cc Ê
c
c
Ê
Efisiensi alokasi sumber daya dan distribusi konsumsi dalam ekonomi
pasar dengan kompetisi bebas dan sempurna bisa terganggu, jika aktivitas dan
tindakan individu pelaku ekonomi baik produsen maupun konsumen mempunyai
dampak (externality) baik terhadap mereka sendiri maupun terhadap pihak lain.
Eksternalitas itu dapat terjadi dari empat interaksi ekonomi berikut ini (Pearee dan
Nash, 1991; Bohm, 1991) :
1.Ê Efek atau dampak satu produsen terhadap produsen lain (ÚÚ Ú
ÚÚ )
2.Ê Efek atau dampak samping kegiatan produksi terhadap konsumen (ÚÚ
Ú Ú )
3.Ê Efek atau dampak dari suatu konsumen terhadap konsumen lain (ÚÚ
Ú Ú
4.Ê Efek akan dampak dari suatu konsumen terhadap produsen (ÚÚ
Ú Ú )
1. Eksternalitas yang bisa habis ( ÚÚ Ú Ú) yaitu suatu dampak
eksternal yang mempunyai ciri barang individu (Ú ) yang
mana jika barang itu dikonsumsi oleh seseorang individu, barang itu tidak bisa
dikonsumsi oleh orang lain.
2. Eksternalitas yang tidak habis ÚÚ Ú Ú adalah suatu efek
eksternal yang mempunyai ciri barang publik yang mana
barang tersebut bisa dikonsumsi oleh seseorang, dan juga bagi orang lain.
Dengan kata lain, besarnya konsumsi seseorang akan barang tersebut tidak
akan mengurangi konsumsi bagi yang lainnya.
Masalah lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan didalam
suatu tukar manukar hak-hak kepemilikan (Ú
mampu
mempengaruhi hasil yang terjadi (Ú). Hal ini bisa terjadi pada pasar yang
tidak sempuna ("ÚÚëÚ) seperti pada kasus monopoli (penjual tunggal).
D ##
3. Praktek mencari keuntungan ini bisa juga dilakukan oleh aparat atau oknum
tertentu yang emmpunyai otoritas tertentu, sehingga pihak-pihak yang
berkepentingan bisa memberikan # % # & untuk
keperluan tertentu, untuk menghindari resiko yang lebih besar kalau ketentuan
atau aturan diberlakukan dengan sebenarnya. Praktek mencari keuntungan ini
membuat alokasi sumber daya menjadi tidak efisien dan pelaksanaan atuan-
aturan yang mendorong efisiensi tidak berjalan dengan semestinya. Praktek
jenis ini bisa mendorong terjadinya eksternalitas. Sebagi contoh, Perusahaaan
A yang mengeluarkan limbah yang merusak lingkungan. Berdasarkan
perhitungan atau estimasi perusahaan A harus mengeluarkan biaya (denda)
yang besar (misalnya Rp. 1 milyar) untuk menanggulangi efek dari limbah
yang dihasilkan itu. Pencari keuntungan (Ú ÚÚÚ) bisa dari perusahaan itu
sendiri atau dari pemerintah atau oknum memungkinkan membayar kurang
dari 1 milyar agar peraturan sesungguhnya tidak diberlakukan, dan denda
informal ini belum tentu menjadi revenue pemerintah. Sehingga akhirnya
dampak lingkungan yang seharusnya diselidiki dan ditangani tidak
dilaksanakan dengan semestinya sehingga masalahnya menjadi bertambah
serius dari waktu ke waktu.
-
Sejauh mana solusi swasta tersebut mampu mengatasi masalah
eksternalitas ? Ada sebuah pemikiran yang disebut - .· Ê
Ê mengambil nama perumusnya, yakni ekonom Ronald Coase-yang
menyatakan bahwa solusi swasta bisa sangat efektif seandainya memenuhi satu
syarat. Syarat itu adalah pihak-pihak yang berkepentingan dapat melakukan
negosiasi atau merundingkan langkah-langkah penanggulangan masalah
eksternalitas yang ada diantara mereka, tanpa menimbulkan biaya khusus yang
memberatkan alokasi sumber daya yang sudah ada. Menurut teorema Coase,
hanya jika syarat itu terpenuhi, maka pihak swasta itu akan mampu mengatasi
masalah eksternalitas dan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya.
Untuk lebih memahami makna teorema Coase, simaklah contoh berikut :
Di sebuah kota tinggal seseorang bernama Dick, ditemani anjingnya yang
bernama Spot. Spot ini terus-terusan menggonggong sehingga sangat
mengganggu Jane, tetangga Dick. Dick memetik manfaat dengan memelihara
Spot, berupa rasa aman dan nyaman. Namun pemeliharaannya atas Spot itu
menimbulkan eksternalitas negatif terhadap Jane. Haruskah Dick dipaksa
mengirim anjing ke lokasi khusus penitipan hewan, ataukah Jane yang harus
dipaksa rela begadang sepanjang malam, karena tidak bisa tidur akibat
gonggongan Spot ?
Pertama-tama, kita perkirakan dahulu seperti apa pemecahan yang dalam
secara sosial (untuk semua pihak). Ada dua alternatif yang perlu dipertimbangkan,
dan untuk itu diperlukan perhitungan atas seberapa banyak nilai keuntungan bagi
Dick dengan memelihara Spot, dan berapa kerugian yang harus ditanggung Jane.
Jika keuntungannya melebihi kerugiannya, maka pemecahan yang efisien secara
sosial adalah Dick dibiarkan terus memelihara anjingnya, sedangkan Jane harus
rela tidur diiringi gongongan. Sebaliknya, jika nilai kerugiannya melampaui nilai
keuntungannya, maka Dick harus menyingkirkan anjingnya.
Menurut teorema Coase, pasar swasta dapat menciptakan sendiri
pemecahan yang efisien. Bagaimana caranya ? Sebagai satu contoh, Jane dapat
menawarkan sejumlah uang kepada Dick agar menyingkirkan anjingnya. DICk
akan terima tawaran itu, jika uang yang ditawarkan melebihi nilai keuntungannya
dalam memelihara Spot.
Melalui tawar-menawar, Dick dan Jane akhirnya akan dapat menyepakati
jumlah imbalan yang dapat diterima kedua belah pihak, dan seandainya
kesepakatan tersebut benar-benar dapat dicapai, maka itu berarti mereka dapat
menciptakan sendiri pemecahan atas masalah eksternalitas yang mereka hadapi.
Umpamakan saja, nilai keuntungan bagi Dick dari memelihara Spot adalah $500,
sedangkan kerugian Jane bernilai $800. Dalam kasus ini, Jane dapat menawarkan
imbalan sebanyak $600, dan Dick dengan senang hati akan menyingkirkan
anjingnya. Kedua belah pihak akan lebih sejahtera dibanding sebelumnya, dan
pemecahan efisien pun tercipta.
Namun ada pula kemungkinan Jane tidak dapat membayar imbalan itu,
yakni jika ternyata nilai keuntungan Dick lebih besar dari pada nilai kerugiannya.
Misalkan saja, nilai keuntungan Dick dari memelihara Spot ternyata $1.000,
sedangkan kerugian Jane akibat gonggongan Spot hanya $800. Jika ini kasusnya,
maka tentu saja Dick akan menolak tawaran imbalan yang lebih kecil dari $1.000,
padahal Jane tidak akan mau membayar lebih dari $800. Akibatnya, Dick akan
tetap memelihara Spot. Ditinjau dari perhitungan untung-ruginya, kondisi tersebut
juga terhitung efisien.
Semua uraian dalam contoh diatas, tentu saja bertumpu pada asumsi
bahwa Dick secara hukum memang dibenarkan memelihara anjingnya yang
berisik itu, sehingga Jane tidak bisa mengganggu-gugat. Artinya, kita berasumsi
bahwa Dick dapat memelihara Spot dengan bebas, dan Jane harus memberinya
imbalan agar Dick menyingkirkan anjingnya itu secara sukarela. Lantas
bagaimana jika ternyata hukum berpihak pada Jane, atau jika Jane secara hukum
berhak untuk menikmati ketenangan dan ketenteraman di rumahnya sendiri.
Menurut teorema Coase, distribusi awal hak atau perlindungan hukum itu
tidak menjadi persoalan, karena tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan
pasar dalam mencapai hasil yang efisien. Misalkan saja, Jane secara hukum dapat
menggugat Dick agar menyingkirkan anjingnya. Dalam kasus ini, hukum
berpihak pada Jane, namun hasil akhirnya tidak akan berubah. Dalam kasus ini,
Dick dapat menawarkan sejumlah imbalan kepada Jane agar ia dapat terus
memelihara anjingnya. Andaikata nilai keuntungan Dick lebih besar daripada
kerugian Jane, maka keduanya akan dapat mencapai suatu kesepakatan yang
memungkinkan Dick terus memelihara Spot.
Jadi, terlepas dari distribusi hak pada awalnya, Dick dan Jane tetap
berpeluang mencapai kesepakatan. Meskipun demikian, soal distribusi hak itu
bukannya sama sekali tidak relevan, karena distribusi awal itulah yang
menentukan distribusi kesejahteraan ekonomi. Jika Dick yang memiliki hak awal
untuk memelihara Spot, maka Janelah yang harus memberi imbalan dalam
kesepakatan yang mereka buat. Sebaliknya, jika Jane yang mempunyai hak awal
untuk hidup tenang, maka Dick yang harus memberi imbalan. Namun dalam
kedua kasus ini, kesepakatan tetap dapat dibuat dalam rangka mengatasi masalah
eksternalitas. Pada akhirnya, Dick hanya akan terus memelihara anjingnya jika
nilai keuntungannya melebihi nilai kerugiannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa : ÚÚ ! Ú Ú
Ú
Ú Ú #
Ú Ú
Ú Ú
ÚÚ ÚÚ
ÚÚÚ Ú ÚÚ Ú Ú Ú
Ú Ú
ÚÚÚ
Ú Ú
*Ê $$
Dalam beberapa kasus, para anggota masyarakat dapat mengatasi sendiri
masalah eksternalitas, tanpa keterlibatan pemerintah. Menurut teorema Coase,
seandainya mereka dapat melakukan tawar menawar secara bebas (tanpa biaya),
maka mereka akan dapat mencapai kesepakatan bersama, dan melaksanakannya
bersama-sama pula sehingga tercapai suatu alokasi yang efisien. Namun dalam
prakteknya, banyak kendala yang tidak memungkinkan berlangsungnya tawar
menawar itu. Salah satu diantaranya adalah terlalu banyak pihak yang
berkepentingan.
Kalau orang-orang tidak dapat menyelesaikan sendiri masalah
eksternalitas yang mereka hadapi, maka pemerintah perlu turun tangan. Namun
adanya eksternalitas itu tidaklah menjadi alasan untuk sepenuhnya
mencampakkan kekuatan pasar. Pemerintah dapat mengatasi persoalan
eksternalitas itu tanpa meninggalkan pasar, yakni dengan secara langsung
mewajibkan para pembuat keputusan (produsen atau konsumen) menanggung
segenap biaya atau akibat yang ditimbulkan oleh prilaku atau tindakan mereka.
Contohnya adalah penerapan pajak Pigovian terhadap polusi,. Penanggulangan
polusi juga dapat dilakukan melalui penerbitan izin polusi terbatas. Hanya
perusahaan yang memiliki izin yang boleh menciptakan polusi, itupun dalam
kadar yang terbatas. Kedua cara ini pada dasarnya merupakan upaya internalisasi
eksternalitas polusi. Dalam praktiknya, peran kelompok-kelompok pecinta
lingkungan terus meningkat, sehingga kini mereka menjadi kekuatan utama dalam
melindungi kelestarian lingkungan hidup. Kekuatan pasar, jika dapat diarahkan
secara tepat, dapat menjadi resep yang paling mujarab untuk mengatasi kegagalan
pasar.