Oil
Oil
2
KLASIFIKASI PELUMAS
LIQUID LUBRICANTS
OILS GREASES
3
Base Oil Composition
Base oil terdiri dari suatu campuran dari senyawa-senyawa hydrocarbon dengan bermacam-macam
komposisi. Senyawa hydrocarbon diklasifikasikan kedalam paraffinic, naphthenic dan aromatic hydrocarbon.
Karena paraffinic hydrocarbon mempunyai karakteristik kekentalan (viscosity) yang terbaik, paraffinic-rich
base oil secara umum digunakan dalam oli pelumas.
4
Base Oil
NAPHTHENIC HYDROCARBON
Kesanggupan melarutkan (solvency) baik sekali, mempunyai sifat pengikat (thickening agent) bagus
sehingga memperbaiki karakteristik oil sparation, pour point rendah, VI rendah, pemuaian
(swelling) pada beberapa type elastomer, dan oxidation stability rendah.
PARAFFINIC HYDROCARBON
Oxidation stability, dan thermal stability lebih baik, VI tinggi, pengaruh terhadap elastomer rendah,
penguapan rendah, yield point (batas lumer) rendah, pour point tinggi.
AROMATIC HYDROCARBON
Oxidation stability rendah, VI rendah, pemuaian pada beberapa type elastomer, pour point rendah,
atau mempunyai sifat seperti benzene (formula C6H6, benzoat).
SYNTHETIC OIL
Thermal stability baik sekali, pour point rendah, VI tinggi, penguapan rendah, flow pada temperatur
rendah baik sekali, biodegradability, cost tinggi, pemuaian elastomer atau penyusutan tergantung
type dan blend (campuran) ratio.
5
Additive Composition
Engine oil, Gear oil dan Hydraulic oil diproduksi dengan menambahkan beberapa paket additive yang berbeda
kedalam “base oil”. Tipe additive ditunjukan seperti dalam table berikut. Suplier (pabrik) oli mengembangkan oli
aslinya dengan perpaduan jenis additive yang berlainan atau dengan melakukan bermacam metode penyulingan
base oil. Sehingga ada beberapa perbedaan performance untuk setiap oil yang diproduksi.
6
OIL COMPOSITION
0-2 %
2-30 %
0-15 %
70-95 %
7
Jenis-jenis Additive
JENIS ADDITIVE KINERJA MEKANISME
Detergents: Sejenis sabun, additive ini membersihkan dan melarutkan jelaga (soot),
Calcium Sulphonate, Detergency pernis (lacquer), dan partikel-partikel keausan pada temperatur tinggi,
Magnesium Sulphonate, sehingga additive dapat mencegah ring piston melekat (sticking).
Clasium Phenate, Acid Asam sulfat dan asam organik yang ditimbulkan karena pembakaran fuel
Magnesium Phenate, neutralization dan oksidasi oli, menyebabkan korosi pada metal. Sifat alkali dari
dan lain-lain. additive ini dapat menetralkan asam dan mencegah korosi.
Oxidation inhibitor, Oxidation Oksidasi oli menghasilkan lumpur (sludge) dan akan menyebabkan
Anti Wear agent inhibitor kenaikan viskosity. Additive ini menguraikan oksida-oksida dan
(penghambat mencegah oksidasi oli. Selanjutnya menahan timbulnya resin (damar),
oksidasi) varnish dan sludge.
Anti wear Sulfur, phosphorus, dan zink yang terkandung didalam ZnDTP mencegah
kerusakan (seizure) dan keausan metal.
Dispersants, succinimide Dispersancy Additive ini memiliki kesamaan struktur kimia dengan deterjen yang
(penguraian) dipakai dirumah tangga. Ini dapat melarutkan sludge didalam oli pada
temperature rendah.
VI Improver: OCP Improvement OCP menaikan viscosity oli pada temperatur tinggi. Kemudian, OCP
(Olefin Copolymer) Viscosity Index mencegah kerusakan metal engine dan mengurangi konsumsi oli.
Silicon: Anti foam Adanya foam pada oli akan menyebabkan kavitasi dan kerusakan pada
Antifoam Agent oil film. Sejumlah kecil dari silicon dapat memecah gelembung dan busa.
Extreme Pressure Load-carrying Gabungan phosphor dan sulfur biasanya digunakan pada gear oil
Addiitive (EP Agent) capacity sebagai extreme pressure additive. ZnDTP yang digunakan dalam
engine oil juga merupakan additive tekanan extreme. Dibawah kondisi
beban gesek yang berat, EP agent mengurai pada permukaan metal dan
membentuk besi sulphide dan besi phosphat. Kedua hasil senyawa ini
dapat mengurangi gesekan dan mencegah kerusakan.
8
Standards & Categories of Oil
Klasifikasi kekentalan ditunjukan dalam table. Huruf “W” artinya winter dan menjamin oli masih mudah mengalir
pada temperatur rendah. Sebagai contoh, multigrade oil SAE 15W-40, oli ini mempunyai kemampuan pelumasan
yang baik sampai 150C, dan memiliki viscosity sama seperti SAE 40 pada temperatur 1000C.
9
Kategori Kualitas Oli Pelumas
CE/CF-4
Oli diklasifikasikan kedalam C- Series (klas CA sampai CF-4) untuk engine diesel, dan S- Series (klas SA sampai
SG) untuk engine gasolin.
Oli engine kelas CD telah melewati test charger (pembebanan) pada engine diesel turbocharger silinder tunggal.
Uji engine ini ialah untuk mengevaluasi kemampuan pencegahan terhadap me lekatnya (stuck) ring piston.
Oli klas CE telah diuji pada engine Cummins dan truck Mack disamping klas CD
10
KALSIFIKASI PELUMAS MESIN DIESEL
Klasifikasi pelumas mesin diesel menurut API diawali dengan huruf "C" (Commercial) dan diikuti secara alpabetis, yaitu:
CF-4 : Untuk mesin diesel 4 langkah tugas berat, buatan tahun 1990 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi.
CG-4 : Untuk-mesin diesel 4 langkah tugas berat, buatan tahun 1994 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi dan
beban berat
CH-4 : Untuk mesin diesel kecepatan tinggi buatan tahun 1998 ke atas
CI-4 : Merupakan deskripsi pelumas yang digunakan untuk mesin diesel 4 langkah, kecepatan tinggi yang
memenuhi standard emsisi gas buang tahun 2004.
11
KLASIFIKASI PELUMAS UNTUK ENGINE GASOLINE
Klasifikasi pelumas mesin bensin menurut API diawali dengan huruf "S” (Service) dan diikuti secara alpabetis,
yaitu:
12
Batas Deteriorasi Oli engine
13
FLASHING POINT (Fuel Dilution)
14
Kinematic Viscosity
CAPILLARY VISCOSITY
15
TAN (Total Acid Number)
Total Acid Number menunjukan kondisi oxidasi dari oli.
Jika nilai TAN meningkat, itu merupakan indikasi
kerusakan (deterioration) dan penurunan performance
oli. Nilai Total Acid Number menunjukan berat
Potasium hydroxide (KOH) dalam mg yang diperlukan
untuk menetralisir asam yang terkandung dalam 1 gram
oli pengujian, dan dinyatakan sebagai mgKOH/g.
Berikut adalah penyebab khusus dari oxidasi oli:
1. Oxidasi melalui kontak dengan air atau udara.
2. Peningkatan oxidasi karena masuknya partikel-
partikel metal kedalam oli.
3. Peningkatan oxidasi karena kenaikan temperatur
engine.
Jika nilai TAN diatas 8, akan mengakibatkan lapisaan lead
(timah) pada metal mengelupas, kemudian rusak(seizure)
atau menyebabkan keausan abnormal pada metal engine,
perhatikan batasan nilai TAN selamanya,
16
n-PENTANE INSOLUBLE
Nilai n-pentane insolubles terutama berkaitan dengan banyaknya jelaga
(carbon) hasil pembakaran tidak sempurna dari fuel, organic polymer
yang dihasilkan dari oksidasi oli pelumas dan fuel, asam sulphate dari
hasil pembakaran sulfur yang terkandung dalam fuel yang bereaksi
dengan additve TBN, partikel metal dari keausan, abu metal dan abu
pasir dari luar.
Dengan meningkatnya n-pentane insoluble akan menyebabkan:
•Viscosity naik.
•Keausan pada bearing dan permukaan yang berputar.
•Saluran oli dan filter buntu.
•Deposit menempel dan mengisi piston ring grove dan bagian atas
piston dan liner.
Meningkatnya kadar soot didalam oli karena menggunakan fuel yang
berkwalitas rendah atau pembakaran tidak sempurna karena kerusakan
fuel pump, atau injector, atau air system buntu.
MOISTURE
Kontaminasi moisture (embun). Ada beberapa jalan air bercampur
dengan engine oil:
Bila temperatur didalam crankcase turun, terjadi kondensasi, udara
menjadi embun (moisture); air masuk lewat kebocoran seal liner; atau air
bisa masuk kedalam crankcase dari cooling system. Jika kadar air didalam
crankcase meningkat, maka terjadi berbagai problem. Sebagai contoh,
moisture (air) yang terbawa kesistem pelumasan bearing (metal) akan
menguap, menyebabkan pitting, pealing, atau bearing macet.
Limit dari kandungan air harus dibawah 0.2%.
17
DETERIORATION OF ENGINE OIL
PERUBAHAN PADA CONTOH
FACTOR PRODUCT EFEK PADA ENGINE PENYEBAB
SIFAT OLI KERUSAKAN
Keausan abnormal,
Masuknya partikel Peningkatan kandungan Penggantian oli, filter
scuffing, seizure pada
keausan Metal(Fe,Cu,Pb,Al,Cr) kurang baik
BENDA semua parts
ASING Penggantian oli kurang
Masuknya partikel Keausan abnormal pada baik, kesalahan pada
Peningkatan Si, Al piston ring, bearing
padat kotoran, debu intake system.
19
Proses Pembakaran Fuel pada Engine
Sulphur yang terkandung didalam fuel pada proses pembakaran akan teroxidasi dan membentuk gas SO2 (sulphur
dioxida), dan sebagian didalam ruang bakar akan berubah menjadi gas SO3 (sulphur peroxida) bila temperatur
diruang bakar turun secara cepat saat langkah expansion (power). Gas SO3 ini mempunyai sifat dapat menurunkan
titik embun (dew point) dari uap air (yang juga hasil pembakaran fuel) biarpun temperatur uap air tinnggi, dan uap
air terkondensasi menjadi moisture (embun).
Selanjutnya, gas SO3 bereaksi dengan embun (H2O) dan menghasilkan asam sulphat (H2SO4) yang sangat korosif.
Asam sulphat yang dihasilkan dapat terbentuk juga diluar ruang bakar, kalau proses (2) dan proses (3)
berlangsung didalam crankcase, karena adanya blow-by, asam sulphat akan mencemari engine oil. Selanjutnya,
angka TBN menjadi turun dan fungsi oli menurun.
Jika terjadi pembakaran tidak sempurna, yang disebabkan kualitas fuel jelek, fuel injection rusak, injector rusak,
atau air restriction dari air filter besar (overfueling), maka hasil pembakaran selain menghasilkan asam sulphat, juga
dihasilkan partikel-partikel carbon (C), sulfur, keduanya berbentuk jelaga (soot) dan CO (carbon monooxida). Jelaga
ini akan mencemari oli, sehingga n-pentane insoluble naik. Dan jelaga didalam ruang bakar akan menyerap asam
sulphat yang akan menempel dan mengisi piston ring grove.
20
Hubungan Bearing Seizure
Temperature dengan Kinematic
Viscosity Grade
Oil film kemampuannya berbeda untuk setiap tingkat
viscosity. Bila oil yang berviskositas rendah digunakan
pada temperatur tinggi, oil film pecah, akan
menyebabkan kerusakan (seizure) pada bearing.
Adalah sangat penting untuk memilih oil sesuai dengan
ambient temperature, dan harus diperhatilan terhadap
perubahan viscosity karena engine overheating atau oil
cooler kurang sempurna.
21
Multigrade Oil
Multigrade oil dibuat dari “low-viscosity base oil” dan viscosity index yang ditingkatkan, dan mempunyai sifat mudah
mengalir (fluidity) pada temperatur rendah dan viscosity lebih tinggi pada temperatur tinggi. Sebagai conton engine
oil SAE 10W-30, SAE15W-40, dan SAE20W-50.
Jika multigrade oil digunakan sebagai pelumas engine, ada beberapa kelebihan berikut:
1. Dibandingkan dengan oli ber-viscosity rendah seperti SAE10W, oil film pada multigrade oil lebih tebal dan tidak
ada penurunan ketahanan engine biarpun pada temperatur tinggi. Sehingga hasilnya, oli ini memberikan suatu
rentang yang luas terhadap temperatur dalam penggunaanya.
2. Viscosity stabil meskipun terjadi perubahan temperatur. Kemampuan start dari multigrade oil lebih baik
daripada oil dengan high viscosity single grade seperti SAE30 atau SAE40, dan juga memberikan penghematan
pemakaian oli.
3. Konsumsi oli lebih rendah daripada high viscosity single grade oil seperti SAE30 atau SAE40.
Bisa juga menggunakan multigrade oil pada sistem hydraulic. Jangan menggunakan multigrade oil untuk
transmission atau final drive. Alasannya, adalah bahwa dengan clutch-clutch yang menggunakan friction
(gesekan) dengan kecepatan putaran tinggi dan temperatur tinggi, atau kontak antara gear dengan yang
lainnya dengan tekanan permukaan yang sangat tinggi (extreme pressure), semua additive yang digunakan
untuk mempertahankan viscosity secara mekanikal berkurang fungsinya dalam waktu yang cepat. Akibatnya,
viscosity turun dan akan menyebabkan problem-problem seperti: clutch rusak (seizure), atau scuffing (lecet)
atau keausan yang abnormal pada gear.
22
Multigrade Oil
23
Oil Recommended for Engine
24
Memelihara umur Engine lebih panjang
25
Absolute Viscosity
Vs
Temperature
26
OIL STORAGE