5930 16402 1 PB
5930 16402 1 PB
Model Jaringan Transportasi Laut Angkutan Gas Alam Cair untuk Pembangkit
Listik di Indonesia Bagian Timur
Irwan Tri Yunianto 1, Eka Wahyu Ardhi 2, Desy Anggraini 3
Departemen Teknik Transportasi Laut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1,2,3
1
irwan@seatrans.its.ac.id, 2 ekawahyu@seatrans.its.ac.id, 3 deesyanggraini@gmail.com
DOI: https://doi.org/10.21107/rekayasa.v13i1.5930
Abstrak
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada rata rata 5,8% per tahun tidak hanya berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara umum tetapi juga peningkatan kebutuhan tenaga listrik. PT PLN (Persero) telah men-
gantisipasi peningkatan permintaan tenaga listrik dengan membuat rencana pengembangan pembangkit listrik. Studi
ini bertujuan untuk menentukan model transportasi terpadu angkutan gas alam cair (Liquid Natural Gas (LNG)) untuk
pembangkit di Kawasan Timur Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode optimasi untuk
mendapatkan tipe kapal yang sesuai pada rute terpilih yang memberikan biaya satuan minimum. Hasil optimasi menun-
jukkan bahwa distribusi gas alam cair ke pembangkit listrik di Indonesia bagian timur adalah dengan suplai langsung
dari Kilang Tangguh ke pembangkit listrik di Sorong dengan unit biaya sebesar Rp230.000/m³, 6 pembangkit listrik
disuplai melalui Hub Ambon dengan biaya satuan sebesar Rp280.000/ m³, 7 pembangkit listrik disuplai melalui Hub
Ternate dengan unit biaya satuan terendah adalah tujuan Tidore sebesar Rp230.000/ m³ dan 5 sisanya akan disuplai
melalui Hub Manokwari dengan biaya satuan terendah adalah tujuan Biak sebesar Rp340.000/ m³.
Kata Kunci: biaya satuan, LNG, optimasi, transportasi terpadu
22
13(1): 2020 | 23
pulau-pulau kecil yang tersebar sehingga tidak bongkar. Analisis dilakukan dengan melihat kondi-
mungkin seluruh wilayah akan disambung dengan si wilayah perairan yang dilewati kapal setiap bulan
jaringan pipa melintasi lautan, karena dipastikan dalan satu tahun.
akan membutuhkan dana yang sangat besar. Selain
itu pembangkit yang akan dibangun PLN di kedua Tahap Optimasi
wilayah tersebut merupakan pembangkit dengan Pada tahap ini dilakukan optimasi untuk menentu-
kapasitas kecil berkisar antara 15 sampai 60 MW kan pola operasi pengiriman LNG dengan meng-
karena kebutuhannya tidak sebesar di wilayah Su- gunakan Open Solver dari Microsoft Excel. Dengan
matera dan Jawa sehingga membutuhkan pasokan meminimalkan biaya satuan pengiriman LNG dan
gas yang tidak banyak pula. Untuk daerah seperti variabel keputusan adalah frekuensi dibutuhkan
ini, distribusi gas lebih efisien menggunakan kon- dengan batasan kargo terangkut harus lebih be-
sep Small Scale LNG Supply Chain. sar sama dengan jumlah demand per tahun untuk
masing-masing tujuan.
Distribusi melalui pipa memang merupakan distri-
busi yang paling murah, namun untuk Wilayah Ma- Tahap Optimalisasi Utilitas Kapal
luku dan Papua yang merupakan wilayah dengan Pada tahap ini dilakukan analisis bahwa penggu-
banyak pulau serta kebutuhan tiap pembang kit naan 1 (satu) unit kapal untuk melayani 1 (rute) ti-
yang tersebar sangat kecil, maka distribusi LNG daklah optimum dikarenakan total hari kerja kapal
akan lebih efisien dengan menggunakan kapal dalam setahun masih jauh dari total maksimum-
LNG mini (Small LNG Tanker). Istilah ‘small’ meru- nya untuk beberapa rute tertentu. Oleh sebab itu
juk pada volume angkut LNG yang hanya sampai akan dilakukan optimalisasi jumlah penggunaan
40.000 m³. Kapal LNG normal umumnya berka kapal dari 1 (satu) unit per rute menjadi 1 (unit)
pasitas angkut 120.000 – 270.000 m³ dan berlayar untuk melayani semua rute dengan tujuan untuk
antar benua dengan jarak puluhan ribu mil laut menghemat biaya sewa kapal yang ditimbulkan
dan waktu layar lebih dari 1 minggu. Sementara dan memaksimalkan utilitas kapal dalam 1 tahun
Small LNG Tanker digunakan untuk jarak sekitar masa sewanya.
1.000 mil laut, dengan waktu layar 3-4 hari. Maka
akan cocok jika konsep tersebut di terapkan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
distribusi LNG di wilayah kepulauan Maluku dan
Papua. Model Matematis
3. Minimum sarat pelabuhan untuk masing-mas- Tabel 1. Total Permintaan LNG di Tiap Terminal
ing rute > sarat kapal Penerima
4. Frekuensi dibutuhkan = integer Ter-
minal Kap. MMS
No Kode m³/hari m³/tahun
Peneri- Total CFD
Penyusunan Model ma
Langkah awal yang dilakukan dalam meren- 1 Langgur LGR 50 10 391,30 142.826,09
canakan rute pengiriman ini adalah mengindenti- 2 Kulur KLR 60 12 469,56 171.391,30
fikasi titik demand dan jumlah muatan (m³ LNG). 3 Namlea NML 50 10 391,30 142.826,09
Setelah mengidentifikasi titik demand, dilakukan 4 Namrole NMR 60 12 469,56 171.391,30
analisis untuk menentukan lokasi kilang LNG mana
yang mampu untuk memasok kebutuhan seluruh 5 Saumlaki SML 70 14 547,82 199.956,52
semua titik demand dan supply dapat teridentifi- 7 Saparua SPR 50 10 391,30 142.826,09
kasi, langkah selanjutnya adalah menganalisis je- 8 Sofifi SFF 50 10 391,30 142.826,09
nis alternatif alat angkut bagaimana yang sesuai 9 Tobelo TBL 40 8 313,04 114.260,87
dengan karakteristik muatan yang diminta. Hingga 10 Malifut MLF 60 12 469,56 171.391,30
kemudian, dilakukan perencanaan rute pengiriman
11 Buli BL 50 10 391,30 142.826,09
yang meliputi perhitungan biaya transportasi dan
analisis dengan model optimasi untuk mendapat- 12 Kupal KPL 60 12 469,56 171.391,30
Terminal
kan rute yang paling optimum dengan biaya yang 13 Sanana SNN 40 8 313,04 114.260,87
Pada penelitian distribusi LNG ini, yang menjadi 15 Tidore TDR 70 14 547,82 199.956,52
tujuan distribusi adalah pembangkit listrik di Kepu- 16 Nabire NBR 50 10 391,30 142.826,09
lauan Maluku dan Papua. Pembangkit yang diren- 17 Sarmi SRM 50 10 391,30 142.826,09
canakan untuk dipasok sesuai RUPTL hingga tahun 18 Timika TMK 90 18 704,34 257.086,96
2016 terdiri dari 21 pembangkit di Provinsi Maluku, 19 Merauke MRK 60 12 469,56 171.391,30
16 pembangkit di Provinsi Maluku Utara, 23 pem- 20 Biak BIA 75 15 586,95 214.239,13
bangkit di Provinsi Papua dan 13 pembangkit di
21 Serui SRI 60 12 469,56 171.391,30
Provinsi Papua Barat. Letak dan daya pembangkit
tiap provinsi diilustrasikan pada Gambar 1. 22 Kaimana KMN 60 12 469,56 171.391,30
GT ton 9.600 7.833 4.325 2.936 1.687 6 Inflasi 4,5 % Bank Indonesia
Panjang 7 Waktu AT+WT+IT 5 Jam
m 119,80 117,80 99,00 86,25 69,00
(LOA)
Lebar (B) m 19,80 18,60 28,00 15,10 25,70
Tinggi Analisis kompatibilitas sarat kapal dengan keda-
m 11,50 10,60 16,00 7,00 16,60
(H) laman terminal dilakukan untuk memastikan al-
Sarat (T) m 7,60 5,90 4,30 4,10 3,50 ternatif kapal mana saja yang nantinya bisa atau
Permesinan
tidak bisa sandar di terminal bongkarnya. Anali-
Mesin
Utama
Kw 4.900 5.000 1.400 1.912 640 sis dilakukan dengan membandingkan sarat dari
kg/ semua opsi kapal dengan kedalaman terminal
SFOC 0,185 0,185 0,185 0,185 0,185
KwH bongkar di semua rute.
Mesin
Kw 480 2.500 480 880 769
Bantu
kg/ Adapun asumsi yang digunakan antara lain nilai
SLOC 0,00136 0,00136 0,00136 0,00136 0,00136
KwH tukar rupiah terhadap US$ adalah sebesar Rp
Kecepatan (Vs) 14.865 yang nilainya didapat dari googlefinance.
Muat knot 10,20 9,46 9,35 11,05 11,90
com. Asumsi yang lain adalah harga HFO sebesar
Kosong knot 12,00 11,13 11,00 13,00 14,00
Rp 11.650 /liter untuk bahan bakar mesin utama
Cargo Pump
kapal. Harga HSD sebesar Rp 14.350 /liter sebagai
m³/
Produktivitas
jam
480 450 380 350 330 bahan bakar mesin bantu kapal dan juga sebagai
salah satu bahan bakar PLTMG. Harga LNG sendiri
and Spoke. Pengiriman secara direct (langsung), adalah Rp 127.466 /MMBTU yang digunakan se-
yang dimaksudkan dalam pola operasi ini adalah bagai bahan bakar untuk PLTG.
pengiriman yang tidak melalui terminal hub atau
langsung dibawa dari lokasi kilang, tidak dikum- Selain asumsi diatas, dalam penelitian ini juga
pulkan terlebih dahulu dalam 1 (satu) titik supply. mengasumsikan beberapa hal lain. Biaya pelabu-
han yang digunakan dalam penelitian ini bersum-
Skema pola operasi pada penelitian ini yaitu ter- ber dari PP 11 tahun 2015 tentang tarif pelabuhan.
dapat 30 lokasi tujuan. 30 tujuan tersebut terdi- Selain itu, dalam penelitian ini juga digunakana-
ri dari 25 terminal penerima akhir (Spoke) dan 5 sumsi sewa kapal dengan perjanjian time charter
(lima) terminal Hub. Skema pola operasi dapat di- berdasarkan kapasitas ruang muat (payload).
lihat pada Gambar 3.Perhitungan yang digunakan
untuk menentukan jumlah rute yang memungk- Gas alam sebagai bahan bakar pembangkit listrik
inkan adalah 25 terminal penerima akhir dikalikan ini perlu dirubah bentuk menjadi cair untuk dapat
dengan 7 (tujuh) titik asal yang tersedia sehing- di distribusikan dengan efektif. Seperti pengkon-
ga menghasilkan 175 rute, kemudian ditambah- versian 1 meter kubik LNG setara dengan 600
kan dengan perkalian antara 5 titik terminal Hub meter kubik gas alam. Sehingga as alam akan di
dengan 2 (dua) titik asal yang tersedia yakni lokasi cairkan menjadi LNG agar saat mengangkut dapat
kilang. Sehingga total kemungkinan rute yang ter- memuat lebih banyak. Terdapat beberapa satuan
sedia adalah 175 rute ditambahkan 10 rute men- gas alam, MMSCFD biasanya digunakan sebagai
jadi 185 rute. 185 adalah jumlah keseluruhan dari satuan aliran gas. Sedangkan MMBTU digunakan
rute yang memungkinkan. Maka hasil yang akan untuk satuan pembelian atau penyimpanan gas
terjawab dalam model optimasi nantinya ada- alam.
lah menentukan lokasi asal (supply) untuk setiap
titik tujuan (demand) yakni keseluruhan terminal Perhitungan Biaya Transportasi Laut
penerima (30 tujuan). Sebelum mulai menghitung masing-masing kom-
ponen tersebut, diperlukan perhitungan biaya
Tabel 4. Konversi LNG
GAS UNIT CONVERSION
waktu. Perhitungan waktu terbagi menjadi waktu of thumb ini digunakan sebagai cara cepat untuk
kapal berlayar dan waktu kapal berlabuh. Dari to- estimasi hasil dari interpolasi dan ekstrapolasi
tal waktu maka akan didapatkan gambaran berapa proyek terdahulu. Tabel di bawah menunjukkan
lama waktu yang dibutuhkan kapal untuk menye- asumsi investasi proyek FSRU dari Pertamina
leseikan 1 roundtrip. Total waktu juga dapat digu- sebagai acuan dalam menghitung berapa besar
nakan untuk mencari berapa frekuensi maksimal biaya investasi yang diperlukan untuk memba
kapal dalam 1 tahun. Frekuensi maksimal kapal da- ngun sebuah FSRU.
lam 1 tahun merupakan fungsi dari hari kerja kapal
dan total waktu untuk 1 roundtrip. Komponen dari Total Biaya dan Biaya Satuan
biaya transportasi laut yang digunakan pada pe- Total biaya keseluruhan didapatkan dari penjumla-
nelitian ini adalah biaya kapital sebagai fixed cost, han biaya transportasi laut yang terdiri dari biaya
serta biaya perjalanan dan biaya kepelabuhan se- sewa kapal, biaya perjalanan, dan biaya kepelabu-
bagai variable cost. hanan dengan biaya penanganan LNG, biaya re-
gasifikasi biaya penyimpanan di terminal dan in-
Biaya Regasifikasi vestasi terminal penerima. Dari total biaya, untuk
Biaya regasifikasi adalah biaya yang dikeluarkan mencari biaya satuan maka total biaya keseluru-
untuk mengkonversi gas cair atau LNG ke bentuk han dibagi dengan jumlah kargo terkirim.
gas. Proses regasifikasi ini membutuhkan fasilitas
khusus yaitu fasilitas regasifikasi. Fasilitas regasifi- Model Optimasi
kasi bisa di letakan di darat, maupun di laut (off- Model optimasi merupakan metode yang digu-
shore) yang biaya disebut dengan Floating Regas- nakan pada penelitian ini dengan menggunakan
ification Unit (FRU). Fasilitas regasifikasi juga bisa aplikasi solver pada Microsoft Excel. Dalam pene-
digabung dengan fasilitas penyimpanna gas atau litian ini, dikarenakan jumlah kemungkinan rute
biasa disebut dengan Floating Storage and Re- dan alternatif kapal ada banyak maka penggunaan
gasification Unit (FSRU). Tarif untuk meregasifikasi solver biasa tidak bisa diaplikasikan. Sebagai solusi
LNG dalah Rp 9.940 / MMBTU. perlu ditambahkan aplikasi tambahan yakni Open
Solver yang bisa menjalankan model hingga 2000
Biaya Penyimpanan variabel. Model optimasi disusun untuk menen-
Biaya penyimpanan adalah biaya yang timbul aki- tukan pola operasi, pemilihan armada kapal, dan
bat pemakaian fasilitas penyimpanan muatan. Tarif pemilihan jenis terminal penerima dengan total
penyimpanan untuk LNG adalah Rp 11.360 /MMB- biaya paling minimum
TU. Biaya penyimpanan didapat dari perkalian an-
tara tarif dan kebutuhan bahan bakar per tahun di Hasil Model Optimasi
masing-masing pembangkit. Setelah melakukan perhitungan seluruh kom-
ponen biaya total, dilakukan proses optimasi. Dari
Investasi Terminal Penerima hasil optimasi tersebut akan menghasilkan rute-
Pembangunan terminal LNG merupakan alternatif rute terpilih beserta kapal yang paling optimum
yang dipilih untuk menambah pasokan gas yang dengan total biaya paling minimum.
telah ditargetkan. Ada dua alternatif model pili-
han untuk pembangunan terminal LNG ini yaitu Tabel 6 menjelaskan bahwa dari total terminal Hub
Offshore (LepasPantai) dan Onshore (di daratan). yang sebelumnya ada 5 (lima), hanya 3 (tiga) lokasi
Setelah dilakukan analisis pemilihan jenis terminal, saja yang dapat mensuplai kebutuhan LNG termi-
hasil dari nilai investasi yang didapat menunjukkan nal penerima lain secara optimal. Hasil optimasi
bahwa penggunaan terminal LNG jenis FSRU lebih menunjukkan bahwa Hub Jayapura dan Hub So-
murah jika dibandingkan dengan pemakaian ter- rong tidak akan optimal jika dijadikan sebagai ter-
minal LNG darat. Maka dalam penelitian ini, jenis minal Hub karena tidak memiliki satu pun tujuan
terminal LNG yang akan digunakan adalah FSRU. Tabel 6. Rute Asal-Tujuan Hasil Optimasi
Hub Hub Hub Langsung Langsung
Mengacu pada jurnal berjudul “Virtual Pipeline to Hub Hub
US $ million/ Jayapura
Regasifi- FSRU 0,6
cation MMSCFD
Sorong
US $ million/
Land-based 2,1 Hub Ma-
MMSCFD
nokwari
13(1): 2020 | 27
Pengiriman Hub and Spoke Kupal, Tidore dan Sofifi. Berikut rincian hasil opti-
Pola operasi Hub and Spoke merupakan pola oper- masi pengiriman melalui terminal Hub Ternate dari
asi dimana kapal utama yang berangkat dari kilang 7 (tujuh) titik terminal akhir yang terpilih.
melakukan transit di terminal Hub, dimana termi-
nal Hub tersebut menjadi terminal pengumpul pa- Dari keseluruhan biaya untuk masing-masing rute,
sokan LNG dari kilang untuk kemudian dikirimkan biaya total terbesar yang timbul adalah sebesar Rp
ke semua terminal tujuan akhir dengan menggu- 30 milliar per tahun dengan biaya satuan sebesar
nakan kapal feeder. Rp 590.000 per m³. Angka tersebut didapat dari
biaya total dan biaya satuan rute dengan tujuan
1) Hub Ambon
terminal penerima akhir Malifut. Sedangkan biaya
Terdapat 6 (enam) titik dari 25 titik tujuan termi-
total terkecil yang timbul adalah dari rute pengiri-
nal akhir yang disuplai dari terminal Hub Ambon
man Ternate-Sofifi sebesar Rp 28 miliar per tahun
berdasarkan hasil optimasi yang terpilih. Enam titik
untuk biaya total dan Rp 90.000 per m³ untuk bi-
tersebut yakni Sanana, Namrole, Namlea, Kulur, Sa-
aya satuan.
parua dan Saumlaki. Berikut rincian hasil optimasi
pengiriman melalui Hub Ambon dari 6 (enam) titik
3) Hub Manokwari
terminal akhir yang terpilih.
Terdapat 5 (lima) titik dari 25 titik tujuan terminal
akhir yang disuplai dari terminal Hub Manokwari
Dari keseluruhan biaya untuk masing-masing rute,
berdasarkan hasil optimasi yang terpilih. Lima titik
biaya total terbesar yang timbul adalah sebesar Rp
tersebut adalah Waisai, Nabire, Serui, Biak dan
23 milliar per tahun dengan biaya satuan sebesar
Sarmi. Berikut rincian hasil optimasi pengiriman
0,4 Jt-Rp/m³. Angka tersebut didapat dari biaya to-
melalui terminal Hub Manokwari dari 5 (lima) titik
tal dan biaya satuan rute dengan tujuan terminal
terminal akhir yang terpilih.
penerima akhir Saumlaki. Sedangkan biaya total
terkecil yang timbul adalah dari rute pengiriman
Dari keseluruhan biaya untuk masing-masing rute,
Ambon-Saparua sebesar Rp 17 miliiar per tahun
biaya total terbesar yang timbul adalah sebesar Rp
untuk biaya total dan 1,16 Jt-Rp/m³ untuk biaya
31 milliar per tahun dengan biaya satuan sebesar
satuan.
Rp 150.000 per m³ untuk rute Manokwari-Serui.
Sedangkan biaya total terkecil yang timbul ada-
2) Hub Ternate
lah dari rute pengiriman Manokwari-Biak sebesar
Terdapat 7 (tujuh) titik dari 25 titik tujuan termi-
Rp 22 miliiar per tahun untuk biaya total dan Rp
nal akhir yang disuplai dari terminal Hub Ternate
1.570.000 per m³ untuk biaya satuan.
berdasarkan hasil optimasi yang terpilih. Tujuh
titik tersebut adalah Waringin, Tobelo, Malifut, Buli,
Gambar 4. Rute Terpilih Hub Ambon Gambar 6. Rute Terpilih Hub Manokwari
28 | Yunianto, I.T. dkk. Model Jaringan Transportasi Laut Angkutan Gas Alam Cair..
Gambar 8. Rute Pengiriman Langsung Terminal 2 DB 48,04 42,04 26,89 25.254,76 0,29
lebih dahulu dalam 1 (satu) titik supply. 8 JYP 544,47 476,41 189.182,28 293.296,29 0,31
Nurhadi Budi Santoso, “Pemanfaatan LNG Sebagai Randeep Agarwal, Thomas J. Rainey, S.M. Ashrafur
Sumber Energi di Indonesia,” Rekayasa Rahman, Ted Steinberg, Robert K. Perrons
Proses, Vol. 8, No. 1, 2014. and Richard J. Brown., “LNG Regasification
Terminals: The Role of Geography and Me-
O. M. Faltinsen, Hydrodynamics of High-Speed teoroly on Technology Choices” Energies,
Marine Vehicle, Cambridge: Cambridge Uni- 2017, doi: 10.3390/EN10122152.
versity Press, 2005.
W. S. Vorus, “Vibration,” in Principle of Naval Archi-
Philip Ejoor Agbonifo, “Natural Gas Distribution In- tecture Series, Jersey City, The Society of Na-
frastructure and The Quest for Enviromental val Architects and Marine Engineers, 2010
Sustainability in The Niger Delta: The Pros-
pect of Natural Gas Utilization in Nigeria,”
Energy Economics and Policy, Vol. 6, No. 3,
pp. 442-448, 2016. ISSB: 2146-4553.