayanan .......................................................... 29
3.6.3 Tingkat Pelayanan ..................................................... 30
3.6.4 Kapasitas Sistem ........................................................ 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum .................................................................... 31
4.2 Pengumpulan Data .................................................................. 34
4.2.1 Data Arus Penyeberangan ..................................... 35
4.2.2 Data Kapal yang Beroperasi .................................. 47
4.2.3 Formasi Kapal di setiap Dermaga ......................... 52
4.3 Sarana dan Prasarana Pelabuhan Bakauheni ........................... 54
4.3.1 Dermaga I .............................................................. 54
4.3.2 Dermaga II ............................................................. 58
4.3.3 Dermaga III............................................................ 62
4.3.4 Dermaga IV ........................................................... 66
4.3.5 Dermaga V ............................................................. 68

ii
4.3.6 Dermaga VI ........................................................... 73
4.3.7 Dermaga Plengsengan ........................................... 76
4.4 Fasilitas Pelayanan di Pelabuhan Bakauheni .......................... 80
4.4.1 Fasilitas Pokok ....................................................... 81
4.4.2 Fasilitas Penunjang ................................................ 82
4.4.3 Fasilitas Daratan .................................................... 83
4.4.4 Fasilitas Lainnya .................................................... 83
4.5 Tingkat Pelayanan di Pelabuhan Bakauheni ........................... 84
4.5.1 Waktu Pelayanan Dermaga ................................... 85
4.5.2 Waktu Pelayanan Penumpang ............................... 96
4.5.3 Waktu Pelayanan Kendaraan ................................. 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .............................................................................. 103
5.2 Saran ....................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Produksi tiket kapal tahun 2011 ................................................ 35


Tabel 4.2 Produksi tiket kapal tahun 2012 ................................................ 37
Tabel 4.3 Produksi tiket kapal tahun 2013 ................................................ 39
Tabel 4.4 Produksi tiket kapal tahun 2014 ................................................ 41
Tabel 4.5 Produksi tiket kapal tahun 2015 ................................................ 43
Tabel 4.6 Rekapitulasi data Arus penyeberangan 2011-2015 ................... 45
Tabel 4.7 Data Kapal yang beroperasi ...................................................... 47
Tabel 4.8 Perkembangan armada kapal pelabuhan Bakauheni ................. 49
Tabel 4.9 Jumlah pengguna dan kapal yang beroperasi ............................ 51
Tabel 4.10 Formasi dan kapasitas kapal di masing-masing dernaga ........ 52
Tabel 4.11 Kapal dan kapasitas yang terlayani di dermaga I .................... 56
Tabel 4.12 Kapal dan kapasitas yang terlayani di dermaga II .................. 60
Tabel 4.13 Kapal dan kapasitas yang terlayani di dermaga III ................. 64
Tabel 4.14 Kapal dan kapasitas yang terlayani di dermaga V .................. 70
Tabel 4.15 Kapal dan kapasitas yang terlayani di dermaga VI ................. 74
Tabel 4.16 Kapasitas kapal di masing-masing dermaga ........................... 78
Tabel 4.17 Fasilitas pelayanan pelabuhan ................................................. 81
Tabel 4.18 Fasilitas penunjang pelabuhan ................................................ 82
Tabel 4.19 Fasilitas daratan pelabuhan Bakauheni ................................... 83
Tabel 4.20 Fasilitas lainnya pelabuhan Bakauheni ................................... 83
Tabel 4.21 Waktu menurunkan kendaraan di dermaga III ........................ 86
Tabel 4.22 Waktu menurunkan kendaraan di dermaga I .......................... 87
Tabel 4.23 Waktu menaikkan kendaraan di dermaga III .......................... 88
Tabel 4.24 Waktu menaikkan kendaraan di dermaga I ............................. 88

iv
Tabel 4.25 Waktu manuver kapal di dermaga III ..................................... 89
Tabel 4.26 Headway minimum kapal di dermaga III ............................... 90
Tabel 4.27 Waktu headway minimum kapal di dermaga I ....................... 91
Tabel 4.28 Waktu berlabuh kapal di dermaga III ..................................... 91
Tabel 4.29 Waktu berlabuh kapal di dermaga I ........................................ 92
Tabel 4.30 Waktu siklus kapal di dermaga III .......................................... 93
Tabel 4.31 Waktu siklus kapal di dermaga I ............................................. 93
Tabel 4.32 Perbandingan pelayanan kapal dermaga I dan dermaga III .... 94
Tabel 4.33 Waktu pelayanan penumpang ................................................. 96
Tabel 4.34 Waktu pelayanan kendaraan roda-4 ........................................ 96

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Dermaga jenis Wharf ............................................................ 12


Gambar 2.1 Dermaga jenis Pier atau Jetty ................................................ 13
Gambar 3.1 Dermaga di Pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung .......... 25
Gambar 4.1 Peta Wilayah Pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung ....... 32
Gambar 4.2 Layout Dermaga dan Lapangan Parkir Pelabuhan ................ 33
Gambar 4.3 grafik pengguna pelabuhan Bakauheni tahun 2011 .............. 36
Gambar 4.4 grafik pengguna pelabuhan Bakauheni tahun 2012 .............. 38
Gambar 4.5 grafik pengguna pelabuhan Bakauheni tahun 2013 .............. 40
Gambar 4.6 grafik pengguna pelabuhan Bakauheni tahun 2014 .............. 42
Gambar 4.7 grafik pengguna pelabuhan Bakauheni tahun 2015 .............. 44
Gambar 4.8 Grafik data arus penyeberangan tahun 2011-2015 ................ 45
Gambar 4.9 Data pekermbangan armada kapal ........................................ 50
Gambar 4.10 Dermaga I Pelabuhan Bakauheni ........................................ 54
Gambar 4.11 Layout Dermaga I Pelabuhan Bakauheni ............................ 55
Gambar 4.12 Kapasitas muat kendaraan yang terlayani di dermaga I ...... 57
Gambar 4.13 Dermaga II Pelabuhan Bakauheni ....................................... 58
Gambar 4.14 layout Dermaga II Pelabuhan Bakauheni ............................ 59
Gambar 4.15 Kapasitas muat kendaraan yang terlayani di dermaga II..... 61
Gambar 4.16 Dermaga III Pelabuhan Bakauheni ..................................... 62
Gambar 4.17 Layout Dermaga III Pelabuhan Bakauheni ......................... 63
Gambar 4.18 Kapasitas muat kendaraan yang terlayani di dermaga III ... 65
Gambar 4.19 Dermaga IV Pelabuhan Bakauheni ..................................... 66
Gambar 4.20 layout Dermaga IV Pelabuhan Bakauheni .......................... 67
Gambar 4.21 Dermaga V Pelabuhan Bakauheni....................................... 68
Gambar 4.22 layout Dermaga V Pelabuhan Bakauheni............................ 69

vi
Gambar 4.23 Kapasitas muat kendaraan yang terlayani di dermaga V .... 71
Gambar 4.24 Dermaga VI Pelabuhan Bakauheni ..................................... 73
Gambar 4.25 Kapasitas muat kendaraan yang terlayani di dermaga VI ... 75
Gambar 4.26 Dermaga Plengsengan Pelabuhan Bakauheni ..................... 76
Gambar 4.27 layout Dermaga Plengsengan Pelabuhan Bakauheni .......... 77
Gambar 4.28 Perbandingan kapasitas muat kendaraan yang terlayani. .... 79

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan/ maritim, peranan pelayaran adalah

sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan/

keamanan, dan sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran sangat luas meliputi

angkutan penumpang dan barang, penjagaan pantai, hidrografi, dan masih

banyak lagi jenis pelayaran lainnya.

Sebagai negara kepulauan yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dan

wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling dunia melalui

katulistiwa. Kegiatan angkutan pelayaran sangat diperlukan untuk

menghubungkan antar pulau seperti pelabuhan.

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di

sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan

dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,

berlabuh, naik turun penumpang dan/ atau bongkar muat barang yang

dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang

pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda

transportasi.

Moda transportasi laut atau angkutan penyebrangan menjadi hal penting

dalam mendorong kegiatan perekonomian. Oleh sebab itu Transportasi yang

aman, nyaman dan ekonomis menjadi harapan bagi seluruh elemen

1
2

masyarakat. Untuk melakukan bongkar muat atau tempat kapal bersandar,

maka dibutuhkan suatu dermaga yang memadai.

Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk

merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat dan menaik-

turunkan penumpang. Bentuk dan dimensi dermaga tergantung pada jenis dan

ukuran kapal yang bertambat pada dermaga tersebut. Dermaga harus

direncanakan sedemikian rupa sehingga kapal dapat merapat dan bertambat

serta melakukan kegiatan di pelabuhan dengan aman, cepat dan lancar

(Triatmojo, 2003).

Dermaga di Pelabuhan Bakauheni merupakan salah satu prasarana

Transportasi laut yang menghubungkan dua pelabuhan besar, yaitu pelabuhan

Bakauheni dan pelabuhan Merak, yang saat ini menjadi salah satu pusat

penyeberangan di Pulau Sumatera, namun seringkali terjadi kepadatan

kendaraan dan kemacetan arus lalu lintas, sehingga efektifitas dan efisiensi

waktu tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Waktu sandar dan waktu tunggu kapal merupakan salah satu penyebab

kemacetan dan kepadatan arus lalu lintas. Ditambah lagi dengan kapasitas

dermaga dan terminal yang belum cukup memadai, sehingga sangat

memungkinkan penumpukan berbagai jenis kendaraan, seperti angkutan

motor/ angkutan pribadi, angkutan umum/ angkutan penumpang, dan

angkutan barang. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat pelayanan dan

kepuasan bagi pengguna fasilitas dermaga dan pelabuhan.


3

Tingkat pelayanan merupakan suatu ukuran kualitatif yang menjelaskan

kondisi-kondisi operasional di dalam suatu aliran lalu lintas dan persepsi dari

para pengguna/ pengemudi terhadap kondisi-kondisi tersebut. Dalam

pengembangan suatu dermaga dan pelabuhan, tingkat pelayanan menjadi hal

yang diprioritaskan.

Sebaiknya dermaga di pelabuhan Bakauheni menjadi salah satu sentral

moda transportasi laut di belahan dunia, karena kacamata dunia pun melihat

potensi besar yang ada di pelabuhan tersebut, namun keadaan sekarang masih

terdapat komponen-komponen dan pelayanan yang kurang baik. Maka dari

itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Optimasi Tingkat

Pelayanan Dermaga pada Pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok pemikiran yang telah dituliskan di atas, maka rumusan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana tingkat pelayanan dermaga di Pelabuhan Bakauheni

Provinsi Lampung ?

b. Apa saja yang menyebabkan kenaikan atau penurunan kualitas

pelayanan pada dermaga tersebut ?

c. Strategi apa yang tepat untuk meningkatkan pelayanan dermaga pada

Pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung ?


4

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah, sebagai fokus pada topik

penelitian, sebagaimana berikut :

a. Fasilitas dan pelayanan pengguna jasa dermaga di Pelabuhan

Bakauheni Provinsi Lampung.

b. Jadwal pelayanan yang meliputi waktu tiba dan berangkat kapal di

setiap dermaga yang telah beroperasi secara reguler.

c. Sistem yang menentukan tingkat pelayanan ditinjau dari waktu

pelayanan terhadap penumpang dan kendaraan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui seberapa besar tingkat pelayanan dermaga.

b. Mengetahui komponen yang menyebabkan bertambah atau

berkurangnya tingkat pelayanan dermaga.

c. Membuat rekomendasi atau rumusan dalam meningkatkan pelayanan

dermaga pada pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, untuk meningkatkan kualitas ilmu

pengetahuan di bidang Dermaga, dan menjadi bahan pertimbangan bagi para

stakeholder dalam membuat kebijakan dalam meningkatkan kualitas pelayan

dermaga.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan

Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas transportasi laut yang berada di

ujung samudera, sungai atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan

barang maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-

alat yang dirancang khusus untuk melakukan aktifitas bongkar/ muat kapal

yang sedang berlabuh.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan nomor 53 tahun 2002,

yang mendefinisikan Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan

perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan

pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal

bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/ atau bongkar muat barang

yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan

penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda

transportasi.

Sedangkan Kepelabuhanan adalah meliputi segala sesuatu yang

berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya

dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,

keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/ atau barang,

keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan/ atau antar moda serta

mendorong perekonomian nasional dan daerah.

5
6

2.1.1 Perkembangan Pelabuhan di Indonesia

Pada awalnya pelabuhan hanya merupakan suatu tepian dimana

kapal-kapal dan perahu-perahu dapat merapat dan membuang jangkar

untuk bisa melakukan bongkar muat barang, menaik-turunkan

penumpang dan kegiatan lain.

Dintinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan

internasional, pelabuhan dibedakan menjadi dua yaitu pelabuhan laut dan

pelabuhan pantai. Pelabuhan laut bebas dimasuki oleh kapal-kapal asing,

sedangkan pelabuhan pantai hanya digunakan untuk perdagangan dalam

negeri sehingga tidak bebas disinggahi oleh kapal-kapal asing.

Sesuai dengan kondisi jenis dan ukuran kapal yang singgah di

pelabuhan dan tingkat perkembangan daerah yang tidak sama, maka

pemerintah telah melakukan kebijaksanaan dalam pengembangan

jaringan sistem pelayanan angkutan laut dan kepelabuhan yang

didasarkan pada 4th Gate Way Ports System.

2.1.2 Macam Pelabuhan

Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang

tergantung pada sudut tinjauannya, yaitu dari segi penyelenggaraannya,

pengusahaannya, fungsi dalam perdagangan nasional dan internasional,

segi kegunaan dan letak geografisnya.

a. Ditinjau dari segi penyelenggaraannya, yaitu pelabuhan umum

dan pelabuhan khusus.


7

b. Ditinjau dari segi pengusahaannya, yaitu pelabuhan yang

diusahakan dan pelabuhan yang tidak diusahakan.

c. Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan

internasional, yaitu pelabuhan laut dan pelabuhan pantai.

d. Ditinjau dari segi penggunaannnya yaitu pelabuhan ikan,

palabuhan minyak, pelabuhan barang, pelabuhan penumpang,

pelabuhan campuran, dan pelabuhan militer.

e. Ditinjau menurut letak geografis, yaitu pelabuhan alam,

pelabuhan buatan dan pelabuhan semi alam.

2.1.3 Fasilitas Pelabuhan di Daratan

Fasilitas pelabuhan secara umum terdiri dari 2 macam fasilitas

yaitu: fasilitas bergerak dan fasilitas tidak bergerak. Fasilitas bergerak

meliputi kapal dan peralatan bongkar muat, sedangkan fasilitas tidak

bergerak meliputi dermaga, terminal penumpang, gedung, lapangan

penumpukan, gudang, alur pelayaran, menara pengawas, dan sebagainya.

Barang yang diangkut oleh kapal terdiri dari : Barang potongan,

barang curah dan petikemas. Barang potongan terdiri dari barang satuan

seperti mobil, mesin-mesin, material yang ditempatkan dalam

bungkusan, karung atau peti. Barang-barang ini memerlukan perlakuan

khusus dalam pengangkutannya untuk menghindari kerusakan.

Barang curah terdiri dari barang lepas dan tidak dibungkus, yang

dapat dituangkan ke dalam kapal. Barang ini dapat berupa biji-bijian


8

(jagung, beras, gandum, dsb), butiran atau batu bara; atau juga bisa

berbentuk cairan seperti minyak. Sedangkan Peti kemas adalah peti yang

besar yang diisi dengan barang. Biasanya peti kemas di angkut dengan

kapal khusus yang disebut kapal peti kemas, sedang di darat diangkut

dengan truk triler.

Triatmojo, B (2003), dalam mendukung fasilitas pelabuhan di

daratan selain fasilitas di tepi dermaga, perlu juga diperhatikan seperti:

gudang laut, gudang, bangunan pendingin, gedung administrasi, gedung

pabean, kantor polisi, kantor keamanan, ruang untuk buruh/ pekerja

pelabuhan, bengkel reparasi, garasi, rumah pemadam kebakaran, dan

rumah tenaga.

2.2 Pelabuhan Bakauheni

Pelabuhan Bakauheni merupakan pelabuhan yang terletak di Provinsi

Lampung, atau tepatnya di kecamatan Bakauheni Kabupaten Lampung

Selatan. Gunanya sebagai fasilitas untuk melintasi Selat Sunda yang

menghubungkan 2 (dua) pulau besar antara pulau Sumatera dan pulau Jawa

melalui moda transportasi laut.

Secara fungsional Pelabuhan Bakauheni termasuk ke dalam National

Route yaitu rute yang menghubungkan dua ibu kota provinsi secara nasional.

Menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Kementerian Perhubungan tahun 2010, pelabuhan Bakauheni memiliki luas

lahan 752.458 m², sedangkan berdasarkan karakter geografi Pelabuhan


9

Bakauheni termasuk ke dalam Inter-regional route yaitu rute yang

menghubungkan dua ibu kota provinsi secara regional.

Pelabuhan Bakauheni merupakan tempat transit penduduk yang

melakukan perjalanan dari Pulau Jawa ke Sumatera ataupun sebaliknya.

Dengan demikian Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang Pulau

Sumatera, khususnya Sumatera Bagian Selatan. Diketahui jarak antara

Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) dengan Pelabuhan Merak (Provinsi

Banten) kurang lebih 27 km, dengan waktu tempuh penyeberangan sekitar 1,5

jam.

Pelabuhan Bakauheni terletak di Selat Sunda antara Pulau Sumatera dan

Pulau Jawa pada titik kordinat 5˚55’51” LS – 105˚59’43”BT. Adapun batas-

batas wilayah pelabuhan Bakauheni sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ketapang.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Sunda.

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kalianda.

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda.

Secara histori Pelabuhan Bakauheni mulai beroperasi sejak bulan Mei

tahun 1981 yang terdiri dari lima Dermaga utama, diantaranya: Dermaga I,

Dermaga II, Dermaga III, Dermaga IV, Dermaga V dan satu Dermaga

Plengsengan. Namun akibat muatan beban pengguna yang terus bertambah,

sejak tahun 2015 pelabuhan Bakauheni telah memiliki dermaga baru, yaitu

Dermaga VI.
10

Waktu pelayanan di pelabuhan Bakauheni beroperasi selama 24 jam

non-stop, dengan fasilitas pelayanan 8 unit toll gate untuk penumpang dan 8

unit toll gate untuk kendaraan. Adapun armada penyeberangan yang

beroperasi yaitu sebanyak 62 unit kapal dan dermaga sebanyak 7 unit, yang

diantaranya 6 milik ASDP dan 1 unit dermaga milik Infinity yaitu dermaga

plengsengan.

Masing-masing Dermaga di Pelabuhan Bakauheni memiliki

karakteristik yang berbeda, diantaranya yang sering terjadi kepadatan dan

penggunaan yaitu Dermaga I, Dermaga II dan Dermaga III. Sedangkan

Dermaga IV, Dermaga V, dan Dermaga VI adalah sebagai dermaga tambahan

untuk operasional penyeberangan yang berfungsi sebagai dermaga non

reguler.

Dermaga plengsengan hanya digunakan ketika dermaga IV, V dan VI

tidak bisa lagi melayani aktifitas kapal yang akan bersandar ke dermaga,

misalnya dermaga tersebut dalam perbaikan ataupun perawatan, maka aktifitas

sandar kapal dipindahkan ke dermaga plengsengan.

Sejak beroperasinya dermaga VI di tahun 2015, dermaga IV di

pelabuhan Bakauheni sudah jarang sekali digunakan, dikarenakan kondisi

fisik bangunan dermaga yang kurang baik. Saat ini dermaga IV tidak lagi

beroperasi dikarenakan dalam masa perbaikan, sedangkan untuk kapal yang

biasa beroperasi di dermaga IV dialihkan ke dermaga VI agar armada kapal

tetap bisa melakukan aktifitas penyeberangan seperti biasanya.


11

2.3 Dermaga

Triatmodjo, B (2003), dermaga merupakan suatu bangunan di tepi

pelabuhan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar

muat dan menaik-turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada

jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut.

Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus didasarkan pada

ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan

dermaga maupun melakukan bongkar muat barang dengan aman, cepat, dan

lancar. Dalam perkembangannya terdapat jenis-jenis dermaga, diantaranya:

a. Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk

bongkar-muat barang umum/ general cargo ke atas kapal.

b. Dermaga peti kemas, yaitu dermaga yang khusus diperuntukkan

untuk bongkar muat peti kemas. Biasanya menggunakan crane.

c. Dermaga curah, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk

bongkar-muat barang curah yang biasanya menggunakan ban

berjalan (conveyor belt)

d. Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk

mengangkut barang khusus, deperti bahan bakar minyak, bahan

bakar gas, dan lain sebagainya.

e. Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal

pesiar, speed boat.

f. Dermaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal

ikan.
12

Berdasarkan karakteristik tipe dermaga dapat dibedakan menjadi dua

yaitu wharf atau quai dan jetty atau pier atau jembatan yang mempunyai

fungsi dan bentuk bangunan yang berbeda-beda.

2.3.1 Wharf

Triatmodjo, B (2003), Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar

pantai dan dapat dibuat berimpit dengan garis pantai atau agak menjorok

ke laut. Wharf dibangun apabila garis kedalaman laut hampir merata dan

sejajar dengan garis pantai. Wharf biasanya digunakan untuk pelabuhan

barang potongan atau peti kemas dimana dibutuhkan suatu halaman

terbuka yang cukup luas untuk menjamin kelancaran angkutan barang.

Perencanaan wharf harus memperhitungkan tambatan kapal,

peralatan bongkar muat barang dan fasilitas transportasi darat.

Karakteristik kapal yang akan berlabuh mempengaruhi wharf dan

kedalaman yang diperlukan untuk merapatnya kapal.

Gambar 2.1 Dermaga jenis Wharf


13

2.3.2 Pier atau Jetty

Pier adalah dermaga yang dibangun dengan membentuk sudut

terhadap garis pantai. Pier dapat digunakan untuk merapat kapal pada

satu sisi atau kedua sisinya. Pier berbentuk jari lebih efisien karena dapat

digunakan untuk merapat kapal pada kedua sisinya untuk panjang

dermaga yang sama. Perairan di antara dua pier yang berdampingan

disebut slip.

Gambar 2.2 Dermaga jenis Pier atau Jetty

2.4 Angkutan Penyeberangan

Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai

jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta

api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan

kendaraan beserta muatannya. (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2

tahun 2013).
14

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang

digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau

ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di

bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak

berpindah-pindah. (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 tahun 2013).

2.5 Pelayanan

Pelayanan merupakan aktifitas yang ditawarkan suatu lembaga

pemerintah/ swasta kepada pihak lain. Dalam keputusan Menteri

Perhubungan Nomor KM. 32 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan

Angkutan Penyeberangan pasal 9 ayat 1, Pelayanan angkutan penyeberangan

wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Dilakukan hanya oleh perusahaan angkutan penyeberangan,

b. Melayani lintas penyeberangan yang ditetapkan,

c. Dilayani oleh kapal yang digunakan untuk melayani lintas

angkutan penyeberangan,

d. Dioperasikan sesuai dengan sistem dan prosedur pelayanan yang

ditetapkan oleh Dirjen dengan jadwal tetap dan teratur.

Ayat 2, Kapal yang diperuntukkan melayani angkutan penyeberangan

sebagaimana pada ayat (1) huruf c harus berbendera Indonesia kecuali untuk

kapal yang melayani angkutan penyeberangan antar negara.


15

2.5.1 Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan memberikan dorongan kepada pelanggan untuk

menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka

panjang memungkinkan perusahaan memahami dengan seksama harapan

serta kebutuhan pelanggan. Dengan demikian perusahaan dapat

meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memberikan kualitas yang

memuaskan.

Rangkuti (2008) menyatakan bahwa, salah satu cara agar penjualan

jasa suatu perusahaan lebih unggul dibandingkan dengan para pesaingnya

adalah dengan memberikan pelayanan yang berkualitas dan bermutu,

yang memenuhi tingkat kepentingan konsumen. Tingkat kepentingan

konsumen terhadap jasa yang akan mereka terima dapat dibentuk

berdasarkan pengalaman dan saran yang mereka peroleh. Konsumen

memilih pemberi jasa berdasarkan peringkat kepentingan. Dan setelah

menikmati jasa tersebut mereka cenderung akan membandingkannya

dengan yang mereka harapkan.

Menurut Goetsh dan Davis (Tjiptono, 2006) kualitas merupakan

suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

proses dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan.

Kualitas pelayanan jasa menurut Wyckof (Tjiptono, 2006) adalah

tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat

keunggulan tersebut memenuhi pelanggan.


16

2.5.2 Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan (level of service) dalam transportasi menurut

Khisty, C Jotin dan Lall, B. Kent (2005: 215) adalah suatu ukuran

kualitatif yang menjelaskan kondisi-kondisi operasional di dalam suatu

aliran lalu lintas dan persepsi dari pengemudi dan/ atau penumpang

terhadap kondisi-kondisi tersebut. Faktor-faktor seperti percepatan dan

waktu tempuh, kebebasan bermanuver, pemberhentian lalu lintas, dan

kemudahan serta kenyamanan adalah kondisi-kondisi yang

mempengaruhi level of service.

Selain tingkat pelayanan, juga dikenal Waktu Pelayanan yang

dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh satu tempat

pelayanan untuk dapat melayani satu kendaraan atau satu orang, biasa

dinyatakan dalam satuan menit/ kendaraan atau menit/ orang.

2.5.3 Standar Pelayanan Minimum

Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa akan selalu

berusaha untuk memberikan suatu pelayanan yang sesuai dengan

kemauan konsumen bahkan lebih. Untuk itu, perusahaan tersebut harus

beroperasi sesuai dengan kaidah-kaidah pelayanan. Manajemen jasa

merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen khusus untuk

perusahaan (organisasi) yang bergerak di bidang jasa (terutama fungsi

pemasaran, operasi, dan sumber daya manusia), harus

mempertimbangkan beberapa aspek dalam meningkatkan pelayanannya.


17

Departemen Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan

Darat telah menerbitkan Keputusan DIRJEN Hubdat No. SK.73/ A.P005/

DRJD/ 2003 tentang Persyaratan Pelayanan Minimal Angkutan

Penyebrangan, dimana hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan

dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

Adapun pelayanan minimal pada angkutan penyeberangan adalah sebagai

berikut :

Dalam Pasal 3 yaitu :

1) Dalam melaksanakan kewajiban setiap perusahaan angkutan

penyebrangan harus memenuhi persyaratan pelayanan,

2) Persyaratan pelayananan terdiri dari:

a. Persyaratan pelayanan untuk penumpang,

b. Persyaratan pelayanan untuk pemuatan kendaraan di

kapal penyebrangan,

c. Persyaratan pelayanan kecepatan kapal,

d. Persyaratan pelayanan pemenuhan jadwal kapal.

Dalam Pasal 4 yaitu:

1) Persyaratan pelayanan untuk penumpang terdiri dari:

a. Persyaratan pelayanan kenyamanan penumpang,

b. Persyaratan konstruksi kapal untuk pelayanan penumpang,


18

c. Persyaratan jalan penumpang keluar/ masuk kapal (gang

way).

2) Persyaratan pelayanan kenyamanan penumpang ditentukan

berdasarkan:

a. Waktu atau lama berlayar,

b. Waktu turun naik penumpang dari/ atau bongkar muat

kendaraan,

c. Kelas-kelas tempat duduk penumpang.

Dalam Pasal 5 yaitu:

1) Persyaratan pelayanan penumpang yang didasarkan pada waktu

atau lama berlayar, terdiri dari 5 (lima) kategori sebagai berikut:

a. Kategori 1, dengan lama pelayanan sampai dengan 1 jam,

b. Kategori 2, dengan lama pelayanan di atas 1 jam sampai

dengan 4 jam,

c. Kategori 3, dengan lama pelayanan di atas 4 jam sampai

dengan 8 jam,

a. Kategori 4, dengan lama pelayanan di atas 8 jam sampai

dengan 12 jam,

b. Kategori 5, dengan lama pelayanan di atas 12 jam.

2) Persyaratan pelayanan kenyamanan penumpang yang didasarkan

pada kelas-kelas tempat duduk penumpang, terdiri dari 3 (tiga)

kelas, sebagai berikut:


19

a. Tempat duduk kelas ekonomi,

b. Tempat duduk kelas non-ekonomi bisnis,

c. Tempat duduk kelas non-ekonomi eksekutif.

Dalam Pasal 6 yaitu:

Persyaratan konstruksi kapal untuk pelayanan penumpang sekurang-

kurangnya, meliputi:

1) Luas ruangan,

2) Tempat penumpang terdiri dari:

a. Penumpang geladak terbuka,

b. Penumpang geladak tertutup,

c. Penumpang kamar.

3) Tempat duduk,

4) Gang/ jalan lewat orang,

5) Kamar mandi dan WC/ peturasan,

6) Sistem lubang angin/ vemtilasi,

7) Dapur dan kantin/ kafetaria,

8) Ruang publik (public area).

Dalam Pasal 8 yaitu:

Persyaratan pelayanan kecepatan kapal terdiri dari 2 (dua) kategori,

sebagai berikut:
20

a. Kapal pelayanan ekonomi untuk kendaraan mempunyai

kecepatan pelayanan (service speed) sekurang-kurangnya 10

(sepuluh) knot per-jam,

b. Kapal pelayanan non-ekonomi untuk kendaraan mempunyai

kecepatan rata-rata pelayanan (service speed) sekurang-

kurangnya 15 (lima belas) knot.

c. Dalam pemenuhan kecepatan pelayanan, kapal yang melayani

lintas pendek dengan jarak sampai dengan 6 (enam) mil

kecepatan rata-rata pelayanan kapal dapat disesuaikan untuk

memenuhi jadwal perjalanan kapal.

2.5.4 Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM. 53 tahun

2002, faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengukur kinerja

operasional pelabuhan untuk pelayanan kapal mengikuti :

a) Arrive Rite (AR), rata-rata kunjungan kapal perhari.

b) Turn Round Time (TRT), jam untuk satu kapal berada di

pelabuhan dihitung sejak sampai, berangkat meninggalkan

lokasi, lego jangkar (batas perairan pelabuhan).

c) Berthing Working Time (BRT), jumlah jam satu kapal yang

direncanakan melakukan kegiatan bongkar muat barang selama

berada di tambatan.
21

2.5.5 Pelayanan Utilitas Dermaga

Pelayanan dermaga adalah proses aliran barang dari atau ke kapal

yang bersandar di dermaga untuk bongkar muat barang perdagangan

antar pulau, ekspor dan impor. Sistem aliran barang melalui dermaga

adalah sebagai berikut :

a) Rute tidak langsung adalah barang dari kapal terlebih dahulu di

transfer melalui lapangan penumpukan atau gudang, kemudian

di angkut dengan menggunakan moda angkutan jalan atau

kereta api.

b) Rute langsung adalah barang dari kapal langsung diangkut

dengan moda angkutan darat.

c) Rute semi langsung adalah barang diletakkan sementara setelah

dibongkar dari dermaga, karena moda angkutan jalan dan

kereta api tidak dapat menangani dengan cepat.

2.6 Model Antrian

Model antrian (model matematis) adalah untuk menghasilkan alat bantu

yang dapat digunakan untuk memperkirakan kinerja atau unjuk kerja setiap

proses kegiatan transportasi yang berkaitan dengan antrian termasuk waktu

dan panjang antrian (Ofyar Z. Tamin: 2013).

Jenis dan model antrian disesuaikan dengan masing-masing

penggunaannya, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan pola sebaran waktu

keberangkatan kendaraan.
22

Sebagai contoh; waktu yang dibutuhkan untuk melewati sebuah

persimpangan pada saat awal lampu hijau, waktu yang dibutuhkan untuk

membayar biaya tol pada gerbang tol, atau waktu yang dibutuhkan

pengendara untuk memustuskan bergerak setelah berhenti.

Adapun model antrian dapat didefinisikan dengan 3 (tiga) nilai

alfanumerik. Nilai pertama mengindikasikan asumsi pola sebaran kedatangan,

nilai kedua mengindikasikan asumsi pola sebaran keberangkatan (pelayanan),

sedangkan nilai ketiga mengindikasikan jumlah lajur keberangkatan

(pelayanan).

2.7 Metode Kuantitatif

Secara umum dapat dipahami makna penelitian kuantitatif dari kata

“kuantitatif” itu sendiri yang bermakna jumlah atau penjumlahan, sehingga

penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka-angka yang

dijumlahkan sebagai data yang kemudian di analisis. Metode penelitian

kuantitatif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk

menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-data numerik, kemudian

dianalisis yang umumnya menggunakan statistik (Daniel Muijs, 2004).

Penelitian kuantitatif berlandaskan pada paham empirisme positivisme,

yang melihat bahwa kebenaran berada dalam fakta-fakta yang dapat

dibuktikan atau diuji secara empiris. Dalam pengembangannya paham

positivisme telah memperkuat perkembangan metode penelitian kuantitatif,

sehingga tidak heran kalau penelitian kuantitatif cukup dominan dalam

berbagai penulisan karya ilmiah penelitian.


23

Dengan memahami landasan filosofis penelitian, penelitian kuantitatif

merupakan hal yang penting sebagai dasar bagi pemahaman yang tepat

terhadap penelitian kuantitatif, namun demikian bagi seorang peneliti

penguasaan dalam tingkatan operasional lebih diperlukan lagi agar dalam

pelaksanaan penelitian tidak terjadi kerancuan metodologis, dan penelitian

benar-benar dilaksanakan dalam suatu bingkai pendekatan yang jelas dan

dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian kuantitatif biasanya digunakan oleh para mahasiswa, dosen,

praktisi maupun peneliti yang berkonsentrasi pada ilmu pasti (jurusan

eksakta) untuk melakukan kajian dan riset dalam pengembangan ilmu

pengetahuan diberbagai tempat. Salah satunya perguruan tinggi sebagai

wadah mencari ilmu dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.8 Metode Sampling

Dalam pelaksanaan riset, populasi yang akan menjadi objek riset

merupakan hal pertama yang harus ditentukan dengan cermat dan benar.

Populasi merupakan sekumpulan entitas yang lengkap yang dapat terdiri atas

orang, kejadian, atau benda yang memiliki sejumlah karakteristik yang umum

(Wibisono: 2013).

Populasi tersusun atas elemen-elemen, bagian elemen tersebut terdapat

sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri atas beberapa

anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, beberapa, tidak semua,

elemen populasi dapat dijadikan sampel.


24

Jika 200 anggota diambil dari populasi 1.000 pekerja, berarti terdapat

200 anggota yang dijadikan sampel untuk penelitian sehingga dengan

meneliti 200 anggota tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan tentang

seluruh populasi yang terdiri atas 1.000 pekerja tersebut. Jadi, dengan

mempelajari sampel, kita dapat menarik kesimpulan tentang populasi yang

dipelajari. Dari kata sampel itulah muncul kata sampling.

Sampling merupakan proses pemilihan sejumlah elemen dari populasi

sehingga dengan memepelajari sampel dan memahami sifat atau karakteristik

dari sampel, kita dapat memperkirakan sifat atau karakteristik populasi

tersebut.
25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Dermaga Pelabuhan Bakauheni Provinsi

Lampung yang menghubungkan pulau Sumatera (Bakauheni) dengan pulau

Jawa (Merak), gambar lokasi penelitiannnya sebagai berikut:

Gambar 3.1 Dermaga di Pelabuhan Bakauheni Provinsi Lampung.

3.2 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini dilakukan beberapa tahap, yang diawali dengan

survey pendahuluan, perumusan masalah, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, analisa dan pembahasan, selanjutnya kesimpulan dan saran.

25
26

3.3 Diagram Alur Penelitian

Mulai

Survey Pendahuluan

Identifikasi Masalah

Implementasi Pelayanan

Metode Penelitian:
Metodelogi Deskriptif Kuantitatif

Pengumpulan Data Primer : Pengumpulan Data Sekunder :

1. Survey lokasi 1. Layout dermaga pelabuhan


2. Observasi 2. Sarana dan prasarana
3. Wawancara 3. Formasi Kapal di Dermaga
4. Dokumentasi 4. Jumlah pengguna pelabuhan
5. Produksi Tiket kapal
Penyeberangan

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Rekomendasi


27

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dilakukan teknik pengumpulan data dengan cara :

a. Pengumpulan data primer

Data primer merupakan jenis data yang diambil langsung dilokasi

penelitian, seperti survey lokasi, observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Adapun metodenya sebagai berikut:

a) Populasi.

b) Sampling.

b. Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengkaji data

penelitian terdahulu dan meminta data kepada pihak swasta maupun

pemerintah, seperti layout pelabuhan, sarana prasarana, formasi kapal,

dan produksi tiket angkutan penyeberangan.

3.5 Kebutuhan Data

3.5.1 Kebutuhan Data Primer

Data primer merupakan jenis data yang diambil langsung dilokasi

penelitian, adapun data yang dibutuhkan sebagai berikut:

a. Waktu Pelayanan Dermaga.

b. Waktu Pelayanan pembelian tiket penumpang.

c. Waktu Pelayanan pembelian tiket kendaraan.

d. Waktu bongkar kedatangan kapal.

e. Waktu muat keberangkatan kapal.


28

3.5.2 Kebutuhan Data Sekunder

Adapun data sekunder yang dibutuhkan adalah:

a. Layout dermaga pelabuhan penyeberangan.

b. Sarana dan prasarana dermaga di Pelabuhan.

c. Formasi kapal yang beroperasi di setiap dermaga.

d. Jumlah pengguna fasilitas pelabuhan dari tahun 2011-2015.

e. Data produksi tiket Angkutan penyeberangan, diantaranya:

a) Bulanan,

b) Tahunan.

3.6 Komponen-komponen Model Antrian

3.6.1 Pola Kedatangan Pelanggan

Pola kedatangan pelanggan dicirikan oleh waktu antara kedatangan

(waktu antara kedatangan dua pelanggan yang berurutan pada suatu

fasilitas pelayanan). Berurutan artinya datang satu per satu.

Selain dicirikan dengan waktu antar kedatangan, pola kedatangan dapat

pula dicirikan dengan tingkat kedatangan sejumlah pelanggan tertentu

selama periode waktu tertentu.

Ciri-ciri pola kedatangan dapat pula berupa variabel yang deterministik

(ditentukan dalam bentuk sebagai konstanta) atau sebagai variabel acak

yang mempunyai distribusi probabilitas tertentu yang diketahui.

Pola kedatangan dapat/ tidak bergantung pada jumlah pelanggan dalam

sistem (sedang dalam posisi antri dan sedang posisi dilayani).


29

Variasi pola kedatangan yang diantaranya adalah:

a) Datang satu per satu atau datang berombongan,

b) Ada/ tidak penolakan pelanggan masuk dalam fasilitas pelayanan

dengan alasan antrian terlalu panjang,

c) Ada/ tidak pembatalan pelanggan setelah beberapa waktu masuk

antrian.

3.6.2 Pola Pelayanan

Pola pelayanan umumnya dicirikan oleh waktu pelayanan (service time),

yaitu waktu yang dibutukan seorang pelayan untuk melayani seorang

pelanggan.

Selain dengan waktu pelayanan, pola pelayanan dapat pula dicirikan

dengan tingkat pelayanan kepada sejumlah pelanggan selama periode

waktu tertentu.

Ciri-ciri pola pelayanan dapat berupa variabel yang deterministik

(ditentukan dalam bentuk sebagai konstanta) atau sebagai variabel acak

yang memiliki distribusi probabilitas tertentu yang diketahui.

Variasi pola pelayanan yang lain:

a) Bergantung/ tidak bergantung pada jumlah pelanggan yang

berada dalam sistem antrian.

b) Satu pelanggan dilayani oleh satu pelayan, atau satu pelanggan

dilayani beberapa pelayan secara seri.


30

3.6.3 Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan dicerminkan dengan jumah pelayanan atau fasilitas

pelayan. Tingkat pelayan dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, diantaranya:

a) Seri; hanya satu pelayanan atau fasilitas pelayanan,

b) Paralel; ada lebih dari satu pelayan atau fasilitas pelayan.

3.6.4 Kapasitas Sistem

Kapasitas sistem adalah jumlah maksimal pelanggan (baik yang sedang

dilayani maupun yang berada dalam antrian) yang dapat ditampung

dalam fasilitas pelayanan pada saat yang sama.

Apabila seorang datang pada suatu fasilitas pelayanan yang telah penuh,

maka pelanggan itu ditolak untuk memasukinya.

Jika ada suatu sistem pelayanan yang tidak membatasi jumlah pelanggan

untuk memasukinya, maka fasilitas pelayanan demikian itu dinyatakan

sebagai fasilitas pelayanan yang memiliki kapasitas terbatas. Sebaliknya,

jika ada suatu sistem pelayanan yang membatasi jumlah pelanggan untuk

memasukinya, maka fasilitas pelayanan demikian itu dinyatakan sebagai

fasilitas pelayanan yang memiliki kapasitas terbatas.


103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Tingkat pelayanan dermaga di pelabuhan Bakauheni Provinsi

Lampung dapat dikatakan cukup baik, berdasarkan fasilitas yang

tersedia dan pelayanan pengguna jasa, khususnya waktu pelayanan di

dermaga I yang mampu melayani sebanyak 24 trip penyebrangan dan

dermaga II sebanyak 23 trip penyeberangan selama 24 jam non-stop.

b. Dalam kurun waktu 24 jam kapasitas muat kendaraan roda empat yang

terlayani di masing-masing dermaga yaitu dermaga I sebanyak 2.242

kendaraan dengan 24 trip penyeberangan, dermaga II sebanyak 3.342

kendaraan 23 trip penyeberangan, dermaga III sebanyak 3.982 dengan

20 trip penyeberangan, dermaga IV sedang tidak beroperasi, dermaga

V sebanyak 2.418 kendaraan dengan 19 trip penyeberangan, dan

dermaga VI sebanyak 1.547 kendaraan dengan 13 trip penyeberangan,

sedangkan dermaga plengsengan hanya bersifat alternatif.

c. Dengan tidak beroperasinya dermaga IV telah mengurangi tingkat

pelayanan di pelabuhan Bakauheni sebanyak 1.813 kapasitas muat

kendaraan. Sedangkan pada hari biasa telah terjadi penampahan

kapasitas sebanyak 2.187 kendaraan roda empat.

103
104

d. Dalam satu trip penyeberangan, total waktu siklus dermaga I selama

359 menit untuk kapal berkapasitas 128 kendaraan, sedangkan

dermaga III selama 423 menit untuk kapal berkapasitas 252 kendaraan.

e. Beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan atau penurunan kualitas

pelayanan, diantaranya kapasitas kapal kecil maupun besar, waktu

siklus kapal dan pelayanan masing-masing dermaga, khususnya

dermaga III yang sering terlambat, dermaga IV yang tidak beroperasi,

selanjutnya dermaga V dan VI yang beroperasi secara tidak maksimal

(non-reguler).

f. Waktu pelayanan penumpang dan kendaraan di pelabuhan Bakauheni

terdapat perbedaan di masing-masing dermaga, untuk waktu pelayanan

dari toll gate sampai naik ke kapal, rata-rata waktu pelayanan

penumpang selama 30 menit, sedangkan kendaraan selama 50 menit.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, diantaranya:

a. PT. ASDP Pelabuhan Bakauheni sebaiknya mengoptimalkan waktu

pelayanan dermaga III dan mempercepat perbaikan dermaga IV.

Disamping itu agar menjadikan dermaga V dan VI beroperasi secara

maksimal (reguler), sehingga tidak terjadi keterlambatan jadwal tiba

dan berangkat di masing-masing kapal yang beroperasi.


105

b. Untuk peningkatan kapasitas muat kendaraan di dalam kapal,

sebaiknya pihak ASDP mengoperasikan kapal-kapal yang lebih besar,

sehingga kapasitas muat yang terlayani dapat lebih maksimal.

c. Untuk penumpang dan kendaraan, sebaiknya pihak ASDP

menggunakan strategi Tiket On-Line dan Membuat Aplikasi Tiketing

Ferry Ship dalam pembelian tiket penumpang dan kendaraan.

Sehingga dapat mempermudah pemebelian tiket dan menghindari

terjadinya penumpukan penumpang dan kendaraan, khususnya pada

saat libur hari raya lebaran dan tahun baru.

d. Untuk penambahan fasilitas, sebaiknya pihak ASDP menyediakan Bus

Transit Penumpang agar dapat memudahkan dan memperlancar arus

penumpang yang tidak membawa kendaraan, mengingat jarak antara

terminal penumpang berjauhan dengan dermaga IV, V dan VI.

e. Kepada Pemerintah dan pihak berwenang, agar dapat mengesahkan

dan mempercepat rencana pembangunan Pelabuhan di Kecamatan

Mesuji Provinsi Lampung, guna menghubungkan pulau Sumatera dan

pulau Jawa yang lebih efektif dan efisien.

f. Kepada para pembaca untuk dapat menjadikan hasil penelitian ini

sebagai referensi penelitian yang lebih lanjut, agar dapat memberikan

sumbangsih pemikiran dalam peningkatan kualitas pelayanan

pelabuhan Bakauheni dan kemajuan ilmu pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, S. A. 2012. Perencanaan Infrastruktur Wilayah. Yogyakarta: Graha


Ilmu, Cetakan Ke-1.

Andriani, I. 2011. Optimalisasi Waktu Sandar Penyebrangan Untuk


Meningkatkan Kinerja Pelayanan di Pelabuhan Merak-Bakauheni, Tesis.
Progam Transportasi Pascasarjana. Jakarta: Universitas Indonesia.

Departemen Perhubungan, 2002. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 53


tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional, Jakarta.

Departemen Perhubungan Darat, 2003. Keputusan DIRJEN Hubdat No. SK.73/


A.P005/ DRJD/ 2003 tentang standar Pelayanan Minimal Angkutan
Penyebrangan, Jakarta.

Departemen Perhubungan, 2012. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor


Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Angkutan
Penyeberangan, Jakarta.

Departemen Perhubungan, 2015. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51


tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, Jakarta.

Jembris, S. 2014. Analisis Tingkat Pelayanan Pelabuhan Sorong. Jurnal Teknik


Sipil. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Khisty, C. Jotin & Lall, B. Kent. 2005. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi


Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Kementrian Perhubungan, 2013. Profil dan Kinerja Kantor Otoritas Pelabuhan


Penyeberangan Merak.

Peraturan Pemerintah, 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan, Jakarta.

Pramita, G. 2015. Optimalisasi Analisis Kapasitas Pelabuhan Bakauheni Setelah


Pembangunan Dermaga VI. Lampung: Universitas Lampung.

Suharsaputra, U. 2014. Metode Penelitian. Bandung: Refika Aditama, Cetakan


Ke-2.
Tamin, O.Z. 2013. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung, Cetakan Ke-2.

Triatmodjo, B. 2003. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset (Cetakan ke-6).

Wibisono, D. 2013. Panduan Penyusunan Skripsi, Tesis & Disertasi. Yogyakarta:


Andi Offset, Cetakan Ke-1.

Anda mungkin juga menyukai