Anda di halaman 1dari 202

PENGAWASAN TENAGA KERJA ASING DI

KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh
Abharina Atikah Sari
NIM 6661130278

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG 2017
Motto dan Persembahan

“Jangan Menyerah, Terus Berusaha, dan

Selipkan Do’a agar perjuanganmu selalu

dimudahkan dan dilancarkan oleh-Nya”

Skripsi ini penulis persembahkan untuk Kedua Orang tua dan adik-adik

tercinta yang terus-menerus memberikan dukungan, do’a dan materiil.

Serta sahabat-sahabat yang telah menjadi penyemangat dalam proses

pembuatan skripsi ini.


ABSTRAK

Abharina Atikah Sari. Skripsi. Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota


Cilegon. Program Studi. Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Dr.
Dirlanudin, M.Si. Dosen Pembimbing II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si.
Kata Kunci: Pengawasan, Tenaga Kerja Asing
Tenaga Kerja Asing merupakan warga negara asing pemegang visa dengan
maksud bekerja di wilayah Indonesia. Pengawasan tenaga kerja asing perlu
dilakukan agar berkurangnya penggunaan tenaga kerja asing illegal di Kota
Cilegon. Dalam pengawasan tenaga kerja asing dibentuk Tim Pengawasan Orang
Asing (Timpora) yang melibatkan beberapa instansi terkait dalam
pelaksanaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengawasan tenaga kerja
asing di Kota Cilegon. Penelitian ini menggunakan teori Pengawasan yang efektif
menurut T. Hani Handoko (2011:373) dan teori tujuan penggunaan Tenaga Kerja
Asing menurut HR. Abdussalam (2008:322). Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil
penelitian menunjukan pengawasan tenaga kerja asing di Kota Cilegon belum
berjalan maksimal karena kurangnya jumlah petugas pengawas, petugas pengawas
kurang tegas dalam melaksanakan pengawasan di lapangan, kurangnya jadwal
pengawasan yang dilakukan di lapangan dan kurangnya perencanaan dalam
memanfaatkan ekonomi yang di dapatkan dari kehadiran tenaga kerja asing di
Kota Cilegon. Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu adanya penambahan
jumlah petugas pengawas dalam mengawasi tenaga kerja asing, dipertegasnya
pengawasan yang dilakukan oleh petugas pengawas, penambahan jadwal
pengawasan dan adanya perencanaan dalam pembuatan kebutuhan tenaga kerja
asing guna meningkatkan potensi ekonomi di Kota Cilegon.
ABSTRACT

Abharina Atikah Sari. Bachelor Thesis. Supervision of Migrant Workers in


Cilegon City. Department of Public Administration, Faculty of Social and
Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I: Dr.
Dirlanudin, M.Si. Advisor II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si.

Keywords: Supervision, Migrant Workers

Migrant Workers are holders of visa for work in Indonesia. Supervision of


migrant workers is necessary for decrease illegal migrant workers in Cilegon.
Supervisory team of migrant workers (Timpora), it is including relevant
instantion in the implementation. The purpose of this research is to know the
supervision of migrant worker in Cilegon City. This study uses the theory of
effective supervision by T. Hani Handoko (2011: 373) and the theory of the
objective use of Migrant Workers according by HR. Abdussalam (2008: 322). The
method used is descriptive method with qualitative approach. Data collection
techniques used were interviews, observation, documentation and literature study.
The result of the research shows that the supervision of migrant worker in
Cilegon City has not run maximally because of the lack of supervisory officers,
the supervisor is less assertive in conducting the supervision in the field, the lack
of supervision schedule conducted in the field and the lack of planning in
exploiting the economy obtained from the presence of migrant workers In Cilegon
City. Recommendations that can be given are the addition of the number of
supervisory officers in supervising migrant workers, confirmed supervision
conducted by supervisory officers, the addition of supervision schedule and the
existence of planning in making migrant workers needs in order to increase the
economic potential in Cilegon City.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbill’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH

SWT, karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang

berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dalam rangka memenuhi

salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

yang berjudul “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon”.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak yang senantiasa mendukung dan membimbing penulis. Maka dari

itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan I Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Imam Mukrhoman, S.Ikom, M.Ikom, Wakil Dekan II Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan III Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

i
6. Listyaningsih, S.Sos, M.Si, Ketua Program Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Riswanda, Ph.D Sekertaris Program Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

8. Dr. Dirlanudin, M.Si Sebagai Dosen Pembimbing I dan selaku

pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan

membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini dan sabar dari awal

hingga saat ini.

9. Drs. Oman Supriyadi, M.Si Sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu

memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun

skripsi ini dan sabar dari awal hingga saat ini.

10. Seluruh dosen dan staf Jurusan Admnistrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11. Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dan Dinas Tenaga Kerja Kota

Cilegon yang telah mengizinkan dan membantu peneliti

mengumpulkan data.

12. Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon yang telah mengizinkan dan

membantu peneliti mengumpulkan data.

13. Seluruh SKPD terkait yang tergabung dalam TIMPORA yang telah

mengizinkan dan membantu peneliti mengumpulkan data.

ii
14. Ibu dan Bapak yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh

strata satu. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan

yang terbaik dan membalas segala kebaikan yang diberikan.

15. Terima kasih kepada seluruh keluarga dan saudara-saudara Cucu

Bahtiar yang selalu memberikan semangat selama pembuatan skripsi.

16. Terima kasih untuk Muhlasin, Maya Aulia, Ria Khoirunisa, Ossy

Aida, Mila Octafia, Kinanti Amelia, Sari Indah dan Ety Indra yang

telah membantu peneliti dalam proses pencarian data di lapangan serta

memberikan semangat selama pembuatan skripsi.

17. Untuk Siti Solihat, Lailliyah, Winda Lestari, Resty Mahendra,

Mohammad Delki terima kasih karena menjadi supporter terhebat

selama menjadi mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

18. Kawan-kawan Administrasi Negara 2013 yang memberikan warna,

masukan dan nasehat yang bermanfaat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun

tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Serang, 16 Juni 2017

Abharina Atikah Sari

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

1.2. Identifikasi Masalah ................................................................... 13

1.3. Batasan Masalah ......................................................................... 13

1.4. Perumusan Masalah .................................................................... 13

1.5. Tujuan Penelitian ........................................................................ 14

1.6. Manfaat Penelitian ...................................................................... 14

1.7. Sistematika Penulisan ................................................................. 14

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI


DASAR

2.1. Deskripsi Teori ...........................................................................17

iv
2.1.1. Definisi Manajemen ......................................................17

2.1.2. Definisi Pengawasan .....................................................20

2.1.3. Prinsip-Prinsip Pengawasan ..........................................22

2.1.4. Jenis-Jenis Pengawasan .................................................23

2.1.5. Sifatdan Waktu Pengawasan .........................................25

2.1.6. Fungsi Pengawasan .......................................................26

2.1.7. Karakteristik-Karakteristik Pengawasan .......................27

2.1.8. Definisi Imigrasi ............................................................29

2.1.9. Definisi Tenaga Kerja Asing .........................................29

2.2. Penelitian Sebelumnya ...............................................................33

2.3. Kerangka Berfikir .......................................................................37

2.4. Asumsi Dasar..............................................................................40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian .......................................................................41

3.2. Ruang Lingkup/Fokus Peneltian ................................................42

3.3. Lokasi Penelitian ........................................................................42

3.4. Variabel Penelitian/Fenomena yang diamati ...............................42

3.4.1 Definisi Konsep .............................................................42

3.4.2 Definisi Operasional ......................................................43

3.5. Instrumen Penelitian ...................................................................46

v
3.6. Informan Penelitian ....................................................................46

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................48

3.7.1. Teknik Pengumpulan Data ............................................48

3.7.2. Teknik Analisis Data .....................................................52

3.8. Uji Keabsahan Data ....................................................................54

3.9. Jadwal Penelitian ........................................................................56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...............................................................57

4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon .........................................57

4.1.2 Gambaran Umum Tim Pengawasan Orang Asing


(TIMPORA) .......................................................................60

4.2 Deskripsi Data ..................................................................................62

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ...................................................62

4.2.2 Data Informan Penelitian ....................................................67

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................71

4.3.1 Pengawasan dilakukan secara akurat dan tepat waktu .......76

4.3.2 Pengawasan dilakukan secara obyektif dan


menyeluruh guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang terampil dan professional .........................................83

4.3.3 Terpusat pada titik-titik pegawasan strategis .....................91

4.3.4 Realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA..........93

4.3.5 Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi .....................99

vi
4.3.6 Bersifat sebagai petunjuk dan operasional .........................107

4.3.7 Kontribusi keberadaan TKA terkait proses


pembangunan melalui ilmu pengetahuan &
teknologi.............................................................................113

4.4 Pembahasan .......................................................................................117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan........................................................................................134

5.2 Saran .........................................................................................136

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

vii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Berfikir....................................................................................39

3.1 Analisis Data menurut Miles dan Huberman ..........................................53

4.1 Peta Wilayah Kota Cilegon .....................................................................59

4.2 Spanduk Peringatan TKI dan TKA Ilegal di Depan Kantor Imigrasi ..... 72

4.3 Dokumen Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing ............................. 111

4.4 Dokumen Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing ............................ 112

viii
DAFTAR TABEL

1.1. Jumlah Tenaga Kerja Asing di Indonesia 2011-2016 ............................ 3

1.2. Jumlah Pekerja Asing Berdasarkan Asal Negara Jan-Nov 2016 ........... 4

1.3. Laporan TKA di Kota Cilegon tahun 2014-2017 (Jan-Juli) .................. 6

1.4. Data Deportasi Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon Tahun 2016 ..............8

3.1. Daftar Informan .......................................................................................47

3.2. Pedoman Wawancara .............................................................................. 49

3.3. Jadwal Penelitian .....................................................................................56

4.1. Keterangan Informan ............................................................................... 69

4.2 Jumlah Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon .......................................... 106

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 Undang-Undang Keimigrasian No 6 Tahun 2011

Lampiran 3 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 35


Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 Member Check

Lampiran 6 Matriks Wawancara Lapangan

Lampiran 7 Reduksi Data

Lampiran8 Daftar Riwayat Hidup

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang memiliki posisi strategis dalam

pergaulan Internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber daya

alam dan sumber daya manusia mengakibatkan arus lalu lintas orang masuk dan

keluar wilayah Indonesia semakin meningkat. Pengaturan terhadap lalu lintas

antar negara yang menyangkut orang di suatu wilayah negara adalah berkaitan

dengan aspek keimigrasian yang berlaku di setiap negara memiliki sifat universal

maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan

kenegaraannya. Dalam era globalisasi saat initelah membawa mobilisasi pekerja

antar negara dengan mudah, karena adanya telekomunikasi dan teknologi

yangsangat canggih kemudian membuat begitu mudahnya tenaga kerja asing

masuk ke Indonesia.

Untuk mengatur berbagai macam tenaga kerja asing yang keluar dan

masuk ke wilayah Indonesia, kebijakan pemerintah di bidang keimigrasian

menganut prinsip selective policy yaitu suatu kebijakan berdasarkan prinsip

selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan

manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang

tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik

terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yang diizinkan

masuk atau keluar wilayah Indonesia, dan untuk itu perlu ada pengaturan dan

1
2

batasan berupa perizinan yang diberikan kepada orang asing apabila hendak

tinggal di Indonesia. (Sumber: Muhammad Indra, Perspektif Penegakan Hukum

dalam Sistem Hukum Keimigrasian Indonesia, Disertasi, Program Doktor Pasca

Sarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 23 Mei 2008), hlm.2)

Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, sebagaimana disebutkan

pada Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Asing adalah warga

negara asing pemegang Visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Dalam

hal orang asing yang bermaksud bekerja sebagai tenaga ahli di Indonesia,

tentunya memiliki persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi mulai dari

orang asing tersebut:

1. Bermohon RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing);

2. Permohonan IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Asing);

3. Bermohon Visa (VITAS/Visa Tinggal Terbatas) pada perwakilan

Republik Indonesia di luar negeri;

4. Diberikan VITAS untuk masuk ke wilayah Indonesia ;

5. Pemeriksaan Orang Asing tersebut di Tempat Pemeriksaan Imigrasi

(TPI) di pelabuhan udara/laut/darat;

6. Pemberian Izin Keimigrasian (ITAS/ Izin Tinggal Terbatas);

7. Selama berkegiatan di Indonesia;

8. Meninggalkan wilayah Indonesia.

Adapun jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang berada di Indonesia hingga

November 2016 mencapai 74.183 pekerja meningkat 7,5 persen dari posisi akhir

2015, yaitu 69.025 pekerja. Rata-rata tenaga kerja asing di Indonesia periode
3

2011-2016 mencapai 71.776 pekerja. Jumlah tenaga kerja asing di Indonesia

tersebut berdasarkan izin mempekerjakan tenaga asing (IMTA) yang dikeluarkan

pemerintah. Berikut tabel jumlah TKA di Indonesia dari tahun 2011 hingga tahun

2016:

Tabel 1.1

Jumlah Tenaga Kerja Asing di Indonesia 2011-2016

Tahun Pekerja
2011 77,3 ribu
2012 72,4 ribu
2013 69 ribu
2014 68,8 ribu
2015 69 ribu
2016 74,2 ribu
Sumber: http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/12/20/2016

Mulai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) awal 2016

dan serbuan TKA asal Cina telah memicu banyaknya tenaga asing di Indonesia.

Selain itu, diberlakukannya bebas visa terhadap 160 negara juga turut

meningkatkan pekerja asing illegal di Tanah Air.

Jumlah tenaga kerja asing (TKA) asal Cina yang berada di Indonesia

merupakan yang terbesar. Berdasarkan data Izin Mempekerjakan Tenaga Asing

(IMTA) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menunjukkan bahwa

pekerja asal Cina periode Januari-November 2016 yaitu berjumlah 21.271 pekerja

atau sekitar 28,7 persen. TKA asal Jepang merupakan yang terbesar kedua setelah

Cina yaitu mencapai 12.490 orang atau sekitar 16,8 persen. Dan TKA asal Korea

Selatan menjadi yang terbesar ketiga dengan jumlah 8.424 pekerja atau sekitar

11.4 persen dari total TKA yang terdaftar di Indonesia sebanyak 74.183 pekerja.
4

Berikut tabel data jumlah TKA berdasarkan asal negara periode Januari-

November 2016:

Tabel 1.2

Jumlah Pekerja Asing di Indonesia Berdasarkan Asal Negara


Januari-November 2016

Negara Jumlah TKA

Cina 21.3 ribu

Jepang 12,5 ribu


Korea Selatan 12 ribu
Negara Lainnya 7,7 ribu
India 5,1 ribu
Malaysia 4,1 ribu
Filipina 3,4 ribu
Amerika Serikat 2,8 ribu
Australia 2,5 ribu
Thailand 2,4 ribu
Inggris 2,3 ribu
Singapura 1,7 ribu
Sumber: http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/17/2016

Salah satu wilayah di negara Indonesia yang menjadi tujuan utama Tenaga

Kerja Asing ialah Kota Cilegon yang merupakan Kota Industri yang menjadi

incaran para Tenaga Kerja Asing. Kota Cilegon adalah sebuah kota di Provinsi

Banten, Indonesia. Cilegon berada di ujung barat laut pulau Jawa, di tepi Selat

Sunda. Kota Cilegon dikenal sebagai kota industri. Sebutan lain bagi Kota

Cilegon adalah Kota Baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar

di Asia Tenggara karena sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap tahunnya di

Kawasan Industri Krakatau Steel, Cilegon. Di Kota Cilegon terdapat berbagai

macam objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading

Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel, PLTU Suralaya, PLTU


5

Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant. Dengan

semakin banyaknya aktivitas kegiatan industri di Kota Cilegon ini menjadikan

salah satu Kota Industri yang kian makin banyak memperkerjakan orang asing

khususnya WNA asal Korea, Jepang dan China. Sehingga tidak mengherankan

apabila Indonesia khususnya Kota Cilegon merupakan salah satu titik sentral

perhatian negara-negara lain dalam bidang Industri.

Berdasarkan data perpanjangan IMTA yang tercatat di Dinas Tenaga Kerja

Kota Cilegon pada tahun 2014 terdapat 308 Tenaga Kerja Asing (TKA), tahun

2015 terdapat 376 TKA, tahun 2016 terdapat 172 TKA dan pada tahun 2017 pada

bulan Januari sampai dengan Juli sudah tercatat sebanyak 477 TKA yang bekerja

di Kota Cilegon berdasarkan data perpanjangan IMTA dengan lokasi kerja hanya

di Kota Cilegon. Berikut tabel data Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon tahun

2014 sampai dengan tahun 2017 periode Januari sampai dengan Juli:
6

Tabel 1.3
Laporan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon
Tahun 2014 - 2017 (periode Januari – Juli)
2014 2015 2016 2017 (Jan-Jul)
Negara
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Korea Selatan 171 55.52% 185 49.20% 101 58.72% 191 40.04%
Republik Rakyat
42 13.64% 102 27.13% 25 14.53% 123 25.79%
China (RRC)
Jepang 47 15.26% 52 13.83% 33 19.19% 73 15.30%
Perancis 1 0.32% - - - - 13 2.73%
Australia 1 0.32% - - - - 11 2.31%
India 7 2.27% 6 1.60% - - 9 1.89%
Thailand - - 2 0.53% - - 8 1.68%
Malaysia - - 1 0.27% - - 7 1.47%
Inggris 2 0.65% 2 0.53% 1 0.58% 5 1.05%
Philippines 2 0.65% 2 0.53% 3 1.74% 4 0.84%
Amerika Serikat - - - - - - 4 0.84%
Philippina 2 0.65% 1 0.27% - - 4 0.84%
Jerman 2 0.65% 1 0.27% - - 3 0.63%
Italia - - - - - - 3 0.63%
Singapore - - 1 0.27% - - 3 0.63%
Austria - - - - - - 2 0.42%
Chile - - - - - - 1 0.21%
Afrika Selatan - - - - - - 1 0.21%
Selandia Baru - - - - - - 1 0.21%
Taiwan - - - - - - 1 0.21%
China - - - - - - 1 0.21%
Pakistan - - - - - - 1 0.21%
Swiss - - - - - - 1 0.21%
Republik Korea 28 9.09% 18 4.79% 9 5.23% 1 0.21%
Venezuela - - - - - - 1 0.21%
Swedia - - - - - - 1 0.21%
Srilanka - - - - - - 1 0.21%
Vietnam - - - - - - 1 0.21%
Maroko - - - - - - 1 0.21%
Finland - - - - - - 1 0.21%
Turki 2 0.65% 2 0.53% - - - -
France 1 0.32% - - - - - -
Hongkong - - 1 0.27% - - - -
Total 308 376 172 477
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon 2017.
7

Sedangkan data keseluruhan Tenaga Kerja Asing yang berada di Kota

Cilegon berdasarkan pembuatan IMTA yang dikeluarkan oleh Kementerian

Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 2015 tercatat sebanyak 1083 TKA

dan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 1240 TKA yang berada di Kota Cilegon.

Dari data diatas menunjukan banyaknya orang asing yang berdatangan untuk

keperluan pekerjaan di Kota Cilegon.

Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, sering

terjadinya penyalahgunaan pada administrasi ketenagakerjaan yaitu dokumen-

dokumen perizinan tenaga kerja asing. Dengan adanya bebas visa kunjungan

seperti yang tertera dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2016 bahwa untuk meningkatkan hubungan negara Republik Indonesia

dengan negara lain dan untuk meningkatkan perekonomian dan jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara perlu diberikan kemudahan bagi orang asing untuk

masuk ke wilayah Republik Indonesia. Tetapi dengan menggunakan visa

kunjungan wisata justru sering disalahgunakan. Menurut hasil wawancara dengan

Ibu Retno selaku Kasi Penempatan Kerja Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon

menyatakan bahwa banyak yang menyalahgunakan bebas visa kunjungan untuk

bekerja, banyak Tenaga Kerja Asing (TKA) yang menggunakan visa kunjungan

tetapi dipergunakan untuk bekerja. Cara tersebut dipergunakan agar mereka tidak

membayar biaya retribusi TKA yang ditetapkan perorang/perbulan. Jelas sekali

bahwa keberadaan TKA illegal ini merugikan pemerintah Kota Cilegon dan juga

masyarakat sebagai tenaga kerja lokal. Visa kunjungan sendiri hanya berlaku

dalam 30 hari dan tidak dapat diperpanjang masa berlakunya atau dialihstatuskan

menjadi izin tinggal lainnya. Jika melebihi batas tinggal maka Tenaga Kerja
8

Asing tersebut disebut illegal dan pihak Kantor Imigrasi pun mengambil tindakan

seperti denda atau deportasi. Berdasarkan data dari Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon dalam tahun 2016 sudah tercatat ada 71 Tenaga Kerja Asing yang di

deportasi. Berikut data Tenaga Kerja Asing yang di deportasi oleh Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon.

Tabel 1.4

Data Deportasi Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

Tahun 2016

No Kebangsaan Jumlah
1 China 65
2 Filipina 4
3 India 1
4 Bangladesh 1
Total 71
Sumber: Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

Masalah tersebut diperkuat dengan adanya pemberitaan yang dilansir

media elektronik Suara.com dan Portal Berita Cilegon bahwa Polda Banten

mengamankan sebanyak 70 orang Tenaga Kerja Asing yang bekerja di salah satu

perusahaan karena telah bekerja secara ilegal. Tenaga Kerja Asing tersebut

diamankan karena tidak memiliki dokumen ketenagakerjaan resmi yang

dikeluarkan dari kantor Imigrasi. Komisaris Besar Nurullah selaku Direktur

Krimsus Polda Banten, mengatakan 70 pekerja asal Tiongkok ini merupakan

bagian dari 500 pekerja Tiongkok dan masih berpotensi bertambah karena sisanya

masih cuti di negaranya. Dan dari komposisi pekerja lokal dan asing di pabrik

tersebut juga timpang. Berdasarkan pemeriksaan jumlah pekerja lokal hanya 30

persen dan 70 persen pekerja asing. Diketahui, keberadaan pekerja ilegal asal
9

Tiongkok ini disalurkan oleh 7 perusahaan penyalur tenaga kerja asing ke

Indonesia.

Dari temuan hasil observasi diatas, terdapat juga kendala-kendala dalam

pengawasan dari Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon yang menyebabkan

pengawasan belum maksimal. Seperti yang dilansir media elektronik Banten Raya

dan Seputar Banten, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon mengklaim lemahnya

pengawasan terhadap Tenaga Kerja Asing (TKA) illegal yang marak ditemukan

oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cilegon dan sejumlah Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) di sejumlah industri. Lemahnya pengawasan tersebut

terjadi karena minimnya jumlah tenaga kerja dalam pengawasan di Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon. Kasubsi Komunikasi pada Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon mengatakan saat ini jumlah tenaga kerja di Kantor Imigrasi kurang dari

50 orang. Dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing sendiri idealnya harus lebih

dari 50 orang, sementara tenaga kerja di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon hanya

31 orang, mengingat pada tahun 2016 sekitar 1240 Tenaga Kerja Asing yang

tercatat bekerja di Kota Cilegon sehingga tenaga pengawas di Kantor Imigrasi

Kelas II Cilegon kalah saing dengan banyaknya Tenaga Kerja Asing yang masuk

ke Kota Cilegon. Menurut Bapak Hendar Setyawan juga terdapat kendala dalam

pengawasan orang asing di Kota Cilegon karena terbentur dengan anggaran yang

menyebabkan pengawasan TIMPORA lebih cenderung dilakukan hanya setahun

sekali sehingga pengawasan yang dilakukan Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

belum maksimal.

Selain kendala-kendala yang menjadi lemahnya pengawasan tersebut,

peneliti menemukan permasalahan-permasalahan yang menghambat proses


10

pengawasan yang dilakukan oleh pelaku pengawas di Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon, adapun permasalahan yang terjadi yaitu:

Pertama, berdasarkan pemberitaan yang dilansir media elektronik

beritacilegon.co.id, Ormas Kesatuan Komando Pembela Merah Putih (KKPMP)

melakukan unjuk rasa di Kantor Imigrasi Kelas II Kota Cilegon pada Kamis 6

Oktober 2016 karena Kantor Imigrasi Cilegon dinilai tidak tegas dalam

pengawasan Tenaga Kerja Asing (TKA). Ketua Ormas KKPMP Cilegon, Hadi

Ahadi mengatakan TKA yang masih bekerja di wilayah Pulomerak Kota Cilegon

dan Puloampel Kabupaten Serang, saat ini jumlahnya diperkirakan mencapai 700

orang dan banyak TKA yang tidak memiliki kelengkapan dokumen

ketenagakerjaan atau dikatakan ilegal. Dari masalah tersebut penyebab lemahnya

pengawasan tersebut karena pelaku pengawas di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

bisa dilobi dengan pengusaha. Hadi juga menyebut, mayoritas TKA yang bekerja

di sejumlah perusahaan di kota Cilegon berasal dari Korea dan Tiongkok.

Kedua, dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon, terdapat

Tim Pengawasan Orang Asing (TIMPORA) yang diketuai oleh Kantor Imigrasi

Kelas II Cilegon yang bekerjasama dengan beberapa SKPD terkait seperti Dinas

Tenaga Kerja Kota Cilegon, Kepolisian, Kejaksaan, Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil, Kodim, Kesbang dan Linmas dan juga Dinas Pariwisata. Hal ini

merupakan amanat konstitusi dalam rangka terkoordinasinya pengawasan orang

asing di daerah sebagaimana disebutkan dalam pasal 193 Peraturan Pemerintah

(PP) No 31 Tahun 2013 tentang Keimigrasian. Tim pengawasan Orang Asing

bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada instansi dan/atau lembaga

pemerintahan terkait, mengenai hal yang berkaitan dengan pengawasan Orang


11

Asing. Selain bertugas memberikan saran dan pertimbangan, Tim Pengawasan

Orang Asing (TIMPORA) juga dapat melakukan operasi gabungan jika

diperlukan. Operasi gabungan dapat berupaoperasi gabungan yang bersifat

khusus atau operasi gabungan yang bersifat insidental. Operasi gabungan

dilakukan berdasarkan rencana operasi. Dalam hal Tim Pengawasan Orang Asing

(TIMPORA) menemukan tindak pidana dalam operasi gabungan maka diserahkan

kepada badan atau instansi Pemerintah terkait sesuai dengan kewenangan masing-

masing. Dalam pengawasannya, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon melakukan

rapat dengan instansi terkait yang tergabung dalam TIMPORA selama 1 bulan

sekali, dan operasi gabungan dilakukan 3 bulan sekali dalam pengecekan langsung

di lapangan. (Sumber: Bapak Suparman Kepala Badan Kesbanglinmas Kota

Cilegon)

Tetapi dalam pengawasan langsung di lapangan yang dilakukan Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon dengan TIMPORA pada bulan November tahun 2016,

Bapak Kusmajaya selaku Kepala Bidang Kependudukan di Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kota Cilegon mengatakan bahwa pengawasan yang dilakukan

tidak serempak karena Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon tidak melibatkan Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon dalam pengawasan langsung ke

lapangan. Sehingga kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh

Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dengan instansi terkait yang tergabung dalam

TIMPORA.

Ketiga, menurut hasil wawancara dengan Bapak Kusmajaya selaku Kepala

Bidang Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil)

Kota Cilegon yang menyatakan bahwapada tahun 2016 Disdukcapil Kota Cilegon
12

telah meminta data Tenaga Kerja Asing kepada pihak Kantor Imigrasi Kelas II

Kota Cilegon sebanyak 1240 data dan data yang telah dibuat oleh Disdukcapil

yang nantinya akan dibuatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT) baru 950

data dan masih ada yang belum diterbitkan SKTT-nya. Masalah tersebut

diakibatkan karena banyaknya kasus Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki

KITAS dan yang sudah pindah keluar negeri tetapi agen/perusahaan tidak melapor

kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cilegon,

sehingga data tidak terupdate di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Cilegon. Untuk tinggal di Kota Cilegon, setelah membuat Kartu Izin Tinggal

Terbatas (KITAS) maka harus dibuatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal

(SKTT) melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon.

Kedatangan Tenaga Kerja Asing mempunyai kemungkinan dampak

negatif apabila terjadi pelanggaran terhadap dokumen ketenagakerjaan, izin

tinggal, visa, atau ketentuan perundangan lainnya. Sehingga diperlukan

pengawasan yang efektif dari Pemerintah Daerah. Karena jika tidak dilakukannya

pengawasan yang efektif maka dikhawatirkan akan terus terjadi penyimpangan

atau pelanggaran oleh Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon. Dari uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon”


13

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya

identifikasi permasalahan-permasalahan yang ada pada lokasi penelitian. Dari

hasil observasi awal penelitian mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yaitu

sebagai berikut:

1. Terdapat Tenaga Kerja Asing illegal di Kota Cilegon yang

menyalahgunakan dokumen perizinan kunjungan untuk bekerja.

2. Kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon dengan TIMPORA.

3. Banyaknya Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki KITAS dan yang

sudah pindah keluar negeri tetapi agen/perusahaan tidak melapor untuk

dibuatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti akan

membatasi ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan Pengawasan Tenaga

Kerja Asing di Kota Cilegon.

1.3 Perumusan Masalah

Rumusan masalah akan memberikan suatu arahan yang jelas untuk

mengadakan penelaahan, serta hasil analisis itu sendiri akan lebih nyata, sehingga

peneliti harus membatasi masalah yang akan dianalisis karena dapat membantu

memperjelas pengkajiannya. Sehubungan dengan itu penulis merumuskan

masalah sebagai berikut.

Bagaimana pengawasan terhadap Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon?


14

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis,

mengidentifikasi dan mendeskripsikan dari rumusan masalah penelitian. Dalam

hal ini penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pengawasan

Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana dalam memperoleh dan menerapkan teori yang diperoleh

dalam praktek yang sesungguhnya

2. Bagi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan

referensi perpustakaan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Daerah sebagai

acuan dalam mengambil kebijakan sekaligus sebagai evaluasi terhadap

kinerjanya.

1.6 Sistematika Penulisan

Peneliti membuat sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini dibahas beberapa sub-bab diantaranya Latar Belakang yang

membahas mengenai gambaran umum dan ruang lingkup permasalahan yang

dijelaskan secara deduktif dimana diuraikan dari bahasan yang bersifat umum

menjadi bahasan yang lebih bersifat khusus lagi. Identifikasi masalah mencoba
15

mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul di lapangan atau lokus dalam

penelitian ini. Pembatasan dan perumusan masalah mencoba membatasi ruang

lingkup masalah yang ada agar lebih terfokus pada pembahasan yang akan diteliti

oleh peneliti, dan rumusan masalah adalah pertanyaan inti yang akan diteliti dan

dicari jawabannya oleh peneliti.

BAB II Deskripsi Teori dan Asumsi Dasar Penelitian

Dalam bab ini berisi mengenai deskripsi teori yang dapat digunakan

sebagai kerangka acuan atau pedoman dalam merumuskan asumsi dasar

penelitian. Kerangka berfikir sebagai gambaran alur berfikir peneliti dalam

melakukan kajian penelitian. Serta asumsi dasar penelitian yaitu merupakan

jawaban sementara dari permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti.

BAB III Metodologi Penelitian

Dalam bab ini dijabarkan mengenai metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian. Metode merupakan suatu cara atau strategi yang secara

menyeluruh dan sistematis guna mencari data dan informasi dalam penelitian.

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam mencari data.

Informan penelitian sebagai subyek dalam penelitian. Teknik pengolahan dan

analisa data, validitas dan reabilitas data serta waktu dan tempat penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian

Dalam bab ini memuat hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

Penjelasan mengenai deskripsi objek penelitian, serta pengujian asumsi dasar

berdasarkan kajian atau penelitian yang dilakukan dilapangan.


16

BAB V Penutup

Dalam bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan dan saran hasil

penelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI

DASAR

2.1 Deskripsi Teori

Dalam bidang Administrasi Hoy & Miskel dalam Sugiyono (2009:43)

mengemukakan, “Teori adalah seperangkap konsep, asumsi, dan generalisasi yang

dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai

organisasi. Sedangkan menurut William dalam Sugiyono (2009;41) menyatakan

bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat

melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.

2.1.1 Definisi Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,

dan pengawasan upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, James A.F.

Stoner dalam Agus Sabardi (2001:4). Manajemen merupakan suatu proses untuk

mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen dan organisasi bukan tujuan,

tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang

dicapai itu adalah pelayanan atau laba. Manajemen merupakan ilmu tentang upaya

manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

17
18

Menurut Hasibuan dalam bukunya Manajemen (2011:2). Manajemen

adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya dan manusia dan

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Manajemen menurut Sikula dalam buku Hasibuan dengan judul

Manajemen (2011:2) yang diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa manajemen

pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,

pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian,

komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi

dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.”

Manajemen menurut G.R. Terry dalam Agus Sabardi (2001:3)

mendefinisikan “manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan

untuk menentukan dan usaha mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.”

Manajemen menurut Prof. Drs. Oei Liang Lie dalam Agus Sabardi (2001:3)

mendefinisikan “manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber daya manusia dan alam,

terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.”

Berdasarkan pemaparan pengertian manajemen di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan maka dibutuhkan sebuah

organisasi sumber daya manusia yang dapat memenuhi terbatasnya kemampuan

manusia dan kebutuhan yang tidak terbatas dengan melakukan pekerjaan

mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab agar


19

terbentuknya kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam

organisasi maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan

baik serta tujuan yang diinginkan akan tercapai.

Definisi lainnya yaitu dikemukakan oleh Makharita, expert PBB yang

diperbantukan pada kantor Pusat Lembaga Administrasi Negara dari tahun 1977-

1980 (Handayaningrat, 1990:19) memberikan definisi yang sudah diterjemahkan

yaitu bahwa manajemen adalah pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia atau

yang berpotensial di dalam pencapaian tujuan.

Istilah manajemen telah di artikan oleh berbagai pihak dengan perspektif

yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan,

kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi dan sebagainya.

Menurut Millet dalam Siswanto (2009:1) membatasi manajemen yang

diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa adalah suatu proses pengarahan dan

pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok

formal untuk mencapai tujuan.”

Menurut Stoner dan Wankel dalam Siswanto (2009:2) memberikan batasan

manajemen yang diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa manajemen adalah

proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan seluruh sumber daya

organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi.”

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

manajemen dapat di definisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dilakukan

oleh individu satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan

pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing)

penggerakan pelaksana (actuating), dan pengawasan (controlling).


20

2.1.2 Definisi Pengawasan

Berbagai fungsi manajemen dilaksanakan oleh para pimpinan dalam rangka

mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen

diantaranya adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian

(Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan

(Controlling). Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang

berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan

efisien. Menurut Harahap (2001:14) pengawasan merupakan keseluruhan sistem,

teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang manajer atau prinsipal

untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan di dalam organisasi

benar-benarmenerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya untuk

mencapai keseluruhan tujuan organisasi.

Menurut Henry Fayol dalam Harahap (2001:10) mengartikan bahwa

pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan

rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut.Juga

dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari

kejadiannya dikemudian hari.

Menurut Siagian (2003:30) mendefinisikan bahwa pengawasan adalah

memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk menjaga perusahaan agar tetap

berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi jika diperlukan.

Pengawasan secara umum berarti pengendalian terhadap perencanaan apakah

sudah dilaksanakan sesuai tujuan atau penyimpangan dari tujuan yang diinginkan.

Jika terjadi penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan

harus memberikan petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar standar


21

perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang diperoleh pada saat

pelaksanaan.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas diatas dapat disimpulkan bahwa

pengawasan merupakan upaya memeriksa atau memantau aktivitas pekerjaan

yang dilakukan di dalam organisasi apakah sudah dilaksanakan sesuai dengan

tujuan organisasi dan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat

dihindari kejadiannya dikemudian hari.

Pengawasan yang dikemukakan oleh J. Mockler (2011:360) bahwa

Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar

pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi

umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah

ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-

penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk

menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara

paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

Berdasarkan batasan di atas, terdapat empat langkah dalam pengawasan, yaitu

sebagai berikut:

a. Menetapkan standard dan metode untuk pengukuran kinerja.

b. Mengukur kinerja.

c. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar.

d. Mengambil tindakan perbaikan.


22

2.1.3 Prinsip-Prinsip Pengawasan

Menurut Manullang (2005:173) mengemukakan bahwa terdapat dua

pokok prinsip pengawasan.Yang pertama, merupakan standar atau alat pengukur

daripada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Prinsip yang kedua,

merupakan wewenang dan intruksi-intruksi yang jelas harus dapat diberikan

kepada bawahan karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah

menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan

kepada bawahan dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan. Setelah kedua prinsip

diatas, maka suatu sistem pengawasan harusnya mengandung prinsip-prinsip yang

dikemukakan oleh Manullang (2005:174), sebagai berikut:

a. Pengawasan harus dapat mereflektif sifat-sifat dan kebutuhan-


kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang harus diawasi.
b. Dapat dengan secara melaporkan penyimpangan-penyimpangan.
c. Pengawasan bersifat fleksibel.
d. Pengawasan bersifat mereflektir pola organisasi.
e. Pengawasan harus bersifat ekonomis.
f. Dapat dimengerti, dan
g. Pengawasan dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.

Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem pengawasan tertentu yang

berlainan dengan sistem pengawasan bagi kegiatan lainnya. Sistem pengawasan

haruslah dapat mereflektif sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang

harus diawasi.

Sedangkan prinsip-prinsip pengawasan menurut Lembaga Administrasi

Negara (1988:266) adalah sebagai berikut:

a. Obyektif dan menghasilkan fakta.


Pengawasan harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan
fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
b. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan.
23

Untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-


kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus bertolak pangkal
dari keputusan pimpinan, yang tercantum dalam:
1. Tujuan yang ditetapkan
2. Rencana kerja yang telah ditentukan
3. Kejelasan sasaran
4. Kebijaksanan dan pedoman kerja yang telah digariskan
5. Perintah yang telah diberikan
6. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
c. Preventif.
Karena pengawasan pada dasarnya adalah untuk menjamin
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan
efektif, maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai
terjadi kesalahan-kesalahan.
d. Pengawasan bukan tujuan.
Pengawasan hendaknya tidak dijadikan tujuan, tetapi sarana untuk
menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian
tujuan organisasi.
e. Efisien.
Pengawasan haruslah dilakukan secara efisien, bukan justru
menghambat efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
f. Apa yang salah.
Pengawasan terutama harus ditujukan mencari apa yang salah,
penyebab kesalahan, bagaimana sifat keseluruhannya.
g. Hasil temuan dari pelaksanaan pengawasan harus diikuti dengan
tindakan korektif yang tepat.

2.1.4 Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Ernie dan Saefullah (2005:327), jenis pengawasan terbagi atas 3

yaitu:

a. Pengawasan Awal. Pengawasan yang dilakukan pada saat


dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Pengawasan Proses. Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses
pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan
yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
c. Pengawasan Akhir. Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir
proses pengerjaan pekerjaan.
24

Berdasarkan penjelasan jenis pengawasan diatas dapat diketahui bahwa

pengawasan merupakan penilai pelaksanaan dari jalannya suatu kegiatan yang

dimulai dari awal kegiatan, proses kegiatan hingga akhir kegiatan guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Manullang (2005:176) ada empat macam dasar penggolongan

jenis pengawasan, yakni.

a. Waktu Pengawasan
Macam-macam pengawasan itu dibedakan atas: (a)
pengawasan preventif dan (b) pengawasan repressif. Dengan
pengawasan preventif dimaksudkan pengawasan yang dilakukan
sebelum terjadinya penyelewengan, kesalahan atau deviation.Jadi,
diadakan tindakan pencegahan agar jangan terjadi kesalahan-
kesalahan di kemudian hari. Dengan pengawasan repressif,
dimaksudkan pengawasan setelah rencana sudah dijalankan, dengan
kata lain diukur hasil-hasil yang dicapai dengan alat pengukur
standar yang telah ditentukan terlebih dahulu.
b. Objek Pengawasan
Menurut Beishline, pengawasan berdasarkan objeknya dapat
dibedakan atas (1) kontrol administrative dan (2) kontrol operatif.
Kontrol operatif untuk bagian terbesar berurusan dengan tindakan,
akan tetapi kontrol administrative berurusan dengan tindakan dan
pikiran.
c. Subjek Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dasar penggolongan siapa yang
mengadakan pengawasan, maka pengawasan itu dapat dibedakan
atas (1) pengawasan intern dan (2) pengawasan ekstern.Yang
dimaksud pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan
oleh atasan dari petugas bersangkutan. Oleh karena itu, pengawasan
semacam ini disebut juga pengawasan vertikal atau formal.Yang
dimaksud dengan pengawasan formal karena yang melakukan
pengawasan adalah orang-orang berwenang. Orang-orang yang
melakukan pengawasan ekstern adalah orang-orang di luar
organisasi bersangkutan. Pengawasan jenis terakhir ini lazim pula
disebut pengawasan sosial (social control) atau pengawasan
informal.
25

d. Cara Mengumpulkan Fakta-fakta Guna Pengawasan


Berdasarkan cara bagaimana mengumpulkan fakta-fakta
guna pengawasan, maka pengawasan itu dapat digolongkan atas:
1. personal observation (personal inspection)
2. oral report (laporan lisan)
3. written report (laporan tertulis)
4. control by exception.

2.1.5 Sifat dan Waktu Pengawasan

Menurut Hasibuan (2011:247) sifat dan waktu pengawasan terdiri

dari:

a. Preventive Controll, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum


kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaannya. Preventive Controll ini
dilakukan dengan cara :
1. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.
2. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan.
3. Menjelaskan dan atau mendemonstrasikan cara pelaksanaan
pekerjaan itu.
4. Mengorganisasi segala macam kegiatan.
5. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responbility bagi
setiap individu karyawan.
6. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
7. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan.
Preventive Controll adalah pengawasan terbaik karena
dilakukan sebelum terjadi kesalahan.
b. Repressive Control adalah pengawasan yang dilakukan setelah
terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak
terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan
yang diinginkan.
Repressive Controll ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Membandingkan hasil dengan rencana.
2. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan
mencari tindakan perbaikannya.
3. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu
dikenakan sanksi hukuman kepadanya.
4. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.
26

5. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana.


6. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksanaan
melalui training dan education.
c. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan
langsung diperbaiki.
d. Pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara
berkala, misalnya per bulan, per semester, dan lain-lain.
e. Pengawasan mendadak, adalah pengawasan yang dilakukan secara
mendadak untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau peraturan-
peraturan yang ada telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakan
dengan baik. Pengawasan mendadak ini sekali-sekali perlu
dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan tetap terjaga dengan baik.
f. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan
secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan
operasional dilakukan.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Hasibuan diatas dapat

disimpulkan bahwa pengawasan memiliki tahapan-tahapan pengawasan yang

dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya

penyimpangan-penyimpangan dalam proses kegiatan pengawasan, serta

pengawasan memiliki waktu-waktu tertentu dalam proses pengawasan agar

kegiatan berjalan sesuai dengan rencana.

2.1.6 Fungsi Pengawasan

Menurut Ernie dan Saefullah (2005:12), fungsi pengawasan adalah sebagai

berikut:

a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai


dengan indikator yang di tetapkan.
b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang
mungkin ditemukan.
c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang
terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan.
27

Sedangkan menurut Handayaningrat (1999) menyatakan bahwa fungsi

pengawasan adalah:

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi


tugas.
b. Mendidik para pejabat agar mereka melakukan pekerjaan sesuai
dengan prosedur.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpang, kelalaian dan kelemahan,
agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan

adalah mengevaluasi hasil dari pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan target

tujuan yang ditetapkan dan untuk melakukan tindakan mencegah terjadinya

penyimpangan dan koreksi apabila terjadi kesalahan-kesalahan yang mungkin

ditemukan.

2.1.7 Karakteristik-Karakteristik Pengawasan

Dalam pengawasan penelitian ini peneliti menggunakan teori karakteristik-

karakteristik pengawasan yang efektif menurut Handoko (2011:373). Dalam

melakukan pengawasan sangatlah perlu dilakukan secara efektif sehingga dapat

terciptanya efektivitas pengawasan yang baik. Menurut Handoko (2011:373)

untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi criteria tertentu.

Kriteria-kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya:

a. mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar


b. tepat waktu
c. dengan biaya yang efektif
d. tepat-akurat
e. dapat diterima oleh yang bersangkutan.
28

Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem

pengawasan. Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif dapat lebih

diperinci sebagai berikut:

1) Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data


yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan
organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan
menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
2) Tepat-Waktu. Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan
dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan
segera.
3) Obyektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan
bersifat obyektif serta lengkap.
4) Terpusat pada titik-titik pengawasan strategic. Sistem pengawasan
harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang di mana
penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau
yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.
5) Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan sistem pengawasan
harus lebih rendah, atau paling tidak sama, dengan kegunaan yang
diperoleh dari sistem tersebut.
6) Realistik secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok
atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.
7) Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi
pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi,
karena setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi
sukses atau kegagalan keseluruhan operasi dan informasi
pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang
memerlukannya.
8) Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk
memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun
kesempatan dari lingkungan.
9) Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan
efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari standar,
tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.
10) Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus
mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi
dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan
berprestasi.
29

2.1.8 Definisi Imigrasi

Istilah imigrasi adalah terjemahan dari bahasa Belanda Immigratie, yang

berasal dari bahasa latin Immigratio. Kata kerjanya adalah Immigreren, dalam

bahasa Latin imigrare. Kata imigrasi terdiri dari dua suku kata, yaitu “in” yang

artinya “dalam” dan ”migrasi” yang artinya “pindah”, datang, masuk atau

boyong”. Secara lengkap arti imigrasi adalah “pemboyongan orang-orang masuk

kesuatu negeri”, Menurut Abdullah Sjahriful (1993:7) mendefiniskan sebagai

berikut:

“immigration is the entrace into an alien country of person intending to


take part in the life of that country and to make it their more or less
permanent residence”

Artinya lebih kurang sebagai berikut : “imigrasi adalah pemasukan kesuatu

negara asing dari orang-orang yang berniat untuk menumpang hidup atau mencari

nafkah dan sedikit atau banyak menjadikan negara itu untuk tempat berdiam atau

menetap”. Sedangkan menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang dimaksud dengan keimigrasian adalah :

“Hal ikhwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara
Republik Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga
tegaknya kedaulatan Negara”.

2.19 Definisi Tenaga Kerja Asing

Menurut Abdul Khakim (2009:27) mendefinisikan Tenaga Kerja Asing

adalah tiap orang bukan warga negara Indonesia yang mampu melakukan

pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa

atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Budiono

(1995:115), ada beberapa tujuan penempatan TKA di Indonesia, yaitu:


30

a. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada bidang-


bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh TKI.
b. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat
proses alih teknologi atau alih ilmu pengetahuan, terutama di bidang
industri.
c. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi TKI.
d. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal pembangunan di
Indonesia.

Menurut HR Abdussalam (2008:322) tujuan penggunaan tenaga kerja

asing adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan

professional pada bidang tertentu yang belum dapat diduduki oleh tenaga kerja

lokal serta sebagai tahapan dalam mempercepat proses pembangunan nasional

maupun daerah dengan jalan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan teknologi

dan meningkatkan investasi asing terhadap kehadiran TKA sebagai

penunjang pembangunan di Indonesia walaupun pada kenyataannya perusahaan-

perusahaan yang ada di Indonesia baik itu perusahaan-perusahaan swasta

asing ataupun swasta nasional wajib menggunakan tenaga ahli bangsa

Indonesia sendiri.

Pengertian tenaga kerja asing ditinjau dari segi undang-undang (Pengertian

Otentik), yang dimana pada Pasal 1 angka 13 UU No 13 Tahun 2013 tentang

Ketenagakerjaan di jelaskan bahwa: “Tenaga kerja asing adalah warga negara

asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia”. Tercantum

padaPasal 4 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2015, pemberi kerja Tenaga Kerja Asing meliputi :

a. instansi pemerintah.
b. badan-badan internasional
31

c. perwakilan negara asing


d. organisasi internasional
e. kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing,
kantor perwakilan berita asing
f. perusahaan swasta asing, badan usaha asing yang terdaftar di instansi
yang berwenang
g. badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dalam
bentuk Perseroan Terbatas atau Yayasan
h. lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan kebudayaan, dan
i. usaha jasa impresariat.
Undang-Undang Keimigrasian (UUK) menegaskan bahwa setiap

pengusaha dilarang mempekerjakan orang-orang asing tanpa izin tertulis dari

Menteri. Pengertian Tenaga Kerja Asing juga dipersempit yaitu warga negara

asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Di dalam

ketentuan tersebut ditegaskan kembali bahwa setiap pemberi kerja yang

mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau

pejabat yang ditunjuk. Untuk memberikan kesempatan kerja yang lebih luas

kepada tenaga kerja Indonesia (TKI), pemerintah membatasi penggunaan tenaga

kerja asing dan melakukan pengawasan. Dalam rangka itu, Pemerintah

mengeluarkan sejumlah perangkat hukum mulai dari perizinan, jaminan

perlindungan kesehatan sampai pada pengawasan. Sejumlah peraturan yang

diperintahkan oleh UUK antara lain :

1) Keputusan Menteri tentang Jabatan Tertentu dan Waktu Tertentu


(Pasal 42 ayat (5));
2) Keputusan Menteri tentang Tata Cata Pengesahan Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Pasal 43 ayat (4));
3) Keputusan Menteri tentang Jabatan dan Standar Kompetensi (Pasal 44
ayat (2));
32

4) Keputusan Menteri tentang Jabatan-jabatan Tertentu yang Dilarang di


Jabat oleh Tenaga Kerja Asing (Pasal 46 ayat (2));
5) Keputusan Menteri tentang Jabatan-jabatan Tertentu di Lembaga
Pendidikan yang Dibebaskan dari Pembayaran Kompensasi (Pasal 47
ayat (3)).
6) Peraturan Pemerintah tentang Besarnya Kompensasi dan
Penggunaannya (Pasal 47 ayat 4).
7) Keputusan Presiden tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta
Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping
(Pasal 49).
(Sumber: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia)

Penggunaan TKA mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri,

kelebihan diantaranya yaitu:

1. Dengan adanya TKA, perusahaan yang sebelumnya hampir mati, setelah


adanya TKA dapat berjalan lancar sehingga dapat memberi lapangan
kerja bagi TKI;
2. TKI memperoleh kesempatan pendidikan dan pelatihan dari TKA;
3. TKI dapat mengambil banyak contoh cara kerja TKA yang teliti, disiplin
dan menghargai waktu kerja;
4. Lama kelamaan dapat mentransfer teknologi dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki TKA dengan mula-mula mereka dapat menduduki jabatan
terpenting dalam perusahaan, kemudian ilmu TKA dapat dialihkan dan
secara perlahan jabatan tersebut berangsur-angsur dapat diisi atau
digantikan oleh TKI.
Di samping kelebihan tersebut, kekurangan penggunaan TKA adalah:

1. Dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama karena pola budaya


yang berbeda, terlebih apabila TKI kurang menguasai bahasa asing atau
keahlian tertentu;
2. Jika perusahan terus menerus menggunakan TKA, dikhawatirkan tidak
adanya kesempatan kerja bagi TKI untuk maju menggantikan
kedudukan-kedudukan yang paling penting yang biasanya diduduki oleh
TKA; serta
3. Antara TKA dan TKI untuk pekerjaan yang memiliki kesamaan sifat,
nilai dan tanggung jawab, masih terdapat diskriminasi dalam hal
pemberian upah.
(sumber: Sri Badi Purwaningsih, “Pembatasan Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Pada Perusahaan Perusahaan PMA di Jawa Tengah”, (Tesis Magister Hukum

Universitas Diponegoro, Semarang, 2005), hlm. 153)


33

2.2 Penelitian Sebelumnya

Sebagai acuan dan bahan masukan bagi peneliti dalam melakukan

penelitian, maka peneliti menelusuri beberapa jurnal penelitian yang kurang lebih

membahas topik yang relevan dengan peneliti yaitu Pengawasan Tenaga Kerja

Asing di Kota Cilegon. Peneliti terdahulu ini dapat berfungsi sebagai data

pendukung yang relevan dengan fokus penelitian peneliti. Penelitian tersebut

antara lain sebagai berikut:

Pertama, penelitian thesis tahun 2016 yang dilakukan oleh Tony Mirwanto

mahasiswa pascasarjana Fakultas Hukum Unsrat dengan judul “Sistem Hukum

Pengawasan Tenaga Kerja Asing terhadap Penyalahgunaan Izin Tinggal

Kunjungan untuk Bekerja pada Perusahaan Penanaman Modal Asing di

Indonesia”

Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas Sistem Hukum Pengawasan

Tenaga Kerja Asing terhadap Penyalahgunaan Izin Tinggal Kunjungan untuk

Bekerja pada Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia. Yang

melatarbelakangi penulisan ini bahwa penyalahgunaan izin tinggaloleh orang

asing dengan menggunakan visa kunjungan wisata kerap kali terjadi, umumnya

digunakan dalam rangka bekerja sebagai Tenaga Kerja Asing (TKA) pada

Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. Hal ini menyebabkan

menjadi berkurangnya kesempatan kerja bagi Tenaga Kerja Indonesia di dalam

negeri dan berkurangnya pendapatan Negara dari sisi penggunaan Tenaga Kerja

Asing.

Masalah yang dikaji dalam skripsi ini adalah: Bagaimanakah sistem

penggunaan Izin Tinggal Tenaga Kerja Asing yang bekerja pada Perusahaan
34

Penanaman Modal Asing di Indonesia serta bagaimanakah sistem pengawasan

Izin Tinggal Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja pada Perusahaan

Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia.

Penulis menggunakan metode yuridis normatif yakni penelitian yang

membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan

yang ada, yaitu 1) Sistem pengaturan penggunaan Izin Tinggal TKA pada

perusahaan PMA di Indonesia diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Namun, dalam pengaturan penempatan TKA

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagekerjaan.

Dimana kedua Undang-Undang ini bekerja sebagai suatu sistem hukum yang

saling melengkapi satu sama lain. 2) Sistem pengawasan Izin Tinggal TKA pada

perusahaan PMA di Indonesia sudah sangat baik. Namun, kegiatan pengawasan

mengalami kendala ketika adanya kebijakan pemerintah Indonesia yang terlalu

mempermudah orang asing masuk ke Wilayah Indonesia, yakni dengan

memberikan fasilitas Visa On Arriva / Visa Kunjungan Saat Kedatangan dan

BVKW (Bebas Visa Kunjungan Wisata), dimana kebijakan ini sangat rawan

untuk disalahgunakan karena masih terbatasnya kemampuan petugas terkait dalam

rangka melakukan pengawasannya. Terutama bagi warga negara Cina yang kerap

kali tertangkap tangan menyalahgunakan izin tinggal kunjungan yang diberikan

kepadanya seperti menjadi Tenaga Kerja Asing (TKA) illegal dalam kegiatan

pengawasan yang dilakukan oleh pertugas di lapangan.

Dari kesimpulan pembahasan diatas, peneliti memberikan beberapa saran

yaitu: 1) Agar lebih memperketat persyaratan dan selektif dalam menentukan


35

orang asing yang akan berkegiatan sebagai TKA di Indonesia. Mengingat masih

tingginya jumlah pelanggaran hukum yang dilakukan oleh sejumlah warga negara

dari negara Cina. 2) Selain mengadakan rapat TIMPORA yang diketuai oleh

pihak Imigrasi agar lebih sering ditindak lanjuti dengan kegiatan yang nyata

seperti halnya melakukan operasi gabungan ke perusahaan-perusahaan PMA yang

ada di wilayah kerjanya masing-masing dan terdapat integrasi data secara online

antara instansi terkait dalam rangka pengawasan orang asing yang melakukan

kegiatan sebagai TKA pada perusahaan PMA.

Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh Tony Mirwanto dengan

penelitian yang sedang dilakukan ini adalah sama-sama membahas tentang

pengawasan Tenaga Kerja Asing terhadap penyalahgunaan izin tinggal kunjungan

untuk bekerja namun menggunakan perspektif teori yang berbeda serta penelitian

yang Tony Mirwanto lakukan lebih kepada sistem hukum dari pengawasan

Tenaga Kerja Asing di Indonesia.

Kemudian, terdapat perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan

saat ini yaitu dalam metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Penelitian

yang dilakukan oleh Tony Mirwanto menggunakan pendekatan yang dilakukan

dalam penelitian yuridis normatif, sedangkan penelitian saat ini menggunakan

metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Kedua, penelitian Skripsi tahun 2017 yang dilakukan oleh Saputri Ratu

Penghuni mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Lampung dengan judul Skripsi:

“Pelaksanaan Pengawasan Tenaga Kerja Asing oleh Dinas Tenaga Kerja Kota

Bandar Lampung”
36

Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas Pelaksanaan Pengawasan

Tenaga Kerja Asing oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung, Menurut

peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/02/MEN/ III/2008

tentang tata cara penggunaan tenaga kerja asing dalam Bab VIII pasal 22 Ayat (1)

izin memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) diberikan oleh direktur

pengendalian pengunaan tenaga kerja asing dan dalam ayat (2) izin

memperkerjakan tenaga kerja asing (IMTA) dalam hal perpanjangan diberikan

oleh Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota, melalui Dinas Tenaga Kerja.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1)

Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan Tenaga Kerja Asing oleh Dinas Tenaga

Kerja Kota Bandar Lampung? 2) Apakah faktor penghambat dan pendukung

dalam Pelaksanaan Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Bandar Lampung ?

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan

pendekatan empiris. Sumber data dari penelitian ini adalah data primer, data

skunder, dan data tersier. Analis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan proses pelaksanaan

pengawasan ketenagakerjaan yang dilakukan oleh dinas tenaga kerja kota bandar

lampung terhadap perusahaan yang menggunakan Tenaga Kerja Asing melalui

pemberian izin memperkerjakan Tenaga kerja Asing (IMTA) pada Dinas Tenaga

Kerja Kota Bandar Lampung. Faktor –faktor penghgambat dalam pemberian izin

memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) pada Dinas Tenaga Kerja Kota

Bandar Lampung antara lain: 1) Pihak pengguna TKA lalai, dengan sengaja tidak

mengurus perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), 2)

Kurangnya kordinasi antara kantor imigrasi yang menerbitkan izin tinggal dengan
37

Disnakertrans Provinsi Lampung atau Kemenakertrans sebagai instansi yang

mengeluarkan izin memperkerjakan Tenaga Kerja Asing, 3) Lemahnya

pengawasan dan pengendalian oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung

terhadap TKA yang ada di Kota Bandar Lampung, 4) Belum optimalnya program

sosialisasi yang disebabkan tidak tersedianya anggaran dari kemenakertrans.

Adapun persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini

adalah sama-sama mengkaji mengenai pengawasan tenaga kerja asing namun

berbeda lokasi penelitian dan penelitian ini juga menggunakan analisis data yang

sama dengan penelitian yang sedang dilakukan yaitu metode kualitatif.

Adapun perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini yaitu

dalam metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Penelitian yang dilakukan

oleh Saputri Ratu Penghuni menggunakan pendekatan normatif dan pendekatan

empiris sedangkan penelitian saat ini menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Tetapi analisis data yang digunakan sama yaitu

dengan cara deskriptif kualitatif.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dalam Sugiyono (2008:60) mengemukakan bahwa,

kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi masalah yang

penting yaitu:

1. Terdapat Tenaga Kerja Asing illegal di Kota Cilegon yang

menyalahgunakan dokumen perizinan kunjungan untuk bekerja.


38

2. Kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon dengan TIMPORA.

3. Banyaknya Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki KITAS dan yang

sudah pindah keluar negeri tetapi agen/perusahaan tidak melapor untuk

dibuatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.

Berdasarkan dari masalah-masalah yang dipaparkan diatas, peneliti

menggunakan teori karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif menurut

Handoko (2011:373) dan teori tujuan penggunaan Tenaga Kerja Asing menurut

HR. Abdussalam (2008:322):


39

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Permasalahan Penelitian:

1. Terdapat Tenaga Kerja Asing illegal di Kota Cilegon yang menyalahgunakan dokumen
perizinan kunjungan untuk bekerja.
2. Kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas II
Cilegon dengan TIMPORA.
3. Banyaknya Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki KITAS dan yang sudah pindah keluar
negeri tetapi agen/perusahaan tidak melapor untuk dibuatkan Surat Keterangan Tempat
Tinggal.

Karakteristik Pengawasan yang efektif Teori tujuan penggunaan Tenaga


menurut Handoko (2011:373): Kerja Asing HR. Abdussalam
(2008:322):
1. Akurat
2. Tepat-waktu 1. memenuhi kebutuhan tenaga kerja
Peraturan Menteri
3. Obyektif dan menyeluruh yang terampil dan professional
Ketenagakerjaan
4. Terpusat pada titik-titik
2. mempercepat proses pembangunan Republik Indonesia
pengawasan strategic
nasional maupun daerah dengan jalan Nomor 35 Tahun 2015
5. Realistik secara ekonomis
mempercepat alih ilmu pengetahuan tentang Tata Cara
6. Realistik secara organisasional
dan teknologi Penggunaan Tenaga
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja
Kerja Asing
organisasi
3. meningkatkan investasi asing
8. Fleksibel
terhadap kehadiran TKA
9. Bersifat sebagai petunjuk dan
operasional
10. Diterima para anggota organisasi.

Sub-Sub Fokus:

1. Pengawasan dilakukan secara tepat-akurat dan tepat waktu


2. Pengawasan dilakukan secara obyektif dan menyeluruh guna memenuhi
kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional
3. Terpusat pada titik-titik pegawasan strategis
4. Realistik secara ekonomis dalam meningkatkan investasi asing terhadap
kehadiran TKA
5. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
6. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
7. Kontribusi keberadaan TKA terkait proses pembangunan melalui ilmu
pengetahuan & teknologi

Output : Mengetahui Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon

Outcome : Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon dapat berjalan dengan maksimal
40

2.4 Asumsi Dasar

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pembahasan pada Pengawasan

Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon. Namun berdasarkan observasi awal yang

peneliti lakukan bahwa pengawasan Tenaga Kerja Asing belum terlaksana dengan

baik. Hal ini didasarkan pada masih terdapat beberapa permasalahan yang terjadi

oleh Tenaga Kerja Asing tersebut seperti (i) Terdapat Tenaga Kerja Asing illegal

di Kota Cilegon yang menyalahgunakan dokumen perizinan kunjungan untuk

bekerja. (ii) Kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon dengan TIMPORA. (iii) Banyaknya Tenaga Kerja

Asing yang sudah memiliki KITAS dan yang sudah pindah keluar negeri tetapi

agen/perusahaan tidak melapor untuk dibuatkan Surat Keterangan Tempat

Tinggal. Dari permasalahan tersebut oleh karena itu dibutuhkan pengawasan yang

baik oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pengawasan Orang Asing

(Timpora) agar tidak terjadi lagi permasalahan-permasalahan yang dilakukan oleh

Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Kota Cilegon.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode Penelitian

Kualitatif menurut Sugiyono (2011:9) mendefinisikan metode kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang ilmiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitan kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian Kualitatif, dimana penelitian Kualitatif adalah suatu pendekatan

penelitian yang mengungkapkan situasi social tertentu dengan mendeskripsikan

kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata yang berdasarkan teknik

pengumpulan data yang relevan yang diperoleh dari situasi alamiah.

David William (Moleong 2006:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah pengumpulan data dari suatu latar ilmiah dengan menggunakan metode

ilmiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah.Jelas

definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar

ilmiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian ilmiah.

41
42

Alasan peneliti menggunakan metode ini yaitu ingin mengetahui

bagaimana Pengawasan Tenaga Kerja Asing yang dilakukan oleh Dinas Tenaga

Kerja, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dan SKPD terkait yang tergabung dalam

TIMPORA dengan metode wawancara terbuka.

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Fokus peneliti pada penelitian ini adalah tentang Pengawasan Tenaga

Kerja Asing di Kota Cilegon.

3.3 Lokasi Penelitian

Dengan judul penelitian “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon” penelitian dilaksanakan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten di

Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Syeh Nawawi Al-

Bantani Palima Kota Serang, Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon di Jl. Raya

Bojonegara KM2, Kedaleman, Cilegon, Kota Cilegon, Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon di Jalan Raya Merak Km. 116 RT/RW 001/002 Rawa Arum, Grogol,

Kota Cilegon, dan beberapa dinas terkait lainnya.

3.4 Variabel Penelitian/Fenomena yang diamati

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi Konseptual berfungsi untuk memberikan penjelasan

tentang konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti
43

berdasarkan kerangka teori yang akan digunakan. Adapun definisi

konseptual penelitian ini adalah:

1. Pengawasan

Pengawasan merupakan upaya memeriksa apakah semua terjadi

sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan

prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan

kesalahan agar dapat dihindari kejadian dikemudian hari.

2. Tenaga Kerja Asing

Tenaga Kerja Asing merupakan warga negara asing pemegang visa

dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Tenaga Kerja Asing adalah

tiap orang bukan warga negara Indonesia yang mampu melakukan

pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna

menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

3.4.2 Definisi Operasional

Mengacu dari definisi konsep serta teori yang dipakai oleh peneliti,

maka dalam penelitian ini yaitu berdasarkan teori kkarkteristik

pengawasan efektif Handoko (2011:373) dan teori penggunaan Tenaga

Kerja Asing HR Abdussalam (2008:322), adapun indikator dari teori-teori

tersebut adalah:

1) Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat.

Data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat

menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang


44

keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak

ada.

2) Tepat-Waktu. Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan

dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus

dilakukan segera.

3) Obyektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami

dan bersifat obyektif serta lengkap.

4) Terpusat pada titik-titik pengawasan strategic. Sistem

pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang

di mana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling

sering terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan

paling fatal.

5) Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan sistem

pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak sama,

dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.

6) Realistik secara organisasional. Sistem pengawasan harus

cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.

7) Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi

pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja

organisasi, karena setiap tahap dari proses pekerjaan dapat

mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan operasi

dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh

personalia yang memerlukannya.


45

8) Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk

memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman

ataupun kesempatan dari lingkungan.

9) Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem

pengawasan efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau

deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya

diambil.

10) Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus

mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota

organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung

jawab dan berprestasi.

Dan teori menurut HR Abdussalam (2008:322) yaitu tujuan

penggunaan tenaga kerja asing adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga

kerja yang terampil dan professional pada bidang tertentu yang belum

dapat diduduki oleh tenaga kerja lokal serta sebagai tahapan dalam

mempercepat proses pembangunan nasional maupun daerah dengan jalan

mempercepat alih ilmu pengetahuan dan teknologi dan meningkatkan

investasi asing terhadap kehadiran TKA sebagai penunjang pembangunan

di Indonesia walaupun pada kenyataannya perusahaan-perusahaan yang

ada di Indonesia baik itu perusahaan-perusahaan swasta asing ataupun

swasta nasional wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia sendiri.


46

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri. Moleong (2006:168) menyatakan bahwa

kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus

merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan

pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.Peneliti mungkin

menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti rekaman dan

kamera. Tetapi alat-alat tersebut benar-benar tergantung kepada peneliti yang

menggunakannya. Seperti yang diungkapkan oleh Moleong bahwa, pencari tahu

alamiah (peneliti) dalam mengumpulkan data lebih banyak bergantung pada

dirinya sendiri sebagai alat pengumpul data.

Jadi peneliti sendiri yang melakukan observasi dan membuat pedoman

wawancara, serta memilih informan yang akan dijadikan sumber informasi dalam

penelitiannya. Di tahap akhir peneliti sendiri yang membuat kesimpulan atas

temuannya dan melaporkannya.

3.5 Informan Penelitian

Pada penentuan informan dalam penelitian Kualitatif adalah bagaimana

informan kunci (key informan) di dapat dalam situasi yang sesuai dengan fokus

penelitian (Bungin, 2007:53). Penentuan key informan dilakukan dengan

pemilihan the primary selection (partisipan pertama), yaitu pemilihan secara

langsung memberi peluang bagi peneliti untuk menentukan sampel dari sekian

informan yang langsung ditemui. Sedangkan pemilihan informan kedua


47

(secondary informan) berfungsi sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak

dapat menentukan partisipasi secara langsung. Dan teknik yang digunakan adalah

teknik purposive, dimana informan ini merupakan orang-orang yang menurut

peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena

informan tersebut dalam kesehariannya berurusan dengan permasalahan yang

sedang diteliti. Maka peneliti menentukan yang akan menjadi informan seperti

tabel berikut:

Tabel 3.1

Daftar Informan

No Informan Keterangan
1. Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten Key Informan

2. Kantor Imigrasi Cilegon Key Informan

3. Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon Secondary Informan

4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Secondary Informan


Cilegon
5. Kepolisian Resort Kota Cilegon Secondary Informan

6. Kesbang dan Linmas Kota Cilegon Secondary Informan

7. Kecamatan Ciwandan Secondary Informan

8. PT. Nippon Shokubai Indonesia Secondary Informan

9. PT. Sankyu Indonesia International Secondary Informan

10. Tenaga Kerja Asing pemegang KITAS yang Secondary Informan


tinggal di Kota Cilegon
(Sumber: Peneliti, 2016)
48

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti untuk memperoleh data adalah:

a. Wawancara

Dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, peneliti dapat

menggunakan metode wawancara. Wawancara merupakan proses untuk

memperoleh data atau keterangan untuk mencapai tujuan penelitian yang

dilakukan dengan melalui kegiatan komunikasi verbal berupa percakapan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur dan

tidak menutup kemungkinan juga untuk menggunakan wawancara tidak

terstruktur guna memperkaya data yang dibutuhkan peneliti. Wawancara

terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan,sedangkan

wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sitematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Sebelum mengumpulkan data di lapangan dengan metode wawancara,

peneliti sebaiknya menyusun daftar pertanyaan sebagai pedoman di lapangan.

Peneliti telah menyusun pedoman wawancara yang isinya mengenai hal-hal

yang nantinya akan dipertanyakan kepada para informan untuk mendapatkan

informasi yang akurat. Pedoman wawancaranya sudah disesuaikan dengan


49

indikator yang digunakan oleh peneliti dengan menggunakan indikator teori

pengawasan.

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

No Fokus Sub Fokus Kisi-Kisi Pedoman Wawancara


1 Pengawasan Pengawasan 1. Pelaksanaan pengawasan
dilakukan secara dilakukan dengan informasi-
Tenaga Kerja tepat-akurat dan informasi yang akurat
tepat waktu
2. Pelaksanaan kegiatan
Asing
pengawasan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan
Pengawasan 1. Merencanakan pelaksanaan
dilakukan secara pengawasan Tenaga Kerja Asing
obyektif dan 2. Melakukan rapat evaluasi setelah
menyeluruh guna mengawasi Tenaga Kerja Asing
memenuhi di Kota Cilegon
kebutuhan tenaga
kerja yang terampil
dan profesional
Terpusat pada titik- 1. Kegiatan pengawasan dilakukan
titik pegawasan memusatkan pada tempat-tempat
strategis strategis (terpusat pada bagian
yang bisa diperbaiki)
Realistik secara 1. Anggaran dalam pelaksanaan
ekonomis terhadap kegiatan pengawasan
kehadiran TKA 2. Izin Tenaga Kerja Asing
berkontributif terhadap
perekonomian cilegon
Terkoordinasi 1. Koordinasi dalam Timpora Kota
dengan aliran kerja Cilegon
organisasi 2. Jumlah pengawas
Bersifat sebagai 1. Jika di dalam pelaksanaan terjadi
petunjuk dan kesalahan, bagaimana cara
operasional menyelesaikan masalah
2. Alur pembuatan dokumen
perizinan Tenaga Kerja Asing
Kontribusi 1. Adanya Training dan Education
keberadaan TKA untuk Tenaga Kerja Asing yang
terkait proses ingin bekerja di Kota Cilegon
50

No Fokus Sub Fokus Kisi-Kisi Pedoman Wawancara


pembangunan 2. Tujuan perusahaan dalam
melalui ilmu memperkerjakan Tenaga Kerja
pengetahuan & Asing
teknologi 3. Klasifikasi khusus dan batasan
dalam jumlah Tenaga Kerja
Asing yang masuk maupun
minimal jabatan untuk Tenaga
Kerja Asing
(Sumber: Peneliti, 2016)

b. Observasi

Obeservasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh sumber penelitian

dilapangan untuk memperoleh informasi secara jelas.

Observasi menurut Moleong (2007:175) adalah kegiatan yang

dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,

kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasan dan sebagainya. Menurut

Moleong (2007:176), observasi di klasifikasikan melalui dua cara yaitu cara

berperan serta (partisipan) dan yang tidak berperan serta (non partisipan).

Observasi tanpa peran serta (non partisipan), pengamat hanya melakukan

satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan, sedangkan pengamat berperan

serta (partisipan) melakukan dua peranan sekaligus yaitu sebagai pengamat

dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya.

Dalam penelitian ini teknik observasi yang digunakan adalah

observasi non partisipan. Karena dalam penelitian ini peneliti tidak terlibat

untuk membantu pekerjaan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten maupun

Kota Cilegon, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon, dan Timpora dalam


51

melakukan pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon. Peneliti hanya

melakukan pengamatan saja untuk mengetahui objek penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan salah satu sumber data sekunder yang

diperlukan dalam sebuah penelitian. Menurut Guba dan Lincoln (Moleong,

2007:126) dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film, gambar dan foto-

foto yang dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Studi

dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-

bahan tertulis yang di tertibkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi objek

penelitian, baik berupa prosedur peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil

pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).

Peneliti melakukan pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis,

baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan

serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).

d. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan melakukan pencarian data-data yang berhubungan dari

berbagai sumber pustaka untuk kelengkapan data yang dibutuhkan. Dalam

studi kepustakaan, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian yang

diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal ilmiah yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan.


52

3.6.2 Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak

peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya

penelitian. Analisis data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai

data tersebut bersifat jenuh.

Menurut Sugiyono (2009:89) menyatakan bahwa analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami

oleh diri sendiri maupun orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman

(2009:16) dalam bukunya yang berjudul Analisis Data Kualitatif yang

mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif yang berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas.

Proses datanya mencakup:


53

Gambar 3.1 Analisis Data menurut Miles dan Huberman

Dari gambar 3.1 di atas dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti

akan melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Kegiatan

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Data Collection (Pengumpulan Data), yaitu proses memasuki lingkungan

penelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian. Pada tahap ini

terfokus pada pemilihan, penyederhanaan, dan transformasi data kasar dari

dari catatan lapangan.

b. Data Reduction (Reduksi Data), yaitu proses merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data dapat diartikan

sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

dilapangan. Reduksi data berlangsung selama proses pengumpulan data masih

berlangsung. Pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan pengkodean,


54

meringkas dan membuat bagian-bagian. Proses transformasi ini berlanjut

terus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap. Dengan demikian data

yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

c. Data Display (Penyajian Data), adalah mendisplaykan data, penyajian data

dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori

dan selanjutnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami.

d. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan) adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

3.7 Uji Keabsahan Data

Data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
55

Dalam penelitian kualitatif data bersifat majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada

data yang bersifat konsisten dan berulang seperti semula. Adapun untuk pengujian

keabsahan datanya, pada penelitian ini dilakukan dengan Triangulasi sumber,

Triangulasi teknik dan member check, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Triangulasi Sumber

yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi Teknik

yaitu untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda.

c. Member Check

yaitu proses pengecekan data yang kita peroleh kepada pemberi data.

Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh data yang kita peroleh sesuai

dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika data yang kita temukan

itu disepakati oleh pemberi data, hingga data tersebut valid sehingga

semakin kredibel (dapat dipercaya). Setelah disepakati, pemberi data kita

minta untuk menandatangani supaya lebih autentik.


56

3.8 Jadwal Penelitian

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Waktu Penelitian
No Kegiatan 2016 2017
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Pengajuan Judul
2 Obserfasi Awal
3 Persetujuan Judul Skripsi
4 Pengumpulan Data
5 Penyusunan Laporan Bab 1-3
6 Seminar Ujian Proposal
7 Revisi Proposal
8 ACC Lapangan
9 Proses Pencarian Data di Lapangan
10 Pengolahan Data
11 Penyusunan Data Hasil Penelitian
12 Sidang Skripsi

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum

wilayah Kota Cilegon, dan gambaran umum Tim Pengawasan Orang Asing

(TIMPORA).

4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon

Cilegon merupakan wilayah bekas Kewedanan (Wilayah kerja

pembantu Bupati KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga)

kecamatan yaitu Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak. Berdasarkan Pasal

27 Ayat (4) UU Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan

di daerah, Cilegon memenuhi persyaratan untuk dibentuk menjadi kota

Administratif. Melalui surat Bupati KDH Serang No 86/Sek/Bapp/VII/84

tentang Usulan Pembentukan Administratif Cilegon dan atas pertimbangan

yang obyektif maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1988

tanggal 17 September 1986, tentang Pembentukan Kota Administratif

Cilegon dengan luas wilayah 17.550 Ha yang meliputi 3 (tiga) wilayah

kecamatan, yaitu kecamatan Pulo Merak, Ciwandan, Cilegon dan 1 (satu)

Perwakilan Kecamatan Cilegon dan Cibeber. Sedangkan Kecamatan

Bojonegara masuk wilayah kerja pembantu Bupati Wilayah

57
58

Kramatwatu. Berdasakan Peraturan Pemerintah No.3 tahun 1992

tertanggal 7 Februari 1992 tentang penetapan Perwakilan Kecamatan

Cibeber menjadi Kecamatan Cibeber, maka sejak itu Kota Administratif

Cilegon meliputi 4 (empat) kecamatan, yaitu Kecamatan Pulo Merak,

Cilwandan, Cilegon, Cibeber. Dalam perkembangannya, Kota

Administratif Cilegon telah memperlihatkan kemajuan yang pesat di

berbagai bidang baik bidang Fisik, Sosial maupun Ekonomi. Hal ini tidak

saja memberikan dampak berupa kebutuhan peningkatan pelayanan di

bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, tetapi juga

memberikan gambaran mengenai perlunya dukungan kemampuan dan

potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dengan

ditetapkannya dan disahkannya UU No. 15 tahun 1999 tanggal 27 April

1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan

Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, status Kota Administratif Cilegon

berubah menjadi Kotamadya Cilegon, dengan duet kepemimpinan Drs. H.

Tb. Rifai Halir sebagai Pejabat Walikota Cilegon dan H. Zidan Rivai

sebagai Ketua DPRD Cilegon. Untuk menyikapi perkembangan

Kotamadya Cilegon yang cukup signifikan di segala bidang, maka perlu

dilakukan peningkatan daya guna serta hasil guna penyelenggaraan

pemerintah yaitu dengan melakukan pembentukan wilayah administrasi

kecamatan yang baru. Melalui Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 15

Tahun 2002, dibentuklah 4 (empat) kecamatan baru dan hingga tahun 2017

ini Kota Cilegon memiliki 8 (delapan) wilayah administrasi kecamatan dan


59

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cilegon Tahun 2002 juga, wilayah

Cilegon terbagi atas 2 (dua) kelurahan dan 41 (empat puluh satu) desa

yang selanjutnya melalui Peraturan Daerah Nomor 3 12 Tahun 2003

tentang perubahan desa menjadi kelurahan, sehingga 41 (empat puluh satu)

desa yang ada di wilayah Kota Cilegon berubah statusnya menjadi

kelurahan. Dengan demikian Kota Cilegon memiliki 8 (delapan)

kecamatan dan 43 (empat puluh tiga) kelurahan yang tersebar kurang lebih

17.550 Ha luas wilayah Kota Cilegon.

Gambar 4.1

Peta Wilayah Kota Cilegon

Sumber : Website BPBD Kota Cilegon (http://bpbdkotacilegon.blogspot.co.id)

Kota Cilegon berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Banten tahun 2012-2017 diarahkan pada pengembangan kelompok industri

besar dan sedang, kecil dan industri kerajinan di kawasan Provinsi Banten,

dan sesuai dengan arahan penataan ruang nasional dalam Peraturan


60

Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Kota Cilegon berperan sebagai Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW) yang mengidentifikasi sebagai pusat jasa, pusat

pengolahan, dan simpul transportasi dengan cakupan pelayanan meliputi

beberapa daerah disekitarnya, dimana mobilitas penduduk dan barang

cukup tinggi intensitasnya. Kota Cilegon yang secara geografis berada

pada perlintasan orang dan barang dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera atau

sebaliknya dan menjadi bagian dari sistem simpul transportasi Jawa-

Sumatera memerlukan tersedianya sarana dan prasarana transportasi darat

dan laut yang memadai untuk mendukung kinerja perekonomian

masyarakat lokal maupun nasional.

Sarana dan prasarana transportasi menjadi urat nadi perekonomian

di Kota Cilegon, sehingga menjadi prioritas dalam rencana pembangunan

daerah jangka pendek, menengah dan panjang. Terwujudnya transportasi

kota yang efisien, efektif dan ramah lingkungan menjadi visi yang harus

diwujudkan oleh Pemerintah Kota Cilegon dengan mengoptimalkan semua

daya dukung sumber daya, baik sumber daya aparatur maupun sumber

daya alam.

4.1.2 Gambaran Umum Tim Pengawasan Orang Asing (TIMPORA)

Untuk melakukan pengawasan keimigrasian terhadap kegiatan

Orang Asing di wilayah Indonesia, Menteri membentuk Tim Pengawasan

Orang Asing yang anggotanya terdiri atas badan atau instansi pemerintah

terkait, baik di pusat maupun di daerah.


61

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 mengamanatkan bahwa Tim

Pengawasan Orang Asing terdiri dari berbagai unsur. Unsur-unsur Tim

Pengawasan Orang Asing terdiri dari :

1) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Ditjen Imigrasi,

Kanwil Kemenkumham, Kantor Imigrasi);

2) Pemerintahan Daerah (Kesbangpolinmas, Disnakertrans, Dinsos,

Dishubkominfo, Disdukcapil masing-masing daerah);

3) Penegak Hukum (Polri dan Kejaksaan Agung);

4) Pengamanan Negara (TNI dan BIN);

5) Intansi Vertikal Lainnya (Kemenlu, Kemenag, Kemendagri).

Tujuan pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing ini tidak

lain agar pengawasan orang asing dilakukan secara

terkoordinasi.

6) Tim Pengawasan Orang Asing dapat dibentuk di pusat dan

daerah (provinsi, kabupaten/kota, atau kecamatan) yang

beranggotakan perwakilan dari instansi dan/atau lembaga

pemerintahan baik di pusat maupun daerah.

Tim Pengawasan Orang Asing tingkat pusat dibentuk dengan

Keputusan Menteri yang diketuai oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang

ditunjuk. Tim Pengawasan Orang Asing tingkat provinsi dibentuk dengan

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi


62

Manusia yang diketuai oleh Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tim Pengawasan Orang

Asing tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dibentuk dengan Keputusan

Kepala Kantor Imigrasi yang diketuai oleh Kepala Kantor Imigrasi.

Tim PORA di antaranya bertugas melakukan pertukaran data dan

informasi antar instansi terkait, yang berhubungan dengan keberadaaan

dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, termasuk data dan

informasi mengenai WNI yang mempunyai hubungan langsung atau tidak

langsung dengan keberadaan dan kegiatan Orang Asing. Selain itu, Tim

PORA juga bertugas melakukan kegiatan pengawasan lapangan yang

bersifat rutin dan insidentiil terhadap keberadaan dan kegiatan Orang

Asing di wilayah Indonesia serta memberikan saran atau pertimbangan

kepada pimpinan instansi terkait atau instansi lain yang memerlukan dalam

rangka melakukan tindakan preventif, represif mauupun pre-emtif secara

tepat dan terkoordinasi terhadap pelanggaran peraturan perundang-

undangan yang dilakukan oleh Orang Asing. (Sumber: Website resmi

Direktorat Jendral Imigrasi (http://www.imigrasi.go.id)

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang di dapat dari

hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik

analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini mengenai Pengawasan Tenaga Kerja
63

Asing di Kota Cilegon, mengingat bahwa jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh berbentuk

kata dan kalimat dari hasil wawancara, observasi, serta data atau hasil

dokumentasi lainnya. Dalam penelitian ini kata-kata dan tindakan orang yang di

wawancara merupakan sumber utama dalam penelitian.Sumber data ini kemudian

oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis. Berdasarkan teknik

analisa data kualitatif, data-data tersebut di analisa selama penelitian berlangsung.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka

kemudian dilakukan ke bentuk tertulis untuk mendapatkan polanya serta diberi

kode-kode pada aspek-aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama

dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan

kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian penulis kode-kode, yaitu:

1. Kode Q untuk menunjukan item pertanyaan

2. Kode A untuk menunjukan item jawaban

3. Kode I1-1 untuk menunjukan daftar informan dari Kepala Bidang

Pengawasan Ketenaga kerjaan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten.

4. Kode I1-2 untuk menunjukan daftar informan dari Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri di Dinas Tenaga Kerja Provinsi

Banten

5. Kode I2 untuk menunjukan daftar informan dari Kepala Kantor Imigrasi

Kelas II Kota Cilegon

6. Kode I3-1 untuk menunjukan daftar informan dari Kasi Penempatan Dalam

Negeri di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon


64

7. Kode I3-2 untuk menunjukan daftar informan dari Staff Fungsional

Pengantar Kerja di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon

8. Kode I4 untuk menunjukan daftar informan dari Kepala Bidang Pelayanan

Pendaftaran Penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Cilegon

9. Kode I5 untuk menunjukan daftar informan dari Kepala Bidang Organisasi

& Penanganan Konflik di Kesbangpol Kota Cilegon

10. Kode I6 untuk menunjukan daftar informan dari Kepala Urusan Pembinaan

dan Operasional SAT INTELKAM di Polres Cilegon

11. Kode I7 untuk menunjukan daftar informan dari Staff administrasi PT.

Sankyu Internasional Indonesia

12. Kode I8 untuk menunjukan daftar informan dari Supervisor/HR PT.

Nippon Shokubai Indonesia

13. Kode I9 untuk menunjukan daftar informan dari Kepala Kantor Kecamatan

Ciwandan

14. Kode I10 untuk menunjukan daftar informan dari Tenaga Kerja Asing yang

bekerja di Kota Cilegon

Setelah memberikan kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan

masalah penelitian sehingga polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi

berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari peneliti di lapangan dengan

membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut. Analisa data yang akan

dilakukan dalam penelitian ini menggunakan kategori dengan beberapa dimensi


65

yang dianggap sesuai dengan permasalahan penelitian dan kerangka teori yang

telah diuraikan sebelumnya.

Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan

adalah berupa catatan lapangan peneliti, seperti dokumen-dokumen yang peneliti

dapatkan baik dari Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon maupun dari SKPD terkait

dan perusahaan-perusahaan yang menjadi informan peneliti. Selain itu bentuk data

lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-foto tersebut merupakan foto

kegiatan dari pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon. Alasan peneliti

menggunakan data berupa foto dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup

berharga dan sering digunakan untuk menelaah dan menganalisis obyek-obyek

yang diteliti melalui segi-segi subyektif.

Selanjutnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam

proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa secara bersamaan.

Seperti yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya. Bahwa dalam proses

analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model interaktif yang

telah dikembangkan oleh Miles and Huberman yaitu dalam penelitian kualitatif

terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Diantaranya:

Reduksi data. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

masih berlangsung, dalam mereduksi data ini peneliti dipandu oleh tujuan yang

dicapai, adapun tujuan utama dari penelitian kualitatif ini adalah pada temuan

mengenai tema penelitian yaitu Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon.
66

Penyajian data. Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data atau penajian data. Penyajian data tersebut data mampu

terorganisasikan dalam pola hubungan sehinggga lebih mudah untuk dipahami.

Dalam penelitian inipenyajian data dilakukan secara teks yang bersifat kualitatif

deskriptif yang berusaha untuk menggambarkan dan menjelaskan sedalam-

dalamnya mengenai objek penelitian yang berbentuk deskriptif.

Verifikasi / penarikan kesimpulan. Tahap terakhir dalam analisis interaktif

adalah verifikasi data. Dari awal pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti

dari hubungan-hubungan, mencatat keterangan, pola-pola, dan menarik

kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan di awal masih bersifat sementara, dan

akan terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus berlangsung.

Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh adat yang valid dan

konsisten yang peneliti temukan di lapangan maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan keimpulan yang kredibel.

Menulis hasil penelitian. Penulis data subjek yang telah berhasil

dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa

kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini

penulisan yang dipakai adalah persentase data yang didapat yaitu, penulisan data-

data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan

subjek dan significant other.

Selanjutnya untuk menjaga validitas data selama penelitian berlangsung,

peneliti juga menggunakan aktivitas triangulasi. Triangulasi yang dilakukan dalam


67

penelitian ini yaitu dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi

teknik.

4.2.2 Data Informan Penelitian

Pada penelitian ini, mengenai Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon, dalam pemilihan informan penelitian ini peneliti menggunakan teknik

purposive. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-

orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, karena mereka (informan) dalam kesehariannya senantiasa

berurusan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik

aparatur pelaksana pengawasan, pihak imigrasi dan pihak-pihak lain yang terlibat

dalam penyelenggaraan penelitian pengawasan Tenaga Kerja Asing (TKA).

Aparatur pelaksana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang

memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan terhadap Tenaga Kerja

Asing (TKA) adalah Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten beserta dinas-dinas

terkait yang tergabung dalam TIMPORA seperti Dinas Tenaga Kerja Kota

Cilegon, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon, Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kota Cilegon, Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Cilegon dan

Kepolisian Kota Cilegon.

Pada penelitian ini, penentuan informan dibagi menjadi dua yaitu key

informan dan secondary informan. Key informan sebagai informan utama yang
68

lebih mengetahui situasi fokus penelitian, sedangkan secondary informan sebagai

informan penunjang dalam memberikan penambahan informasi.

Informan penelitian selain aparatur pelaksana sebagai key informan yaitu

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon, Kantor

Imigrasi Kelas II Kota Cilegon, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Cilegon, Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Cilegon dan Kepolisian Kota

Cilegon, untuk keabsahan data dan untuk menggali secara mendalam mengenai

penelitian ini maka peneliti pun mengambil informan diluar aparat pelaksana.

Informan tersebut diantaranya yaitu PT. Sankyu Indonesia Internasional dan PT.

Nippon Shokubai Indonesia.

Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari 2 pegawai Dinas Tenaga

Kerja Provinsi Banten, 2 pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon, 1 pegawai

Kantor Imigrasi Kelas II Kota Cilegon, 1 pegawai Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Cilegon, 1 pegawai Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Cilegon, 1 pegawai Kepolisian Kota Cilegon, 1 karyawan PT. Sankyu Indonesia

Internasional, 1 karyawan PT. Nippon Shokubai Indonesia. Informan tersebut

diantaranya:
69

Tabel 4.1
Keterangan Informan
No Kode Nama Keterangan Jabatan/Pekerjaan
Informan
1 I1-1 Ubaidillah Key Informan Kepala Bidang
Pengawasan
Ketenaga kerjaan di
Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Banten
2 I1-2 Andika Maulana Secondary Pelaksana
Penempatan Tenaga
Informan
Kerja Dalam dan
Luar Negeri di
Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Banten
3 I2 Sahat Pasaribu Key Informan Kepala Kantor
Imigrasi Kelas II
Kota Cilegon
4 I3-1 Wawan Gunawan Secondary Kasi Penempatan
Dalam Negeri di
Informan
Dinas Tenaga Kerja
Kota Cilegon
5 I3-2 Ahmad Taufan Taufani Secondary Staff Fungsional
Pengantar Kerja di
Informan
Dinas Tenaga Kerja
Kota Cilegon
6 I4 Kusmajaya Secondary Kepala Bidang
Pelayanan
Informan
Pendaftaran
Penduduk di Dinas
Kependudukan dan
70

Catatan Sipil Kota


Cilegon
7 I5 H. Rudi Darmawan Secondary Kepala Bidang
Organisasi &
Informan
Penanganan
Konflik di
Kesbangpol Kota
Cilegon
8 I6 Hadi Subeno Secondary Kepala Urusan
Pembinaan dan
Informan
Operasional SAT
INTELKAM di
Polres Cilegon
9 I7 Maghfiroh Secondary Staff administrasi
PT. Sankyu
Informan
Internasional
Indonesia
10 I8 Ahmad Sobri Secondary Supervisor/HR PT.
Nippon Shokubai
Informan
Indonesia
11 I9 Ahmad Junaedi Secondary Kepala Kantor
Kecamatan
Informan
Ciwandan
12 I10 Park Kwang Ho Secondary Tenaga Kerja Asing
yang bekerja dan
Informan
tinggal di Kota
Cilegon
(Sumber: Peneliti, 2017)
71

Informan di atas merupakan informan utama dan informan penunjang

dalam penelitian ini. Adapun data-data lain yang merupakan sebagai informasi-

informasi pelengkap dari informasi yang telah diberikan informasi utama.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini merupakan suatu data dan fakta yang peneliti

dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti

gunakan yaitu menggunakan teori Karakteristik Pengawasan yang efektif menurut

Handoko (2011:373) dan teori tujuan penggunaan Tenaga Kerja Asing menurut

HR. Abdussalam (2008:322) yang digabungkan dan peneliti dijadikan tujuh

subfokus yaitu pengawasan dilakukan secara tepat-akurat dan tepat-waktu,

pengawasan dilakukan secara obyektif dan menyeluruh guna memenuhi

kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional, terpusat pada titik-titik

pengawasan strategis, realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA,

terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, bersifat sebagai petunjuk dan

operasional, danKontribusi keberadaan TKA terkait proses pembangunan melalui

ilmu pengetahuan & teknologi.

Dengan penggunaan model tersebut peneliti berupaya menjawab rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimana pengawasan Tenaga Kerja Asing

di Kota Cilegon” dan pembahasan yang dilakukan berdasarkan urutan subfokus

dari kedua teori tersebut dalam menjalankan aktivitas manajemen tersebut. Dalam

mengumpulkan data melalui wawancara ini, peneliti menggunakan teknik

Purposif, dimana informan ini merupakan orang-orang yang menurut peneliti

memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena informan


72

tersebut dalam kesehariannya berurusan dengan permasalahan yang sedang

diteliti.

Gambar 4.2
Spanduk Peringatan TKI dan TKA Ilegal di depan Kantor Imigrasi

(Sumber: Peneliti, 2017)

Sebelum peneliti menguraikan hasil penelitian, berikut ini adalah syarat

dan ketentuan yang harus dipenuhi Tenaga Kerja Asing tersebut:

1. Bermohon RPTKA (Rencana PenggunaanTenaga Kerja Asing);

2. Permohonan IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Asing);

3. Bermohon Visa (VITAS/Visa Tinggal Terbatas) pada perwakilan

Republik Indonesia di luar negeri;

4. Diberikan VITAS untuk masuk ke wilayah Indonesia ;

5. Pemeriksaan Orang Asing tersebut di Tempat Pemeriksaan Imigrasi

(TPI) dipelabuhan udara/laut/darat;

6. Pemberian Izin Keimigrasian (ITAS/ IzinTinggal Terbatas);


73

7. Selama berkegiatan di Indonesia;

8. Meninggalkan wilayah Indonesia.

Namun apabila ditemukan ketidaksesuaian dalam ketentuan-ketentuan

tersebut, maka Pemerintah Daerah Kota Cilegon melakukan pengawasan terhadap

Tenaga Kerja Asing.

Adapun para pemberi kerja Tenaga Kerja Asing disesuaikan dengan

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015

pada pasal 4 yang meliputi:

a. instansi pemerintah
b. badan-badan internasional
c. perwakilan negara asing
d. organisasi internasional
e. kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing,
kantor perwakilan berita asing
f. perusahaan swasta asing, badan usaha asing yang terdaftar di instansi
yang berwenang
g. badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dalam
bentuk Perseroan Terbatas atau Yayasan
h. lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan kebudayaan, dan
i. usaha jasa impresariat.
Namun menurut pernyataan dari pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon,

Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di Kota Cilegon rata-rata bekerja di

perusahaan swasta asing atau Perseroan Terbatas (PT) yang berbasis industri.

Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2015 bahwa pemberi kerja TKA yang memperkerjakan 1 (satu) orang TKA
74

harus dapat menyerap TKI sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pada

perusahaan pemberi kerja TKA. Tetapi pada tahun yang sama, peraturan tersebut

dihapus sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015. Hal ini menjadi salah satu

permasalahan dalam memperkerjakan TKA di perusahaan-perusahaan di Kota

Cilegon karena pasalnya pemberi kerja bebas memasukan TKA dengan jumlah

yang lebih banyak dibandingkan jumlah TKI yang bekerja. Seperti yang

dipaparkan oleh Bapak Ahmad Taufan Taufani selaku Staff Fungsional Pengantar

Kerja di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon yang mengatakan bahwa:

“Di Permenaker no 16 tahun 2016 dan perubahannya no 35 tahun 2015.


Dalam permenaker no 16 ada peraturan bahwa TKA yang di Indonesia itu
wajib berbahasa Indonesia,namun pada permenaker no 35 tahun 2015
peraturan tersebut dihapus, berarti semakin memudahkan TKA untuk
bekerja di Indonesia dan ada perubahan satu lagi di Permenaker no 16 itu
ada peraturan setiap perusahaan memperkerjakan 1 TKA wajib
memperkerjakan 10 pekerja Indonesia/lokal dan sekarang dalam
Permenaker no 35 sudah dihapus, jadi sekarang bebas perusahaan mau
punya 50 TKA dan 1 TKI pun tidak masalah.”(12 Mei 2017, pukul 09:25,
di Disnaker Kota Cilegon)
Dalam pemaparannya tersebut bukan hanya pada pasal 3 saja yang

dihapus, tetapi peraturan mengenai Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Indonesia

wajib bisa berbahasa Indonesia juga dihapus pada Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang perubahan

atas peraturan menteri ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Dan peneliti juga mewawancarai Tenaga Kerja

Asing yang bekerja di Kota Cilegon terkait dengan syarat bisa berbahasa

Indonesia dengan I10 yaitu Bapak Park Kwang Ho asal Korea Selatan yang bekerja

sebagai Direktur PT. Jaya Alam Sarana yang mengatakan bahwa tidak adanya
75

syarat bisa berbahasa Indonesia bagi Tenaga Kerja Asing yang ingin bekerja di

Indonesia khususnya Kota Cilegon. Berikut pernyataan dari I10:

“Tidak ada. Pertama datang untuk bekerja disini bisa berbahasa English

dulu.” (25 April 2017, pukul 19:00, di Bonakarta, Kota Cilegon)

Sedangkan pada perusahaan memiliki peraturan tersendiri untuk wajib bisa

berbahasa Indonesia seperti contohnya di PT. Sankyu Indonesia Internasional.

Perusahaan lain seperti di PT. Nippon Shokubai Indonesia tidak mengharuskan

Tenaga Kerja Asing bisa berbahasa Indonesia karena semua peraturan untuk

memperkerjakan Tenaga Kerja Asing pihaknya mengikuti alur yang diberikan

oleh Pemerintah Daerah. Jadi dengan dihapusnya dua peraturan tersebut

mengakibatkan makin banyaknya Tenaga Kerja Asing yang masuk ke Kota

Cilegon secara bebas.

Dalam hal ini, peneliti mengkaji mengenai Pengawasan Tenaga Kerja

Asing yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah khususnya yang tergabung dalam

Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) Kota Cilegon. Apakah pengawasan

yang dilakukan belum optimal sehingga secara administrasi masih terdapat

Tenaga Kerja Asing yang tidak memiliki dokumen Ketenagakerjaan maupun

dokumen tempat tinggal bagi Tenaga Kerja Asing yang bertempat tinggal di Kota

Cilegon. Dibawah ini peneliti akan menguraikan hasil temuan berdasarkan

subfokus yang sudah peneliti sebutkan sebelumnya.


76

4.3.1 Pengawasan dilakukan secara tepat-akurat dan tepat waktu

Pengawasan dapat dikatakan efektif jika dalam pelaksanaan

kegiatan pengawasan dilakukan dengan informasi-informasi yang akurat.

Data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan

organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan

menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.

Berdasarkan wawancara dari informan I2 yang menyatakan bahwa

informasi-informasi yang diberikan oleh Timpora sudah akurat. Berikut

pernyataan dari I2:

“Informasi yang diberikan oleh TIMPORA sudah akurat.Kita

selalu melakukan koordinasi dengan instansi terkait.”(26 April

2017, pukul 10:00, di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon)

Pernyataan serupa mengenai pelaksanaan pengawasan dilakukan

dengan informasi-informasi yang akurat juga dipaparkan oleh informan I3-1

yang menyatakan:

“Sudah, seperti berdasarkan informasi kemarin dari tim


kepolisian, DKCS dan kecamatan ternyata benar bukan visa kerja,
nah baru mereka melaporkan ke Disnaker Kota Cilegon. Jadi TKA
itu setiap sudah dapat izin dari pusat maka mereka harus lapor
kesini. Jadi setiap TKA yang sudah mendapatkan ijin untuk bekerja
di wilayah Kota Cilegon itu wajib melaporkan ke Disnaker Kota
Cilegon oleh setiap perusahaan.”(12 Mei 2017, pukul 11:00, di
Disnaker Kota Cilegon)
Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa informasi yang diberikan

oleh aparatur yang tergabung dalam Timpora yaitu Kepolisian, DKCS dan
77

kecamatan memberikan informasi yang akurat kepada pihak Disnaker

Kota Cilegon bahwa terdapat Tenaga Kerja Asing yang tidak memakai

visa untuk bekerja. Padahal seharusnya untuk bekerja disini Tenaga Kerja

Asing harus memiliki visa dengan maksud bekerja wilayah Indonesia dan

dibuatkan RPTKA (Renacana Penggunaan Tenaga Kerja Asing) yang

dibuat oleh pemberi kerja dan mendapatkan IMTA (Izin Memperkerjakan

Tenaga Kerja Asing) yang diberikan oleh pusat. Setelah Tenaga Kerja

Asing (TKA) tersebut mendapatkan izin, pemberi kerja wajib melapor

kepada Disnaker Kota Cilegon.

Sementara itu, dari pihak Kesbangpol Kota Cilegon menyatakan

bahwa dalam mendapatkan informasi, pihak Kesbangpol memiliki unsur

Komunitas Inteligent Daerah atau Kominda yang berada di semua instansi

terkait yang dibawahi oleh Kesbangpol Kota Cilegon. Berikut penjelasan

dari I5:

“informasi kita dapatkan dari salah satu unsur komunitas


Inteligent daerah atau Kominda jadi kita mendapatkan laporan-
laporan tersebut dari situ setiap bulan. Kita adakan rapat dan
untuk hasilnya yang menyangkut masalah kewarganegara asing
baru kita turun. Kominda itu semua unsur yang mempunyai
Inteligent, jadi semua instansi mempunyai kominda. Jadi mereka
semua mempunyai komunitas dan yang mempertanggung
jawabkannya adalah kesbangpol.”(19 Mei 2017, pukul 10:30, di
Kesbangpol Kota Cilegon)
Kominda memberikan informasi-informasi berupa laporan setiap

bulan dan dirapatkan bersama untuk di tindak lanjuti pelaksanaan

pengawasan yang berkaitan dengan Tenaga Kerja Asing.


78

Namun dari beberapa informasi yang dikumpulkan oleh masing-

masing instansi memiliki data yang berbeda-beda sesuai dengan

keberadaan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon. Seperti misalnya Tenaga

Kerja Asing di Kota Cilegon tidak semuanya bertempat tinggal di Kota

Cilegon sehingga jumlah dokumen yang tercatat berbeda-beda. Tetapi data

yang berbeda tersebut bisa dijadikan perbandingan. Seperti penjelasan

yang diberikan oleh I6:

“informasi bukan hanya dari instansi lain atau masyarakat saja,


tetapi ada data dari kita juga. masing-masing institusi di kita
memiliki data, dan data yang ada dari masing-masing instansi itu
tidak mungkin sama karena orang asing yang datang kesini itu
dengan berbagai kepentingan. meskipun terdapat perbedaan tetapi
kita cek dari jumlah orang asing dengan berbagai kepentingannya
itu bisa menjadi perbandingan.”(17 Mei 2017, pukul 13:30, di
Polres Cilegon)
Berdasarkan pernyataan dari Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Kota

Cilegon, Kasi Penempatan Dalam Negeri di Dinas Tenaga Kerja Kota

Cilegon, Kepala Bidang Organisasi & Penanganan Konflik di Kesbangpol

Kota Cilegon, dan Kepala Urusan Pembinaan dan Operasional SAT

INTELKAM di Polres Cilegon yang bersedia di wawancarai oleh peneliti,

dapat disimpulkan bahwa semua instansi terkait dalam Tim Pengawasan

Orang Asing (Timpora) mendapatkan informasi yang akurat untuk

pelaksanaan pengawasan Tenaga Kerja Asing dengan kumpulan data-data

yang berbeda dari masing-masing instansi. Dan setiap bulannya juga

mendapatkan laporan dari Kominda untuk bisa di tindak lanjuti

pengawasannya oleh semua instansi terkait di Timpora dalam mengawasi

Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon.


79

Pengawasan tidak hanya dilakukan dengan tepat-akurat saja

melainkan juga harus dilaksanakan dengan tepat-waktu. Pengawasan

juga dapat dikatakan efektif jika dalam pelaksanaan kegiatanya harus

dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya dan jika ada

perbaikan harus dilakukan secepatnya. Maka peneliti menanyakan

mengenai pelaksanaan kegiatan pengawasan sesuai dengan jadwal yang

telah ditetapkan.

Peneliti memberikan pertanyaan kepada I1-1 yakni Bapak

Ubaidillah sebagai Kabid Pengawasan Ketenagakerjaan Provinsi

Banten, yang mengatakan bahwa pengawasan dilakukan berdasarkan

situasional. Pengawasan sudah memiliki jadwal rutin tetapi apabila

terdapat situasi-situasi tertentu maka pengawasan bisa dilakukan secara

mendadak. Berikut pernyataan dari I1-1:

“Tergantung situasional.Kalau yang regular itu sesuai dengan


jadwal rutin, tapi jika terdapat aduan atau situasi-situasi tertentu
itu dilakukan secara mendadak.”(22 Mei 2017, pukul 14:00, di
Disnaker Provinsi Banten)
Sementara itu, pada Bidang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja

Dalam dan Luar Negeri di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten

menyatakan bahwa untuk monitoring, Dinas Tenaga Kerja melakukan

pengawasan sebulan sekali ke 20 perusahaan. Berikut pernyataan dari I1-2:

“Untuk monitoring dilakukan sebulan sekali ke perusahaan-

perusahaan.Biasanya satu bulan bisa ke 20 perusahaan.”(18 Mei

2017, pukul 14:30, di Disnaker Provinsi Banten)


80

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dapat disimpulkan bahwa dalam

kegiatan pengawasan dilakukan secara rutin ke perusahaan-

perusahaan.Tetapi pengawasan bisa dilakukan secara mendadak apabila

terdapat informasi dalam situasi-situasi tertentu. Sedangkan pengawasan

yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon khususnya pada

Bidang Penempatan Kerja melakukan pengawasan ke lapangan setiap

bulannya apabila ada yang ingin memperpanjang IMTA yang dikeluarkan

oleh pusat. Berikut yang disampaikan oleh Bapak Ahmad Taufan Taufani

selaku Staff Fungsional Pengantar Kerja di Dinas Tenaga Kerja Kota

Cilegon sebagai I3-2:

“Pengawasan ke lapangan kadang kita adakan setiap bulan atau


tiap hari. Jadi jika ada yang ingin memperpanjang IMTA maka
kami verifikasi ke lapangan, jika ada yang lapor ke Kantor
Imigrasi karna jika kita tidak memverifikasi kita tidak tahu ada
permasalahan apa. Ketika ada rapat dengan kementerian dan
dengan provinsi kita bisa ngomong bahwa permasalahan di
Cilegon seperti ini.Jika kita tidak pernah turun ke lapangan jika
ada masalah nanti yng disalahkan Disnaker. Jadi setiap ada
perpanjangan IMTA atau IMTA dari pusat kita langsung turun ke
lapangan.”(12 Mei 2017, pukul 09:25, di Disnaker Kota Cilegon)

Sementara itu, dalam pengawasan yang dilakukan oleh Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon dan instansi terkait dalam Timpora Kota Cilegon

baik pengawasan di masing-masing instansi maupun dalam Timpora Kota

Cilegon melaksanakan kegiatan pengawasan sesuai dengan jadwal yang di

tentukan. Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan Kepala Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon yaitu Bapak Sahat Pasaribu sebagai I 2

menyatakan:
81

“Sesuai dengan jadwal, TIMPORA dilakukan 2 kali setahun sesuai


dengan anggaran. Dan pengawasan yang dilakukan oleh seksi
Wasdakim pun dilaksanakan sesuai dengan jadwalnya. Tetapi
pengawasan juga terkadang dilakukan secara mendadak
tergantung informasi yang ada.” (26 April 2017, pukul 10:00, di
Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon)

Sama seperti Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, berdasarkan

pernyataan yang dilontarkan oleh Bapak Sahat Pasaribu bahwa

pengawasan dari Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon yang dilakukan oleh

Bidang Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian juga memiliki jadwal

rutin tetapi pengawasan pun bisa dilakukan secara mendadak apabila

terdapat informasi. Sementara Pengawasan yang dilakukan oleh Timpora

hanya dilakukan dua kali dalam setahun dan disesuaikan dengan anggaran

yang ada. Senada dengan yang telah disampaikan oleh I2, I5 juga

mengatakan hal yang serupa yaitu Bapak H. Rudi Darmawan selaku

Kepala Bidang Organisasi & Penanganan Konflik di Kesbangpol Kota

Cilegon yang menyatakan bahwa:

“Kita hanya melaksanakan pengawasan setahun hanya 2 kali ke


perusahaan-perusahaan berbeda. Kecuali ada hal-hal khusus atau
ada kejadian baru kita langsung turun ke perusahaan tersebut
menurut dari informasi-informasi yang ada.” (19 Mei 2017, pukul
10:30 di Kesbangpol Kota Cilegon)

Sementara itu, pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Cilegon sendiri pada awal tahun 2017 baru saja mengadakan sosialisasi

mengenai dokumen orang asing dengan mendatangi 8 kecamatan di Kota

Cilegon dan mengundang perusahaan. Sosialisasi tersebut untuk persiapan

kegiatan pengawasan yang diadakan oleh Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Cilegon. Sedangkan pengawasan dengan Timpora yang


82

diketuai oleh Kesbanglinmas dilakukan tiga bulan sekali, dan pengawasan

dengan Timpora yang diketuai oleh Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

dilakukan dua kali setahun. Berikut pernyataan dari Bapak Kusmajaya

selaku Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk di Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon sebagai I4:

“Jadwalnya tergantung masing-masing SKPD, nanti tahun 2018


Disdukcapil sendiri mengadakan kegiatan pengawasan orang
asing, kemudian tahun 2017 baru penyuluhannya yaitu penyuluhan
dokumen orang asing maupun orang asingnya, kita mendatangi 8
kecamatan dan sudah mendatangi 6 kecamatan. Mengundang
perusahaan, RT, RW dan kelurahan dikumpulkan perkecamatan.
Kalau pengawasan dari tim sudah berjalan ke perusahaan-
perusahaan sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh
TIMPORAnya. Kalau tim yang dari lembaga kebanglinmas pertiga
bulan sekali, kalau di Imigrasi sesuai dengan jadwal mereka saja
dan kita mengikuti. Tiap tahun pasti ada.” (3 Mei 2017, pukul
15:10, di DKCS Kota Cilegon)

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Kantor Kecamatan Ciwandan

bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon telah

melakukan sosialisasi mengenai dokumen orang asing yang dilakukan di

setiap kecamatan dan mengundang perusahaan-perusahaan asing yang

berada di Kecamatan Ciwandan. Berikut pernyataan dari Bapak Ahmad

Junaedi selaku Kepala Kantor Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon sebagai

I9 :

“Pengawasan dari DKCS dilakukan satu tahun sekali.Tahun ini


baru aja ada sosialisasi dari DKCS yang melibatkan RT, RW yang
diperkirakan ada orang asing. Dan juga mengundang perusahaan-
perusahaan yang terdapat orang asingnya.” (17 Mei 2017, pukul
11:00 di Kantor Kecamatan Ciwandan)

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dan
83

Kota Cilegon dalam mengawasi Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon

dilakukan dengan rutin dan terjadwal di beberapa perusahaan, pihak Dinas

Tenaga Kerja Provinsi Banten juga tanggap dalam pengawasan yang

dilakukan secara mendadak apabila terdapat informasi atau temuan terkait

masalah dalam Tenaga Kerja Asing, sedangkan Dinas Tenaga KerjaKota

Cilegon pada Bidang Penempatan Tenaga Kerja hanya memverifikasi atau

mengecek ke lapangan apaabila ada Tenaga Kerja Asing yang ingin

memperpanjang IMTA, jika ditemukan masalah dokumen perizinan maka

Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon menginformasikan kepada Bidang

Pengawasan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten agar segera di tindak

lanjuti pengawasannya.

Sedangkan pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh

Timpora Kota Cilegon yang diketuai oleh Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon hanya dilakukan dua kali dalam setahun secara gabungan. Untuk

masing-masing instansi melakukan pengawasannya dengan jadwalnya

masing-masing dan mengawasi dengan tugas pokok dan fungsi dari

masing-masing instansi tersebut.

4.3.2 Pengawasan dilakukan secara obyektif dan menyeluruh guna

memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan

profesional

Pengawasan dapat dikatakan efektif jika dalam menyampaikan

informasi yang mudah dipahami dan bersifat obyektif serta lengkap. Hal

ini maksudkan agar informasi harus mudah dipahami, dimengerti dan


84

bersifat obyektif serta lengkap. Dalam hal ini Pemerintah Daerah harus

merencanakan pelaksanaan pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon terlebih dahulu agar pengawasan berjalan secara obyektif dan

menyeluruh. Dalam melaksanakan pengawasan tenaga kerja asing di Kota

Cilegon dibutuhkan rencana kerja agar pengawasan bisa menyeluruh ke

semua perusahaan yang dituju. Seperti yang dipaparkan oleh Bapak

Ubaidillah selaku Kepala Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja

Provinsi Banten sebagai I1-1 yang menyatakan bahwa:

“Kalau pengawasan dilaksanakan melalui rencana kerja, dimana


setiap pengawas minimal mengawasi 51 perusahaan dalam sebulan.
Dalam melaksanakan pengawasan termasuk di dalamnya
mengawasi Tenaga Kerja Asing.” (22 Mei 2017, pukul 14:00 di
Disnaker Provnsi Banten)
Rencana kerja yang dibuat oleh Bidang Pengawasan Dinas Tenaga

Kerja Provinsi Banten memiliki target minimal dapat mengawasi 51

perusahaan dalam sebulan. Dalam pengawasan tersebut, Bidang

Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten memeriksa dokumen-

dokumen perizinan Tenaga Kerja Asing di setiap perusahaan seperti yang

dipaparkan oleh Bapak Andika Maulana selaku Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri di Dinas Tenaga Kerja Provinsi

Banten sebagai I1-2:

“Kalau di bidang pengawasan melakukan sidak ke perusahaan-


perusahaan itu memeriksa dokumen-dokumen perizinan dari
RPTKA, IMTA dan KITAS. Kita jarang kalau dilibatkan dengan
pengawasan Ketenagakerjaan. Kalau pengawasan itu untuk
memeriksa dokumen-dokumen yang dimiliki oleh TKA. Tetapi kita
yang memberi izin RPTKA dan IMTA.” (18 Mei 2017, pukul 14:30,
di Disnaker Provinsi Banten)
85

Sementara itu, perencanaan pelaksanaan pengawasan Tenaga Kerja

Asing oleh Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dilakukan dengan dua cara

yaitu:

1. Pengawasan rutin melalui pengecekan administrasi

2. Merencanakan pengawasan lapangan secara tertutup dan terbuka.

Terbuka itu yang dilakukan oleh TIMPORA dengan tugas pokok dan

fungsinya masing-masing. Sedangkan tertutup hanya dilakukan oleh

Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon sendiri.

Berikut pernyataan dari Bapak Sahat Pasaribu selaku Kepala Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon sebagai I2:

“Banyak cara dalam merencanakan pelaksanaan pengawasan:


1. Pengawasan rutin melalui pengecekan administrasi
2. Merencanakan pengawasan lapangan secara tertutup dan
terbuka. Terbuka itu yang dilakukan oleh TIMPORA dengan
tupoksinya masing-masing. Tertutup bisa dilakukan khusus Imigrasi
sendiri (misalnya dilakukan secara diam-diam atau menyamar)
dengan anggaran delapan ratus ribu rupiah” (26 April 2017, pukul
10:00 di Kantor Imgrasi Kelas II Cilegon”

Sama seperti Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon, Pihak Kepolisian

Kota Cilegon dalam mengawasi tenaga kerja asing dilakukan dengan dua

cara, yaitu dengan cara administrasi dan pengawasan secara langsung ke

lapangan secara tertutup. Dalam pengawasannya, kepolisian Kota Cilegon

juga melaksanakan pengawasan dengan berkoordinasi dengan instansi

terkait sesuai dengan Undang-Undang Kepolisian No 2 pasal 15 ayat 2

huruf I yang berbunyi: Melakukan pengawasan fungsional kepolisian


86

terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi

instansi terkait.

Berikut hasil wawancara dengan Bapak Hadi Subeno selaku Kepala

Urusan Pembinaan dan Operasional SAT INTELKAM di Polres Cilegon

sebagai I6:

“Pengawasan yang kita lakukan ada 2 cara: yang pertama dengan


cara administrasi dan yang kedua ada pengawasan scara langsung atau
lapangan. secara administrasi yang sudah berjalan dilskukan dengan
penggunaan Tenaga Kerja Asing harus melaporkan di dasari dengan
Undang-undang Kepolisian No 2 pasal 15 ayat 2 huruf I bahwa kepolisian
bertugas pengawasan terhdap orang asing. Di samping kegiatan
administrasi, setiap pengguna Tenaga Kerja Asing yang kedapatan orang
asing harus melaporkan ke kita dengan membawa dokumen-dokumen yang
dimiliki orang asing.dokumen-dokumen tersebut yaitu potokopi passport,
ijin tinggal, IMTA, surat sponsor dari perusahaan karena biasanya orang
asing yang datang itu pasti ada yang ngundang. kemudian secara
operasional hasil pengamatan kita atau hasil penyelidikan kita secara
tertutup sama-sama melakukan kegiatan pemeriksaan di lapangan.
tujuannya mencari atau menemukan keberadaan orang asing sesuai
dengan perizinan yang dimiliki secara legal dengan dilengkapi dengan
dokumen-dokumen yang ada.” (17 Mei 2017, pukul 13:30, di Polres
Cilegon)
Sedangkan dalam Timpora Kota Cilegon, instansi-instansi lain yang

mempunyai tugas berkaitan dengan mengawasi Tenaga Kerja Asing adalah

Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Cilegon dan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Cilegon. Masing-

masing instansi tersebut memiliki tugas, pokok dan fungsinya masing-

masing dalam mengawasi tenaga kerja asing. Dalam Tim pengawasan

Orang Asing (Timpora) Kota Cilegon sendiri memiliki dua tim yaitu tim

pengawasan orang asing yang diketuai oleh Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon dan tim pengawasan lembaga orang asing yang diketuai oleh
87

Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Cilegon.Dari kedua tim pengawasan

orang asing tersebut memiliki anggota yang sama.

Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon bertugas memeriksa ijin

ketenagakerjaan orang asing yang dikeluarkan oleh Kementerian

Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi

Banten sesuai dengan lokasi IMTA yang dikeluarkan. Setelah memeriksa

dokumen-dokumen perijinan tenaga kerja asing apabila terdapat dokumen

yang tidak lengkap terhadap tenaga kerja asing tersebut maka Dinas

Tenaga Kerja Kota Cilegon menginformasikan ke Bidang Pengawasan di

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dan Timpora Kota Cilegon.

Pernyataan tersebut merupakan dari wawancara peneliti dengan Bapak

Wawan Gunawan selaku Kasi Penempatan Dalam Negeri di Dinas Tenaga

Kerja Kota Cilegon sebagai I3-1:

“Kalau di Disnaker Kota Cilegon bukan pada pemeriksaan, jadi


tupoksi kami hanya apakah ijin-ijin yang keluar dari pusat sudah
dijalankan dengan benar aturan-aturannya misalnya seperti
pendampingannya sudah benar atau tidak, jadi kalau diluar itu
bukan di kami tetapi apabila ada informasi tentang permasalahan
ijin yang dikeluarkan oleh Kementerian yang tidak sesuai maka kita
sampaikan ke TIMPORA. Jadi Kalau kita hanya mengecek apabila
terdapat dokumen ketenagakerjaan yang tidak lengkap.Di kita tidak
ada kewenangan untuk pengawasan dan penindakan. Disnaker Kota
Cilegon tidak memiliki kewenangan untuk memeriksa TKA.Karna
bagian pengawasan itu bagian dari Disnaker Provinsi. Kita hanya
melaporkan saja ke Disnaker Provinsi.” (12 Mei 2017, pukul 11:00
di Disnaker Kota Cilegon)

Seperti yang sudah peneliti paparkan sebelumnya bahwa Timpora

terbagi dalam dua tim yaitu tim pengawasan orang asing dari Kantor
88

Imigrasi Kelas II Cilegon dan tim pengawasan lembaga orang asing dari

Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Cilegon. Pihak Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil (DKCS) Kota Cilegon tergabung dengan dua tim

tersebut karena DKCS mengawasi Tenaga Kerja Asing yang bertempat

tinggal di Kota Cilegon. Tetapi dalam pengawasan, DKCS pun mengawasi

di setiap perusahaan-perusahaan. Pengawasan yang dilakukan DKCS

terkait dengan pemeriksaan dokumen kependudukannya seperti SKTT

apabila TKA tersebut memegang Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS),

dan KTP/KK apabila TKA memegang Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP).

Hal ini dikemukakan oleh I4 yakni Bapak Kusmajaya selaku Kepala

Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk di Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Cilegon, beliau menjelaskan:

“Pengawasan sesuai dengan penerbitan dokumen kita sesuai dengan


ijin KITAS atau KITAP yang dimiliki. Jika mempunyai KITAS kita
bikinkan SKTT, kalau mempunyai KITAP kita buatkan Kartu
Keluarga dan KTP. Pengawasan dengan cara mendatangi
perusahaan karena jika di permukiman tidak ada orangnya, kita
bisa mendatangi secara internal kita sendiri maupun secara tim.
Kalau secara tim pengawasan itu ada 2: satu pengawasan lembaga
orang asing yang diketuai oleh kesbangpol, kemudian tim
pengawasan orang asingnya diketuai oleh kantor imigrasi, keduanya
anggotanya hampir sama. Secara tim melakukan pengawasan
bersama atau sidak tetapi secara internal masing-masing bisa
datang ke perusahaan, kita periksa dokumen kependudukannya,
SKTT atau KTP/KK.” (3 Mei 2017, pukul 15:10, di DKCS Kota
Cilegon)
Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kota Cilegon yaitu mengawasi Lembaga Swadaya

Mayarakat (LSM) yang dibentuk oleh Orang Asing yang tinggal di Kota

Cilegon. Tetapi di Kota Cilegon belum ada LSM yang dibentuk oleh orang
89

asing karena sejauh iniorang asing yang tinggal di Kota Cilegon hanya

memiliki keperluan untuk bekerja saja. Jadi BadanKesatuan Bangsa dan

Politik selaku ketua dari tim pengawasan lembaga orang asing hanya ikut

mengawasi Tenaga Kerja Asing yang dibentuk oleh Kantor Imigrasi Kelas

II Cilegon dengan lebih berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Cilegon dalam mengawasi Tenaga Kerja Asing Kota

Cilegon yang bertempat tinggal di Kota Cilegon. Hal ini dikemukakan

oleh I5 yakni Bapak H. Rudi Darmawan selaku Kepala Bidang Organisasi

& Penanganan Konflik di Kesbangpol Kota Cilegon, beliau menyatakan:

“Kita mengawasi berkaitan dengan DKCS yaitu tempat tinggal.


Karena DKCS mengeluarkan SKTT jadi kita berkoordinasi dengan
DKCS. Lalu mengenai Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Kota
Cilegon, kita meminta data dari Disnaker lalu dari semuanya itu kita
menginduk ke Imigrasi. Jadi kesbangpol ini memonitoring instansi-
instansi terkait.Tetapi jika ada orang asing yang membuat LSM,
baru kita sendiri turun. Jika tidak ada LSM ya kita hanya sebatas itu
saja yaitu memantau.” (19 Mei 2017, pukul 10:30 di Kesbangpol
Kota Cilegon)
Berdasarkan beberapa hasil wawancara dari berbagai sumber diatas,

dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pengawasan tenaga kerja

asing, masing-masing instansi memiliki rencana kerja yang disesuaikan

dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing instansi yang berkaitan

dengan dokumen-dokumen perizinan Tenaga Kerja Asing. Dan semuanya

juga terlibat pengawasan langsung di perusahaaan-perusahaan di Kota

Cilegon yang terdapat Tenaga Kerja Asingnya secara tertutup.

Selain melakukan perencanaan sebelum pengawasannya, peneliti

juga menanyakan mengenai rapat evaluasi setelah mengawasi Tenaga


90

Kerja Asing di Kota Cilegon. Setelah melakukan pengawasan Tenaga

Kerja Asing di Kota Cilegon, baik dalam pengawasan secara administrasi

atau pengawasan langsung di lapangan, Dinas Tenaga Kerja Provinsi

Banten dan Pemerintah Daerah Kota Cilegon yang tergabung dalam

Timpora melakukan rapat evaluasi setelah melakukan pengawasan secara

bersama-sama. Sebagaimana yang dikatakan oleh I1-1:

“Rapat evaluasi kalau khusus untuk TKA di Kota Cilegonnya doang


sih tidak tetapi setiap habis melakukan pengawasan kita pasti
melakukan rapat evaluasi. Kadang-kadang kalau sanksinya itu
mengandung tindak pidana itu kita rapatkan bersama dan kita
tentukan.” (22 Mei 2017, pukul 14:00 di Disnaker Provinsi Banten)
Sementara itu, senada dengan apa yang telah disampaikan oleh I 1-1

sebelumnya, I2 juga mengatakan hal serupa yang menjelaskan bahwa:

“Ada, seperti: Pertama, Rapat Internal di seksi Wasdakim


(Pengawasan dan Penindakan) tentang apa yang perlu harus
dilakukan dan apa yang sudah dilakukan. Kedua, Rapat dengan
seksi lain (seksi Lalu Lintas Keimigrasian dan seksi Informasi dan
Sarana Komunikasi Keimigrasian) untuk mendapatkan informasi
yang lebih akurat. Ketiga, Rapat Evaluasi pelaksanaan TIMPORA
dengan instansi terkait.” (26 April 2017, pukul 10:00, di Kantor
Imigrasi Kelas II Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang dilontarkan oleh Bapak Ubaidilllah

dan Bapak Sahat Pasaribu, dapat peneliti simpulkan bahwa dalam

melaksanakan pengawasan tenaga kerja asing di Kota Cilegon terdapat

rapat evaluasi setelah dilaksanakannya pengawasan baik dalam

pengawasan administrasi dan pengawasan langsung di lapangan. Rapat

evaluasi dilakukan oleh masing-masing instansi dan dilakukan juga secara

bersama oleh Timpora. Dari hasil rapat evaluasi tersebut apabila terdapat
91

permasalahan dalam tenaga kerja asing lagi maka akan dilakukan

pengawasan lagi. Rapat evaluasi yang dijalankan oleh Timpora dilakukan

di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dan di Kesbangpol Kota Cilegon.

4.3.3 Terpusat pada titik-titik pegawasan strategis

Pengawasan dapat dikatakan efektif jika dalam sistem pengawasan

harus memusatkan pada bdang-bidang dimana penyimpangan-

penyimpangan dari standar sering terjadi yang akan mengakibatkan

kerusakan paling fatal. Dari subfokus terpusat pada titik-titik pegawasan

strategis, peneliti menilai beberapa aspek yang terkandung didalamnya,

yaitu: Kegiatan pengawasan dilakukan memusatkan pada tempat-tempat

strategis.

Dalam pengawasan dapat dikatakan sudah efektif apabila dalam

proses pengawasan terpusat pada titik-titik tempat strategis, dimana para

pengawas lebih mengutamakan pada bagian yang bisa diperbaiki atau

bermasalah. Dalam pengawasan tenaga kerja asing yang dilakukan di

perusahaan-perusahaan, sebaiknya para pengawas lebih terpusat pada

perusahaan yang diduga terdapat tenaga kerja asing illegal. Hal yang

dikemukakan oleh I1-1 menjelaskan:

“Kalau pengawasan kan sesuai dengan rencana kerja yang


terjadwal tetapi apabila ada informasi masalah di tempat ini kita
langsung pindah dahulu ke tempat yang bermasalah tersebut.” (22
Mei 2017, pukul 14:00 di Disnaker Provinsi Banten)
Senada dengan yang telah disampaikan oleh I1-1, I2 juga menjelaskan

hal yang sama bahwa:


92

“Pengawasan dilakukan tergantung agen/sponsor dari perusahaan-


perusahaan yang tidak melakukan tugas keadministrasian dengan
baik. Apabila perusahaan sebagai sponsor sudah melakukan
tugasnya dengan baik seperti administrasinya, pelaporannya,
informasi yang kita dengar dari luar sudah baik berarti pengawasan
hanya memonitoring saja. Contohnya jika perusahan yang kita lihat
sudah bagus sudah mengikuti aturannya dan tidak melakukan
pelanggaran, kita tidak langsung ada pengawasan mendadak.
Pelaporan informasi kita didapatkan dari Kominda, tetapi Kominda
tidak terfokus dari satu permasalahan jadi tidak terfokus dari
Keimigrasian saja. Dan pengawasan tidak terpusat pada jumlah
seberapa banyak TKA disana.” (26 April 2017, pukul 10:00, di
Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon)
Berdasarkan pernyataan yang dilontarkan oleh Bapak Ubaidilllah

dan Bapak Sahat Pasaribu, dapat peneliti simpulkan bahwa pengawasan

dilakukan sesuai dengan jadwal rencana kerja. Tetapi dalam pengawasan

tenaga kerja asing di Kota Cilegon dilakukan terfokus pada perusahaan

yang didapati pelanggaran terutama pada pelanggaran keadministrasian

tenaga kerja asing yang menyebabkan TKA tersebut menjadi illegal.

Apabila tidak ada informasi mengenai perusahaan yang melanggar

prosedur yang ditentukan, maka para pengawasmelakukan monitoring atau

mengecek data keadministrasian yang ada di setiap instansi lainnya dan

dicek langsung secara bersama ke perusahaan-perusahaan yang dituju.

Dalam Kepolisian Resort Kota Cilegon terdapat fungsi intelligent yang

bertugas melakukan penyelidikan ke lapangan termasuk menyelidiki

tenaga kerja asing yang ada di Kota Cilegon. Setelah melakukan

penyelidikan, pihak Intelligent Kepolisian Kota Cilegon memberikan

informasi dari hasil yang didapat kepada setiap instansi yang tergabung

dalam Timpora dan dirapatkan bersama agar bisa di tindak lanjuti


93

pengawasannya dengan tepat sasaran. Seperti yang dijelaskan oleh I 6 yaitu

Bapak Hadi Subeno selaku Kepala Urusan Pembinaan dan Operasional

SAT INTELKAM di Polres Cilegon yang menyatakan:

“Fungsi intelegen itu kita melakukan penyelidikan, dari hasil


penyelidikan kita rapatkan bersama dan dari situ kita menentukan oleh
instansi masing-masing dan dari setiap instansi masing-masing wajib
memberikan masukan tetapi diputuskannya pada saat akan bergerak
dengan beberapa pertimbangan dari banyaknya informasi yang kita
terima dari masyarakat sehingga kita dapat menentukan sasaran.” (17
Mei 2017, pukul 13:30 di Polres Cilegon)
Jadi dari beberapa penjelasan yang telah dipaparkan dapat peneliti

simpulkan bahwa pengawasan dilakukan secara terpusat pada titik-titik

yang strategis dengan memfokuskan pada perusahaan yang terdapat

pelanggaran terkait dengan Tenaga Kerja Asing tersebut.

4.3.4 Realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA

Karakteristik-karakteristik pengawasan dapat dikatakan efektif jika

salah satunya adalah realistik secara ekonomi, maksudnya adalah biaya

pelaksanaan sistem pengawasan sama dengan kegunaan yang diperoleh

dari sistem tersebut. Dan peneliti juga menilai apakah terdapatpeningkatan

pendapatan daerah seperti yang dijelaskan dalam teori HR Abdusalam

(2008:322) yang terdapat poin meningkatkan investasi asing terhadap

kehadiran TKA sebagai penunjang pembangunan di Indonesia. Maka

dalam aspek realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA, peneliti

menanyakan pertanyaan mengenai anggaran dalam pelaksanaan kegiatan


94

pengawasan dan izin Tenaga Kerja Asing berkontributif terhadap

perekonomian Kota Cilegon.

Dalam melakukan pengawasan tenaga kerja asing, terdapat anggaran

yang dikeluarkan dalam pengawasannya. Anggaran tersebut dikeluarkan

sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pengawasan.Dan anggaran tersebut

diperoleh dari APBD. Adapun biaya tersebut dipergunakan untuk biaya

transportasi. Seperti yang di jelaskan oleh I1-1 yaitu Bapak Ubaidillah

selaku Kepala Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan di Dinas Tenaga

Kerja Provinsi Banten yang menyatakan bahwa:

“Iya ada.Dalam pengawasan itu anggarannya dari APBD.Anggaran


tersebut digunakan untuk transportasi.” (22 Mei 2017, pukul 14:00
di Disnaker Provinsi Banten)
Hal senada juga disampaikan oleh I5 yaitu Bapak H. Rudi Darmawan

selaku Kepala Bidang Organisasi & Penanganan Konflik di Kesbangpol

Kota Cilegon yang menyatakan:

“Anggaran sesuai dengan yang dikeluarkan dari APBD untuk


pengawasannya.” (19 Mei 2017, pukul 10:30, di Kesbangpol Kota
Cilegon)
Sementara itu, Kantor Imigrasi secara khusus memiliki anggaran

sendiri dalam melakukan pengawasan secara tertutup yang dilakukan oleh

Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon tanpa berkoordinasi dengan instansi lain.

Selain untuk transportasi, anggaran tersebut dipergunakan untuk properti

yang digunakan petugas pengawas untuk menyamar agar tidak terlihat

sebagai pengawas dari Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon. Biasanya

pengawasan secara diam-diam atau penyamaran ini dilakukan apabila


95

terdapat Tenaga Kerja Asing yang diketahui bermasalah. Adapun anggaran

yang dikeluarkan oleh Kantor Imgrasi Kelas II Cilegon dalam pengawasan

tersebut sebesar Rp. 800.000,-. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Sahat

Pasaribu selaku Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon sebagai I2 yang

menyatakan:

“Pengawasan tertutup yang dilakukan khusus Imigrasi sendiri


(misalnya dilakukan secara diam-diam atau menyamar) dengan
anggaran delapan ratus ribu rupiah.” (26 April 2017, pukul 10:00,
di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon)

Selain anggaran yang dikeluarkan dari APBD, adapun pemasukan

untuk APBD yang didapatkan dari retribusi yang terkait dengan izin

tenaga kerja asing. Untuk pembuatan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja

Asing (IMTA) dikenakan retribusi daerah sebesar $100 per bulan dan

masa berlaku IMTA untuk satu tahun maka dikenakan biaya retribusi

sebesar $1200 dan IMTA bisa diperpanjang sesuai dengan permohonan

yang diajukan. Begitupun dengan perpanjangan IMTA dikenakan juga

retribusi perpanjangan IMTA sebesar $100 per bulan. Untuk pembuatan

IMTA dilakukan di Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia,

sedangkan untuk memperpanjang IMTA dilakukan sesuai dengan lokasi

bekerjanya jika bekerja di satu wilayah kota maka perpanjangan IMTA

dilakukan di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon, jika bekerja di dua atau

lebih wilayah kota/kabupaten di Provinsi Banten maka perpanjangan

dilakukan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, dan jika bekerja di dua

atau lebih wilayah kota/kabupaten lintas Provinsi maka perpanjangan


96

dilakukan di Kemernterian Ketenagakerjaan dan otomatis retribusi Tenaga

Kerja Asing masuk kedalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-

masing. Seperti yang dipaparkan oleh I1-2 yang menyatakan sebagai

berikut:

“Untuk pembuatan IMTA dikenakan retribusi daerah perbulannya


seratus dolar, biasanya kalau bikin itu kebanyakan untuk satu tahun
jadi seribu dua ratus dolar itu langsung masuk ke kas daerah
tergantung lokasi pembuatan IMTAnya masing-masing.” (18 Mei
2017, pukul 14:30, di Disnaker Provinsi Banten)
Senada dengan yang dikatakan oleh I1-2, I3-1 juga mengatakan hal

yang sama mengenai retribusi izin tenaga kerja asing yang menyatakan

bahwa:

“Sebenernya ada pengaruh tetapi menurut saya belum maksimal.


Seperti misalnya perusahaan-perusahaan asing disini kan rata-rata
perusahaan besar seperti PT Krakatau Posco tetapi mereka tidak
menyediakan tempat tinggal di Kota Cilegon malah kebanyakan di
Serang, padahal itu salah satu potensi ekonomi apakah di
perhotelannya, di mess-mess atau lainnya, itu kebayakan di Serang
contohnya kebanyakan para TKA menginap di hotel Horizon yang
letaknya di Serang, dan perumahan BMW itu kan di Serang. Paling
ada TKA yang sudah lama disini itu tinggalnya di PCI yang
homestay, palm, dan Argabaja tetapi tetap lebih banyak di BMW.
Malah PT Krakatau Posco membuat Badan Penelitian SDMnya
bukan di Cilegon tetapi di Serang. Seharusnya pemerintah Kota
Cilegon juga harus merencanakan jika ada perusahaan asing yang
ingin membangun perusahaan industri harus merencanakan apa
yang dibutuhkan, mungkin dari pembuatan tempat makan atau
penginapan. Adapun retribusi dari TKA yang masuk ke PAD,
realisasinya 1M lebih itu retribusi perpanjangan IMTA yang ingin
memperpanjang masa kerjanya. Kalau pembuatan IMTA itu
bayarnya di pusat kalau disini hanya perpanjangan IMTA saja,
itupun ga semua TKA yang kerja disini memperpanjang IMTA
karena kebanyakan TKA yang bekerja paling hanya 3-6 bulan saja.
Adapun masa berlaku IMTA hanya untuk 1 tahun.” (12 Mei 2017,
pukul 11:00, di Disnaker Kota Cilegon)
97

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Wawan Gunawan selaku Kasi

Penempatan Dalam Negeri di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon

mengatakan meskipun terdapat retribusi IMTA untuk pemasukan

pendapatan daerah, seharusnya terdapat potensi ekonomi lain dalam

meningkatkan pendapatan daerah yang tidak dikembangkan oleh

Pemerintah Daerah Kota Cilegon seperti tempat tinggal, penginapan, atau

tempat makan yang disesuaikan dengan Tenaga Kerja Asing yang masuk

di Kota Cilegon. Karena faktanya Tenaga Kerja Asing yang bekerja di

Kota Cilegon banyak yang bertempat tinggal di Kabupaten Serang

sehingga pendapatan untuk tempat tinggal masuk ke dalam APBD Kota

Serang padahal Tenaga Kerja Asing tersebut bekerja di Kota Cilegon.

Contohnya seperti banyaknya Tenaga Kerja Asing yang bekerja di PT.

Krakatau Posco yang bertempat tinggal di perumahan BMW yang terletak

di Kramatwatu Kabupaten Serang.

Adapun pendapatan yang diperoleh dari retribusi IMTA tersebut

dipergunakan juga untuk Dana Pengembangan Keahlian Daerah (DPKD)

yang digunakan untuk meningkatkan keahlian kerja tenaga kerja lokal

Kota Cilegon. Dana tersebut dipergunakan untuk pembelian peralatan-

peralatan, ruang gedung dan pelatihan untuk tenaga kerja lokal Kota

Cilegon. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Ahmad Taufan Taufani selaku

Staff Fungsional Pengantar Kerja di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon

sebagai I3-2 yang menyatakan bahwa:


98

“Iya.TKA yang kerja di Kota Cilegon ini tidak gratis. Ada


penghasilan di DPKD (Dana Pengembangan Keahlian Daerah)
dana tersebut diperuntukan untuk meningkatkan skill keahlian
warga Kota Cilegon (dan seluruh Indonesia) Jadi setiap TKA yang
ingin bekerja disini itu izinnya perbulan sebesar 100dolar kalau 1
tahun berarti 1200 dolar dia bayar ke negara. Dan dana itu untuk
pengembangan keahlian warga Cilegon seperti peralatan-peralatan,
pelatihan, ruang gedung. Kalau TKA yang illegal itu mereka tidak
bayar, yang paling banyak illegal itu dari Cina.” (12 Mei 2017,
pukul 09:25 di Disnaker Kota Cilegon)
Jadi salah satu penyebab adanya Tenaga Kerja Ilegal karena terdapat

TKA yang tidak membayar retribusi pembuatan IMTA sehingga IMTA

tersebut tidak dikeluarkan.

Sementara itu, dari segi perizinan lokasi pembuatan industri pada

perusahaan asing yang berada di Kota Cilegon juga memberikan

keuntungan dalam segi peningkatan tenaga kerja lokal.Industri-industri

asing yang berada di Kota Cilegon rata-rata bertempatkan di Kecamatan

Ciwandan. Kepala kantor Kecamatan Ciwandan mengatakan untuk

mendirikan industri memiliki syarat harus memperkerjakan 70% tenaga

lokal dari Kota Cilegon untuk bagian non-teknis agar diharapkan

pengangguran tenaga kerja lokal dapat berkurang. Berikut pernyataan dari

Bapak Ahmad Junaedi selaku Kepala Kantor Kecamatan Ciwandan

sebagai I9 :

“Udah pasti dapat, pertama dari perizinannya dan dari tenaga


kerjanya juga. Karena dari izin domisili itu saya tekankan untuk
non-teknis atau pegawai-pegawai kasar seperti tukang potong atau
las itu saya minta harus tenaga kerja lokal dari kita. 70% harus dari
kita dan dari 70% itu saya bagi lagi umpamanya 40% dari
masyarakat Ciwandan dan 30% dari masyarakat Cilegon, kalau
tidak ya tidak saya tandatangani.” (17 Mei 2017, pukul 11:00, di
Kantor Kecamatan Ciwandan)
99

4.3.5 Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi

Pengawasan dapat di katakan efektif salah satunya adalah

terkoordinasi dengan aliran kerja organisasiyaitu informasi pengawasan

harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena setiap tahapan

dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan

keseluruhan operasi, dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh

personalia yang memerlukan.

Dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon terdapat

Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) dari instansi-instansi pemerintah

yang terkait dalam pegawasannya yaitu Dinas Tenaga Kerja, Kantor

Imigrasi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik dan Kepolisian. Dalam menangani persoalan pengawasan

Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon, Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten

secara khusus memiliki Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan yang secara

tugas dan fungsi memegang peranan dalam mengawasi keberadaan Tenaga

Kerja Asing di Kota Cilegon. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang 23

tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, maka semua fungsi pengawasan

ketenagakerjaan yang ada di setiap kabupaten/kota seluruh Indonesia,

statusnya akan beralih ke provinsi pada Januari 2017 termasuk Kota

Cilegon. Maka yang menangani pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon adalah Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten. Tetapi untuk

koordinasi mengenai pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon

tetap melibatan Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon karena sebagian ijin
100

Tenaga Kerja Asing berada di Kota Cilegon maka pengawasan harus di

informasikan ke Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten.

Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Ubaidillah selaku Kepala Bidang

Pengawasan Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten sebagai

I1-1:

“Kordinasi tetap ada karena ketenagakerjaan kan dimulai dari


rekruitmen tenaga kerja sampai dia PHK sedangkan rekruitmen itu
dimulai dari kabupaten/kota sampai dengan Ijin Tenaga Kerja
Asing kan ada sebagian dari Kota jadi koordinasi tetap ada.Kalau
dengan instansi terkait lainnya kita dengan Timpora. Dan Timpora
tersebut ada 2, ada yang diketuai oleh Imigrasi dan ada yang
diketuai dengan Kesbangpol.” (22 Mei 2017, pukul 14:00 di
Disnaker Provinsi Banten)
Sedangkan koordinasi dengan instansi lain yang terkait dengan

Timpora ada dua yaitu Tim Pengawasan Orang Asing yang diketuai oleh

Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dan Tim Pengawasan Lembaga Orang

Asing yang diketuai oleh Kesbangpol Kota Cilegon. Kedua tim tersebut

memiliki anggota yang sama sehingga pengawasan sering dilakukan

bersama karena di Kota Cilegon tidak ada Lembaga yang dibuat oleh

Orang Asing jadi Badan Kesbangpol Kota Cilegon tetap ikut berkoordinasi

dengan Tim Pengawasan Orang Asing dengan Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon dan instansi terkait lainnya dalam mengawasi Tenaga Kerja

Asing. Seperti yang dipaparkan oleh Kepala Kantor Imigrasi sebagai I 2-1

dan Kepala Bidang Organisasi & Penanganan Konflik di Kesbangpol Kota

Cilegon sebagai I5, berikut pernyataan dari I2:

“Koordinasinya berjalan, kegiatan TIMPORA itu seperti melakukan


operasi dan tukar-menukar informasi tidak harus melakukan rapat
101

kita bisa mendapatkan/memberikan informasi tapi di dalam


TIMPORA itu harus ada rapat apakah itu rapat evaluasi atau rapat
untuk terjun ke lapangan, jadi koordinasi berjalan dengan baik.”
(26 April 2017, pukul 10:00, di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon)
Dan juga berikut merupakan pernyataan dari I5:

“Kan kalau Timpora punya Imigrasi tetapi kita disini mempuyai


kewenangan mengawasi keberadaan warga negara asing dan
tenaga kerja asing dalam bidang LSMnya. Jadi sebenernya kita
mengawasi LSM yang dibina oleh Orang Asing. Tetapi dalam
pelaksanaan pengawasannya pun kita juga melibatkan Timpora,
kalau setelah sidak kita menemukan Orang Asing yang memiliki
LSM baru kita tindak lebih lanjut keberadaannya.Tetapi selama ini
belum ditemukan orang asing yang membuat LSM. Koordinasinya
meminta laporan data TKA dari Disnaker lalu kita koordinasikan
dengan instansi terkait lainnya lalu ke lapangan untuk meneliti
atau mengecek bersama-sama sesuai dengan tupoksi instansinya
masing-masing.” (19 Mei 2017, pukul 10:30, di Kesbanpol Kota
Cilegon)
Kegiatan koordinasi pengawasan yang dilakukan oleh Timpora

dilakukan seperti tukar-menukar informasi antar instansi sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi masing-masing, melakukan rapat kerja dan rapat

evaluasi, dan mengecek situasi di lapangan secara bersama-sama.

Sementara itu, pihak perusahaan-perusahaan PMA mengatakan

bahwa pengawasan langsung yang dilakukan oleh Timpora dilaksanakan

setahun sekali dan bentuk dari pengawasan tersebut lebih kepada interview

atau wawancara dan pemeriksaan dokumen perizinan tenaga kerja asing.

Dan perusahaan wajib memberikan laporan data tenaga kerja asing yang

bekerja di perusahaannya, baik laporan bulanan maupun laporan tahunan.

Seperti yang dipaparkan oleh I7 yaitu Ibu Maghfiroh selaku Staff

administrasi di PT. Sankyu Internasional Indonesia dan I8 yaitu Bapak


102

Ahmad Sobri selaku Supervisor/HR di PT. Nippon Shokubai Indonesia.

Berikut pernyataan dari I7:

“Ada sidak lapangan setahun sekali dari TIMPORA. Bentuk


pengawasannya sidak langsung dan adanya laporan bulanan yang
kita berikan ke SKPD terkait.” (8 Mei 2017, pukul 14:40, di
PT.Sankyu Indonesia Internasional
Dan juga berikut merupakan pernyataan dari I8:

“Ada pengawasan langsung dan kita tiap tahunnya ada laporan


tahunan. Perusahaan harus memberikan jumlah karyawan kita
laporkan. Kalaupun nanti ada pengecekan yah kita sambut dan kita
sesuaikan dengan kondisi yang ada. Pengawasan lebih pada
interview dan pemeriksaan dokumen perizinan.” (2 Mei 2017,
pukul 13:00, di PT NSI)

Dalam koordinasi yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam

pengawasan juga sering diadakannya sosialisasi yang diberikan, baik pada

saat proses pelaksanaan pengawasan langsung di lapangan maupun

sosialisasi yang diadakan Timpora dengan mengundang beberapa pemateri

dari beberapa instansi yang memiliki kewenangan dalam proses

pengawasan tenaga kerja asing di Kota Cilegon. Seperti yang dipaparkan

oleh Bapak Hadi Subeno selaku Kepala Urusan Pembinaan dan

Operasional SAT INTELKAM di Polres Cilegon sebagai I6:

“Kita sering melakukan itu, kemudian pada saat-saat tertentu juga


dari pihak TIMPORA juga mengundang dan kita sebagai pemateri
menyampaikan secara masing-masing. Sosialisasi juga caranya
macam-macam, ada yang diundang di lapangan oleh Timpora dan
ada juga kita sampaikan secara langsung pada saat pengawasan.”
(17 Mei 2017, pukul 13:30, di Polres Cilegon)
Untuk tahun 2017 ini dilakukan sosialisasi yang diadakan oleh

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dengan mengundang beberapa


103

instansi yang berkaitan mengenai retribusi daerah seperti PTSP, Bank

Banten, DPPKD, Kantor Imigrasi, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota

dan Kementerian Ketenagakerjaan. Di dalam sosialisasi tersebut juga

termasuk di dalamnya mengenai retribusi izin memperkerjakan tenaga

kerja asing (IMTA) dengan sasaran untuk perusahaan-perusahaan yang ada

di Provinsi Banten. Dan perusahaan-perusahaan yang diundang ada 50

perusahaan yang melakukan perpanjangan RPTKA/IMTA. Seperti yang

dipaparkan oleh Bapak Andika Maulana selaku Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri di Dinas Tenaga Kerja Provinsi

Banten sebagai I1-2 yang menyatakan:

“Ada, kita sosialisasi mengundang PTSP, Bank Banten, DPPKD,


Imigrasi dan Kementerian Ketenagakerjaan. Sosialisasinya untuk
mempertemukan lima instansi terkait mengenai retribusi daerah
dan sasarannya untuk perusahaan-perusahaan. Untuk sosialisasi
dilakukan setahun sekali dengan mengundang 50 perusahaan yang
minimal memperpanjang RPTKA/IMTA dan mengundang Disnaker
Kabupaten/Kota.” (18 Mei 2017,pukul14:30, di Disnaker Provinsi
Banten)

Selain sosialisasi yang dilakukan dengan mengundang beberapa

pemateri dari instansi yang tergabung dalam Timpora, terdapat sosialisasi

khusus dari masing-masing instansi dalam memberikan penyuluhan

sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Seperti misalnya Dinas

Tenaga Kerja Kota Cilegon yang melakukan sosialisasi secara door to

door kepada perusahaan mengenai syarat-syarat yang harus dilakukan

dalam memperkerjakan tenaga kerja asing sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Dan ada juga sosialisasi

yang diberikan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota


104

Cilegon mengenai Tenaga Kerja Asing yang bertempat tinggal di Kota

Cilegon serta dokumen-dokumen kependudukannya. Sosialiasi tersebut

dilakukan di 8 kecamatan di Kota Cilegon dengan melibatkan RT, RW

setempat. Sasaran dari sosialisasi tersebut juga dengan mengundang

perusahaan-perusahaan yang memiliki Tenaga Kerja Asing di dalamnya.

Berikut pemaparan dari Bapak Kusmajaya selaku Kepala Bidang

Pelayanan Pendaftaran Penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kota Cilegon sebagai I4:

“tahun 2017 baru penyuluhannya yaitu penyuluhan dokumen


orang asing maupun orang asingnya, kita mendatangi 8 kecamatan
dan sudah mendatangi 6 kecamatan. Mengundang perusahaan, RT,
RW dan kelurahan dikumpulkan perkecamatan. Soalnya
permasalahannya orang asing tidak hanya dokumen saja tetapi
tinggal di permukiman penduduk.” (3 Mei 2017, pukul 15:10, di
DKCS Kota Cilegon)

Hal tersebut juga dibenarkan oleh pihak Kecamatan Ciwandan

yang menyatakan bahwa adanya sosialisasi dari Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Cilegon. Berikut pernyataan dari Bapak Ahmad Junaedi

selaku Kepala Kantor Kecamatan Ciwandan sebagai I9:

“Ada, tahun ini baru aja ada sosialisasi dari DKCS yang
melibatkan RT, RW yang diperkirakan ada orang asing. Dan juga
mengundang perusahaan-perusahaan yang terdapat orang
asingnya.” (17 Mei 2017, pukul 11:00, di Kantor Kecamatan
Ciwandan)

Jadi terdapat sosialisasi yang diberikan oleh masing-masing

instansi maupun yang dilakukan secara bersama-sama pada saat

pelaksanaan pengawasan yang berlangsung di lapangan.


105

Adapun jumlah petugas pengawas di Bidang Pengawasan

Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dalam mengawasi

berjumlah 75 orang dan dibagi berdasarkan kebutuhan dalam rencana kerja

yang sesuai dengan situasi wilayah yang diawasi. Pernyataan ini

berdasarkan wawancara peneliti dengan I1-1 yang menyatakan:

“Pengawas yang ada di Provinsi Banten ini berjumlah 75 orang,


dalam melaksanakan tugasnya dibagi berdasarkan rencana kerja
tergantung situasi wilayah. Jadi dibagi tiap wilayah dan
pembagiannya tidak baku atau sesuai kebutuhan saja.” (22 Mei
2017, pukul 14:00 di Disnaker Provinsi Banten)
Sementara itu, jumlah pengawas dalam Kantor Imigasi Kelas II

Cilegon dalam mengawasi Tenaga Kerja Asing sebanyak empat orang

yaitu Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

(Wasdakim), Kepala sub seksi Pengawasan Keimigrasian, Kepala sub

seksi Penindakan Keimigrasian apabila terdapat projustitia pada Tenaga

Kerja Asing, dan satu staff pengawasan. Dan untuk jumlah pengawas di

masing-masing instansi yang tergabung dalam Timpora sebanyak dua

orang. Berikut pemaparan dari Bapak Sahat Pasaribu selaku Kepala Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon sebagai I2:

“Secara tupoksi hanya ada 4 orang dengan keterangan:1 kepala


seksi, 1 kasubsi pengawasan dibantu 1 kasubsi penindakan dan 1
orang staff. Namun tugas pokok Imigrasi diemban oleh seluruh
petugas Imigrasi dengan wilayah 10 kecamatan yang terdiri dari 8
kecamatan di Pemerintahan Kota Cilegon dan 2 kecamatan di
Pemerintahan Kabupaten Serang (Pulau Ampel & Bojonegara)” (26
April 2017, pukul 10:00, di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon)
106

Untuk pihak kepolisian sendiri tidak mempunyai petugas khusus

dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing. Yang bertugas dalam hal

pengawasan yaitu seluruh anggota fungsi intelligent termasuk juga dalam

mengawasi Tenaga Kerja Asing. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Hadi

Subeno selaku Kepala Urusan Pembinaan dan Operasional SAT

INTELKAM di Polres Cilegon sebagai I6 yang menyatakan sebagai

berikut:

“Secara khusus tidak ada untuk pengawasan orang asing, tetapi


untuk tugas di lapangan, seluruh anggota fungsi inteligen punya
kewajiban untuk melakukan pengawasan.” (17 Mei 2017, pukul
13:30, di Polres Cilegon)
Jadi dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang dilakukan Pemerintah

Daerah dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing sudah cukup baik karena

adanya Tim Pengawasan Orang Asing. Tetapi untuk jumlah petugas

pengawas saya rasa masih kurang jika di dalam satu instansi hanya diambil

dua orang pengawas saja karena dalam Tahun 2016 ada 1240 TKA yang

bekerja di Kota Cilegon. Seperti data jumlah Tenaga Kerja Asing yang

berada di Kota Cilegon sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon

Tahun Jumlah

2015 1083

2016 1240

(Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon)


107

Sehingga terdapat ketimpangan antara jumlah pengawas dengan

jumlah Tenaga Kerja Asing yang ada di Kota Cilegon.

4.3.6 Bersifat sebagai petunjuk dan operasional

Karakteristik pengawasan yang efektif selanjutya adalah dengan

bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Suatu sistem pengawasan harus

menunjukkan baik deteksi atau deviasi dari standar tindakan koreksi apa

yang harus dilakukan. Dimana dalam melakukan pengawasan, para

petugas pengawas harus jeli dalam melihat kesempatan atau peluang yang

ada, mendeteksi kemungkinan-kemungkinan yang akanterjadi pada

Tenaga Kerja Asing atau perusahaan maupun pada petugas pengawas

untuk melakukan pelanggaran. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon bahwa sudah tercantum pada

Peraturan Pemerintah atau Undang-undang jika terdapat pelanggaran yang

dilakukan oleh Tenaga Kerja Asing atau perusahaan maupun pada petugas

pengawas. Berikut pernyataan dari I2:

“Apabila petugas Imigrasi salah atau melanggar maka akan


dikenakan hukuman sesuai dengan PP 58 tahun 2010.Terdapat
hukuman ringan, berat dan tertulis. Apabila TKA dan perusahaan
(sponsor/penanggung jawab) melakukan menyalahgunakan izin
tinggalnya maka akan dikenakan hukuman sesuai dengan UUK
(UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian) dapat dilakukan.
1. Tindakan administrasi keimigrasian berupa deportasi
2. TKA tersebut dapat dilakukan atau diajukan ke sidang pengadilan
melalui Projustitia begitu juga dengan penanggung jawab atau
sponsor sebagai penjamin dapat diajukan ke pengadilan melalui
projustitia.” (26 April 2017, pukul 10:00, di Kantor Imigrasi Kelas
II Cilegon)
108

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Kepala Kantor Imigrasi

Kelas II Cilegon bahwa jika terdapat petugas Imigrasi yang melakukan

pelanggaran dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing dalam Peraturan

Pemerintah No 58 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana dan untuk Tenaga Kerja Asing atau perusahaan yang

melakukan pelanggaran dengan menyalahgunakan izin tinggal maka dapat

dikenakan beberapa sanksi yang tertulis dalam Undang-Undang

Keimigrasian No 6 Tahun 2011 berupa sanksi deportasi dan diajukan pada

pengadilan apabila terdapat projustitia.

Begitu pula yang dipaparkan oleh Bapak Hadi Subeno selaku

Kepala Urusan Pembinaan dan Operasional SAT INTELKAM di Polres

Cilegon sebagai I6 yang menyatakan:

“Kalau berdasarkan Timpora semuanya mempunyai tugas dan


SOP nya masing-masing. Kemudian orang asing melakukan
pelanggaran-pelanggaran secara umum seperti pidana dan
sebagainya itu ke kepolisian, kalo yang lainnya itu tergantung
tugas dari instansi yang berkaitan. Jadi kita kan melakukan
bersama-sama, kalau ada yang tidak pas dibidangnya jadi itu kita
serahkan di bidangnya untuk ditindak lanjuti. Sanksi juga
disesuaikan dengan pelanggaran TKA atau pengguna TKA di
undang-undang no 6 tahun 2011 dan undang-undang no 13 tahun
2003. Kalau di undang-undang kepolisian tidak ada jadi kita
memakai jalan persuasif.” (17 Mei 2017, 13:30, di Polres Cilegon)
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa dalam memberikan

sanksi dalam pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Tenaga Kerja

Asing atau perusahaan maupun pada petugas pengawas dilakukan dengan

tugas dan SOP dari masing-masing instansi. Dari pengawasan yang

dilakukan bersama-sama jika salah satu instansi menemukan permasalahan


109

yang sudah menjadi bagian dari tugas pokok atau SOP instansi lain maka

disesuaikan atau diserahkan dengan bidangnya masing-masing untuk

ditindaklanjuti. Dan jika terdapat Tenaga Kerja Asing atau perusahaan

maupun pada petugas pengawas yang melakukan tindak pidana maka

diberikan kepada pihak kepolisian. Jika pelanggaran mengenai dokumen

perizinan yang menyebabkan Tenaga Kerja Asing illegal maka disesuaikan

dengan Undang-Undang Keimigrasian No 6 tahun 2011 dan Undang-

Undang Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003.

Adapun alur perizinan yang harus diikuti oleh Tenaga Kerja Asing

dan perusahaan dalam memperkerjakan Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon harus memiliki syarat atau ketentuan sebagai berikut:

1. Bermohon RPTKA (Rencana PenggunaanTenaga Kerja Asing);

2. Permohonan IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Asing);

3. Bermohon Visa (VITAS/Visa Tinggal Terbatas) pada perwakilan

Republik Indonesia di luar negeri;

4. Diberikan VITAS untuk masuk ke wilayah Indonesia ;

5. Pemeriksaan Orang Asing tersebut di Tempat Pemeriksaan Imigrasi

(TPI) di pelabuhan udara/laut/darat;

6. Pemberian Izin Keimigrasian (ITAS/ IzinTinggal Terbatas);

7. Selama berkegiatan di Indonesia;

8. Meninggalkan wilayah Indonesia.


110

Hal tersebut sama seperti yang dipaparkan oleh I1-1 dan I1-2. I1-1

yakni Bapak Ubaidillah selaku Kepala Bidang Pengawasan Ketenaga

kerjaan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten menyatakan:

“Setiap pengusaha yang memperkerjakan Tenaga Kerja Asing


mereka harus mempunyai rencana kerja dulu yaitu RPTKA, setelah
mempunyai rencana kerja baru diterbitkan IMTAnya dan
mengurus dokumen yang lain. Kalau penerbitan IMTA itu dari
pusat, selanjutnya untuk perpanjangan kalau lebih dari satu
kabupaten/kota itu di provinsi kalau hanya wilayahnya di satu
kabupaten/kota ya memperpanjangnya di kabupaten/kota tersebut
dan kalau lebih dari satu provinsi itu di pusat.” (22 Mei 2017,
pukul 14:00 di Disnaker Provinsi Banten)
Begitupun dengan pernyataan yang disampaikan oleh I1-2 yakni

Bapak Andika Maulana selaku Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja

Dalam dan Luar Negeri di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten

menyatakan hal yang serupa bahwa:

“Kalau kita dilihat dari RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga


Kerja Asing) nya dulu, jadi tiap prusahaan yang ada Tenaga Kerja
Asing itu harus punya Rencana jabatan apa yang ingin diduduki
Tenaga Kerja Asing, lokasi penempatannya misalnya lokasi di
Cilegon berarti untuk pembuatan IMTAnya itu buatnya di
Cilegon,kalau lokasi penempatannya ada 2 misalnya Kabupaten
Tangerang sama Cilegon itu pembuatan izin memperkerjakan
Tenaga Kerja Asingnya di Provinsi. Misalkan kalau
penempatannya di Cilegon dan Jakarta maka IMTAnya di Pusat di
Kementerian karena sudah lintas provinsi. Dan kalau
perpanjangan IMTA maksimal 5 tahun.Jadi urutannya yaitu
RPTKA, IMTA, langsung ke KITAS. Untuk pengajuan pembuatan
RPTKA dan IMTA ada dari perusahaanna sendiri dan ada yang
dari agen. Hanya kita menganjurkan agar pembuatan langsung
dari perusahaannya sendiri saja.” (18 Mei 2017, pukul 14:30 di
Disnaker Provinsi Banten)
Berdasarkan hasil wawancara diatas sebelum memperkerjakan

Tenaga Kerja Asing harus membuat rencana penggunaan tenaga kerja


111

asing atau RPTKA terlebih dahulu. Berdasarkan Peraturan Presiden

Republik Indonesia No 72 Tahun 2014 pada pasal 7 ayat (2) RPTKA

meliputi diantaranya: alamat perusahaan, nama perusahaan, jabatan, lokasi

kerja, jumlah TKA dan kewarganegaraan. Berikut contoh gambar RPTKA:

Gambar 4.3

Dokumen Rencana Penggunan Tenaga Kerja Asing

Sumber: Kepolisian Resort Kota Cilegon

Setelah membuat RPTKA lalu diterbitkan izin memperkerjakan

tenaga kerja asing atau IMTA.IMTA dibuatkan di Kementerian

Ketenagakerjaan dan untuk perpanjangan dilakukan sesuai dengan lokasi

kerja. Jika lokasi kerja di Kota Cilegon maka yang memperpanjang IMTA

adalah Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon. Berikut gambar contoh IMTA:
112

Gambar 4.4

Dokumen Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing

Sumber: Kepolisian Resort Kota Cilegon

Setelah mendapatkan IMTA selanjutnya dibuatkan dokumen-

dokumen lain seperti Izin Tinggal Terbatas (ITAS), Surat Tanda Melapor

(STM) kepada Kepolisian dan Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT)

apabila Tenaga Kerja Asing tersebut bertempat tinggal di Kota Cilegon.

Apabila perusahaan atau Tenaga Kerja Asing tidak membuat dokumen-

dokumen resmi seperti yang dijelaskan diatas maka akan dikenakan sanksi

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dari

perusahaan yang peneliti datangi ke lapangan yaitu PT. Nippon Shokubai


113

Indonesia dan PT. Sankyu Indonesia Internasional, keduanya telah

melakukan prosedur yang sesuai dengan yang ditentukan oleh Pemerintah

Daerah karena kedua perusahaan tersebut selalu mengikuti semua

peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah untuk

memperkerjakan Tenaga Kerja Asing.

4.3.7 Kontribusi keberadaan TKA terkait proses pembangunan

melalui ilmu pengetahuan & teknologi

Dalam memperkerjakan Tenaga Kerja Asing yang ingin bekerja di

Kota Cilegon harus memiliki tujuan penggunaannya untuk meningkatkan

proses pembangunan di Kota Cilegon khususnya dalam bidang

ketenagakerjaan yang ada di Kota Cilegon. Tujuan tersebut harus

mencerminkan aktivitas Tenaga Kerja Asing kepada situasi tujuan tersebut

dipertautkan dan untuk mempercepat proses pembangunan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi.Tujuan dari penggunaan Tenaga Kerja Asing

yang dilakukan oleh setiap perusahaan adalah untuk memberikan transfer

knowledge kepada para pekerja lokal. Karena TKA yang berada di sebuah

Perusahaan Modal Asing (PMA) merupakan karyawan yang dikirim

langsung oleh induk perusahaan yang berada di asal negara yang

membangun perusahaan tersebut. Seperti yang dipaparkan oleh I7 dan I8

yang merupakan PMA asal Jepang yaitu PT. Sankyu Indonesia

International dan PT. Nippon Shokubai Indonesia yang menjelaskan

bahwa TKA yang bekerja di perusahaan tersebut banyak yang dari Jepang

karena TKA tersebut sudah dikirim langsung oleh induk perusahaannya di


114

Jepang. Berikut pernyataan dari I7 yaitu Ibu Maghfiroh selaku Staff

administrasi di PT. Sankyu Internasional Indonesia yang menyatakan:

“Dari Jepang. Karena ini PMA dari Jepang jadi karyawan pun
dikirim dari Jepang. Kalau jumlah TKA yang masuk sih tergantung
dikirim dari Jepangnya, kalau minimal jabatan itu untuk supervisor
atau skill.” (8 Mei 2017, pukul 14:30 di PT. Sankyu Indonesia
Internasional)
Dan hal yang senada pun dikatakan oleh I8 yaitu Bapak Ahmad Sobri

selaku Supervisor/HR di PT. Nippon Shokubai Indonesia yang

menyatakan:

“Jepang. Karena kita PMA dari Jepang.TKA yang dikirim dari sini
adalah karyawan dari mother company kita yang ada di
Jepang.Biasanya yang disini pun manager jabatannya. Kalau
jumlah dan jabatan batasannya dari mother company kita, dulu
pernah ada yang selevel operator, tapi untuk saat ini TKA yang ada
disini selevel dengan manager.” (2 Mei 2017, pukul 13:00, di
PT.Nippon Shokubai Indonesia)
Bidang Penempatan Kerja Dinas Tenaga Kerja di Provinsi Banten

dan Kota Cilegon yang bertugas dalam penempatan tenaga kerja asing juga

mengatakan yang sama bahwa TKA yang masuk untuk bekerja di Kota

Cilegon merupakan bawaan dari perusahaan asing asal negara tertentu. Itu

juga yang menyebabkan di Kota Cilegon lebih banyak TKA asal Korea,

Jepang dan Cina karena di Kota Cilegon banyak perusahaan yang

berinvestasi dengan ketiga negara tersebut. Jadi otomatis tenaga kerja yang

mereka bawa sebagai tenaga ahli pun mengutamakan yang berasal dari

negaranya. Berikut pernyataan dari Bapak Andika Maulana selaku

Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri di Dinas

Tenaga Kerja Provinsi Banten sebagai I1-2:


115

“Biasanya kalau di Cilegon itu banyak perusahaan yang bekerja


sama dengan Korea, Jepang dan Cina jadi TKA tersebut bawaan
dari perusahaan yang bekerja sama dengan negara tersebut.
Misalnya seperti Posco itu mereka pasti membawa TKA dari Korea
atau Nipon dari Jepang pasti membawa TKA dari Jepang. Kalau
jabatan untuk Tenaga Kerja Asing itu paling direktur atau
komisaris, kalau yang teknis-teknis itu jarang.Tetapi kalau jabatan
itu tergantung pemilik perusahaannya. Kalau di bagian teknisnya itu
maksimal 5 tahun masa perpanjangan IMTAnya, untuk yang bagian
tenaga ahlinya wajib mempunyai Tenaga Kerja Indonesia
pendampingnya untuk transfer ilmu. Dan untuk jabatan
direktur/komisaris itu setelah 5 tahun bisa perpanjang di pusat untuk
dibuatkan KITAP. Kalau batasan jumlah sih tidak ada, itu
tergantung perusahaannya. Biasanya TKA itu dibawa oleh
perusahaan penanam modal dari asal negaranya.” (18 Mei 2017,
pukul 14:30 di Disnaker Provinsi Banten)
Hal yang senada juga dipaparkan oleh Bapak Ahmad Taufan Taufani

selaku Staff Fungsional Pengantar Kerja di Dinas Tenaga Kerja Kota

Cilegon sebagai I3-2 yang menyatakan:

“Ada. Tidak boleh TKA yang kerja di Indonesia itu levelnya


operator atau petukang, level mereka itu harus enginer/teknisi
keatas (misalnya manajer, direktur) dibawah itu tidak boleh.
Pertama karna investasi, investasi terbesar sekarang dari Korea,
kalau Cina tidak terlalu banyak. Karna investasi banyak dari Korea
maka otomatis banyak Tenaga Kerja dan perusahaan-perusahaan
dari Korea karna setiap perusahaan pasti mereka mengutuskan
orang-orang dari mereka terutama paling penting di bagian finance
atau keuangan itu ga bisa kalau orang Indonesia yang pegang kaya
direktur karna itu kepentingan mereka.” (12 Mei 2017, pukul 09:25,
di Disnaker Kota Cilegon)
Selain itu Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Kota Cilegon pun

memiliki batas jabatan yang boleh diduduki yaitu jabatan untuk direktur

atau komisaris. Tetapi fakta yang saya dapat dari berbagai sumber media

elektronik bahwa banyak pekerja Cina yang bekerja sebagai buruh di Kota

Cilegon. Menurut bapak Kusmajaya menjelaskan bahwa fenomena

tersebut karena banyak perusahaan yang paket/borongan dalam hal tenaga


116

kerja.Dari tenaga ahli sampai tenaga kasar/buruh sekaligus mengambil

tenaga kerja dari Cina karena teknologi yang dipakai juga dari Cina jadi

masih ada perusahaan yang masih memakai sistem paket/borongan.

Seperti pernyataan dari Bapak Kusmajaya pada bulan Desember 2016

yang mengungkapkan:

“karena perusahaan yang memperkerjaan orang cina biasanya


paket (borongan) dari tenaga ahli sampai tenaga kasar. orang cina
juga ga bisa komunikasi bahasa inggris dan Indonesia, sedangkan
teknologi dari cina. jadi tidak bisa jika tenaga kasar mengambil
orang local karena komunikasi kepada orang asing tenaga ahli nya
juga tidak bisa. Dan karena teknologi juga dari cina maka tenaga
kerja juga sekalian dari cina. jadi sepaket. kecuali bukan pekerjaan
paket, kalau bukan pekerjaan paket misalnya tenaga ahli di semen
Jakarta itu perorangan, tetapi kalau membangun PLTU itu biasanya
paket. seperti di posco kan kaya setingkat manajer, divisi dan
sebagainya itu kan dari korea. kalau tenaga buruhnya dari
Indonesia. di posco ada 95 orang korea.” (November 2016 di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon)
Dari pernyataan diatas salah satu penyebabnya juga karena

komunikasi. Karena tidak adanya peraturan tentang Tenaga Kerja Asing

wajib bisa berbahasa Indonesia, maka terjadilah sistem paket/borongan

yang dilakukan oleh perusahaan.

Dan dalam memperkerjakan Tenaga Kerja Asing tidak ada training

dan education yang diberikan oleh pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon

maupun instansi pemerintah daerah lainnya karena pada dasarnya Tenaga

Kerja Asing yang datang ke Indonesia harus yang tenaga ahli jadi justru

Tenaga Kerja Asing lah yang memberikan ilmu kepada Tenaga Kerja

Lokal. Hal tersebut seperti yang dipaparkan oleh I1-1 yang menyatakan

bahwa:
117

“TKA itu harus yang sudah tenaga ahli jadi tidak ada lagi pelatihan
dari sini. Kalau bahasa wajib punya walaupun di peraturan sudah
di hapus tetapi setidaknya harus bisa. Atau harus punya TKI
pendamping.” (22 Mei 2017, pukul 14:00 di Disnaker Provinsi
Banten)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh I3-2 yaitu Bapak Ahmad

Taufan Taufani selaku Staff Fungsional Pengantar Kerja di Dinas Tenaga

Kerja Kota Cilegon yang menyatakan:

“Tidak ada, kalau pelatihan tidak ada. Jadi tujuan adanya TKA itu
pertama untuk transfer knowledge konsep awal adanya mereka itu
adalah transfer knowledge, ketika TKA ini sudah mentransfer
ilmunya kepada TKI harapannya TKA tidak perlu lama-lama lagi
ada di Indonesia setelah memberikan ilmunya kepada pekerja
lokal.” (12 Mei 2017, pukul 09:25 di Disnaker Kota Cilegon)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya

training atau education yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi

Banten maupun Kota Cilegon kepada TKA karena sudah adanya batasan

jabatan yang diberikan untuk Tenaga Kerja Asing.

4.4 Pembahasan

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan untuk memberikan

penjelasan terhadap hasil yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Dalam

bagian ini, peneliti akan membahas mengenai fokus penelitian yaitu Pengawasan

Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon disesuaikan dengan teori yang peneliti

gunakan yaitu menggunakan teori Karakteristik Pengawasan yang efektif menurut

Handoko (2011:373) dan teori tujuan penggunaan Tenaga Kerja Asing menurut
118

HR. Abdussalam (2008:322) yang digabungkan dan peneliti dijadikan tujuh

subfokus yaitu pengawasan dilakukan secara tepat-akurat dan tepat-waktu,

pengawasan dilakukan secara obyektif dan menyeluruh guna memenuhi

kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional, terpusat pada titik-titik

pengawasan strategis, realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA,

terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, bersifat sebagai petunjuk dan

operasiional, dan Kontribusi keberadaan TKA terkait proses pembangunan

melalui ilmu pengetahuan & teknologi.

A. Pengawasan dilakukan secara tepat-akurat dan tepat-waktu

Dalam sub pengawasan dilakukan secara akurat dan tepat-waktu,

berdasarkan hasil analisis data dan fakta yang peneliti dapatkan di lapangan yaitu

keakuratan data yang diperoleh dari Timpora dan Kominda Kesbangpol Kota

Cilegon, serta pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan

dalam perencanaan pengawasan baik pada pelaksanaan kegiatan pengawasan

secara administrasi maupun di lapangan. Semua instansi terkait dalam Tim

Pengawasan Orang Asing (Timpora) mendapatkan informasi yang akurat untuk

pelaksanaan pengawasan Tenaga Kerja Asing dengan kumpulan data-data yang

berbeda dari masing-masing instansi. Seperti informasi yang diberikan oleh

Kepolisian, DKCS dan kecamatan yang memberikan informasi kepada pihak

Disnaker Kota Cilegon bahwa terdapat Tenaga Kerja Asing yang tidak memakai

visa untuk bekerja. Setelah diperiksa oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon

ternyata benar bahwa terdapat Tenaga Kerja Asing yang menyalahgunakan

dokumen, padahal seharusnya untuk bekerja disini Tenaga Kerja Asing harus
119

memiliki visa dengan maksud bekerja di Kota Cilegon dan dibuatkan RPTKA

(Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing) yang dibuat oleh pemberi kerja dan

mendapatkan IMTA (Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing) yang diberikan

oleh pusat. Setelah Tenaga Kerja Asing (TKA) tersebut mendapatkan izin,

pemberi kerja wajib melapor kepada Disnaker Kota Cilegon. Jika tidak maka

Tenaga Kerja Asing tersebut dinyatakan illegal. Jadi informasi yang diberikan

oleh anggota Timpora Kota Cilegon sejauh ini sudah akurat.

Adapun informasi-informasi mengenai Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon juga diperoleh dari Komunitas Inteligent Daerah atau Kominda yang

berada di semua instansi terkait yang dibawahi oleh Kesbangpol Kota Cilegon,

jadi setiap instansi memiliki Kominda yang bertugas mencari dan memberikan

informasi-informasi atau data mengenai Tenaga Kerja Asing setiap bulannya yang

nantinya dari informasi tersebut dirapatkan di Kesbangpol Kota Cilegon untuk

direncanakan kegiatan pengawasannya apabila terdapat permsalahan mengenai

Tenaga Kerja Asing.

Namun dari beberapa informasi yang dikumpulkan oleh masing-masing

instansi memiliki data yang berbeda-beda sesuai dengan keberadaan Tenaga Kerja

Asing di Kota Cilegon. Seperti misalnya Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon

tidak semuanya bertempat tinggal di Kota Cilegon sehingga jumlah dokumen

yang tercatat berbeda-beda. Dan informasi data Tenaga Kerja Asing yang berada

di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dengan Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon

pun berbeda meskipun data yang di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten

merupakan data Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon. Hal tersebut karena
120

berdasarkan catatan dari pembuatan IMTA, karena untuk pembuatan atau

perpanjangan IMTA bisa dilakukan di Kota Cilegon atau di Provinsi Banten

sesuai dengan lokasi bekerjanya TKA tersebut. Jika hanya bekerja di Kota

Cilegon maka pembuatan atau perpanjangan IMTAnya di Kota Cilegon, apabila

lokasi tempat TKA bekerja di dua atau lebih kota/kabupaten Provinsi Banten

maka pembuatan atau perpanjangan IMTAnya di Provinsi Banten.

Mengenai ketepatan waktu, Bidang Pengawasan di Dinas Tenaga Kerja

Provinsi Banten dalam kegiatan pengawasan dilakukan secara rutin ke 20

perusahaan dalam sebulan. Tetapi pengawasan bisa dilakukan secara mendadak

apabila terdapat informasi dalam situasi-situasi tertentu. Dalam hal ini Bidang

Pengawasan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten tanggap dalam pengawasan

yang dilakukan secara mendadak apabila terdapat informasi atau temuan terkait

masalah dalam Tenaga Kerja Asing, sedangkan Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon

pada Bidang Penempatan Tenaga Kerja hanya memverifikasi atau mengecek ke

lapangan apabila ada Tenaga Kerja Asing yang ingin memperpanjang IMTA, jika

ditemukan masalah dokumen perizinan maka Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon

menginformasikan kepada Bidang Pengawasan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi

Banten agar segera di tindak lanjuti pengawasannya.

Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota

Cilegon khususnya pada Bidang Penempatan Kerja melakukan pengawasan ke

lapangan setiap bulannya apabila ada yang ingin memperpanjang IMTA yang

dikeluarkan oleh pusat. Sementara pengawasan gabungan yang dilakukan oleh

Timpora yang diketuai oleh Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon hanya dilakukan dua
121

kali dalam setahun dan pengawasan gabungan yang dilakukan oleh Timpora yang

diketuai oleh Kesbangpol Kota Cilegon dilakukan tiga kali dalam setahun. Dan

adapun pengawasan yang dilakukan oleh masing-masing instansi sesuai dengan

tugas pokok yang di jalani memiliki jadwal rutin masing-masing yang nantinya

hasil dari masing-masing instansi dirapatkan pada saat pengawasan gabungan di

Timpora.

B. Pengawasan dilakukan secara obyektif dan menyeluruh guna memenuhi

kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional

Berdasarkan hasil analisis data dan fakta yang peneliti dapatkan di lapangan,

terdapat rencana kerja yang dibuat oleh masing-masing intansi yang memiliki

tugas dalam pengawasan tenaga kerja asing di Kota Cilegon. Bidang Pengawasan

di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten memiliki target minimal dapat mengawasi

51 perusahaan di Provinsi Banten termasuk Kota Cilegon yang memiliki potensi

Tenaga Kerja Asing di dalamnya yang dilakukan dalam satu bulan. Dalam

pengawasan tersebut, Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten

memeriksa dokumen-dokumen perizinan Tenaga Kerja Asing di setiap

perusahaan. Untuk pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon dan Kepolisian Resor Kota Cilegon memiliki perencanaan pelaksanaan

pengawasan Tenaga Kerja Asing yang sama yaitu dilakukandengan dua cara

sebagai berikut:

1. Pengawasan rutin melalui pengecekan administrasi


122

2. Merencanakan pengawasan lapangan secara tertutup dan terbuka. Terbuka itu

yang dilakukan oleh TIMPORA dengan tugas pokok dan fungsinya masing-

masing. Sedangkan tertutup hanya dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon sendiri.

Dalam pengawasannya, Timpora terbagi dalam dua tim yaitu tim

pengawasan orang asing dari Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dan tim

pengawasan lembaga orang asing dari Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Cilegon.

Pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (DKCS) Kota Cilegon tergabung

dengan dua tim tersebut karena DKCS mengawasi Tenaga Kerja Asing yang

bertempat tinggal di Kota Cilegon. Tetapi dalam pengawasan, DKCS pun

mengawasi di setiap perusahaan-perusahaan. Pengawasan yang dilakukan DKCS

terkait dengan pemeriksaan dokumen kependudukannya seperti SKTT apabila

TKA tersebut memegang Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS), dan KTP/KK

apabila TKA memegang Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP). Sedangkan

pengawasan yang dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Cilegon yaitu mengawasi Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM) yang dibentuk

oleh Orang Asing yang tinggal di Kota Cilegon. Tetapi di Kota Cilegon belum ada

LSM yang dibentuk oleh orang asing karena sejauh ini orang asing yang tinggal di

Kota Cilegon hanya memiliki keperluan untuk bekerja saja. Jadi Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik selaku ketua dari tim pengawasan lembaga orang asing hanya

ikut mengawasi Tenaga Kerja Asing yang dibentuk oleh Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon dengan lebih berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kota Cilegon dalam mengawasi Tenaga Kerja Asing Kota Cilegon yang
123

bertempat tinggal di Kota Cilegon. Jadi masing-masing instansi di Kota Cilegon

yang memiliki kewenangan dalam mengawasi tenaga kerja asing melakukan

perencanaan pelaksanaan pengawasan sesuai dengan tupoksinya masing-masing.

Selain melakukan perencanaan sebelum pengawasannya, peneliti juga

menanyakan mengenai rapat evaluasi setelah mengawasi Tenaga Kerja Asing di

Kota Cilegon. Setelah melakukan pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon, baik dalam pengawasan secara administrasi atau pengawasan langsung di

lapangan, Bidang Pengawasan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dan

Pemerintah Daerah Kota Cilegon yang tergabung dalam Timpora melakukan rapat

evaluasi setelah melakukan pengawasan secara bersama-sama. Dari hasil rapat

evaluasi tersebut apabila terdapat permasalahan dalam tenaga kerja asing lagi

maka akan dilakukan pengawasan lagi. Rapat evaluasi yang dijalankan oleh

Timpora dilakukan di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dan di Kesbangpol Kota

Cilegon.

C. Terpusat pada titik-titik pegawasan strategis

Pengawasan di lapanganyang dilakukan sesuai jadwal rencana kerja terfokus

pada perusahaan yang didapati pelanggaran terutama pada pelanggaran

keadministrasian tenaga kerja asing yang menyebabkan TKA tersebut menjadi

illegal. Apabila tidak ada informasi mengenai perusahaan yang melanggar

prosedur yang telah ditentukan, maka para pengawas melakukan monitoring atau

mengecek data keadministrasian yang ada di setiap instansi dan dicek langsung

secara bersama ke perusahaan-perusahaan yang dituju. Dalam Kepolisian Resort


124

Kota Cilegon terdapat fungsi intelligent yang bertugas melakukan penyelidikan ke

lapangan termasuk menyelidiki tenaga kerja asing yang ada di Kota Cilegon.

Setelah melakukan penyelidikan, pihak Intelligent Kepolisian Kota Cilegon

memberikan informasi dari hasil yang didapat kepada setiap instansi yang

tergabung dalam Timpora dan dirapatkan bersama agar bisa ditindaklanjuti

pengawasannya dengan tepat sasaran.

D. Realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA

Dalam melakukan pengawasan tenaga kerja asing, terdapat anggaran yang

dikeluarkan dalam pengawasannya. Anggaran tersebut dikeluarkan sesuai dengan

yang dibutuhkan dalam pengawasan. Dan anggaran tersebut diperoleh dari

APBD.Adapun biaya tersebut dipergunakan untuk biaya transportasi. Tetapi untuk

Kantor Imgrasi Kelas II Cilegon secara khusus memiliki anggaran sendiri dalam

melakukan pengawasan secara tertutup yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi

Kelas II Cilegon tanpa berkoordinasi dengan instansi lain. Selain untuk

transportasi, anggaran tersebut dipergunakan untuk properti yang digunakan

petugas pengawas untuk menyamar agar tidak terlihat sebagai pengawas dari

Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon. Biasanya pengawasan secara diam-diam atau

penyamaran ini dilakukan apabila terdapat Tenaga Kerja Asing yang diketahui

bermasalah. Adapun anggaran yang dikeluarkan oleh Kantor Imgrasi Kelas II

Cilegon dalam pengawasan tersebut sebesar Rp. 800.000,-. Untuk instansi

lainnya, anggaran tetap di dapatkan dari APBD Kota Cilegon.


125

Selain pengeluaran, terdapat juga pendapatan yang masukke dalam APBD

yang di dapat dari retribusi pembuatan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing

(IMTA). Untuk pembuatan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)

dikenakan retribusi daerah sebesar $100 per bulan dan masa berlaku IMTA untuk

satu tahun maka dikenakan biaya retribusi sebesar $1200 dan IMTA bisa

diperpanjang sesuai dengan permohonan yang diajukan. Begitupun dengan

perpanjangan IMTA dikenakan juga retribusi perpanjangan IMTA sebesar $100

per bulan. Untuk pembuatan IMTA dilakukan di Kementerian Ketenagakerjaan

Republik Indonesia, sedangkan untuk memperpanjang IMTA dilakukan sesuai

dengan lokasi bekerjanya jika bekerja di satu wilayah kota maka perpanjangan

IMTA dilakukan di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon, jika bekerja di dua atau

lebih wilayah kota/kabupaten di Provinsi Banten maka perpanjangan dilakukan di

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, dan jika bekerja di dua atau lebih wilayah

kota/kabupaten lintas Provinsi maka perpanjangan dilakukan di Kemernterian

Ketenagakerjaan dan otomatis retribusi Tenaga Kerja Asing masuk kedalam

Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing.

Adapun pendapatan yang diperoleh dari retribusi IMTA tersebut

dipergunakan juga untuk Dana Pengembangan Keahlian Daerah (DPKD) yang

digunakan untuk meningkatkan keahlian kerja tenaga kerja lokal Kota Cilegon.

Dana tersebut dipergunakan untuk pembelian peralatan-peralatan, ruang gedung

dan pelatihan untuk tenaga kerja lokal Kota Cilegon. Seperti yang tercantum

dalam pasal 15 dan 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 97 Tahun

2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin
126

Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing bahwa besarnya tarif retribusi perpanjangan

IMTA ditetapkan paling tinggi sebesar tarif penerbitan IMTA yang ditetapkan.

Besarnya tarif retribusi perpanjangan IMTA ditetapkan dengan Peraturan Daerah

dan penerimaan retribusi Perpanjangan IMTA digunakan untuk mendanai

penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum,

penatausahaan, biaya dampak negatif dari perpanjangan IMTA, dan kegiatan

pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal.

Meskipun terdapat retribusi IMTA untuk pemasukan pendapatan daerah,

seharusnya terdapat potensi ekonomi lain dalam meningkatkan pendapatan daerah

yang tidak dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kota Cilegon seperti tempat

tinggal, penginapan, atau tempat makan yang disesuaikan dengan Tenaga Kerja

Asing yang masuk di Kota Cilegon. Karena faktanya Tenaga Kerja Asing yang

bekerja di Kota Cilegon banyak yang bertempat tinggal di Kabupaten Serang

sehingga pendapatan untuk tempat tinggal masuk ke dalam APBD Kota Serang

padahal Tenaga Kerja Asing tersebut bekerja di Kota Cilegon. Contohnya seperti

banyaknya Tenaga Kerja Asing yang bekerja di PT. Krakatau Posco yang

bertempat tinggal di perumahan BMW yang terletak di Kramatwatu Kabupaten

Serang dan banyaknya Tenaga Kerja Asing yang menginap di hotel Horizon yang

terletak di Jalan Lingkar Selatan yang sudah termasuk wilayah bagian Kabupaten

Serang
127

E. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi

Terdapat koordinasi antar pemerintah daerah dalam pengawasan tenaga

kerja asing di Kota Cilegon. Berdasarkan hasil analisis data dan fakta yang

peneliti dapatkan di lapangan bahwa dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing di

Kota Cilegon terdapat Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) dari instansi-

instansi pemerintah yang terkait dalam pegawasannya yaitu Dinas Tenaga Kerja,

Kantor Imigrasi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik dan Kepolisian. Dalam menangani persoalan pengawasan Tenaga

Kerja Asing di Kota Cilegon, Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten secara khusus

memiliki Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan yang secara tugas dan fungsi

memegang peranan dalam mengawasi keberadaan Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang

pemerintahan daerah, maka semua fungsi pengawasan ketenagakerjaan yang ada

di setiap kabupaten/kota seluruh Indonesia, statusnya akan beralih ke provinsi

pada Januari 2017 termasuk Kota Cilegon. Maka yang menangani pengawasan

Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon adalah Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten.

Tetapi untuk koordinasi mengenai pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon tetap melibatan Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon karena sebagian ijin

Tenaga Kerja Asing berada di Kota Cilegon maka pengawasan harus di

informasikan ke Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten.

Dalam pengawasan tenaga kerja asing di Kota Cilegon memiliki dua tim

yaitu Tim Pengawasan Orang Asing yang diketuai oleh Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon dan Tim Pengawasan Lembaga Orang Asing yang diketuai oleh
128

Kesbangpol Kota Cilegon. Kedua tim tersebut memiliki anggota yang sama

sehingga pengawasan sering dilakukan bersama karena di Kota Cilegon tidak ada

Lembaga yang dibuat oleh Orang Asing jadi Badan Kesbangpol Kota Cilegon

tetap ikut berkoordinasi dengan Tim Pengawasan Orang Asing dengan Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon dan instansi terkait lainnya dalam mengawasi Tenaga

Kerja Asing.Kegiatan koordinasi pengawasan yang dilakukan oleh Timpora

dilakukan seperti tukar-menukar informasi antar instansi sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi masing-masing, melakukan rapat kerja dan rapat evaluasi, dan

mengecek situasi di lapangan secara bersama-sama.

Sementara itu, pihak perusahaan-perusahaan PMA mengatakan bahwa

pengawasan langsung yang dilakukan oleh Timpora dilaksanakan setahun sekali

dan bentuk dari pengawasan tersebut lebih kepada interview atau wawancara dan

pemeriksaan dokumen perizinan tenaga kerja asing. Dan perusahaan wajib

memberikan laporan data tenaga kerja asing yang bekerja di perusahaannya, baik

laporan bulanan maupun laporan tahunan.

Dalam koordinasi yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam pengawasan

juga sering diadakannya sosialisasi yang diberikan, baik pada saat proses

pelaksanaan pengawasan langsung di lapangan maupun sosialisasi yang diadakan

Timpora dengan mengundang beberapa pemateri dari beberapa instansi yang

memiliki kewenangan dalam proses pengawasan tenaga kerja asing di Kota

Cilegon. Untuk tahun 2017 ini dilakukan sosialisasi yang diadakan oleh Dinas

Tenaga Kerja Provinsi Banten dengan mengundang beberapa instansi yang

berkaitan mengenai retribusi daerah seperti PTSP, Bank Banten, DPPKD, Kantor
129

Imigrasi, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota dan Kementerian Ketenagakerjaan.

Di dalam sosialisasi tersebut juga termasuk di dalamnya mengenai retribusi izin

memperkerjakan tenaga kerja asing (IMTA) dengan sasaran untuk perusahaan-

perusahaan yang ada di Provinsi Banten. Dan perusahaan-perusahaan yang

diundang ada 50 perusahaan yang melakukan perpanjangan RPTKA/IMTA.

Selain sosialisasi yang dilakukan dengan mengundang beberapa pemateri dari

instansi yang tergabung dalam Timpora, terdapat sosialisasi khusus dari masing-

masing instansi dalam memberikan penyuluhan sesuai dengan tupoksinya masing-

masing. Seperti misalnya Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon yang melakukan

sosialisasi secara door to door kepada perusahaan mengenai syarat-syarat yang

harus dilakukan dalam memperkerjakan tenaga kerja asing sesuai dengan prosedur

yang ditetapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Dan ada juga sosialisasi yang

diberikan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon mengenai

Tenaga Kerja Asing yang bertempat tinggal di Kota Cilegon serta dokumen-

dokumen kependudukannya. Sosialiasi tersebut dilakukan di 8 kecamatan di Kota

Cilegon dengan melibatkan RT, RW setempat. Sasaran dari sosialisasi tersebut

juga dengan mengundang perusahaan-perusahaan yang memiliki Tenaga Kerja

Asing di dalamnya. Jadi terdapat sosialisasi yang diberikan oleh masing-masing

instansi maupun yang dilakukan secara bersama-sama pada saat pelaksanaan

pengawasan yang berlangsung di lapangan.

Adapun jumlah petugas pengawas di Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dalam mengawasi berjumlah 75 orang dan

dibagi berdasarkan kebutuhan dalam rencana kerja yang sesuai dengan situasi
130

wilayah yang diawasi. Untuk jumlah pengawas dalam Kantor Imigasi Kelas II

Cilegon dalam mengawasi Tenaga Kerja Asing sebanyak empat orang yaitu

Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian (Wasdakim), Kepala sub

seksi Pengawasan Keimigrasian, Kepala sub seksi Penindakan Keimigrasian

apabila terdapat projustitia pada Tenaga Kerja Asing, dan satu staff pengawasan.

Dan untuk jumlah pengawas di masing-masing instansi yang tergabung dalam

Timpora sebanyak dua orang. Untuk pihak kepolisian sendiri tidak mempunyai

petugas khusus dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing. Yang bertugas dalam hal

pengawasan yaitu seluruh anggota fungsi intelligent termasuk juga dalam

mengawasi Tenaga Kerja Asing. Disimpulkan bahwa koordinasi yang dilakukan

Pemerintah Daerah dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing sudah cukup baik

karena adanya Tim Pengawasan Orang Asing. Tetapi untuk jumlah petugas

pengawas saya rasa masih kurang jika di dalam satu instansi hanya diambil dua

orang pengawas saja karena dalam Tahun 2016 ada 1240 TKA yang bekerja di

Kota Cilegon. Sehingga terdapat ketimpangan antara jumlah pengawas dengan

jumlah Tenaga Kerja Asing yang ada di Kota Cilegon.

F. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional

Berdasarkan hasil analisis data dan fakta yang peneliti dapat bahwa

terdapat sanksi sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah di tetapkan apabila

terdapat petugas pengawas atau Tenaga Kerja Asing dan perusahaan yang

melakukan pelanggaran. Dalam memberikan sanksi dalam pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh Tenaga Kerja Asing atau perusahaan maupun

pada petugas pengawas dilakukan dengan tugas dan SOP dari masing-masing
131

instansi. Dari pengawasan yang dilakukan bersama-sama jika salah satu instansi

menemukan permasalahan yang sudah menjadi bagian dari tugas pokok atau SOP

instansi lain maka disesuaikan atau diserahkan dengan bidangnya masing-masing

untuk di tindak lanjuti. Dan jika terdapat Tenaga Kerja Asing atau perusahaan

maupun pada petugas pengawas yang melakukan tindak pidana maka diberikan

kepada pihak kepolisian. Jika pelanggaran mengenai dokumen perizinan yang

menyebabkan Tenaga Kerja Asing illegal maka disesuaikan dengan Undang-

Undang Keimigrasian No 6 tahun 2011berupa sanksi deportasi dan diajukan pada

pengadilan apabila terdapat projustitia dan Undang-Undang Ketenagakerjaan No

13 tahun 2003.

Sementara itu, jika ingin memperkerjakan Tenaga Kerja Asing harus

membuat rencana penggunaan tenaga kerja asing atau RPTKA yang isinya

meliputi: alamat perusahaan, nama perusahaan, jabatan, lokasi kerja, jumlah TKA

dan kewarganegaraan. Setelah RPTKA disahkan lalu diterbitkan izin

memperkerjakan tenaga kerja asing atau IMTA. IMTA dibuatkan di Kementerian

Ketenagakerjaan dan untuk perpanjangan dilakukan sesuai dengan lokasi kerja.

Jika lokasi kerja hanya di Kota Cilegon maka yang memperpanjang IMTA adalah

Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon. Apabila lokasi kerja di dua atau lebih

kota/kabupaten di Provinsi Banten maka perpanjangan IMTA dilakukan di Dinas

Tenaga Kerja Porvinsi Banten. Dan jika lokasi kerja di dua atau lebih

kota/kabupaten lintas provinsi maka perpanjangan IMTA dilakukan di

Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Setelah mendapatkan IMTA

selanjutnya dibuatkan dokumen-dokumen lain seperti Izin Tinggal Terbatas


132

(ITAS), Surat Tanda Melapor (STM) kepada Kepolisian dan Surat Keterangan

Tempat Tinggal (SKTT) apabila Tenaga Kerja Asing tersebut bertempat tinggal di

Kota Cilegon. Apabila perusahaan atau Tenaga Kerja Asing tidak membuat

dokumen-dokumen resmi seperti yang dijelaskan diatas maka akan dikenakan

sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dari

perusahaan yang peneliti datangi ke lapangan yaitu PT. Nippon Shokubai

Indonesia dan PT. Sankyu Indonesia Internasional, keduanya telah melakukan

prosedur yang sesuai dengan yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah karena

kedua perusahaan tersebut selalu mengikuti semua peraturan yang dikeluarkan

oleh Pemerintah Daerah untuk memperkerjakan Tenaga Kerja Asing.

G. Kontribusi keberadaan TKA terkait proses pembangunan melalui ilmu

pengetahuan & teknologi

Terakhir yaitu kontribusi terhadap keberadaan Tenaga Kerja Asing terkait

proses pembangunan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan hasil

analisis data dan fakta yang peneliti dapatkan bahwa terdapat tujuan dari

perusahaan-perusahaan asing dalam memperkerjakan Tenaga Kerja Asing di

dalam perusahaannya yaitu untuk memberikan transfer knowledge kepada para

pekerja lokal. Karena TKA yang berada di sebuah Perusahaan Modal Asing

(PMA) merupakan karyawan yang dikirim langsung oleh induk perusahaan yang

berada di asal negara yang membangun perusahaan tersebut. Seperti di PT.

Sankyu Indonesia International dan PT. Nippon Shokubai Indonesia yang

menjelaskan bahwa TKA yang bekerja di perusahaan tersebut banyak yang dari

Jepang karena TKA tersebut sudah dikirim langsung oleh induk perusahaannya di
133

Jepang. Jadi TKA yang masuk untuk bekerja di Kota Cilegon merupakan bawaan

dari perusahaan asing asal negara tertentu. Itu juga yang menyebabkan di Kota

Cilegon lebih banyak TKA asal Korea, Jepang dan Cina karena di Kota Cilegon

banyak perusahaan yang berinvestasi dengan ketiga negara tersebut. Jadi otomatis

tenaga kerja yang mereka bawa sebagai tenaga ahli pun mengutamakan yang

berasal dari negaranya.

Selain itu Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Kota Cilegon pun memiliki

batas jabatan yang boleh diduduki yaitu jabatan untuk direktur atau komisaris.

Tetapi fakta yang saya dapat dari berbagai sumber media elektronik bahwa

banyak pekerja Cina yang bekerja sebagai buruh di Kota Cilegon. Menurut bapak

Kusmajaya menjelaskan bahwa fenomena tersebut karena banyak perusahaan

yang paket/borongan dalam hal tenaga kerja. Dari tenaga ahli sampai tenaga

kasar/buruh sekaligus mengambil tenaga kerja dari Cina karena teknologi yang

dipakai juga dari Cina jadi masih ada perusahaan yang masih memakai sistem

paket/borongan. Salah satu penyebabnya juga karena komunikasi. Karena tidak

adanya peraturan tentang Tenaga Kerja Asing wajib bisa berbahasa Indonesia,

maka terjadilah sistem paket/borongan yang dilakukan oleh perusahaan.

Dan dalam memperkerjakan Tenaga Kerja Asing tidak ada training dan

education yang diberikan oleh pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon maupun

instansi pemerintah daerah lainnya karena pada dasarnya Tenaga Kerja Asing

yang datang ke Indonesia harus yang tenaga ahli jadi justru Tenaga Kerja Asing

lah yang memberikan ilmu kepada Tenaga Kerja Lokal.


BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan peneliti di lapangan dan hasil penelitian,

peneliti menyimpulkan bahwa pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon

dilakukan berkoordinasi dengan beberapa instansi terkait dan membuat tim

pengawasan orang asing atau Timpora. Pengawasan dilakukan dengan akurat dan

tepat waktu serta menyeluruh dengan mengawasi ke perusahaan-perusahaan yang

memiliki Tenaga Kerja Asing. Adapun biaya untuk melakukan kegiatan

pengawasan yang diperoleh dari APBD dan adanya pendapatan yang diperoleh

dari retribusi izin tenaga kerja asing. Namun dalam pengawasannya masih

dikatakan belum maksimal, hal ini dikarenakan berbagai faktor diantaranya

sebagai berikut:

Pertama, kurangnya sumber daya manusia yang memadai, jumlah petugas

pengawas dalam Timpora belum memadai karena di setiap instansi hanya diambil

2 orang untuk pengawasannya, sedangkan jumlah Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon yang harus diawasi tercatat pada tahun 2016 sebanyak 1240 TKA.

Sehingga terdapat ketimpangan antara jumlah pengawas dengan jumlah Tenaga

Kerja Asing yang ada di Kota Cilegon.

Kedua, masih banyak perusahaan yang melakukan paket/borongan dalam

hal tenaga kerja. Dari tenaga ahli sampai tenaga kasar/buruh sekaligus mengambil

134
135

tenaga kerja dari Cina karena teknologi yang dipakai juga dari Cina jadi masih ada

perusahaan yang masih memakai sistem paket/borongan. Salah satu penyebabnya

juga karena kendala komunikasi. Karena tidak adanya peraturan tentang Tenaga

Kerja Asing wajib bisa berbahasa Indonesia, maka terjadilah sistem

paket/borongan yang dilakukan oleh perusahaan.

Ketiga, kurangnya jadwal pengawasan secara gabungan yang dilakukan

oleh Timpora. Pengawasan gabungan oleh Timpora yang diketuai oleh Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon hanya dilakukan dua kali dalam setahun dan

pengawasan gabungan oleh Timpora yang diketuai oleh Kesbangpol Kota Cilegon

dilakukan tiga kali dalam setahun. Sehingga pengawasan yang dilakukan kurang

efektif karena masa kerja TKA minimal 3 bulan jadi terdapat TKA yang bekerja

di Kota Cilegon hanya sampai 3 bulan saja dan harus adanya pembaharuan data

yang kemudian dirapatkan secara bersama guna informasi-informasi untuk

diberikan kepada masing-masing instansi sesuai dengan tupoksinya.

Keempat, masih kurangnya pengembangan potensi ekonomi seperti

pembuatan tempat tinggal, penginapan, atau tempat makan khusus untuk Tenaga

Kerja Asing yang bisa dijadikan untuk menaikan pendapatan asli daerah (PAD)

Kota Cilegon sehingga untuk saat ini masih banyak Tenaga Kerja Asing yang

bekerja di Kota Cilegon tetapi bertempat tinggal di Kabupaten Serang seperti di

perumahan BMW Kramatwatu Kabupaten Serang dan banyaknya Tenaga Kerja

Asing yang menginap di hotel Horizon yang terletak di Jalan Lingkar Selatan

yang sudah termasuk wilayah bagian Kabupaten Serang.


136

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian diatas, maka

peneliti mencoba untuk memberikan saran atau masukan mengenai hasil

penelitian ini agar dapat membantu proses pengawasan Tenaga Kerja Asing di

Kota Cilegon dapat berjalan maksimal, yaitu:

1. Menambah jumlah petugas pengawas dari setiap masing-masing instansi

yang diambil, mengingat jumlah Tenaga Kerja Asing yang perlu diawasi

sangat banyak maka harus ada tambahan pengawas.

2. Dipertegasnya pengawasan yang dilakukan oleh masing-masing instansi

atau Timpora dalam melakukan sidak ke perusahaan-perusahaan dan perlu

di tinjau kembali peraturan mengenai penggunaan tenaga kerja asing jika

dalam pelaksanaan pengawasan masih terdapat masalah atau mempertegas

sanksi kepada perusahaan yang tidak memakai TKI pendamping dalam

memperkerjakan Tenaga Kerja Asing agar tidak ada laginya sistem

paket/borongan yang dilakukan oleh perusahaan.

3. Pengawasan gabungan harus lebih dari dua atau tiga kali dalam setahun.

Kalau bisa pengawasan dilakukan pertiga bulan sekali agar data mengenai

informasi-informasi dari masing-masing instansi yang didapatkan bisa

dirapatkan dan diperbarui data dokumen-dokumenTenaga Kerja Asingnya.

4. Pemerintah Daerah Kota Cilegon seharusnya memanfaatkan potensi

ekonomi yang ada. Dengan banyaknya Tenaga Kerja Asing yang masuk ke

Kota Cilegon harusnya mampu menaikan pendapatan asli daerah (PAD)


137

Kota Cilegon selain dari retribusi izin ketenagakerjaannya.

Pemanfaatannya adalah dengan merencanakan pembuatan tempat tinggal,

penginapan, atau tempat makan khusus untuk Tenaga Kerja Asing.


Daftar Pustaka

Abdul Khakim. 2009. Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Citra


Aditya Bakti: Bandung.
Abdullah Sjahriful (James). 1993. Memperkenalkan Hukum Keimigrasian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Budiono, Abdul Rachmat. 1995. Hukum Perburuhan Di Indonesia. PT.
Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Handayaningrat, Soewarno. 1990. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen. Jakarta: PT Gunung Agung.
Handoko, T. Hani. 2011. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE-
YOGYAKARTA.
Harahap, Sofyan Safri. 2001. Sistem Pengawasan Manajemen (Management
Contol System). Jakarta: PT. Pustaka Quantum.
Hasibuan, S.P. Malayu. 2007. Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah.
Bandung: PT Bumi Aksara.
____________2011. Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
HR Abdussalam. 2008. Hukum Ketenagakerjaan. Penerbit Restu Agung : Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1988. Lembaga Administrasi
Negara Republik Indonesia Terbitan Ketiga. Jakarta: Yayasan Penerbit
Administrasi.
Manullang, M. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman.2009. Analisis Data Kualitatif. UI-
Press : Jakarta
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sabardi, Agus. 2001. Manajemen Pengantar. Gajah Mada Univ. Press :
Yogyakarta.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. CV Alfabeta : Bandung.
_________2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta
: Bandung.
Sule, Trisnawati Ernie dan Saefullah, Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen.
Kencana: Jakarta.

Dokumen-Dokumen :
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga
Kerja Asing
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 Tentang
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1994 Tentang Visa,
Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian Presiden Republik Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa
Kunjungan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2014 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian

Lain-Lain :
http://www.tangeranghits.com/mega-metropolitan/berita/47319/pengawasan-tka-
dinilai-lemah-imigrasi-cilegon-diduga-main-mata-dengan-pengusaha
(Diakses pada hari Kamis, 06 Oktober 2016, 17:41 WIB)
http://titiknol.co.id/peristiwa/imigrasi-cilegon-dituding-main-mata-dalam-
pengawasan-tka/ (Diakses pada hari Kamis, 06 Oktober 2016, 11:48 WIB)
http://www.beritacilegon.co.id/kota-cilegon/kantor-imigrasi-cilegon-didemo-
dituding-tutupi-tka-ilegal (Diakses pada hari Kamis, 06 Oktober 2016)
http://www.suara.com/news/2016/08/02/231857/70-tenaga-kerja-asing-ilegal-
cina-ditangkap-polda-banten#tDh5vA7kJo5Gzoq7.99 (Diakses pada hari
Selasa, 02 Agustus 2016, 23:18 WIB)
Dokumentasi

Wawancara dengan beberapa petugas pengawas Timpora


Wawancara dengan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon

dengan Bapak Park Kwang Ho


Spanduk Peringatan TKA illegal di depan Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

Spanduk pelayanan pengawasan orang asing di Kepolisian Resort Kota Cilegon


Contoh Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) dari Disnaker Kota Cilegon
Contoh Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dari Disnaker Kota Cilegon
Contoh Surat Tanda Melapor dari Kepolisian Resort Cilegon

Contoh Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) dari Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon
- 28 -

(3) Pemegang Izin Tinggal Tetap diberikan Izin Masuk


Kembali yang berlaku selama 2 (dua) tahun sepanjang
tidak melebihi masa berlaku Izin Tinggal Tetap.
(4) Izin Masuk Kembali berlaku untuk beberapa kali
perjalanan.

Pasal 65
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan
permohonan, jangka waktu, pemberian, perpanjangan,
atau pembatalan Izin Tinggal, dan alih status Izin Tinggal
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI
PENGAWASAN KEIMIGRASIAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 66
(1) Menteri melakukan pengawasan Keimigrasian.
(2) Pengawasan Keimigrasian meliputi:
a. pengawasan terhadap warga negara Indonesia
yang memohon dokumen perjalanan, keluar atau
masuk Wilayah Indonesia, dan yang berada di
luar Wilayah Indonesia; dan
b. pengawasan terhadap lalu lintas Orang Asing
yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta
pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan
Orang Asing di Wilayah Indonesia.

Pasal 67
(1) Pengawasan Keimigrasian terhadap warga negara
Indonesia dilaksanakan pada saat permohonan
Dokumen Perjalanan, keluar atau masuk, atau
berada di luar Wilayah Indonesia dilakukan dengan:
a. pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data
dan informasi;

b. penyusunan . . .
- 29 -

b. penyusunan daftar nama warga negara Indonesia


yang dikenai Pencegahan keluar Wilayah
Indonesia;
c. pemantauan terhadap setiap warga negara
Indonesia yang memohon Dokumen Perjalanan,
keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang
berada di luar Wilayah Indonesia; dan
d. pengambilan foto dan sidik jari.
(2) Hasil pengawasan Keimigrasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan data Keimigrasian
yang dapat ditentukan sebagai data yang bersifat
rahasia.

Pasal 68
(1) Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing
dilaksanakan pada saat permohonan Visa, masuk
atau keluar, dan pemberian Izin Tinggal dilakukan
dengan:
a. pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data
dan informasi;
b. penyusunan daftar nama Orang Asing yang
dikenai Penangkalan atau Pencegahan;
c. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan
Orang Asing di Wilayah Indonesia;
d. pengambilan foto dan sidik jari; dan
e. kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum.
(2) Hasil pengawasan Keimigrasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan data Keimigrasian
yang dapat ditentukan sebagai data yang bersifat
rahasia.

Pasal 69
(1) Untuk melakukan pengawasan Keimigrasian terhadap
kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, Menteri
membentuk tim pengawasan Orang Asing yang
anggotanya terdiri atas badan atau instansi
pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah.
(2) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk bertindak
selaku ketua tim pengawasan Orang Asing.

Pasal 70 . . .
- 30 -

Pasal 70
(1) Pejabat Imigrasi atau yang ditunjuk dalam rangka
pengawasan Keimigrasian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67 dan Pasal 68 wajib melakukan:
a. pengumpulan data pelayanan Keimigrasian, baik
warga negara Indonesia maupun warga negara
asing;
b. pengumpulan data lalu lintas, baik warga negara
Indonesia maupun warga negara asing yang
masuk atau keluar Wilayah Indonesia;
c. pengumpulan data warga negara asing yang
telah mendapatkan keputusan pendetensian,
baik di Ruang Detensi Imigrasi di Kantor Imigrasi
maupun di Rumah Detensi Imigrasi; dan
d. pengumpulan data warga negara asing yang
dalam proses penindakan Keimigrasian.
(2) Pengumpulan data sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan dengan memasukkan data pada
Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian yang
dibangun dan dikembangkan oleh Direktorat
Jenderal.

Pasal 71
Setiap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia
wajib:
a. memberikan segala keterangan yang diperlukan
mengenai identitas diri dan/atau keluarganya serta
melaporkan setiap perubahan status sipil,
kewarganegaraan, pekerjaan, Penjamin, atau
perubahan alamatnya kepada Kantor Imigrasi
setempat; atau
b. memperlihatkan dan menyerahkan Dokumen
Perjalanan atau Izin Tinggal yang dimilikinya apabila
diminta oleh Pejabat Imigrasi yang bertugas dalam
rangka pengawasan Keimigrasian.

Pasal 72 . . .
- 31 -

Pasal 72
(1) Pejabat Imigrasi yang bertugas dapat meminta
keterangan dari setiap orang yang memberi
kesempatan menginap kepada Orang Asing mengenai
data Orang Asing yang bersangkutan.
(2) Pemilik atau pengurus tempat penginapan wajib
memberikan data mengenai Orang Asing yang
menginap di tempat penginapannya jika diminta oleh
Pejabat Imigrasi yang bertugas.

Pasal 73
Ketentuan mengenai pengawasan terhadap Orang Asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e tidak diberlakukan terhadap
Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia dalam
rangka tugas diplomatik.

Bagian Kedua
Intelijen Keimigrasian

Pasal 74
(1) Pejabat Imigrasi melakukan fungsi Intelijen
Keimigrasian.
(2) Dalam rangka melaksanakan fungsi Intelijen
Keimigrasian, Pejabat Imigrasi melakukan
penyelidikan Keimigrasian dan pengamanan
Keimigrasian serta berwenang:
a. mendapatkan keterangan dari masyarakat atau
instansi pemerintah;
b. mendatangi tempat atau bangunan yang diduga
dapat ditemukan bahan keterangan mengenai
keberadaan dan kegiatan Orang Asing;
c. melakukan operasi Intelijen Keimigrasian; atau
d. melakukan pengamanan terhadap data dan
informasi Keimigrasian serta pengamanan
pelaksanaan tugas Keimigrasian.

BAB VII . . .
Kode Informan

No Kode Nama Keterangan Jabatan/Pekerjaan


Informan
1 I1-1 Ubaidillah Key Informan Kepala Bidang
Pengawasan
Ketenaga kerjaan di
Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Banten
2 I1-2 Andika Maulana Secondary Pelaksana
Penempatan Tenaga
Informan
Kerja Dalam dan
Luar Negeri di
Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Banten
3 I2 Sahat Pasaribu Key Informan Kepala Kantor
Imigrasi Kelas II
Kota Cilegon
4 I3-1 Wawan Gunawan Secondary Kasi Penempatan
Dalam Negeri di
Informan
Dinas Tenaga Kerja
Kota Cilegon
5 I3-2 Ahmad Taufan Taufani Secondary Staff Fungsional
Pengantar Kerja di
Informan
Dinas Tenaga Kerja
Kota Cilegon
6 I4 Kusmajaya Secondary Kepala Bidang
Pelayanan
Informan
Pendaftaran
Penduduk di Dinas
Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota
Cilegon
7 I5 H. Rudi Darmawan Secondary Kepala Bidang
Organisasi &
Informan
Penanganan
Konflik di
Kesbangpol Kota
Cilegon
8 I6 Hadi Subeno Secondary Kepala Urusan
Pembinaan dan
Informan
Operasional SAT
INTELKAM di
Polres Cilegon
9 I7 Maghfiroh Secondary Staff administrasi
PT. Sankyu
Informan
Internasional
Indonesia
10 I8 Ahmad Sobri Secondary Supervisor/HR PT.
Nippon Shokubai
Informan
Indonesia
11 I9 Ahmad Junaedi Secondary Kepala Kantor
Kecamatan
Informan
Ciwandan
12 I10 Park Kwang Ho Secondary Tenaga Kerja Asing
yang bekerja dan
Informan
tinggal di Kota
Cilegon
Matriks Wawancara Lapangan

Kode
Pengawasan dilakukan secara tepat-akurat dan tepat waktu
Informan

Q1 Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan informasi-informasi

A yang akurat

I2 Informasi yang diberikan oleh TIMPORA sudah akurat. Kita selalu

melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

I3-1 Sudah, seperti berdasarkan informasi kemarin dari tim kepolisian,


DKCS dan kecamatan ternyata benar bukan visa kerja, nah baru
mereka melaporkan ke Disnaker Kota Cilegon. Jadi TKA itu setiap
sudah dapat izin dari pusat maka mereka harus lapor kesini. Jadi
setiap TKA yang sudah mendapatkan ijin untuk bekerja di wilayah
Kota Cilegon itu wajib melaporkan ke Disnaker Kota Cilegon oleh
setiap perusahaan.
I5 informasi kita dapatkan dari salah satu unsur komunitas Inteligent
daerah atau Kominda jadi kita mendapatkan laporan-laporan tersebut
dari situ setiap bulan. Kita adakan rapat dan untuk hasilnya yang
menyangkut masalah kewarganegara asing baru kita turun. Kominda
itu semua unsur yang mempunyai Inteligent, jadi semua instansi
mempunyai kominda. Jadi mereka semua mempunyai komunitas dan
yang mempertanggung jawabkannya adalah kesbangpol.
I6 informasi bukan hanya dari instansi lain atau masyarakat saja, tetapi
ada data dari kita juga. masing-masing institusi di kita memiliki data,
dan data yang ada dari masing-masing instansi itu tidak mungkin
sama karena orang asing yang datang kesini itu dengan berbagai
kepentingan. meskipun terdapat perbedaan tetapi kita cek dari jumlah
orang asing dengan berbagai kepentingannya itu bisa menjadi
perbandingan.
Q2 Pelaksanaan kegiatan pengawasan sesuai dengan jadwal yang

A telah ditetapkan

I1-1 Tergantung situasional. Kalau yang regular itu sesuai dengan jadwal

rutin, tapi jika terdapat aduan atau situasi-situasi tertentu itu

dilakukan secara mendadak.

I1-2 Untuk monitoring dilakukan sebulan sekali ke perusahaan-

perusahaan. Biasanya satu bulan bisa ke 20 perusahaan.

I2 Sesuai dengan jadwal, TIMPORA dilakukan 2 kali setahun sesuai

dengan anggaran. Dan pengawasan yang dilakukan oleh seksi

Wasdakim pun dilaksanakan sesuai dengan jadwalnya. Tetapi

pengawasan juga terkadang dilakukan secara mendadak tergantung

informasi yang ada.

I3-2 Pengawasan ke lapangan kadang kita adakan setiap bulan atau tiap
hari. Jadi jika ada yang ingin memperpanjang IMTA maka kami
verifikasi ke lapangan, jika ada yang lapor ke Kantor Imigrasi karna
jika kita tidak memverifikasi kita tidak tahu ada permasalahan apa.
Ketika ada rapat dengan kementerian dan dengan provinsi kita bisa
ngomong bahwa permasalahan di Cilegon seperti ini. Jika kita tidak
pernah turun ke lapangan jika ada masalah nanti yng disalahkan
Disnaker. Jadi setiap ada perpanjangan IMTA atau IMTA dari pusat
kita langsung turun ke lapangan.
I4 Jadwalnya tergantung masing-masing SKPD, nanti tahun 2018

Disdukcapil sendiri mengadakan kegiatan pengawasan orang asing,

kemudian tahun 2017 baru penyuluhannya yaitu penyuluhan


dokumen orang asing maupun orang asingnya, kita mendatangi 8

kecamatan dan sudah mendatangi 6 kecamatan. Mengundang

perusahaan, RT, RW dan kelurahan dikumpulkan perkecamatan.

Kalau pengawasan dari tim sudah berjalan ke perusahaan-perusahaan

sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh TIMPORAnya. Kalau tim

yang dari lembaga kebanglinmas pertiga bulan sekali, kalau di

Imigrasi sesuai dengan jadwal mereka saja dan kita mengikuti. Tiap

tahun pasti ada.

I5 Kita hanya melaksanakan pengawasan setahun hanya 2 kali ke

perusahaan-perusahaan berbeda. Kecuali ada hal-hal khusus atau ada

kejadian baru kita langsung turun ke perusahaan tersebut menurut

dari informasi-informasi yang ada.

I6 Pengawasan itu kita lakukan sesuai dengan keinginan kita, jadi tidak

ada jadwal tetapi kita lakukan secara berkala tapi berdasarkan

keinginan kita.

I7 Ya dilakukan dengan rutin. Kalau Kantor Imigrasi dan Dinas Tenaga

Kerja masing-masing sidak langsung secara rutin setahun sekali

disini. Kalau SKPD lainnya hanya sidak langsung gabungan dengan

TIMPORA tersebut.

I8 Kalau laporan tahunan sih tiap tahun, kalau kunjungan kesini kadang

kitanya yang kesana atau merekanya yang kesini.

I9 Pengawasan dari DKCS dilakukan satu tahun sekali. Tahun ini baru
aja ada sosialisasi dari DKCS yang melibatkan RT, RW yang
diperkirakan ada orang asing. Dan juga mengundang perusahaan-
perusahaan yang terdapat orang asingnya.
I10 Mungkin kalau pengawasan hanya untuk orang asing yang tidak
mempunyai working visa/illegal, lebih banyak itu orang Cina tetapi
langsung di deportasi. Mereka disini tanpa working visa hanya
memakai visa tour jadi ketahuan maka di deportasi. Kalau orang
Korea jarang, mungkin ada juga tapi jarang. Selama 23 tahun saya
tinggal disini hanya ketemu 2 orang yang illegal tetapi yang lain
tidak ada. Mereka semua bayar resmi.
Pengawasan dilakukan secara obyektif dan menyeluruh guna
Kode
memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan
Informan
profesional

Q3 Merencanakan pelaksanaan pengawasan Tenaga Kerja Asing


A
I1-1 Kalau pengawasan dilaksanakan melalui rencana kerja, dimana setiap

pengawas minimal mengawasi 51 perusahaan dalam sebulan. Dalam

melaksanakan pengawasan termasuk di dalamnya mengawasi Tenaga

Kerja Asing.

I1-2 Kalau di bidang pengawasan melakukan sidak ke perusahaan-


perusahaan itu memeriksa dokumen-dokumen perizinan dari
RPTKA, IMTA dan KITAS.
Kita jarang kalau dilibatkan dengan pengawasan Ketenagakerjaan.
Kalau pengawasan itu untuk memeriksa dokumen-dokumen yang
dimiliki oleh TKA.Tetapi kita yang memberi izin RPTKA dan
IMTA.
I2 Banyak cara dalam merencanakan pelaksanaan pengawasan:

1. Pengawasan rutin melalui pengecekan administrasi


2. Merencanakan pengawasan lapangan secara tertutup dan

terbuka. Terbuka itu yang dilakukan oleh TIMPORA dengan

tupoksinya masing-masing. Tertutup bisa dilakukan khusus

Imigrasi sendiri (misalnya dilakukan secara diam-diam atau

menyamar) dengan anggaran delapan ratus ribu rupiah

I3-1 Kalau di Disnaker Kota Cilegon bukan pada pemeriksaan, jadi


tupoksi kami hanya apakah ijin-ijin yang keluar dari pusat sudah
dijalankan dengan benar aturan-aturannya misalnya seperti
pendampingannya sudah benar atau tidak, jadi kalau diluar itu bukan
di kami tetapi apabila ada informasi tentang permasalahan ijin yang
dikeluarkan oleh Kementerian yang tidak sesuai maka kita
sampaikan ke TIMPORA. Jadi Kalau kita hanya mengecek apabila
terdapat dokumen ketenagakerjaan yang tidak lengkap. Di kita tidak
ada kewenangan untuk pengawasan dan penindakan. Disnaker Kota
Cilegon tidak memiliki kewenangan untuk memeriksa TKA. Karna
bagian pengawasan itu bagian dari Disnaker Provinsi. Kita hanya
melaporkan saja ke Disnaker Provinsi.

I4 Pengawasan sesuai dengan penerbitan dokumen kita sesuai dengan


ijin KITAS atau KITAP yang dimiliki. Jika mempunyai KITAS kita
bikinkan SKTT, kalau mempunyai KITAP kita buatkan Kartu
Keluarga dan KTP.
Pengawasan dengan cara mendatangi perusahaan karena jika di
permukiman tidak ada orangnya, kita bisa mendatangi secara internal
kita sendiri maupun secara tim. Kalau secara tim pengawasan itu ada
2: satu pengawasan lembaga orang asing yang diketuai oleh
kesbangpol, kemudian tim pengawasan orang asingnya diketuai oleh
kantor imigrasi, keduanya anggotanya hampir sama. Secara tim
melakukan pengawasan bersama atau sidak tetapi secara internal
masing-masing bisa datang ke perusahaan melakukan pengawasan
orang asing yang bekerja di Semen Jakarta, kita perksa dokumen
kependudukannya, SKTT atau KTP/KK.
I5 Kita mengawasi berkaitan dengan DKCS yaitu tempat tinggal.
Karena DKCS mengeluarkan SKTT jadi kita berkoordinasi dengan
DKCS. Lalu mengenai Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Kota
Cilegon, kita meminta data dari Disnaker lalu dari semuanya itu kita
menginduk ke Imigrasi. Jadi kesbangpol ini memonitoring instansi-
instansi terkait. Tetapi jika ada orang asing yang membuat LSM,
baru kita sendiri turun. Jika tidak ada LSM ya kita hanya sebatas itu
saja yaitu memantau.
I6 Pengawasan yang kita lakukan ada 2 cara: yang pertama dengan cara
administrasi dan yang kedua ada pengawasan scara langsung atau
lapangan. secara administrasi yang sudah berjalan dilskukan dengan
penggunaan Tenaga Kerja Asing harus melaporkan di dasari dengan
Undang-undang Kepolisian No 2 pasal 15 ayat 2 huruf I bahwa
kepolisian bertugas pengawasan terhdap orang asing. Di samping
kegiatan administrasi, setiap pengguna Tenaga Kerja Asing yang
kedapatan orang asing harus melaporkan ke kita dengan membawa
dokumen-dokumen yang dimiliki orang asing. dokumen-dokumen
tersebut yaitu potokopi passport, ijin tinggal, IMTA, surat sponsor
dari perusahaan karena biasanya orang asing yang datang itu pasti
ada yang ngundang. kemudian secara operasional hasil pengamatan
kita atau hasil penyelidikan kita secara tertutup sama-sama
melakukan kegiatan pemeriksaan di lapangan. tujuannya mencari
atau menemukan keberadaan orang asing sesuai dengan perizinan
yang dimiliki secara legal dengan dilengkapi dengan dokumen-
dokumen yang ada.
I7 Kalau pengawasan dari perusahaan sih tidak ada. Karena dari

dokumen pun itu perusahaan yang pegang kecuali KITAS dan SKTT
itupun kita hanya memberikan fotokopinya saja kepada masing-

masing TKA.

I8 Kita tiap 3 tahun ada pergantian Jepang dan setiap ada pergantian

orang yang ditunjuk atau bertanggung jawab oleh departemennya dia

yang mengumpulkan datanya kalaupun harus ke Imigrasi dan ke

yang lainnya ya mereka yang handle.

I9 Pengawasan dari Kecamatan ada berupa razia. Sudah efektif setiap


bulan dilakukan. Biasanya razia besar-besaran itu menjelang hari-hati
besar seperti ramadhan. Itu dilakukan sebelum ramadhan dan
sesudah ramadhan agar bisa dicek datanya karena biasanya setelah
idul fitri itu banyak yang datang karena bawaan keluarga. Untuk
razia itu pertama saya mendatangi tempat yang diprediksi atau
diperkirakan ada Orang Asingnya, kemudian saya juga melibatkan
lurah dan RTnya. Selain itu saya juga ke industri-industri yang
berada disini apabila ada faktor kecurigaan yang menyangkut Tenaga
Kerja Asing. Informasinya saya dapatkan dari laporan masyarakat.
I10 Pernah beberapa kali ada pengawasan dari Kantor Imigrasi tetapi
saya tidak pernah illegal disini jadi tidak ada masalah. Tahun
kemarin setelah Presiden Jokowi mungkin ada orang asing illegal
maka ada kontrol keras
Q4 Melakukan rapat evaluasi setelah mengawasi Tenaga Kerja

A Asing di Kota Cilegon

I1-1 Rapat evaluasi kalau khusus untuk TKA di Kota Cilegonnya doang

sih tidak tetapi setiap habis melakukan pengawasan kita pasti

melakukan rapat evaluasi. Kadang-kadang kalau sanksinya itu

mengandung tindak pidana itu kita rapatkan bersama dan kita


tentukan.

I2 Ada, seperti

1. Rapat Internal di seksi Wasdakim (Pengawasan dan

Penindakan) tentang apa yang perlu harus dilakukan dan apa

yang sudah dilakukan

2. Rapat dengan seksi lain (seksi Lalu Lintas Keimigrasian dan

seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian) untuk

mendapatkan informasi yang lebih akurat

3. Rapat Evaluasi pelaksanaan TIMPORA dengan instansi terkait.

I4 Ada. TIMPORA melakukan rapat lagi di Kesbangpol maupun di

Kantor Imigrasi, jadi setelah rapat evaluasi kita bergerak lagi. Jadi

setelah rapat evaluasi kita ada sidak lagi.

I5 Ada, misalnya pengwasan ini berjalan setahun dua kali dan dari hasil

temuan di lapangan di cek kembali.

Kode
Terpusat pada titik-titik pegawasan strategis
Informan

Q Kegiatan pengawasan dilakukan memusatkan pada tempat-


A
tempat strategis (terpusat pada bagian yang bisa diperbaiki)

I1-1 Kalau pengawasan kan sesuai dengan rencana kerja yang terjadwal

tetapi apabila ada informasi masalah di tempat ini kita langsung

pindah dahulu ke tempat yang bermasalah tersebut.

I1-2 Kalau kita lebih fokusnya ke perusahaan-perusahaan yang

pembuatan IMTAnya di provinsi. Kalau pembuatan IMTAnya di


Kabupaten/Kota itu kita serahkan ke Kabupaten/Kota. Tetapi tetap

kita melibatkan Disnaker kabupaten/kota setempat ketika kita

monitoring perusahaan, tergantung lokasi perusahaannya dimana.

I2 Pengawasan dilakukan tergantung agen/sponsor dari perusahaan-


perusahaan yang tidak melakukan tugas keadministrasian dengan
baik. Apabila perusahaan sebagai sponsor sudah melakukan tugasnya
dengan baik seperti administrasinya, pelaporannya, informasi yang
kita dengar dari luar sudah baik berarti pengawasan hanya
memonitoring saja. Contohnya jika perusahan yang kita lihat sudah
bagus sudah mengikuti aturannya dan tidak melakukan pelanggaran,
kita tidak langsung ada pengawasan mendadak. Pelaporan informasi
kita didapatkan dari Kominda, tetapi Kominda tidak terfokus dari
satu permasalahan jadi tidak terfokus dari Keimigrasian saja. Dan
pengawasan tidak terpusat pada jumlah seberapa banyak TKA
disana.
I6 Fungsi intelegen itu kita melakukan penyelidikan, dari hasil
penyelidikan kita rapatkan bersama dan dari situ kita menentukan
oleh instansi masing-masing dan dari setiap instansi masing-masing
wajib memberikan masukan tetapi diputuskannya pada saat akan
bergerak dengan beberapa pertimbangan dari banyaknya informasi
yang kita terima dari masyarakat sehingga kita dapat menentukan
sasaran.
Kode
Realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA
Informan

Q5 Izin Tenaga Kerja Asing berkontributif terhadap perekonomian

A cilegon

I1-1 Iya. Kita ada retribusi dan itu masuk ke APBD.


I1-2 Untuk pembuatan IMTA dikenakan retribusi daerah perbulannya

seratus dolar, biasanya kalau bikin itu kebanyakan untuk satu tahun

jadi seribu dua ratus dolar itu langsung masuk ke kas daerah

tergantung lokasi pembuatan IMTAnya masing-masing.

I3-1 Sebenernya ada pengaruh tetapi menurut saya belum maksimal.


Seperti misalnya perusahaan-perusahaan asing disini kan rata-rata
perusahaan besar seperti PT Krakatau Posco tetapi mereka tidak
menyediakan tempat tinggal di Kota Cilegon malah kebanyakan di
Serang, padahal itu salah satu potensi ekonomi apakah di
perhotelannya, di mess-mess atau lainnya, itu kebayakan di Serang
contohnya kebanyakan para TKA menginap di hotel Horizon yang
letaknya di Serang, dan perumahan BMW itu kan di Serang. Paling
ada TKA yang sudah lama disini itu tinggalnya di PCI yang
homestay, palm, dan Argabaja tetapi tetap lebih banyak di BMW.
Malah PT Krakatau Posco membuat Badan Penelitian SDMnya
bukan di Cilegon tetapi di Serang. Seharusnya pemerintah Kota
Cilegon juga harus merencanakan jika ada perusahaan asing yang
ingin membangun perusahaan industri harus merencanakan apa yang
dibutuhkan, mungkin dari pembuatan tempat makan atau
penginapan.
Adapun retribusi dari TKA yang masuk ke PAD, realisasinya 1M
lebih itu retribusi perpanjangan IMTA yang ingin memperpanjang
masa kerjanya. Kalau pembuatan IMTA itu bayarnya di pusat kalau
disini hanya perpanjangan IMTA saja, itupun ga semua TKA yang
kerja disini memperpanjang IMTA karena kebanyakan TKA yang
bekerja paling hanya 3-6 bulan saja. Adapun masa berlaku IMTA
hanya untuk 1 tahun.
I3-2 Iya. TKA yang kerja di Kota Cilegon ini tidak gratis. Ada
penghasilan di DPKD (Dana Pengembangan Keahlian Daerah) dana
tersebut diperuntukan untuk meningkatkan skill keahlian warga Kota
Cilegon (dan seluruh Indonesia) Jadi setiap TKA yang ingin bekerja
disini itu izinnya perbulan sebesar 100dolar kalau 1 tahun berarti
1200dolar dia bayar ke negara. Dan dana itu untuk pengembangan
keahlian warga Cilegon seperti peralatan-peralatan, pelatihan, ruang
gedung. Kalau TKA yang illegal itu mereka tidak bayar, yang paling
banyak illegal itu dari Cina.
I5 Tidak ada pemasukan untuk PAD, kalau kaitannya dengan
ketenagakerjaan mungkin ada, pajak untuk warga negara asing itu
kewenangannya beda lagi. Tapi pada intinya pasti akan
meningkatkan perekonomiannya kalau terlaksana sesuai dengan
izinnya.
I9 Udah pasti dapat, pertama dari perizinannya dan dari tenaga kerjanya
juga. Karena dari izin domisili itu saya tekankan untuk non-teknis
atau pegawai-pegawai kasar seperti tukang potong atau las itu saya
minta harus tenaga kerja lokal dari kita. 70% harus dari kita dan dari
70% itu saya bagi lagi umpamanya 40% dari masyarakat Ciwandan
dan 30% dari masyarakat Cilegon, kalau tidak ya tidak saya
tandatangani.
I10 Ada. Saya bayar 1200 dollar pertahun. Setelah bayar lalu diajukan
baru dapat working visa.
Q6 Anggaran yang dikeluarkan dalam pelaksanaan kegiatan

A pengawasan

I1-1 Iya ada. Dalam pengawasan itu anggarannya dari APBD. Anggaran

tersebut digunakan untuk transportasi.

I2 Pengawasan tertutup yang dilakukan khusus Imigrasi sendiri

(misalnya dilakukan secara diam-diam atau menyamar) dengan

anggaran delapan ratus ribu rupiah.


I5 Anggaran sesuai dengan yang dikeluarkan dari APBD untuk

pengawasannya.

Kode
Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
Informan

Q7
Koordinasi dalam Timpora Kota Cilegon
A
I1-1 Kordinasi tetap ada karena ketenagakerjaan kan dimulai dari

rekruitmen tenaga kerja sampai dia PHK sedangkan rekruitmen itu

dimulai dari kabupaten/kota sampai dengan Ijin Tenaga Kerja Asing

kan ada sebagian dari Kota jadi koordinasi tetap ada. Kalau dengan

instansi terkait lainnya kita dengan Timpora. Dan Timpora tersebut

ada 2, ada yang diketuai oleh Imigrasi dan ada yang diketuai dengan

Kesbangpol.

I1-2 Koordinasinya monitoring. Kalau monitoring biasanya kita

membawa Bidang Pengawasan untuk mengecek dokumen-dokumen

perizinan ke perusahaan.

I2 Koordinasinya berjalan, kegiatan TIMPORA itu seperti melakukan

operasi dan tukar-menukar informasi tidak harus melakukan rapat

kita bisa mendapatkan/memberikan informasi tapi di dalam

TIMPORA itu harus ada rapat apakah itu rapat evaluasi atau rapat

untuk terjun ke lapangan, jadi koordinasi berjalan dengan baik.

I3-1 Kalau TIMPORA kan leading sectornya di KesbangLinmas dan kita


hanya anggota. Jadi kalau kita hanya berdasarkan ada informasi dari
masyarakat kalau misanya di suatu perusahaan ada masalah, Jadi
berdasarkan izin dulu lalu kita cek kelapangan dokumen
perizinannya.
I3-2 Jadi koordinasi dengan TIMPORA itu gabungan dari beberapa
stakeholder yang terkait seperti Kantor Imigrasi, DIsnaker,
Disdkcapil, dsb. Itu berjalan bareng-bareng. Yang pertama kita
melakukan rapat dahulu di wilayah mana di perusahaan mana setelah
ditentukan baru kita ke lapangan lalu dipisah sesuai dengan
tupoksinya masing-masing. Rapat TIMPORA dilakukan setahun 2/3
kali kalau dari Kantor Imigrasi, ada juga TIMPORA dari Kesbangpol
itu juga sama 3 kali dalam setahun
I5 Kan kalau Timpora punya Imigrasi tetapi kita disini mempuyai
kewenangan mengawasi keberadaan warga negara asing dan tenaga
kerja asing dalam bidang LSMnya. Jadi sebenernya kita mengawasi
LSM yang dibina oleh Orang Asing. Tetapi dalam pelaksanaan
pengawasannya pun kita juga melibatkan Timpora, kalau setelah
sidak kita menemukan Orang Asing yang memiliki LSM baru kita
tindak lebih lanjut keberadaannya. Tetapi selama ini belum
ditemukan orang asing yang membuat LSM.
Koordinasinya meminta laporan data TKA dari Disnaker lalu kita
koordinasikan dengan instansi terkait lainnya lalu ke lapangan untuk
meneliti atau mengecek bersama-sama sesuai dengan tupoksi
instansinya masing-masing.
I6 Kita bersama-sama dengan Kantor Imigrasi atau instansi lainnya

yang tergabung di TIMPORA melakukan pengawasan langsung

dengan cara sidak dengan cara tertutup tanpa diberi tahu dulu.

pertama kita minta list atau daftar orang asing yang ada lalu kita

kroscek dengan data yang ada di kita kemudian kita cek secara fisik.

I7 Ada. Ada sidak lapangan setahun sekali dari TIMPORA.

Bentuk pengawasannya sidak langsung dan adanya laporan bulanan


yang kita berikan ke SKPD terkait.

I8 Ada, ada pengawasan langsung dan kita tiap tahunnya ada laporan

tahunan. Perusahaan harus memberikan jumlah karyawan kita

laporkan. Kalaupun nanti ada pengecekan yah kita sambut dan kita

sesuaikan dengan kondisi yang ada.

Pengawasan lebih pada interview dan pemeriksaan dokumen

perizinan.

I9 Kalau pengawasan disini sih ada dari pihak DKCS saja, karena kalau
dari kantor Imigrasi atau Disnaker itu biasanya langsung ke
perusahaan-perusahaan. Kecuali kalau ada laporan dari masyarakat
tentang orang asing baru ada tindakan. Bentuknya seperti sosialisasi
dan ada bentuk Tim yaitu Timpora. Kalau timpora bentuknya door to
door langsung ke perusahaannya yang dituju. Makanya ada
sosialisasi juga untuk memberikan jalan kemudahan untuk mereka.
Setelah ada sosialisasi barulah kita ke lapangan ke perusahaan mana
yang tidak mengikuti sosialisasi. Kita tanya-tanya dan kita cek
dokumen-dokumennya, jika tidak ada baru kita tanya apakah belum
pernah mendapatkan sosilisasi atau tidak.
Q9 Sosialisasi
A
I1-2 Ada, kita sosialisasi mengundang PTSP, Bank Banten, DPPKD,
Imigrasi dan Kementerian Ketenagakerjaan. Sosialisasinya untuk
mempertemukan lima instansi terkait mengenai retribusi daerah dan
sasarannya untuk perusahaan-perusahaan. Untuk sosialisasi
dilakukan setahun sekali dengan mengundang 50 perusahaan yang
minimal memperpanjang RPTKA/IMTA dan mengundang Disnaker
Kabupaten/Kota.
I3-1 Untuk sekarang belum ada, paling kita melakukan sosialisasi door to
door dengan bentuknya pembinaan. Jadi kita berusaha
mensosialisasikan tupoksi apa supaya kita bisa membantu
perusahaan, jadi untuk TKA kita memberikan syarat-syarat dan
penggunaannya. Sebenernya kalau yang sudah biasa si sudah tau
semua peraturannya, hanya saja ada perusahaan-perusahaan yang
izinnya ke pusat, nah pas izin pertama ke pusat itukan ada
keberadaan mengenai TKAnya kita mendekatkan ke perusahaan
menanyakan lokasi kerja TKA. Karna kalau ingin memperpanjang
IMTA lebih dari 12 bulan dan lokasi kerja di izin pertamanya di dua
lokasi itu perpanjangannya tidak di cilegon tapi di pusat atau di
provinsi.
Paling yang disini PT Krakatau Posco yang perpanjangan IMTAnya
hampir semuanya di Kota Cilegon bukan di pusat, kalau perusahaan
lain masih banyak yang perpanjangan IMTAnya di pusat.
I4 tahun 2017 baru penyuluhannya yaitu penyuluhan dokumen orang
asing maupun orang asingnya, kita mendatangi 8 kecamatan dan
sudah mendatangi 6 kecamatan. Mengundang perusahaan, RT, RW
dan kelurahan dikumpulkan perkecamatan. Soalnya
permasalahannya orang asing tidak hanya dokumen saja tetapi
tinggal di permukiman penduduk.
I6 Kita sering melakukan itu, kemudian pada saat-saat tertentu juga dari
pihak TIMPORA juga mengundang dan kita sebagai pemateri
menyampaikan secara masing-masing. Sosialisasi juga caranya
macam-macam, ada yang diundang di lapangan oleh Timpora dan
ada juga kita sampaikan secara langsung pada saat pengawasan.
I8 Adanya sosialisasi dengan Pemerintah Daerah, perusahaan dan
sekolah-sekolah mengenai Ketenagakerjaan.
I9 Ada, tahun ini baru aja ada sosialisasi dari DKCS yang melibatkan
RT, RW yang diperkirakan ada orang asing. Dan juga mengundang
perusahaan-perusahaan yang terdapat orang asingnya.
Q10 Jumlah pengawas
A
I1-1 Pengawas yang ada di Provinsi Banten ini berjumlah 75 orang, dalam

melaksanakan tugasnya dibagi berdasarkan rencana kerja tergantung

situasi wilayah. Jadi dibagi tiap wilayah dan pembagiannya tidak

baku atau sesuai kebutuhan saja.

I2 Secara tupoksi hanya ada 4 orang dengan keterangan:


1 kepala seksi
1 kasubsi pengawasan dibantu 1 kasubsi penindakan dan 1 orang
staff
Namun tugas pokok Imigrasi diemban oleh seluruh petugas Imigrasi
dengan wilayah 10 kecamatan yang terdiri dari 8 kecamatan di
Pemerintahan Kota Cilegon dan 2 kecamatan di Pemerintahan
Kabupaten Serang (Pulau Ampel & Bojonegara)
I4 2 orang.

I6 Secara khusus tidak ada untuk pengawasan orang asing, tetapi untuk
tugas di lapangan, seluruh anggota fungsi inteligen punya kewajiban
untuk melakukan pengawasan.
Kode
Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
Informan

Q11 Jika di dalam pelaksanaan terjadi kesalahan, bagaimana cara

A menyelesaikan masalah

I1-1 Kalau masalahnya adalah tidak mempunyai dokumen

ketenagakerjaan maka TKA tersebut dikeluarkan dari perusahaan

tersebut, setelah keluar baru dilakukan koordinasi dengan

aparat/instansi lain. Apabila terjadi penyimpangan jabatan izinnya,

kita tegur perusahaannya mengenai jabatan TKAnya.


I2 Apabila petugas Imigrasi salah atau melanggar maka akan dikenakan
hukuman sesuai dengan PP 58 tahun 2010. Terdapat hukuman
ringan, berat dan tertulis.
Apabila TKA dan perusahaan (sponsor/penanggung jawab)
melakukan menyalahgunakan izin tinggalnya maka akan dikenakan
hukuman sesuai dengan UUK (UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian) dapat dilakukan.
1. Tindakan administrasi keimigrasian berupa deportasi
2. TKA tersebut dapat dilakukan atau diajukan ke sidang pengadilan
melalui Projustitia begitu juga dengan penanggung jawab atau
sponsor sebagai penjamin dapat diajukan ke pengadilan melalui
projustitia.
I4 Jika terdapat masalah biasanya pada agen perusahaan yang tidak
melapor TKA yang sudah pulang ke negeranya atau pindah itu kita
beri tahu atau tegur supaya ke depannya mereka harus melaporkan
masa berlakunya. Tindakan sanksi dari kita sih tidak ada, kita hanya
sebatas beri tahu saja. Kalau dulu sih ada denda, tapi sekarang sudah
tidak ada/gratis jika ada keterlambatan pelaporan. Dulu dendanya Rp.
50.000.
I6 Kalau berdasarkan Timpora semuanya mempunyai tugas dan SOP
nya masing-masing. Kemudian orang asing melakukan pelanggaran-
pelanggaran secara umum seperti pidana dan sebagainya itu ke
kepolisian, kalo yang lainnya itu tergantung tugas dari instansi yang
berkaitan. Jadi kita kan melakukan bersama-sama, kalau ada yang
tidak pas dibidangnya jadi itu kita serahkan di bidangnya untuk
ditindak lanjuti. Sanksi juga disesuaikan dengan pelanggaran TKA
atau pengguna TKA di undang-undang no 6 tahun 2011 dan undang-
undang no 13 tahun 2003. Kalau di undang-undang kepolisian tidak
ada jadi kita memakai jalan persuasif.
I9 Cara menyelesaikannya kita berikan kepada pemberi izin, terserah
mau di deportasi atau dibikinin perizinan.
Q12 Alur pembuatan dokumen perizinan Tenaga Kerja Asing
A
I1-1 Setiap pengusaha yang memperkerjakan Tenaga Kerja Asing mereka
harus mempunyai rencana kerja dulu yaitu RPTKA, setelah
mempunyai rencana kerja baru diterbitkan IMTAnya dan mengurus
dokumen yang lain. Kalau penerbitan IMTA itu dari pusat,
selanjutnya untuk perpanjangan kalau lebih dari satu kabupaten/kota
itu di provinsi kalau hanya wilayahnya di satu kabupaten/kota ya
memperpanjangnya di kabupaten/kota tersebut dan kalau lebih dari
satu provinsi itu di pusat.
I1-2 Kalau kita dilihat dari RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
Asing) nya dulu, jadi tiap prusahaan yang ada Tenaga Kerja Asing
itu harus punya Rencana jabatan apa yang ingin diduduki Tenaga
Kerja Asing, lokasi penempatannya misalnya lokasi di Cilegon
berarti untuk pembuatan IMTAnya itu buatnya di Cilegon,kalau
lokasi penempatannya ada 2 misalnya Kabupaten Tangerang sama
Cilegon itu pembuatan izin memperkerjakan Tenaga Kerja Asingnya
di Provinsi. Misalkan kalau penempatannya di Cilegon dan Jakarta
maka IMTAnya di Pusat di Kementerian karena sudah lintas
provinsi. Dan kalau perpanjangan IMTA maksimal 5 tahun. Jadi
urutannya yaitu RPTKA, IMTA, langsung ke KITAS.
Untuk pengajuan pembuatan RPTKA dan IMTA ada dari
perusahaanna sendiri dan ada yang dari agen. Hanya kita
menganjurkan agar pembuatan langsung dari perusahaannya sendiri
saja.
I4 Permohonan atau pengajuan dari agen perusahaan ke Disdukcapil
dengan persyaratan KITAS, passport, STM, dan IMTA baru kita
buatkan SKTT.
I6 Persyaratannya harus ada fotokopi passport, KITAS, IMTA, dan
surat sponsor.
Selain dokumen keberadaannya, orang asing juga memerlukan SIM
(surat izin mengemudi) jadi di intelegen selain kita membuat surat
tanda lapor, kita juga mengeluarkan surat rekomendasi SIM orang
asing, jadi orang asing bisa mengajukan SIM di Indonesia untuk
kebutuhan mobilitas. Jadi nanti pihak rekomendasi dari kita lalu
pihak lalu lintas akan melakukan proses pembuatan SIM tapi
kelebihannya harus ada rekomendasi dari satuan intel kami. Masa
berlaku SIMnya 1 tahun disesuaikan dengan ijin tinggal yang
dimiliki.
I7 Alurnya kalau kita sih mengikuti dari peraturan pemerintah saja.

I8 Semua TKA yang ada di Nippon Shokubai alur dokumen perizinan


mengikuti peraturan dari Pemerintah Daerah sesuai prosedur yang
ditentukan.
Kode Kontribusi keberadaan TKA terkait proses pembangunan

Informan melalui ilmu pengetahuan & teknologi

Q13 Adanya Training dan Education untuk Tenaga Kerja Asing yang

A ingin bekerja di Kota Cilegon

I1-1 Tidak ada. TKA itu harus yang sudah tenaga ahli jadi tidak ada lagi

pelatihan dari sini. Kalau bahasa wajib punya walaupun di peraturan

sudah di hapus tetapi setidaknya harus bisa. Atau harus punya TKI

pendamping.

I1-2 Kalau dari dinas ga pernah, mungkin kalau dari perusahaan ada.

Misalnya perusahaan beli alat dari luar jadi otomatis teknisinya dari

luar untuk transfer ilmu ke TKInya.

I3-2 Tidak ada, kalau pelatihan tidak ada. Jadi tujuan adanya TKA itu
pertama untuk transfer knowledge konsep awal adanya mereka itu
adalah transfer knowledge, ketika TKA ini sudah mentransfer
ilmunya kepada TKI harapannya TKA tidak perlu lama-lama lagi ada
di Indonesia setelah memberikan ilmunya kepada pekerja lokal.
I7 Tidak ada. Karena TKA disini semuanya tenaga ahli jadi justru
mereka yang memberikan education kepada TKI. Mungkin education
dari kita hanya mengajari TKA berbahasa Indonesia.
I8 Training dan education dilakukan sebelum mereka dikirim disini ada
sedikit pelatihan dari segi adat istiadat atau sosial yang ada di
Indonesia. Terus juga education pada bahasa yang simple seperti
greeting yang di persiapkan dari sana. Dan pelatihan yang lain juga
lebih kepada teknikal. Seperti misalnya kita ada teknologi baru, dari
Jepangnya deliver ke bawahannya biasanya ada training.
Q14 Tujuan perusahaan dalam memperkerjakan Tenaga Kerja Asing
A
I7 Tujuannya untuk pengawasan kalau ada projek dari Jepang dan
transfer keahlian khusus yang diberikan TKA untuk TKI yang ada
disini.
I8 Tujuannya ya karna kita PMA, jadi mother company kan Jepang jadi
ada beberapa negara selain di Indonesia jadi tiap-tiap cabang itu ada
orang Jepangnya.
Manfaat yang pastinya seperti budaya kerja dari Jepang yang hal-hal
positifnya di terapkan juga di kami. Karena dari 23 TKA itu salah
satu termasuk adalah Presiden Directornya dan managernya.
Q15 Klasifikasi khusus dan batasan dalam jumlah Tenaga Kerja

Asing yang masuk maupun minimal jabatan untuk Tenaga

A Kerja Asing

I1-1 Tidak ada. TKA harus memiliki kompetensi. Dan kompetensi yang

dimiliki tersebut harus dikeluarkan kepada tenaga kerja lokal. Maka

setiap tenaga kerja asing harus di dampingin oleh tenaga kerja lokal
atau TKI pendamping.

Kalau jabatan-jabatan tertentu ada yang tidak boleh diduduki oleh

Tenaga Kerja Asing misalnya menyangkut dengan SDM istilahnya

HRD. Kalau jumlah kita tidak membatasi, itu tergantung kebutuhan

dari perusahaan.

I1-2 Biasanya kalau di Cilegon itu banyak perusahaan yang bekerja sama
dengan Korea, Jepang dan Cina jadi TKA tersebut bawaan dari
perusahaan yang bekerja sama dengan negara tersebut. Misalnya
seperti Posco itu mereka pasti membawa TKA dari Korea atau Nipon
dari Jepang pasti membawa TKA dari Jepang.
Kalau jabatan untuk Tenaga Kerja Asing itu paling direktur atau
komisaris, kalau yang teknis-teknis itu jarang. Tetapi kalau jabatan
itu tergantung pemilik perusahaannya. Kalau di bagian teknisnya itu
maksimal 5 tahun masa perpanjangan IMTAnya, untuk yang bagian
tenaga ahlinya wajib mempunyai Tenaga Kerja Indonesia
pendampingnya untuk transfer ilmu. Dan untuk jabatan
direktur/komisaris itu setelah 5 tahun bisa perpanjang di pusat untuk
dibuatkan KITAP. Kalau batasan jumlah sih tidak ada, itu tergantung
perusahaannya. Biasanya TKA itu dibawa oleh perusahaan penanam
modal dari asal negaranya.
I3-2 Ada. Tidak boleh TKA yang kerja di Indonesia itu levelnya operator
atau petukang, level mereka itu harus enginer/teknisi keatas
(misalnya manajer, direktur) dibawah itu tidak boleh.
Pertama karna investasi, investasi terbesar sekarang dari Korea, kalau
Cina tidak terlalu banyak. Karna investasi banyak dari Korea maka
otomatis banyak Tenaga Kerja dan perusahaan-perusahaan dari
Korea karna setiap perusahaan pasti mereka mengutuskan orang-
orang dari mereka terutama paling penting di bagian finance atau
keuangan itu ga bisa kalau orang Indonesia yang pegang kaya
direktur karna itu kepentingan mereka.
I7 Dari Jepang. Karena ini PMA dari Jepang jadi karyawan pun dikirim

dari Jepang. Kalau jumlah TKA yang masuk sih tergantung dikirim

dari Jepangnya, kalau minimal jabatan itu untuk supervisor atau skill.

I8 Jepang. Karena kita PMA dari Jepang. TKA yang dikirim dari sini
adalah karyawan dari mother company kita yang ada di Jepang.
Biasanya yang disini pun manager jabatannya.
Kalau jumlah dan jabatan batasannya dari mother company kita, dulu
pernah ada yang selevel operator, tapi untuk saat ini TKA yang ada
disini selevel dengan manager.
I10 Tidak ada. Untuk pekerjaan di CV pun itu lebih ke sertifikat graduate
dan KK dulu dan interview dulu baru diundang untuk bekerja. Untuk
yang siapa saja yang boleh bekerja disini itu tidak ada.
Jadi kalau PMA (Perusahaan Modal Asing) jadi dapat KITASnya
gampang kalau PMDN itu harus jabatannya direktur kalau
jabatannya direktur kebawah itu susah. Jadi kalo saya pernah direktur
di PMA lalu juga bekerja di PMDN tapi saat itu bukan jabatan
sebagai direktur untuk yang di PMDN jadi tidak dapat KITAS lalu
saya mencabut direktur yang di PMA dan merubah akta untuk
mendapatkan KITAS lalu saya menjadi direktur di PMDN. Itu 2
orang asing 2 jabatan bayar kali 1200 dollar jadi 2400 dollar
pertahun. Jadi saya di PMA dicabut lalu pindah di PMDN karna saya
kerja di BUMN. 2 tahun lalu setelah akta dirubah untuk mendapatkan
KITAS itu agak susah jadi saya keluar negri 3 kali di Malaysia 2 kali
dan Singapore 1 kali baru saya mendapatkan visa. Jadi saya sudah 3
kali memperpanjang visa jadi tidak ada masalah karna sudah dirubah
akta perusahaannya sebagai direkturnya. Karna untuk PMDN orang
asing tidak bisa pemegang saham, hanya bisa untuk jabatan direktur
saja.
Reduksi Data

No Kategori Hasil

1 Keakuratan Keakuratan data yang diperoleh dari


Timpora
Keakuratan data yang diperoleh dari
Kominda
2 Ketepatan Waktu Pelaksanaan kegiatan pengawasan
administrasi
Pelaksanaan kegiatan pengawasan
lapangan
3 Objektif Keobjektifan dalam melaksanakan
pengawasan
Keseluruhan mengawasi perusahaan-
perusahaan asing
4 Lokasi Terpusat pada titik-titik yang strategis
dengan fokus pada perusahaan yang
bermasalah dalam memperkerjakan TKA
5 Anggaran/Ekonomi Adanya biaya anggaran
Adanya pendapatan dari Izin Tenaga Kerja
Asing
6 Koordinasi pihak yang Koordinasi antar Disnaker Provinsi dan
Disnkaer Kota sudah baik
terkait Koordinasi sudah cukup baik dalam Tim
Pengawasan Orang Asing (Timpora)
7 Sosialisasi Adanya sosialisasi dari masing-masing
instansi
Adanya sosialisasi yang dilakukan pada
saat pengawasan berlangsung
8 Jumlah Pengawas Masih kurangnya SDM pada Timpora
dalam mengawasi TKA
9 Sanksi Sanksi yang diberikan sudah cukup baik
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi
Nama : Abharina Atikah Sari
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 13 Juni 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Link. Pegantungan Baru RT 05 RW 14 No 77,
Kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan Jombang,
Kota Cilegon
e-mail : abharinaatikaa@gmail.com
No. Hp : 085313602662

2. Pendidikan Formal
SDN 09 Kota Cilegon (Tahun 2001-2007)
SMP Madinatul Hadid KS Kota Cilegon (Tahun 2007-2010)
SMAN 1 Kramatwatu (Tahun 2010-2013)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Tahun 2013-2017)

Demikian daftar riwayat hidup saya buat dengan sebenar-benarnya.

Serang, Juni 2017

Abharina Atikah Sari

Anda mungkin juga menyukai