Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan telah lama menjadi masalah klasik berkaitan dengan ketidak

mampuan ekonomi, sosial, politik, dan partisipasi dalam kehidupan di masyarakat

yang dihadapi masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal diwilayah perdesaan,

hingga saat ini belum bisa diselesaikan. Selama ini upaya pemerintah dalam

penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan penyediaan kebutuhan dasar seperti

pangan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja,

pembangunan dibidang pertanian, pembangunan dan pengadaan fasilitas perikanan

dan kelautan berupa armada dan alat tangkap bagi nelayan, pemberian dana bergulir

melalui skema kredit, pembangunan sarana prasarana dan pendampingan. Dari

berbagai cara dan strategi penanggulangan kemiskinan tersebut, semuanya

berorientasi materil, sehingga keberlanjutanya sangat tergantung pada komitmen

pemerintah dan ketersediaan anggaran. Disamping itu, tidak adanya tatanan

pemerintahan yang demokratis mengakibatkan rendahnya inisiatif dan akseptabilitas

masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan dengan upaya maupun usaha dari

mereka sendiri.

Program penanggulangan kemiskinan sebetulnya terus dilaksanakan oleh

pemerintah sejak pemerintahan orde baru yang dimulai dengan Program Inpres Desa

Tertinggal (IDT), Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis

Ekonomi (PDM-DKE), Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program

1
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) serta berbagai program

pemberdayaan lainnya. Namun berbagai program yang telah dilaksanakan hanyalah

program jangka pendek dan tidak memberikan kegiatan yang bersifat peningkatan

kapasitas bagi masyarakat berupa pelatihan keterampilan kerja yang berkelanjutan,

setelah program berakhir, semuanya berakhir. Seharusnya pemerintah melaksanakan

program penanggulangan kemiskinan dengan tujuan jangka panjang dan dapat

melangsungkan kehidupan yang berkelanjutan (Sustainable Development) sehingga

kemiskinan dapat ditekan.

Terkait hal ini pemerintah berupaya menanggulangi persoalan kemiskinan

dengan berbagai program pemberdayaan yang sampai dengan saat ini programnya

masih berjalan dengan baik. yang salah satunya program yang dikelola melalui

kementerian sosial yakni Program Keluarga Harapan (PKH) serta beberapa program

pemberdayaan lainya. Semangat dan tekad pemerintah untuk menanggulangi

kemiskinan tidak henti – hentinya terus di upayakan. Selain berbagai program

penanggulangan kemiskinan oleh pemerintah melalui program pemberdayaan

diberbagai kementerian, pemerintah pusat sejak tahun 2014 mengatur upaya

penanggulangan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah pusat,

tetapi juga menjadi tanggungjawab pemerintah desa dengan mengeluarkan Undang –

Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Pemerintah berupaya menanggulangi kemiskinan khususnya di perdesaan

dengan mengeluarkan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa yang

disahkan pada tanggal 15 januari tahun 2014. Lahirnya Undang – Undang Tentang

Desa ini menggantikan peraturan tentang desa yang tertuang dalam Undang –

2
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 72

Tahun 2005 Tentang Desa. Penegasan terkait dengan penanggulangan kemiskinan

yang tertuang dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 dijelaskan pada pasal 78 ayat (1)

berbunyi: pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa

dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan

kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi

ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara

berkelanjutan. Kebijakan tata kelola desa yang telah diatur ini dianggap sebagai

kebijakan yang membawa harapan baru dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di desa. Beberapa kebijakan tersebut diantaranya adalah alokasi anggaran

dana desa dengan nilai yang cukup besar kepada desa yang dimaksudkan untuk

meningkatkan anggaran pendapatan desa dalam pelaksanaan pembangunan,

pelayanan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Secara nasional pemerintah telah mengalokasikan anggaran dana desa dengan

nilai yang cukup fantastis untuk sebuah program atau kebijakan pemerintah yang

baru. Anggaran yang masuk ke kas desa berasal dari dana pusat dan daerah yang

kemudian terbagi dalam dua mekanisme penyaluran, yang pertama dana yang

ditransfer ke daerah secara bertahap yang dikenal dengan Dana Desa yang bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dana transfer yang

disalurkan ke kas desa yang dikenal dengan Alokasi Dana Desa (ADD) yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diatur

berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2015 yang dialokasikan

3
sebesar 10% dari total APBD setelah dikurangi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK)

setiap tahun anggaran oleh pemerintah daerah.

Pengalokasian anggaran oleh pemerintah pusat dan daerah ke desa yang diatur

melalui Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, bersamaan dengan

diaturnya berbagai kewenangan pemerintah desa lainnya. Pemerintah Desa memiliki

kewenangan dan kebijakan yang sangat luas untuk mengurus dan mengatur

wilayahnya dibawah kendali oleh seorang Kepala Desa dan atas pertimbangan atau

persetujuan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa sebagai kepala

pemerintahan desa yang juga pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan

pengelolaan sumber pendapatan desa yang berdaya guna dan berhasil guna serta

mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa. Hal ini memungkinkan

desa menciptakan strategi atau kreatifitasnya dalam meningkatkan pendapatan desa

dan merupakan peluang bagi desa untuk ikut dalam pelaksanaan pembangunan di

Indonesia. Sehingga di desa banyak hal yang dapat dibangun dengan dana yang

diperoleh dari APBN seperti insfrastruktur, kesehatan, perekonomian, pendidikan dan

kesejahteraan masyarkat desa. Akan tetapi, dalam melaksanakan pembangunan desa

harus memperhatikan kondisi desa.

Menurut Zaini dalam (Didik dkk, 2016: 128), “ Ada tiga pilar strategi

pembangunan pedesaan sebagai landasan proses transformasi sosial-ekonomi

masyarakat pedesaan. Pilar pertama, pengembangan kualitas sumber daya manusia,

yang dilaksanakan melalui kebijakan peningkatan akses keluarga untuk memperoleh

pelayanan sosial dasar, khususnya pelayanan pendidikan dan kesehatan. Tujuan untuk

4
meningkatkan produktifitas tenaga dan kualitas hidup keluarga. Pilar kedua,

pemberdayaan ekonomi rakyat, yang dilaksanakan melalui kebijakan penyediaan

akses kelompok usaha masyarakat terhadap investasi, pemilikan aset tanah, masukan

sumber daya produksi, teknologi produksi/pertanian, dan lembaga ekonomi.

Tujuannya untuk menciptakan peluang usaha, kesempatan kerja dan pendapatan

masyarakat yang terjamin. Pilar ketiga, pengembangan kawasan pemukiman, yang

dilaksanakan melalui kebijakan penataan ruang kawasan, pengembangan lahan,

penyediaan pelayanan perumahan berikut sarana dan prasarana lingkungan. Pilar

ketiga ini bertujuan mengembangkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan

pemukiman yang teratur dan fungsional (urbanized)”. Tetapi faktor yang paling

utama dan juga menjadi permasalahan terpenting dalam anggaran dana desa adalah

peran pemerintah serta lembaga, partisipasi masyarakat dan SDM.

Pemberdayaan masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian

dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,

keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya

melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai

dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. Hal ini disebutkan

dalam pasal 1 angka 12 Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Pemberdayaan masyarakat tujuan utama yang ingin dicapai dalam suatu Desa.

Pemberdayaan masyarakat adalah usaha untuk menumbuh kembangkan kemampuan

masyarakat melalui berbagai macam bentuk kegiatan tidak boleh lagi hanya menjadi

sekedar slogan. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan suatu usaha antara

lain dengan mendanai program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),

5
Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) serta dengan melaksanakan program

Padat Karya Tunai di Desa (PKTD) dalam hal penggunaan Dana Desa untuk kegiatan

pembangunan infrastruktur yang didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APBDesa).

Dana Desa digunakan untuk pelaksanaan Padat Karya Tunai di Desa (PKTD),

hal ini sesuai dengan yang dimandatkan dalam diktum KESATU angka 6 Dalam

Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 (Empat) Menteri yakni Menteri Dalam Negeri,

Menteri Kauangan, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional Tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan

Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa yang ditetapkan

Pada Tanggal 18 Desember 2017.

Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 (Empat) Menteri tersebut

disepakati bahwa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi melakukan:

1. Penguatan pendampingan propesional untuk :

a. Mengawal pelaksanaan Padat Karya Tunai di Desa; dan

b. Berkoordinasi dengan pendamping lainnya dalam program

pengentasan kemiskinan;

2. Pemusatan kembali (Refokusing) penggunaan Dana Desa pada tiga

sampai dengan lima jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas

desa, melalui koordinasi dengan kementerian terkait.

6
3. Fasilitasi penggunaan Dana Desa untuk kegiatan pembangunan desa

dimana paling sedikit 30% wajib digunakan untuk membayar upah

masyarakat dalam rangka menciptakan lapangan kerja di desa;

4. Upah kerja dibayar secara harian atau mingguan dalam pelaksanaan

kegiatan yang di danai dengan Dana Desa; dan

5. Fasilitas pelaksanaan kegiatan pembangunan yang didanai dari Dana Desa

dengan mekanisme swakelola dan di upayakan tidak dikerjakan pada saat

musim panen.

Dengan mengacu kepada SKB 4 (Empat) menteri diatas jelaslah bahwa

Penggunaan Dana Desa lebih diprioritaskan pada kegiatan yang dapat menciptakan

lapangan kerja bagi masyarakat desa melalui skema padat karya tunai desa khusus

untuk kegiatan pembangunan fisik atau sarana dan prasarana. Program Padat Karya

Tunai Desa (PKTD) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa khususnya

masyarakat miskin dan marginal yang masih usia kerja (produktif) dengan

mengutamakan pemanfaatan sumber daya, tenaga kerja dan teknologi lokal untuk

memberikan tambahan upah atau pendapatan, meningkatkan daya beli, mengurangi

kemiskinan dan sekaligus mendukung penurunan angka stunting. Hal ini adalah

program arahan langsung dari Presiden yang dilaksanakan untuk seluruh desa di

Indonesia. Program Padat Karya Tunai Desa ini sejalan dengan tujuan pengaturan

desa yaitu memajukan perekonomian Desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional dan memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek

pembangunan.

7
Berikut adalah Tabel Jenis Kegiatan, Jumlah Anggaran dan Tenaga Kerja

Yang di Danai Melalui Dana Desa Di Dua Desa yaitu Desa Alo dan Desa Bunga

Kecamatan Bone Raya sejak Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2020:

Tabel 1.1 : Jenis Kegiatan, Jumlah Anggaran dan Tenaga Kerja

DESA JUMLAH TENAGA TAHUN


JENIS KEGIATAN ANGGARAN KERJA
ALO
Pembangunan Rp. 106.468.000,- 10 orang
Panggung Kesenian

Lapangan Desa Rp. 147.221.000,- 15 orang


2017
Pagar Paud Rp. 27.533.000,- 5 orang

Lapangan Volliy Ball Rp. 85.348.000,- 15 orang

Pagar Tk/Poskesdes Rp. 71.713.000,- 5 orang

Mahyani 3 Unit Rp. 159.567.500,- 10 orang


2018
Lampu Mercury 8 Rp. 33.964.500,- 3 orang
Unit

Lapangan Volly Rp. 168.064.000,- 10 orang

Hunian Pantas 5 Unit Rp. 325.000.000,- 10 orang 2019

Jamban 9 Unit Rp. 90.000.000,- 10 orang

Hunian Pantas 3 Unit Rp.195.471000,- 10 orang 2020

Jamban 10 Unit Rp. 110.851.800 10 orang

2017
Drainase 400 m Rp. 200.616.000,- 42 orang

Plat Decker 4 Unit Rp. 54.912.000,- 20 orang

8
BUNGA
Panggung Kesenian Rp. 50.422.800,- 9 orang

RHP 3 Unit Rp. 135.231.200,- 15 orang

Pagar Poskesdes Rp. 23.563.100,- 5 orang 2018

MCK 3 Unit Rp. 41.524.000,- 15 orang

Lapangan Volly Rp. 54.147.600,- 9 orang

Jamban 3 Unit Rp. 42.512.250,- 9 orang 2019

RHP 4 Unit Rp.285.067.750,- 20 orang 2020


Rp.103.448.800,- 27 orang
Jamban 9 Unit

Rp.116.289.450,- 20 orang
Rabat Beton 170 m
(Sumber : Kantor Desa Alo dan Desa Bunga Kecamatan Bone Raya)

Berikut tabel : data penduduk penduduk miskin yang ada Di Desa Alo dan

Desa Bunga Kecamatan Bone Raya Kabupaten BoneBolang :

Tabel 1.2 : Data Penduduk Miskin

NO NAMA DESA JUMLAH KK MISKIN

1 ALO 123 KK
2 BUNGA 83 KK
(Sumber Data : Kantor Desa Alo dan Desa Bunga)

Berdasarkan observasi awal yang peneliti amati di beberapa desa yang ada di

Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango tempat dimana peneliti melakukan

9
penelitian bahwa, belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

khususnya penggunaan dana desa pada kegiatan pembanguna infrastruktur desa sejak

diberlakukannya regulasi yang mengatur tentang program Padat Karya Tunai di Desa,

memang lebih banyak dibelanjakan pada kegiatan pembangunan fisik dan baru

beberapa hal persyaratan mengenai ketentuan pelaksanaan padat karya tunai yang

sudah terpenuhi sebab masih ditemukan berbagai kelemahan utamanya pada

partisipasi tenaga kerja yang masih sangat kurang.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih

mendalam lagi permasalahan tersebut dengan mengangkat suatu judul penelitian

yaitu: “Strategi PKTD (Padat Karya Tunai Desa) Dalam Penanggulangan

Kemiskinan Di Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini sebagai yaitu :

1. Bagaimana Strategi PKTD (Padat Karya Tunai Desa) Dalam

Penanggulangan Kemiskinan Di Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone

Bolango.

2. Apa Saja Faktor Pendukung dan Penghambat PKTD (Padat Karya Tunai

Desa) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kecamatan Bone Raya

Kabupaten Bone Bolango.

1.3 Tujuan Penelitian

10
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian

ini yaitu:

1. Untuk mengetahui Strategi PKTD (Padat Karya Tunai Desa) Dalam

Penanggulangan Kemiskinan Di Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone

Bolango.

2. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor Pendukung dan Penghambat PKTD

(Padat Karya Tunai Desa) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di

Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah khasana berpikir penulis terutama menyangkut Ilmu

Pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Publik

b. Sebagai bahan rujukan dan memperkaya kajian peneltian tentang Administrasi

Publik

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Universitas Gorontalo

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan tambahan koleeksi sehingga

memberikan wawasan dan Ilmu Pengetahuan yang luas tentang kajian

11
Administrasi Publik yang ada dikehidupan masyarakat.

b. Bagi Pemerintah Kabupaten Bone Bolango

Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran nyata dan menjadi pertimbangan

pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan Pelayanan

Publik yang ada di Kabupaten Bone Bolango.

c. Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman masyarakat

pada umumnya agar lebih peka terhadap masalah-masalah yang timbul dalam

hal pelayanan publik.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

12
Adapun yang menjadi rujukan penelitian terdahulu dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Metode
No Peneliti/Tahun Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
1. Dinda Yanti Pelaksanaan Untuk Jenis Hasil Penelitian
Program Padat Mengetahui Menunjukkan
(2019) Penelitian
Karya Tunai Pelaksanaan Bahwa Pelaksanaan
yang
Berdasarkan Program Padat Program Padat
Surat Keputusan Karya Tunai digunakan Karya Tunai
Bersama Empat Berdasarkan Berdasarkan Surat
PenelitianIn
Menteri Tentang Surat Keputusan Bersama
i adalah
Penyelarasan Keputusan Empat Menteri
dan Penguatan Bersama Metode Tentang
Kebijakan Empat Menteri Penyelarasan dan
Deskriptif
Percepatan Tentang Penguatan
Kualitatif
Pelaksanaan Penyelarasan Kebijakan
Undang Undang dan Penguatan Percepatan
Nomor 6 Tahun Kebijakan Pelaksanaan Undang
2014 Tentang Percepatan Undang Nomor 6
Desa Pelaksanaan Tahun 2014 Tentang
Undang Desa di
Undang Kepenghuluan
Nomor 6 Labuhan Tangga
Tahun 2014 Kecil Kecamatan
Tentang Desa Bangko Kabupaten
di Rokan Hilir sudah
Kepenghuluan berjalan namun
Labuhan tidak sesuai dengan

13
Tangga Kecil prosedur yang telah
Kecamatan ditetapkan . Hal ini
Bangko disebabkan karena
Kabupaten adanya factor
Rokan Hilir. penghambat yaitu,
kurang baiknya
komunikasi antara
pemerintah
kepenghuluan
dengan lembaga –
lembaga terkait,
sumberdaya dan
juga karena tidak
adanya penyuluhan
atau sosialisasi
terkait program
tersebut kepada
pemerintah .
Dahliati Strategi Untuk Jenis Hasil Penelitian
Pengembangan Mengetahui Menunjukkan
(2020) Penelitian
Program Padat Strategi Bahwa Strategi yang
yang
Karya Tunai Pengembangan tepat untuk
Desa (PKTD) Program Padat digunakan melaksanakan
Dengan Karya Tunai program Padat
PenelitianIn
Pendekatan Desa (PKTD), Karya Tunai Desa
i adalah
Analisis Swot Di Untuk (PKTD) di Desa
Desa Stowe Mengetahui Metode Stowe Berang
Brang Hambatan Apa Kecamatan Utan
Deskriptif
Kecamatan Utan Saja Dalam adalah Strategi
Kualitatif
Program Pemanfaatan Dana

14
PKTD dan Desa untuk
Untuk peningkatan
Mengetahui kapasitas
Upaya-Upaya masyarakat agar
Mengatasi memiliki
Hambatan kompetensi, Strategi
Dalam Pemanfaatan Dana
Pelaksanaan Desa dan Tenaga
PKTD Di Desa Pendamping
Stowe Brang Propesional Dalam
Kecamatan memberikan
Utan. sosialisasi kepada
masyarakat, dan
strategi peningkatan
koordinasi atau
kerja sama antara
pemerintah desa,
pelaksana kegiatan
dan masyarakat.

Dari kedua penelitian terdahulu diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana

perbedaannya terletak pada objek kajiannya.akan tetapi terdapat juga beberapa

kesamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Adapun perbedaan dan kesamaan penelitian dapat kita lihat pada tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Perbedaan dan Persamaan

No Nama Judul Perbedaan Kesamaan

15
1. Dinda Yanti Pelaksanaan Program Persamaan -Perbedaan
Padat Karya Tunai Penelitian penelitian terdahulu
(2019)
Berdasarkan Surat terdahulu dengan dan penelitian yang
Keputusan Bersama penelitian yang akan saya lakukan
Empat Menteri akan saya lakukan mengenai Strategi
Tentang Penyelarasan adalah: Objek PKTD (Padat Karya
dan Penguatan kajiannya sama – Tunai Desa) Dalam
Kebijakan Percepatan sama tentang teknik Penanggulangan
Pelaksanaan Undang pengumpulan data Kemiskinan Di
Undang Nomor 6 menggunakan Kecamatan Bone
Tahun 2014 Tentang observasi dan Raya Kabupaten
Desa wawancara. Bone Bolango.
-Persamaan
metode yang
dilakukan peneliti
terdahhulu dan
metode yang akan
saya lakukan
menggunakan
metode kualitatif.

Dahliati Strategi Persamaan -Perbedaan


Pengembangan Penelitian penelitian terdahulu
(2020)
Program Padat Karya terdahulu dengan dan penelitian yang
Tunai Desa (PKTD) penelitian yang akan saya lakukan
Dengan Pendekatan akan saya lakukan mengenai Strategi
Analisis Swot Di Desa adalah: Objek PKTD (Padat Karya
Stowe Brang kajiannya sama – Tunai Desa) Dalam

16
Kecamatan Utan sama tentang teknik Penanggulangan
pengumpulan data Kemiskinan Di
menggunakan Kecamatan Bone
observasi dan Raya Kabupaten
wawancara. Bone Bolango.
-Persamaan
metode yang
dilakukan peneliti
terdahhulu dan
metode yang akan
saya lakukan
menggunakan
metode kualitatif.

2.2. Kajian Teori

2.2.1 Konsep Strategi

Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang berarti kseluruhan

Usaha, termasuk pemahaman atas perencanaan, cara dan tehnik yang digunakan

untuk mencapai tujuan. Strategi dapat dipahami sebagai garais besar panduan untuk

bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi juga dapat

dipahami sebagai rencana cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan.

Strategi yang dalam bahasa inggris disebut strategy ini pada dasarnya adalah

berasal dari bahasa yunani kuno yaitu strategos yang jika diterjemahkan kedalam

bahasa Indonesia menjadi “Seni pemimpin pasukan, komando, jendral”. Oleh karena

17
itu kata strategi secara harfiah berarti “Seni dan Jenderal”. Kata ini mengacu pada apa

yang merupakan perhatian utama manajemen puncak organisasi. Secara khusus,

strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan

mengikat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakkan dan strategi tertentu

mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan

sasaran utama organisasi akan tercapai, (Syafi’i Antonio, 2001 : 153-157).

Strategi merupakan serangkaian tindakan sistematis yang dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu secara efektif. Strategi yang efektif adalah strategi yang

mampu mencapai tujuan dengan tepat. Strategi pada hakekatnya belum mengarah

pada berbagai hal yang bersifatnya praktis, tetapi masih berupa rencana atau

gambaran yang menyeluruh,(Priansa Juni Doni 2017 : 187-188).

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

gagasan, perencanaan, daneksekusi, sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di

dalam strategi yang baik terdapat kordinasi tim kerja, memiliki tema mengidentifikasi

faktor pendukungnya sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara

rasional, efesiensi dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan

secara efektif. (Fandi Tjiptono, 2000 : 17).

Menurut Anwar Arifin dalam bukunya strategi komunikasi menyatakan

bahwa sesunggunya suatu strategi adalah, keseluruhan keputusan kondisional tentang

tindakan yang akan di jalankan untuk mencapai tujuan. Jadi, merumuskan strategi

komunikasi berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang

dihadapi dan akan mungkin dihadapi di masa depan untuk mencapai efektivitas, (Edi

Suryadi, 2018 : 5-6).

18
Strategi pada hakikatnya ialah perencanaan (planning) dan manajemen

(management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut,

strategi tidak sebagai peta jalan yang hanya menunjuki arah saja, melainkan harus

menunjukan bagaimana operasionalnya, (Lestari Marina, 2016). Dalam pemilihan

suatu strategi dan sifat pengelolahan pesan, dan bagaimana pesan digunakan dalam

proses komunikasi itu sendiri. Perencanaan komunikasi sendiri merupakan kajian dari

organisasi komunikasi. Dengan demikian, sifat dari strategi komunikasi dapat

dijelaskan sebagai berikut, (Edi Suryadi, 2018 : 5-6) :

1) Bagaimana terintegrasi dari kajian perencanaan komunikasi;

2) Membutuhkan peran dari kredibilitas komunikator;

3) Membutuhkan setting komunikasi yang jelas;

4) Dapat digunakan sebagai salah satu proses komunikasi dalam berbagai situasi;

5) Banyak dirasakan implementasinya dalam kajian organisasi; DAN

6) Memberikan manfaat yang sifatnya mengukur tingkat efektivitas pesan

tersampaikan dan dimengerti oleh komunikan.

Dengan demikian, bahwa setiap organisasi dan perusahaan yang bergerak di

bidang ekonomi maupun industri dalam melaksanakan kegiatan aktivitasnya sangat

penting mengunakan strategi, karena dengan mengunakan strategi dan sifat- sifatnya

semua aktivitas akan berjalan secara sistematis dan efektif. Hal ini dapat memberi

keuntungan bagi organisasi dan perusahaan tersebut.

2.2.2 Konsep Kebijakan

1. Pengertian Kebijakan

19
Secara umum kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku

seseorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Pada dasarnya terdapat banyak

penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai kebijakan.

Menurut Noeng Muhadjir, (2000 : 15), bahwa kebijakan merupakan upaya

memecahkan problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat. Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi empat

hal penting yakni; (1)tingkat hidup masyarakat meningkat, (2)terjadi keadilan : By

the law, social justice, dan peluang prestasi dan kreasi individual, (3)diberikan

peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam membahas masalah, perencanaan,

keputusan dan implementasi), dan (4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan.

Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008 : 7) mendefinisikan

kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat

hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap

pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang

memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan,

karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya

dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Solichin Abdul Wahab mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih

terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk

20
memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008: 40-50) memberikan

beberapa pedoman sebagai berikut :

1) Kebijakan harus dibedakan dari keputusan;

2) Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari

administrasi;

3) Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan;

4) Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan;

5) Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai;

6) Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit

maupun implisit;

7) Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu;

8) Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi

dan yang bersifat intra organisasi;

9) Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-

lembaga pemerintah; dan

10) Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak

dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya

terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang

ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

2. Kebijakan Publik

21
Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip Budi Winarno (2002: 17)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi

awal dan akibat-akibat yang bias diramalkan. Kebijakan publik itu harus dibedakan

dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain misalnya kebijakan swasta. Hal ini

dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-faktor bukan pemerintah. Robert Eyestone

sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008 : 6) mendefinisikan kebijakan publik

sebagai “hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya”. Banyak pihak

beranggapan bahwa definisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami, karena apa

yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal. Menurut

Nugroho, ada dua karakteristik dari kebijakan publik, yaitu : 1) kebijakan publik

merupakan sesuatu yang mudah untuk dipahami, karena maknanya adalah hal-hal

yang dikerjakan untuk mencapai tujuan nasional; 2) kebijakan publik merupakan

sesuatu yang mudah diukur, karena ukurannya jelas yakni sejauh mana kemajuan

pencapaian cita-cita sudah ditempuh. Menurut Woll sebagaimana dikutip Tangkilisan

(2003:2) menyebutkan bahwa kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah

untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui

berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy (2009: 19) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai “ is whatever government choose to do or not to do”

( apapaun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan).

Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai perwujudan

“tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat

22
publik semata. Di samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga

merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh (dampak yang sama

dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu.

David Easton sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 19) memberikan

definisi kebijakan publik sebagai “ the autorative allocation of values for the whole

society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam sistem politik

(pemerintah) yang secara syah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan

pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu diwujudkan

dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena pemerintah

termasuk ke dalam “authorities in a political system” yaitu para penguasa dalam

sistem politik yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai

tanggungjawab dalam suatu maslaha tertentu dimana pada suatu titik mereka diminta

untuk mengambil keputusan di kemudian hari kelak diterima serta mengikat sebagian

besar anggota masyarakat selama waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan

oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-

masalah publik atau demi kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu

biasanya tertuang dalam ketentuanketentuan atau peraturan perundang-undangan

yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.

2.2.3 Definisi Padat Karya Tunai Desa

23
Padat Karya Tunai (Cash For Work) adalah program pemerintah berupa

kegiatan pemberdayaan masyarakat desa, khususnya masyarakat miskin dan

marginal, bersifat produktif yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya tenaga

kerja dan teknologi lokal untuk memberikan tambahan upah atau menambah

pendapatan, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat

sekaligus mendukung penurunan angka stanting. Program ini merupakan arahan

langsung dari Bapak Presiden Republik Indonesia. Dengan skema Padat Karya Tuna

dalam pelaksanaan pembangunan yang di danai Dana Desa diharapkan dapat

menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dengan memberikan upah (honorarium)

langsung tunai kepada tenaga kerja yang terlibat, baik secara harian maupun

mingguan, sehingga dapat memperkuat daya beli masyarakat, meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Dahliati, Ikono , Nurjihadi

2020 : 27)

Padat Karya Tunai merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat

marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam,

tenaga kerja dan teknologi lokal dalam rangka mengurangi kemiskinan,

meningkatkan pendapatan dan menurunkan angka stanting, (Pedoman Umum

Pelaksanaan Padat Karya Tunai 2018). Pembangunan desa bertujuan antara lain

untuk memajukan perekonomian masyarakat desa, mengatasi kesenjangan

pembangunan dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Hal

ini sesuai dengan amanat Undang – Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa.

24
Program ini ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu dengan

menciptakan kegiatan yang berdampak pada peningkatan pendapatan (income

generating activities) tanpa sepenuhnya menggantikan pekerjaan yang lama.

Kemudian, pemerintah juga menyiapkan lapangan kerja seementara. Tak lupa

mekanisme dalam penentuan upah dan pembagian upah dibangun secara partisipatif

dalam musyawarah desa. Tentu saja sesuai dengan rencana kerja yang disusun sendiri

oleh desa, sesuai dengan kebutuhan lokal. Selanjutnya program ini difokuskan pada

pembangunan prasarana dan sarana perdesaan atau pendayagunaan sumber daya alam

(SDA) secara lestari berbasis pemberdayaan masyarakat.

2.2.4 Teori Kemiskinan

Secara etimologi, kemiskinan berasal dari kata “miskin” yaitu tidak berharta

benda dan serta serba kekurangan. Departemen sosial dan biro statistik,

mendefinisikan dari perspektif kebetulan dasar. Kemiskinan sebagai ketidak

kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup yang

layak. Menurut Nurhadi, kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah

garis nilai standart kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan yang

disebut garis kemiskinan (pocertyline).

Kemiskinan merupakan fenomena yang ditandai dengan ketidakmampuan

seseorang, kelompok masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, dimensi

kemiskinan dapat berupa keadaan melarat dan ketidak beruntungan, suatu keadaan

minus (deprivation), dan bila dimasukkan dalm konteks tertentu kemiskinan berkaitan

dengan minimnya pendapatan dan harta, kelemahan fisik, isolasi, kerapuhan dan

25
ketidak berdayaan. (Chambers, dalam Apinus Janambani 2018 : 12) dan dapat pula

berarti ketidak mampuan memperoleh standar hidup yang minimal. Sedangkan

indikator kemiskinan adalah : pendidikan rendah, tidak dapat menjangkau sarana

kesehatan, susah mendapatkan air bersih, pendapatan rendah, kondisi perumahan non

permanen.

Kemiskinan menimbulkan dampak yang bersifat menyebar, (Multiplier

Effects), terhadap tatanan kemasyarakatan secara menyeluruh. Sejumlah konflik yang

terjadi di tanah air sepanjang krisis ekonomi, misalnya, menunjukkan bahwa ternyata

persoalan kemiskinan bukan semata-mata mempengaruhi ketahanan ekonomi yang

ditampilkan oleh rendahnya daya beli masyarakat saja, tetapi juga mempengaruhi

ketahanan sosial masyarakat dan ketahanan nasional (Hafsah, dalam Apinus

Janambani 2018 : 12).

Defenisi kemiskinan dapat dipahami sebagai akibat dari kebijakan yang

timpang terhadap kepemilikan modal, kepemilikan tanah dan akses serta

ketidakserasian aktivitas yang dikerjakan (Yusnita, dalam Apinus Janambani 2018 :

13).

Selanjutnya dikatakan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu

untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kemampuan yang dimaksud disini bukan

hanya kemampuan individu itu sendiri, tetapi juga dalam konteks keluarga, artinya

meskipun kemiskinan merupakan atribut bagi individu yang bersangkutan tapi pada

kenyataannya keadaan tersebut terkait erat dengan kondisi keluarga. oleh karena itu

26
kemiskinan penduduk dapat juga dikelompokkan menjadi penduduk atau individu

miskin dan keluarga miskin.

BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic

needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan

bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah

penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis

kemiskinan. Berdasarkan sejumlah definisi di atas, dapat dibedakan konsep

kemiskinan menjadi kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut.

1. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat

sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum

disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian

terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen

lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut

pendapatan/pengeluaran.

2. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut ditentukan berdasarkanketidakmampuan untuk

mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,

perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

27
Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk

uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah

garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan

digolongkan sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan absolut sangat penting

jika seseorang akan mencoba menilai efek dari kebijakan anti kemiskinan antar

waktu, atau memperkirakan dampak dari suatu proyek terhadap kemiskinan

(misalnya, pemberian kredit skala kecil). Angka kemiskinan akan terbanding

antara satu negara dengan negara lain hanya jika garis kemiskinan absolut yang

sama digunakan di kedua negara tersebut. Bank Dunia memerlukan garis

kemiskinan absolut agar dapat membandingkan angka kemiskinan antar negara.

Hal ini bermanfaat dalam menentukan kemana menyalurkan sumber daya

finansial (dana) yang ada, juga dalam menganalisis kemajuan dalam memerangi

kemiskinan.

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini bertujuan untuk menguraikan aplikasi teori sehingga dapat

mendeskripsikan permasalahan yang terjadi, serta menjadi jawaban dan solusi untuk

mempermudah pemahaman dalam menganalisis pelaksanaan PKTD (Padat Karya Tunai

Desa) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kecamatan Bone Raya Kabupaten

Bone Bolango. Sesuai dengan observasi awal, peneliti melihat bahwa pelaksanaan

PKTD (Padat Karya Tunai Desa) di Kecamatan Bone Raya masih belum maksimal.

Dari dimensi pelaksanaan program PKTD (Padat Karya Tunai) yang telah

dijelaskan diatas, maka proses pelaksanaan PKTD (Program Padat Karya Tunai Desa

28
agar dilaksanakan sesuai dengan harapan dengan berpedoman pada regulasi. Dalam

konteks penelitian ini peneliti ingin menganalisis permasalahan menggunakan Teknik

analisis dengan pendekatan kualitatif dimana indikatornya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3: Kerangka Pikir Penelitian

INPUT ----------------------------------- PROSES---------------------------------- OUTPUT

Bagaimana Strategi
PKTD (Padat Karya
Tunai Desa) Dalam
Penanggulangan
STRATEGI PKTD Kemiskinan
(PADAT KARYA
TUNAI DESA) DALAM Peningkatan
PENANGGULANGAN Pendapatan Bagi
KEMISKINAN Masyarakat dan
Kemiskinan Dapat
Di Tanggulangi
Faktor Pendukung dan
Penghambat PKTD
KECAMATAN BONE
(Padat Karya Tunai Desa)
RAYA
Dalam Penanggulangan
Kemiskinan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

29
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian

yang mengedepankan penelitian data dengan berlandaskan pada pengungkapan apa-

apa yang diungkapkan oleh narasumber dari data yang dikumpulkan berupa kata-

kata, gambaran dan bukan angka-angka. Sedangkan jenis dari penelitian ini yakni

penelitian lapangan (field research), yaitu penyelidikan mendalam yang dilakukan

dengan suatu prosedur penelitian lapangan.

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian/

pengumpulan data dengan menggunakan beberapa cara antara lain sebagai berikut :

1. Data primer

Data primer adalah data langsung dan segera diperoleh dari sumber data

oleh peneliti untuk tujuan khusus, data primer ini diperoleh melalui interview

guide atau wawancara langsung dengan responden yang berkenaan dengan

strategi PKTD (Padat Karya Tunai Desa Dalam Penanggulangan Kemiskinan.

Dimana data primer disini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara

secara langsung dengan Aparat Desa dan (Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di

Wilayah Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango. Responden yang

akan ambil bagian dalam penelitian ini meliputi:

1. Kepala Desa Kaidundu Barat beserta jajaran perangkat desa

2. Lembaga desa yakni LPMD dan BPD

3. TPK (Tim Pengelola Kegiatan)

4. Pendamping Desa

30
5. Masyarakat Desa yang mengawasi jalannya

pemerintahan desa.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang biasanya disusun dalam bentuk dokumen-

dokumen, misalnya data mengenai keadaan geografis, profil kantor, sejarah

beridirinya kantor dan lain-lain. Data sekunder yaitu yang lebih dahulu

dikumpulkan oleh orang lain diluar penyelidikan sendiri, dimana data hasil

yang dimaksud meliputi data-data yang mendukung data primer.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data adalah instrument penelitian berupa alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang digunakan

yaitu :

1. Observasi

Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan

pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang

akan diteliti. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan

pencatatan mengenai objek yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan baik

melalui wawancara biasa maupun wawancara berstruktur, wawancara biasa

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dari kondisi yang terjadi di

wilayah Kecamatan Bulawa mengenai pelaksanaan program Padat Karya

31
Tunai Desa (PKTD). Sedangkan wawancara mendalam dilakukan kepada

para responden yang disertai dengan daftar pertanyaan untuk mendapatkan

data kualitatif maupun kuantitatif. Adapun responden yang akan

diwawancarai adalah berjumlah 9 orang yang berkompoten dari 2 (dua) Desa

yakni Desa Alo dan Desa Bunga yang masing – masing terdiri dari Unsur

BPD 2 orang, Unsur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) 2 Orang dan

Unsur Aparat Desa (Kepala Desa dan Bendahara Desa) 4 orang serta 1 orang

Pendampin Propesional (Pendamping Desa).

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dimaksud untuk melengkapi data dari hasil

wawancara dan observasi. Dokumen yang dimaksudkan berbentuk surat-surat,

gambar/ foto. Atau catatan-catatan lain yang berhubungan dengan fokus

penelitian. Dokumentasi ini akan peneliti gunakan untuk memperkuat dalam

memperoleh data selain menggunakan teknik observasi dan wawancara.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menurut Miles dan Huberman yang

dikutip oleh (Ahmad Tanzeh dan Suyitno, 2006) mengatakan bahwa analisis data

terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan (interaktif), yaitu :

1. Reduksi Data

2. Penyajian Data

3. Penarikan Kesimpulan

32
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

kualitatif. Kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan dengan analisis induktif.

Maksudnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti dengan berangkat

ke tempat penelitian atau kelapangan untuk mengumpulkan berbagai bukti melalui

penelaahan terhadap fenomena kemudian merumuskan teori. Setelah tahap penelitian

sudah selesai dilakukan, barulah perlahan hasil penelitian tersebut dikumpulkan, lalu

diubah dalam bentuk tertulis. Sehingga nantinya bisa dimasukkan dalam laporan

penelitian yang nantinya akan dikaji dan dikorelasikan dengan teori-teori yang

disusun mengenai objek yang diteliti.

3.5 Lokasi Dan Jadwal Penelitian

3.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah terletak di 2 Desa di wilayah Kecamatan Bone

Raya yaitu : Desa Alo dan Desa Bunga. Dimana pertimbangan memilih 3 lokasi

tersebut karena ketiga desa ini melaksanakan program Padat Karya Tunai Desa

(PKTD) yang terdapat permasalahan di dalamnya, yakni mengenai pelaksanaan yang

belum efektif dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

3.5.2 Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama 2 (Dua) bulan oleh peneliti

setelah terbitnya ijin penelitian dari dinas terkait diwilayah/lokasi penelitian yakni

33
Dinas Pelayana Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten Bone Bolango sejak

pengumpulan data sampai dengan pelaporan.

3.6 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, dimana yang menjadi fokus penelitiannya yaitu

Bagaimana Strategi PKTD (Padat Karya Tunai Desa) Dalam Penanggulangan

Kemiskinan Di Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango.

3.7 Definisi Konsep

1 Strategi

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

gagasan, perencanaan, daneksekusi, sebuah aktivitas dalam kurun waktu

tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat kordinasi tim kerja, memiliki

tema mengidentifikasi faktor pendukungnya sesuai dengan prinsip-prinsip

pelaksanaan gagasan secara rasional, efesiensi dalam pendanaan dan

memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. (Fandi Tjiptono, 2000 :

17).

2 Kebijakan

Menurut Noeng Muhadjir, (2000 : 15), bahwa kebijakan merupakan

upaya memecahkan problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas

keadilan dan kesejaheraan masyarakat.

3 Kemiskinan

Kemiskinan menimbulkan dampak yang bersifat menyebar,

(Multiplier Effects), terhadap tatanan kemasyarakatan secara menyeluruh.

34
Sejumlah konflik yang terjadi di tanah air sepanjang krisis ekonomi, misalnya,

menunjukkan bahwa ternyata persoalan kemiskinan bukan semata-mata

mempengaruhi ketahanan ekonomi yang ditampilkan oleh rendahnya daya

beli masyarakat saja, tetapi juga mempengaruhi ketahanan sosial masyarakat

dan ketahanan nasional. (Hafsah, dalam Apinus Janambani 2018 : 12).

3.8 Definisi Operasional

Padat Karya Tunai (Cash For Work) adalah program pemerintah berupa

kegiatan pemberdayaan masyarakat desa, khususnya masyarakat miskin dan

marginal, bersifat produktif yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya

tenaga kerja dan teknologi lokal untuk memberikan tambahan upah atau

menambah pendapatan, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan

rakyat sekaligus mendukung penurunan angka stanting. Dengan skema Padat

Karya Tuna dalam pelaksanaan pembangunan yang di danai Dana Desa

diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dengan memberikan

upah (honorarium) langsung tunai kepada tenaga kerja yang terlibat, baik secara

harian maupun mingguan, sehingga dapat memperkuat daya beli masyarakat,

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Dahliati,

Ikono , Nurjihadi 2020 : 27)

Padat Karya Tunai Desa (PKTD) dilakukan oleh Pemerintah Desa

Bersama dengan masyarakat. Pelaksanaan Padat Karya Tunai Desa (PKTD)

dengan langsung melibatkan masyarakat diharapkan mampu untuk mendorong

perekonomian masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

35
Daftar Pustaka

Abdul Wahab, Solichin, 2008, Analisis Kebijakan dari formula ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara, Jakarta : Pt. Bumi Aksara.

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta.

36
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, 2006. Dasar-dasar Penelitian, Surabaya: eLKAF.

Budi, Winarno. 2002. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Didik dkk. 2016. Membangun Kemandirian Desa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Edi Suryadi, 2018. Strategi Komunikasi, Bandung PT Remaja Rosdakarya.

Juni Priansa Doni, Pengembangan Strategi Dan Model Pembelajaran, Bandung:

Pustaka Setia, 2017.

Syafi’i Antonio, 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Cet. 1 Jakarta :

GemaInsani.

Fandi Tjiptono, 2000. Strategi Pemasaran, Cet. Ke-II, Yogyakarta : Andi.

Noeng Muhadjir, 2000. Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori Pendidikan

Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta : Raka Sarasin.

Zubaedi. Pengembangan Masyarakat Wacana Dan Parktik, Jakarta: Penerbit Kencan,

2013.

Jurnal, Skripsi Dan Tesis

Dahliati.,Ikono,Radyum.,Nurjihadi M. 2020. Strategi Pengembangan Program Padat

Karya Tunai (PKTD) Dengan Pendekatan Analisis Swot Di Desa Stowe

Brang Kecamatan Utan Special Issue Jurnal Tambora Vol. 4 No. 2A Juli 2020

http://jurnal.uts.ac.id Social Humaniora. Sekolah Pasca Sarjana Universitas

37
Teknologi Sumbawa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Teknologi

Sumbawa.Dikutipdari https://www.neliti.com/id/publications/328691/strategi-

pengembangan-program-padat-karya-tunai-desa-pktd-dengan-pendekatan-anal

Janambani Apinus. 2018. Skripsi Implementasi Kebijakan Penanggulangan

Kemiskinan Dikelurahan Muja-Muju Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.

Dikutip dari http://repo.apmd.ac.id/514/1/SKRIPSI%20APINUS%202.pdf

Yanti Dinda 2019 Skripsi Pelaksanaan Program Padat Karya Tunai Berdasarkan

Surat Keputusan Bersama Empat Menteri Tentang Penyelarasan dan

Penguatan Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa dikutip dari http://repository.uin-suska.ac.id/18595/

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Ingonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Desa Pendirian, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan

Transmigrasi Nonor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana

Desa Tahun 2020.

Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 (Empat) Menteri yakni Menteri Dalam Negeri,

Menteri Kauangan, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan

38
Transmigrasi dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: 140-8698 Tahun 2017, Nomor

954/KMK.07/2017Nomor: 116 Tahun 2017 Nomor: 01/SKB/M.PPN/12/2017

Tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan Pelaksanaan

Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

39

Anda mungkin juga menyukai