Anda di halaman 1dari 13

Contoh Opini

Bahaya merokok bagi kesehatanBahaya merokok bagi kesehatan tubuh sudah


tidak diragukan lagi. Para dokter se-dunia pun rasanya juga telah sepakat bahwa
merokok tidak baik bagi kesehatan. Banyak penyakit yang bisa ditimbulkan
dari aktivitas merokok ini. Para perokok bukannya tidak sadar akan bahaya
yang mengancam kesehatannya, namun seiring kuatnya ketergantungan akan
rokok, membuat mereka sulit untuk berhenti merokok.

Sesuai bahasan kali ini, akan dipaparkan macam-macam bahaya merokok bagi
kesehatan tubuh, sehingga anda benar-benar tahu bahwa peringatan pemerintah
tentang bahaya merokok yang ada di setiap bungkus rokok adalah tidak main-
main.
4 Bahaya Merokok Bagi Kesehatan

Dikutip dari majalahkesehatan.com, berikut adalah beberapa bahaya merokok


yang harus anda ketahui :

1. Kanker

    Kanker adalah penyakit ganas yang sampai saat ini belum ada obat yang pasti
yang dapat memeranginya. Salah satu penyebab kanker adalah merokok.
Merokok dapat menyebabkan kanker paru, dan sudah sekitar 90% kematian
pada pria yang disebabkan kanker paru ini, sedangkan pada wanita sekitar 80%.
Resiko kematian akibat kanker paru adalah 23 kali lebih tinggi untuk pria
perokok, sedangkan untuk wanita perokok adalah 13 kali jika dibandingkan
dengan orang yang bukan perokok. Namun hal ini juga berlaku bagi perokok
pasif, karena walaupun mereka bukan perokok tetapi tinggal bersama dengan
seorang perokok, mereka juga akan memiliki resiko sebanyak 24% mengidap
kanker paru.
    Menurut riset, merokok juga dapat menyebabkan kanker rongga mulut, pita
suara, perut, ginjal, faring, esopagus, pankreas, serviks, hingga kanker kantung
kencing.

2. Jantung

    Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di
Indonesia. Dan sebagai informasi untuk anda, perokok aktif mempunyai
peluang 2 hingga 4 kali lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.
    Merokok memberikan kesempatan 2 kali lebih besar pada perokok untuk
terkena stroke
    Merokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri sehingga
mengurangi sirkulasi darah. Akibatnya, perokok akan memiliki peluang 10 kali
lebih tinggi terkena penyakit pembuluh darah serta juga impotensi/ereksi.
    Merokok dapat menyebabkan pelebaran lokal pembuluh darah aorta pada
bagian perut atau juga biasa disebut anurisma aorta abdomen. Penyakit ini
mempunyai resiko kematian yang tinggi bagi perokok terutama ketika
pembuluh darah tersebut pecah.

3. Gangguan janin
Untuk hal ini rasanya pemerintah juga sudah mengingatkan di setiap bungkus
rokok. Hal ini karena bahaya merokok sangat tinggi bagi wanita terutama ibu
hamil. Bahayanya adalah kemandulan, kematian janin, keguguran, berat bayi
rendah saat lahir, hingga sindrom bayi yang mati mendadak.
4. Gangguan Pernapasan
Merokok sangat erat sekali kaitannya dengan gangguan pernapasan. Kegiatan
ini memiliki resiko pada pelakunya untuk terkena penyakit paru kronis hingga
10 kali lebih besar. Menurut data statistik, 90% kematian akibat penyakit ini
disebabkan oleh merokok.

Contoh teks editorial/Tajuk rencana

Kesadaran Kurang, Korban Meningkat Setiap Tahun

1.      Kesehatan adalah salah satu penentu kemakmuran suatu negara. Sebagian kecil
masyarakat di Indonesia sudah mulai timbul kesadaran untuk meningkatkan
kesehatannya namun tanpa adanya dukungan dari pemerintah dan keinginan
masyarakat untuk meningkatkan tingkat kesehatan, hal ini akan berjalan dengan
lambat. Dalam hal ini peran masyarakat maupun pemerintah dalam
meningkatkan kesehatan harus sejalan. Salah satu penyakit yang cukup
mematikan di Indonesia adalah penyakit diabetes melitus. Penyakit diabetes
melitus sudah mulai menjangkit seluruh kalangan masyarakat dari desa sampai
ke kota. Sebagian masyarakat pengidap penyakit ini banyak yang tidak
mengetahui bahwa mereka terjangkit penyakit ini. Hal ini disebabkan karena
kurangnya sosialisasi dari pemerintah ataupun keinginan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatannya dengan cara memeriksakan kesehatannya secara
rutin dan menjalani gaya hidup sehat. Jika sosialisasi penyakit ini kurang
ataupun tidak dilakukan, maka akan berdampak buruk di kemudian hari.
Keinginan masyarakat yang tinggi akan hidup sehat juga diperlukan. Jika
sosialisasi pemerintah dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan sangat
rendah, maka akan banyak nyawa yang melayang karena mereka terlambat
mengetahui informasi tentang penyakit diabetes melitus yang berbahaya ini.

2.      Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang
tinggi disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja
insulin atau keduanya. Tubuh penderita diabetes melitus tidak dapat
memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh
organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat menyebabkan
komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada penderita. Diabetes
merupakan penyakit yang menyerang berbagai kalangan. Orang tua, anak
muda, anak kecil maupun orang dewasa bisa mengidap penyakit ini. Diabetes
ini merupakan salah satu penyakit yang tidak menular. Meskipun tidak menular,
jika penyakit ini sudah kronis, penyakit ini dapat menyerang bagian tubuh lain
seperti jantung, mata, dan bagian tubuh lain. Selain itu, penyakit ini merupakan
penyakit keturunan. Keturunan dari penderita diabetes memiliki potensi yang
lebih besar menjadi penderita diabetes. Maka dari itu jika penderita diabetes
tidak segera ditangani, penderitanya akan semakin bertambah dengan cepat
sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

3.      Di Indonesia, penyakit diabetes melitus dengan komplikasi sudah menjadi


pembunuh nomor tiga. Hal tersebut diungkapkan oleh Sample Registration
Survey 2014. Prevalensi orang dengan diabetes di Indonesia menunjukan
kecenderungan meningkat, yaitu dari 5,7% di tahun 2007 dan menjadi 6,9% di
tahun 2013. Dikutip dari data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI, 2/3
diabetesi (sebutan untuk penderita diabates) di Indonesia tidak mengetahui
dirinya memiliki diabetes. Contohnya kasus diabetes di Sulawesi Tengah yang
telah mencapai 169 kasus. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sulteng Muh Saleh Amin di Palu,
Kamis, merincikan kasus kematian tersebut terbagi Kota Palu 42 kasus,
Kabupaten Donggala 38 kasus, Poso 20 kasus, Parigi Moutong 7 kasus, Tolitoli
4 kasus dan Buol 7 kasus. Kemudian Banggai 23 kasus, Banggai Kepulauan 7
kasus, Morowali 7 kasus, Sigi 15 kasus, Morowali Utara 3 kasus dan Banggai
Laut 1 kasus. Di Sumatara Utara, penderita diabetes mellitus mencapai 5 – 6
persen. Sementara itu, Depok tercatat sebagai kota kedua yang terbanyak
penduduknya mengidap penyakit diabetes mellitus setelah Maluku di Indonesia.
Pengurus Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Kota Depok, Diah Herawati
mengatakan meningkatnya penderita kencing manis di Kota Depok yang cukup
signifikan lantaran rendahnya pemahaman warga akan penyakit tersebut
(dilansir dari indopos.co.id).

4.      Data International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan, jumlah


penyandang diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta dengan
menempati urutan ketujuh tertinggi di dunia. Dari data-data tersebut saja dapat
dipastikan bahwa penyakit diabetes adalah penyakit yang sangat mematikan di
Indonesia maupun dunia. Sehingga sangat pantas jika penyakit diabetes ini
dijadikan sebagai salah satu fokus utama Kementerian Kesehatan untuk
mengurangi penderitanya.

5.      Faktanya, sekitar 50% penderita diabetes di Indonesia tidak mengetahui bahwa
dirinya mengidap penyakit ini. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan masyarakat
mengenai penyakit diabetes terlebih masyarakat kurang peduli dengan
kesehatan tubuhnya atau jarang memeriksakan diri ke lembaga kesehatan.
Akibatnya, orang-orang yang mengidap penyakit ini baru mengetahui dan
mengobati penyakitnya ketika penyakit tersebut sudah kronis dan menyebar ke
anggota tubuh yang lain. Akhirnya pengobatan itu menjadi sulit disembuhkan
atau memiliki kemungkinan yang kecil untuk sembuh karena diabetes sudah
menyebar ke bagian tubuh lain dan membutuhkan biaya yang besar untuk
pengobatannya. Biasanya, jika sampai ke keadaan yang seperti ini, masyarakat
akan meminta bantuan kepada pemerintah untuk mendanai pengobatan mereka
yang sebenarnya bisa dibilang itu karena kesalahan mereka sendiri yang tidak
memedulikan kesehatannya. Maka dari itu, butuh kesadaran dari masyarakat itu
sendiri untuk memeriksakan kesehatan secara rutin. Hal ini sangat diperlukan
agar dapat mengetahui dengan cepat penyakit apa yang sedang diidap oleh
individu tersebut.

6.      Selain memeriksakan kesehatan yang tidak pernah dilakukan, gaya hidup yang
tidak sehat juga dapat memicu penyakit ini muncul. Terutama pola makan yang
buruk. Masyarakat seringkali tidak memperhatikan pola makannya sehari-hari.
Semua jenis makanan mulai dari makanan cepat saji, makanan yang banyak
mengandung banyak gula dan garam juga berminyak sering dikonsumsi oleh
masyarakat di era global ini. Mereka malah jarang mengkonsumsi sayur-
sayuran yang sehat. Selain jenis makanan, porsi makan juga harus diperhatikan.
Masyarakat yang porsi makanannya berlebihan kadang tidak diimbangi dengan
olahraga rutin. Olahraga rutin sangat diperlukan oleh setiap individu agar
terhindar dari berbagai penyakit. Maka dari itu, jalanilah gaya hidup sehat
mulai sekarang, sebelum terlambat. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

7.      Bagi para penderita diabetes yang telah mengetahui bahwa dirinya telah
mengidap penyakit tersebut kadang juga tidak mau untuk mengubah gaya
hidupnya ke gaya hidup yang sehat dengan berdalih bahwa mereka telah
mengkonsumsi obat diabetes yang dapat menetralisir makanan yang
menyebabkan diabetes. Padahal pada dasarnya obat akan bekerja dengan baik
jika sesuai dengan dosisnya dan kenyataannya para pengguna obat ini
menggunakannya secara berlebihan. Dan obat yang terlalu sering dikonsumsi
akan menyebabkan obat tidak terlalu berdampak pada tubuh penggunanya. Sia-
sialah para penderita diabetes yang menggunakan obat diabetes namun tidak
mengubah gaya hidupnya menjadi gaya hidup sehat.

8.      Selain itu, kebiasaan merokok juga menyebabkan munculnya resiko penyakit
diabetes melitus. Hal ini dipaparkan oleh Salome pada artikel yang dirilis oleh
JAMA (Journal of the American Medical Association) pada bulan Desember
lalu. “Tembakau dapat meningkatkan kadar gula darah dan menyebabkan
resistensi insulin dalam tubuh. Penelitian menunjukkan peningkatan penyakit
diabetes tiga kali lipat pada perokok dibandingkan non-perokok.” Hal ini juga
diperkuat dengan hasil penelitian dari Carole Willi, M.D yang melibatkan 1.2
juta partisipan menyatakan bahwa ada keterkaitan langsung antara merokok
dengan meningkatnya resiko diabetes. Dengan merokok maka sama halnya
dengan memperparah kadar gula dalam tubuh. Meningkatnya kadar gula akan
menyebabkan individu tersebut terserang penyakit diabetes melitus.

9.      Resiko terserang penyakit diabetes bagi mereka yang merokok lebih dari 20
batang per hari adalah sebesar 61% sedangkan mereka yang mengkonsumsi
rokok kurang dari 20 batang per hari atau dapat dikategorikan sebagai perokok
ringan hanya memiliki kenaikan resiko diabetes sebesar 29%. Rokok bukan
hanya pemicu timbulnya penyakit diabetes ini, namun juga dapat memperburuk
kesehatan para individu yang telah mengidap penyakit diabetes. Sebaiknya
perokok aktif mulai mengurangi konsumsi rokoknya per hari untuk mengurangi
resiko mengidap penyakit ini.

10.  Sebenarnya, masyarakat bisa saja menjalani gaya hidup sehat dimulai dari hal-
hal kecil seperti membiasakan diri untuk berjalan kaki, makan makanan yang
bergizi, mengkonsumsi sayur, sering memeriksakan kesehatan, berolahraga
secara rutin, dan sebisa mungkin menghindari makanan cepat saji karena
makanan cepat saji mengandung banyak bahan pengawet yang tidak baik bagi
tubuh. Bagi penderita yang tidak menjalani gaya hidup sehat padahal sudah
mengetahui resikonya, hal ini mungkin dikarenakan kebiasaan masyarakat yang
suka mengkonsumsi makanan cepat saji karena penyajiannya lebih cepat
apalagi untuk orang yang bekerja dan waktu istirahatnya sedikit. Mereka lebih
memilih makanan yang praktis dan cepat jadi untuk menghemat waktu istirahat
mereka.

11.  Selain masyarakat yang harus sadar akan kesehatannya sendiri, peran
pemerintah juga sangat diperlukan dalam hal ini. Pemerintah juga harus sadar
dalam hal mensosialisasikan tentang penyakit diabetes melitus ini agar banyak
orang yang tahu tentang penyakit ini. Pakar kesehatan dari Universitas
Indonesia Hasbullah Thabrany mengatakan, pemerintah perlu menganggarkan
Rp 2 triliun untuk mensosialisasikan kesehatan dan pentingnya masyarakat
menghindarkan diri dari penyakit diabetes melitus. Terkait dengan hal itu,
kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah mengenai gejala, upaya
pencegahan, dan pengelolaan penyakit diabetes melitus ini perlu digencarkan
lagi. Dalam hal ini, peran pemerintah, Kementerian Kesehatan, lembaga-
lembaga kesehatan maupun media massa sangat dibutuhkan dalam membantu
penyebaran informasi mengenai penyakit diabetes. Tidak hanya sosialisasi,
tetapi penyediaan sarana dan prasana untuk menanggulangi penyakit ini juga
dibutuhkan, contohnya seperti sarana olahraga di taman-taman kota yang
disediakan oleh pemerintah agar masyarakat tidak malas lagi untuk berolahraga,
dan juga senam bersama setiap hari Minggu. Sekarang ini, sudah banyak
taman-taman kota yang sudah disediakan sarana untuk berolahraga contohnya
seperti yang ada di Banyuwangi. Selain sosialisasi, pemerintah seharusnya juga
menyediakan biaya pengobatan bagi penderita melalui BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sehat) atau JKN(Jaminan Kesehatan Nasional) bagi
masyarakat yang tidak mampu maupun kalangan lain. Karena dalam
pengobatannya, diabetes melitus membutuhkan banyak biaya.

12.  Sosialisasi dapat dilakukan dengan banyak cara seperti, membuat poster, iklan
layanan, video kesehatan, maupun penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat.
Poster dan iklan layanan masyarakat sebisa mungkin dibuat menarik agar
masyarakat ingin membaca. Selain itu, poster dan iklan layanan harus mudah
dipahami oleh masyarakat, karena jika menggunakan bahasa kedokteran atau
istilah yang tidak umum, poster dan iklan tersebut tidak akan memberikan
pengaruh apapun terhadap pengetahuan masyarakat akan penyakit diabetes
melitus ini. Penempatan dari poster dan iklan ini harus berada di tempat-tempat
umum yang ramai agar dapat dilihat oleh banyak orang seperti di terminal,
rumah sakit, sekolah, pusat perbelanjaan maupun di tempat–tempat umum
lainnya yang sering dikunjungi oleh masyarakat agar informasi tentang diabetes
dapat tersampaikan pada masyarakat dengan cepat.

13.  Di era global ini, sosialisasi atau penyuluhan tentang penyakit diabetes melitus
tidak hanya dilakukan melalui media cetak, tetapi sekarang sudah ada media
sosial yang bisa menyebarkannya juga. Peranan media sosial maupun cetak
dalam penyampaian informasi mengenai diabetes sangatlah penting. Media
sosial seperti facebook, instagram, twitter dan lainnya yang pasti dimiliki oleh
setiap individu di era ini dapat menyebarkan informasi-informasi tentang
penyakit diabetes melitus, bagaimana cara mencegah, dan apa bahaya dari
penyakit diabetes melitus ini. Penggunaan media sosial berdampak sangat besar
bagi sosialisasi penyakit diabetes melitus. Karena masyarakat sekarang ini lebih
suka membuka ponselnya dan membaca di media sosial. Hal ini akan membuat
masyarakat lebih berpengetahuan tentang penyakit diabetes melitus dan mereka
tidak akan terlambat lagi untuk periksa dan mengobati penyakit tersebut.
Artinya, penderita penyakit ini bisa berkurang jumlahnya.

14.  Seperti yang pernah dilakukan oleh pemerintah provinsi Bali. Dalam
memperingati hari diabetes sedunia pada tanggal 18 November 2012, Gubernur
Bali memberikan sambutan mengenai bahaya diabetes di Lapangan Renon
Denpasar. Beliau juga mengungkapkan bahwa, pihaknya telah melakukan
upaya penyebarluasan informasi tentang penyakit diabetes melalui berbagai
media serta sosialisasi langsung melalui penyuluhan-penyuluhan bagi seluruh
lapisan masyarakat. Termasuk melibatkan lembaga-lembaga tradisional seperti
melalui Desa Pakraman dan Subak di seluruh wilayah Bali. Upaya tersebut
seharusnya juga dilakukan di seluruh wilayah Indonesia agar seluruh lapisan
masyarakat tahu dan mengenal segala sesuatu mengenai penyakit diabetes.
Lalu, pada tanggal 12 Oktober lalu, Kementrian Kesehatan bekerjasama dengan
PT. Kalbe Farma menggelar kegiatan “Indonesia Lawan Diabetes”. Bentuk
kegiatan ini merupakan seminar edukasi diabetes baik untuk masyarakat awam
maupun tenaga medis, serta ajakan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam 50.000 aksi #IndonesiaLawanDiabetes. Kegiatan ini diadakan di 5 kota
besar yang ada di Indonesia dengan mengutamakan dokter umum, ahli gizi,
perawat dan apoteker. Sedangkan untuk orang awam kegiatan akan dilakukan
di lebih dari 43 kota yang ada di Indonesia.

15.  Tidak hanya memberikan informasi mengenai dampak dan penyebab penyakit
diabetes pemerintah juga dapat memberikan informasi pencegahan penyakit
diabetes salah satunya mengenai bahan makanan yang dikonsumsi. Negara
tetangga kita Australia telah berhasil menciptakan beras baru yang dapat
mengurangi resiko diabetes dan obesiatas. Terlebih jika beras ini dapat
dikombinasikan dengan gaya hidup sehat yang dapat memperkecil resiko
diabetes. Temuan para ilmuwan Tasmania, Australia ini terkait dengan cara
meningkatkan produksi zat tepung resisten dalam beras, yang bisa
meningkatkan daya cerna. Profesor Steven Smith dari Universitas Tasmania
mengatakan bahwa biasanya beras dicerna relatif cepat, dan karena sebagian
besar komponen beras adalah zat tepung, yang terdiri dari gula, pada dasarnya
beras memberi anda kucuran gula dan hal inilah yang menyebabkan diabetes.
Beras baru ini berpotensi membantu sejumlah besar orang di negara-negara
Asia seperti Indonesia dimana beras merupakan bagian penting dari kebutuhan
pangan.

16.  Intinya, jika kesadaran pemeintah akan sosialisasi penyakit diabetes melitus ini
terus dilakukan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan meningkat, semakin
sedikit pula masyarakat yang mengidap penyakit ini karena mereka sudah tahu
tentang penyakit diabetes melitus ini. Hal ini juga membuat nilai kesejahteraan
hidup di Indonesia makin meningkat.
Contoh Feature

Diduga Karena Sering Dipijat, Bayi Ini


Alami Pendarahan Otak

Siapa coba di antara kalian yang nggak suka dipijat? Apalagi setelah
beraktivitas seharian atau saat tubuh pegal-pegal. Pijatan lembut di bagian
tubuh yang sakit dapat menjadi obat ampuh untuk membuat kita kembali fit.
Saking tergantungnya dengan metode tradisional turun temurun ini, bahkan
nggak cuma saat pegal-pegal saja orang memilih untuk dipijat, tapi juga saat
ada keluhan lain seperti terkilir atau masuk angin. Sampai-sampai, tak sedikit
juga orang yang masih berprofesi sebagai dukun pijat di banyak daerah di
Indonesia.

Seperti halnya di Dukuh Grabak, Desa Sridadi, Kecamatan Kota Rembang. Di


tengah gemerlap kemajuan zaman, ternyata masyarakat di sana masih banyak
mempercayakan keahlian dukun pijat untuk mengatasi masalah kesehatan. Tak
hanya orang dewasa saja, tapi juga bayi-bayi yang baru lahir. Seperti sudah jadi
kebiasaan setiap orang tua di sana untuk rutin memijatkan bayi mereka sampai
batas usia tertentu.

Tapi baru-baru ini kejadian tak mengenakkan justru terjadi pada seorang bayi
bernama Kenzo di dusun tersebut. Ia divonis dokter mengalami pendarahan
otak akibat terlalu sering dipijat. Berikut Hipwee News & Feature telah
merangkum beritanya untuk kamu.

Dilansir dari Detik News, bayi bernama Mohammad Kenzo Jayendra ini


mulanya mengalami muntah-muntah yang sampai keluar dari hidung. Orang
tuanya, Ahmad Agus dan Mas’udah, lantas membawa Kenzo ke bidan
setempat. Oleh bidan, Kenzo disarankan untuk dibawa ke RSUD dr R.
Soetrasno, Rembang, tapi kemudian dirujuk ke RSU dr. Kariadi di Semarang.
Di RSUD, Kenzo bahkan sempat divonis tak akan hidup lama. Kemungkinan
sembuhnya hanya 25%. Itupun ada risiko cacat.

Sesampainya di RSU dr. Kariadi, dokter langsung melakukan operasi karena


diketahui ada pendarahan di otak kanan Kenzo. Menurut dokter pendarahan
tersebut disebabkan karena Kenzo terlalu sering dipijat di bagian kepala. Meski
telah berhasil dioperasi, bayi Kenzo masih harus melakukan pengobatan
rutin selama 2 tahun.
Ternyata setiap bayi yang baru lahir di Desa Sridadi sudah terbiasa
dipijatkan ke dukun

Ilustrasi: dukun pijat bayi via cantik.tempo.co

Berdasarkan keterangan orang tua Kenzo yang dilansir Suratkabar.id, meski


anaknya divonis pendarahan otak akibat terlalu sering dipijat, keduanya tak
lantas menyalahkan si dukun pijat andalan di desanya tersebut. Karena sudah
jadi kebiasaan para orang tua di sana untuk memijatkan bayi-bayi mereka yang
baru lahir sampai usia 36 hari. Dan bayi-bayi itu bisa tumbuh sehat seperti anak
pada umumnya. Menurut orang tua Kenzo, apa yang dialami mereka ini
mungkin saja karena sudah takdirnya. Kenzo sendiri dipijat setiap 2 kali dalam
sehari sejak usia 27 hari. Usia Kenzo kini menginjak 2 bulan.
Faktanya, Kenzo bukan satu-satunya bayi yang mengalami pendarahan
otak karena sering dipijat

Pendarahan otak pada bayi via www.abclawcenters.com

Dirilis di Kompas, setidaknya dari 2009-2014 ada 6 bayi meninggal dunia dan
puluhan terkena Celebral Palsy (gangguan fungsi otak dan jaringan saraf), di
RS Sardjito Yogyakarta. Diketahui penyebabnya adalah pendarahan orak
karena kesalahan pijat bayi. Ini baru di 1 RS ya, belum di RS lain di Indonesia.
Menurut Prof. dr. Sunartini Hapsara SpA (K), pemijatan yang salah pada bayi
juga bisa menyebabkan kelumpuhan.

Bukan lantas jadi dilarang, pijat bayi boleh dilakukan asal si pemijat tahu
tekniknya
Baby massage via www.pittapatta.com

Pijat bayi atau yang saat ini sering disebut baby massage atau infant


massage, memang tergolong metode tradisional emak-emak zaman dulu. Saat
bayi rewel atau sakit, mereka akan membawanya ke dukun atau tukang pijat
bayi. Meski kelihatannya jadul, ternyata menurut Association of Infant
Massage, pijat bayi punya banyak manfaat lho, seperti membuat pencernaan
bayi, sirkulasi darah, dan kekuatan otot menjadi lebih baik.

Lorraine Tolley dari The Guild of Infant and Child Massage mengatakan pijat


juga dapat merangsang sistem imun yang bisa membuat bayi lebih tenang. Eits,
tapi perlu diingat, pijat ini cuma boleh dilakukan para ahli atau orang yang
paham tekniknya lho. Selain itu perlu jadi catatan juga, kalau kepala bayi tidak
boleh jadi objek pemijatan, karena kondisinya masih lunak.

Bayi akan semakin merasakan manfaat pijatan kalau dilakukan oleh orang


tuanya sendiri. Aktivitas pemijatan itu akan menciptakan ikatan psikologis
antara orang tua dan bayi. Studi di Touch Research Institute, University of
Miami School of Medicine, AS, mengatakan, terapi sentuhan tersebut bisa
meningkatkan kadar serotonin dan dopamin yang fungsinya menciptakan rasa
nyaman. Meski sepertinya banyak manfaat yang bakal dirasa, ada waktu-waktu
dimana bayi tak boleh dipijat lho, seperti saat bayi demam, ruam-ruam, atau
saat ada masalah persendian.

Nah, kembali lagi ke masalah banyaknya kesalahan pemijatan yang dilakukan


dukun-dukun pijat, terutama di daerah pedesaan. Menyikapi hal ini seharusnya
sih pemerintah melalui institusi-institusi kesehatan bisa menyelenggarakan
sosialisasi bagi pemijat-pemijat tersebut mengenai teknik memijat yang benar
dan aman ya, setuju?

Anda mungkin juga menyukai