Anda di halaman 1dari 10

PANGGILAN HIDUP

A. Pemaknaan Hidup
 Banyak orang yang menganut falsafah bahwa hidup menusia terdiri dari 4 perkara,
yaitu lahir, kerja, nikah, dan mati.
 Falsafah tersebut kiranya menyadarkan bahwa setiap manusia secara kodrati akan
mengalami perkara-perkara penting yang harus terjadi melalui tahapan-tahapan
dalam sejarah hidupnya.
 Melalui proses pertumbuhan dan perkembangannya, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial, manusia mencapai tahap kedewasaannya.
 Kita menyadari bahwa hidup harus dipertanggung jawabkan.
 Ada 3 jenis bentuk pertanggungjawaban atas hidup manusia, yaitu
1. Mempertahankan hidup, contohnya menghormati, menjaga, merawat,
memelihara, dan sebagainya
2. Memaknai hidup, contohnya berperanan, aktivitas, karya, dan sebagainya
3. Mengembangkan hidup, contohnya mencapai kemajuan, prestasi, dan
sebagainya
 Kematian merupakan saat yang tepat untuk memberikan pertanggungjawaban
kepada Sang Pencipta.
 Dalam Rom 14:10-12, Santo Paulus menegaskan : 10Tetapi engkau, mengapa
engkau menghakimi saudaram? Atau mengapakah engkau meghina saudaramu?
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. 11Karena ada tertulis:
“Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut
dihadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah.” 12Demikianlah setiap
orang di antara kalian akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri
kepada Allah.
 Pada prinsipnya, hidup yang merupakan anugerah ini perlu disyukuri dan
dipertanggung jawabkan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, mumpung masih ada
kesempatan, baiklah kita jalani hidup ini dengan penuh syukur dan bertanggung
jawab.
 Apapun falsafah hidup kita, diantara kelahiran dan kematian, terdapat momen
dimana harus kita isi dengan pertanggungjawaban yang akan kita berikan kepda
Allah.

B. Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif Hidup


Berkeluarga
a. Memaknai Masa Pacaran
 Pacaran adalah usaha saling mengenal antara perempuan dengan laki-laki
melalui relasi dan komunikasi yang efektif.
 Pacaran adalah bagian dari kehidupan kita yang dimungkinkan oleg Tuhan
sendiri, maka dijalani dengan wajar
 Dengan timbulnya saling mengenal, diharapkan ada kesesuaian yang lebih
uas hingga relasi yang dibangun dapat dipertahankan dan diarahkan ke
dalam hubungan yang semakin lebih baik lagi.

Pak Yooooo/1
 Dengan pacaran akan memberikan manfaat bagi kita diantaranya saling
melengkapi, mendewasakanm meneguhkan, memberdayakan dan
menyemangati untuk mencapai prestasi

b. Saling Mengenal Pribadi


 Dalam berpacaran sebaiknya saling mendengarkan keluh kesah dan
kekhawatiran yang dialami oleh pasangan.
 Melalui pacaran juga diharapkan ada kemandirian agar tidak saling
bergantung terhadap pasangan satu sama lain.

c. Perubahan pola pikir


 Proses peralihan dari subjective love ke objective love : dari kasih dan
pemberian yang diberikan untuk memanipulasi orang yang menerima menuju
sikap memberi sesuai apa yang terbaik.
 Proses envious love ke jealous love : dari kecemburuan negatif yang ingin
merebut apa yang bukan menjadi milik kita menjadi kecemburuan positif
yang menuntut apa yang memang menjadi miliknya.
 Proses peralihan dari romantic love menuju ke real love : dari kasih dalam
mimpi menuju ke kasih yang berpegang pada kenyataan.
 Proses peralihan dari activity center menuju dialog center : dari yang selalu
melakukan aktivitas bersama menuju ke komunikasi yang dialogis
 Proses peralihan dari seksual oriented ke personal oriented : mengalihkan
perhatian dan konsentrasinya dari hanya sekedar memikirkan hal-hal yang
berhubungan dengan aktivitas seksual menuju pengenalan pribadi yang
mendalam.

d. Belajar Saling Mencintai


 Cinta yang mulai tumbuh sebaiknya perlu terus menerus dipupuk, dibina dan
dikembangkan secara bertanggungjawab. Sehingga memunculkan pacaran
yang sehat.

C. Panggilan Hidup Berkeluarga


Salah satu pilihan atau komitmen terkait dengan status hidup adalah hidup
berkeluarga. Hidup berkeluarga yang diawali dengan perkawinan merupakan
panggilan hidup.
1. Berbagai Pandangan tentang Perkawinan.
a. Pandangan Tradisional
Perkawinan adalah ikatan antara laki-laki dan perempuan , antara keluarga laki-
laki dan keluarga perempuan.
b. Pandangan Sosial
Perkawinan adalah persekutuan hidup yang mempunyai bentuk, tujuan,
hubungan yang khusus . suami istri akan mencapai kesempurnaan dan
kepenuhannya sebagai manusia. Menjadi bapak dan ibu.

Pak Yooooo/2
c. Pandangan Hukum
Perkawinan adalah perjanjian antara laki-laki fdan perempuan , dan perjanjian
antara kerabat laki-laki dan kerabat perempuan. Perjanjian di depan masyarakat
agama dan masyarakat Negara yang membuat perkawinan menjadi SAH.
d. Pandangan Antropologis
Perkawinan adalah persekutuan cinta, sebuah jalinan persekutuan yang dimulai
dengan cinta, berkembang atas dasar cinta, dan berbahagia karena cinta.
e. Pandangan Umum ( kesimpulan dari makna perkawinan)
Perkawinan adalah persekutuan hidup - antara seorang pria dan wanita - yang
terjadi karena pesetujuan pribadi - yang tak dapat ditarik kembali - dan harus
diarahkan kepada saling mencintai sebagai suami-istri - dan kepada
pembangunan keluarga - dan oleh karenanya menuntut kesetiaan yang
sempurna - dan tidak mungkin diceraikan lagi oleh siapa pun, kecuali oleh Allah.

2. Makna Keluarga pada Umumnya.


Dalam arti luas keluarga adalah persatuan antara keluarga inti, yaitu suami, istri,
dan anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada keluarga yang secara emosi dan
social mempunyai ikatan.
Keluarga mempunyai makna sebagai berikut :
a. Keluarga merupakan kesatuan social, berdasarkan hubungan biologis/darah,
ekonomis,emosional, dan rohani, yang bertujuan mendidik anak-anak sebagai
anggota masyarakat luas.mereka saling mencintai, memperhatikan dan saling
mendukung.
b. Keluarga adalah sel kehidupan masyarakat, atau masyarakat kecil.
Karena masyarakat pada dasarnya adalah gabungan antara beberapa kelurga
inti maupun keluarga besar. Kondisi keduanya akan saling berpengaruh bagi
keberadaan keluarga maupun masyarakat itu sendiri.
c. Keluarga menjadi tempat yang utama dan pertama bagi pendidikan anak-
anak.tugas suami-istri adalah mendampingi dan mengarahkan ana-anaknya
agar menjadi pribadi-pribadi yang baik, mandiri, dan bertanggung jawab.

3. Perkawinan dalam Tradisi Katolik


 Landasan Biblis Perkawinan Katolik
o Dari awal penciptaan dunia, Allah menciptakan manusia pertama laki-laki
(Adam) dan perempuan (Hawa). Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam agar
laki-laki itu mendapatkan teman ‘penolong’ yang sepadan dengannya,
sehingga mereka akhirnya dapat bersatu menjadi satu ‘daging’ .
o Walaupun dalam perjanjian lama perkawinan monogami tidak selalu
diterapkan karena kelemahan manusia, kita dapat melihat bahwa perkawinan
monogami adalah yang dimaksudkan Allah bagi manusia sejak semula.
o Jdi, perkawinan antara pria dan wanita berkaitan dengan penciptaan manusia
menurut citra Allah. Allah adalah kasih dank arena kasih yang sempurna tidak
pernah ditujukan pada diri sendiri, tetapi pada pribadi yang lain , maka kita

Pak Yooooo/3
mengenal Allah yang tidak tersolasi sendiri, tetapi Allah Esa yang merupakan
komunitas Tiga Pribadi :Allah Bapa, Putera < dan Roh kudus.
o Perkawinan juga direncanaka Allah sebagai gambaran akan hubungan kasih-
Nya dengan umatnya.
o Pada Perjanjian Baru, Yesus sendiri menyempurnakan nilai perkawinan ini
dengan mengangkatnya menjadi gambaran akan hubungan kasih-Nya kepada
Gereja.
o Kesatuan antara Kristus dan Gereja-Nya ini menjadi inti dari setiap sakramen
karena sakramen pada dasarnya membawa manusia ke dalam persatuan yang
mendalam dengan Allah.
o Melihat keagungan makna perkawinan ini tidaklah berarti bahwa semua
orangdipanggil untuk hidup menikah.
o Artinya, tujuan akhir hidup manusia adalah persatuan dengan Tuhan.

 Hakikat Spiritual
o Dengan nilai spiritual menunjukkan bahwa berkeluarga merupakan peristiwa
iman, di mana daya rohani sangat berpengaruh di dalamnya. Cinta adalah
sebuah pengalaman personal yang memiliki nilai adikodrati dan misteri. Hal ini
terbukti bahwa pengalaman jatuh cinta selalu terjadi di luar rencana dan
kesadaran manusia.
o Cinta sebagai dasar hidup berkeluarga
Syarat utama dan esensial yang perlu dipenuhi untuk membangun
persekutuan hidup adalah cinta. Dalam pengalaman tersebut terjadi komitmen
yang dibangun pria dan wanita atas dasar kebebasan dan tanggung jawab.
Konsekuensinya dapat dikatakan secara tegas bahwa orang tidak layak hidup
bersama tanpa saling mencintai.oleh karena itu, pernikahan atas dasar
paksaan, apapun dalihnya, merupakan tindakan yang tidak manusiawi.
Keluarga yang dibangun bukan atas dasra saling mencintai , tentu tidak
memiliki dasar yang kokoh.
o Menanggapi Panggilan Tuhan
Apabila pria dan wanita telah dipertemukan dalam cinta kasih, selanjutnya
dengan kebulatan hati dan kebebasan nuraninya berniat membangun hidup
bersama, niat suci ini perlu ditempatkan dalam perspektif menanggapi
panggilan Tuhan. Perkawinan bukan sekedar mengejar kepenuhan tuntutan
kodrat alam, melainkan lebih-lebih untuk memenuhi panggilan Allah sendiri
yang bernilai adikodrati. Pernikahan adalah salah satu cara untuk memenuhi
panggilan Allah yang bernilai Adikodrati itu. Kesecitraan pria dan wanita
dengan Allah penciptanya memberikan nilai kesucian atas keluarga yang
mereka bangun.
o Makna Sakramental Pernikahan
Berkat sakramen pernikahan suami-istri menerima kehadiran Allah dengan
Rahmatnya yang melimpah guna mengkuduskan mereka berdua dan
mendampingi serta membimbing mereka agar dekat dengan Tuhan.

Pak Yooooo/4
o Keluarga sebagai Gereja mini
Identitas Kekristenan keluarga kristiani mengandung makna bahwa keluarga
tersebut dipanggil untuk turut serta dalam hidup dan persekutuan Gereja itu
disebut Gereja Mini.

 Hakikat Sosial Pernikahan


Pernikahan adalah peristiwa social yang melibatkan antara dua pribadi pria dan
wanita untuk membentuk persekutuan hidup yang berdasarkan cinta kasih.
o Persekutuan Hidup dan Cinta
Pernikahan merupakan persekutuan hidup yang menyatukan seorang pria dan
wanita dsalam kesatuan lahir dan batin, jiwa dan raga, dan spiritual.
o Monogam dan Tak Terceraikan
Salah satu cirri pernikaha dalam tradisi kristiani adalah monogam dan tak
terceraikan. Kesatuan dalam cinta sepenuhnya hanya dapat terwujud dalam
ikatan pria dan wanita dan berlangsung sepanjang hidup.
o Tujuan Pernikahan
Tujuan pernikahan diarah untuk membangun dan memurnikan cinta kasih
suami-istri. Indicator perkembangan cinta yang paling nyata dialami suami-
istri adalah mempunyai anak, namun anak kandung bukanlah wujud
perkembangan cinta kasih suami-istri. Tujuan mendapat5kan keturunan dalam
pernikahan tidaklah bersifat mutlak.
o Nilai social dan legal
Perana keluarga sangat besar bagi membangun masyarakat. Masyarakat harus
mengabdi kepentingan keluarga dan bersama keluarga mengandi kepentingan
martabat manusia. Oleh karena itu, perkawinan perlu diatur dengan undang-
undang agar eksistensinya mendapat perlindungan secara hokum. Namun
sayangnya nilai legalitas bisa dimanipulasi oleh pasangan pria dan wanita yang
sekedar memperoleh keabsahan atas pernikahannya demi warisan , status
anaknya, atau sekedar menutup aib, sebagai orang kristiani pernikahan sipil
saja tidak cukup karena mengabaikan nilai spiritual.

4. Proses Pernikahan Katolik


Syarat-syarat pernikahan Katolik.
Syarat Perkawinan Katolik/Sakramen.
 Syarat 1 : adanya kesepakatan perjanjian antara pria dan wanita yang sudah
di baptis.
 Syarat 2 : diajukan dan diterima oleh imam, atau diakon yang bertugas untuk
memimpin upacara pernikahan di Gereja.
 Syarat 3 : mengingat pentingnya kesepakatan yang bebas dan bertanggung
jawab dalam perjanjian perkawinan tersebut yang berdasarkan pihak Gereja.
Penyidikan Kanonik
 Penyidikan ini dimaksud agar imam atau gembala mempunyai kepastian moral
dan legal. Hal – hal yang diselidiki adalah soal status bebas calon, tidak ada
halangan dan larangan serta pemahaman calon tentang pernikahan kristiani.

Pak Yooooo/5
Halangan Pernikiahan
 Halangan pernikaha adalah semua halangan nikah yang sudah ditentukan oleh
Gereja. Adapun halangan tersebut sebagai berikut:
1. Halangan nikah dari hokum ilahi
Halangan nikah dikatakan berasal dari hokum ilahi, itu bersumber dari hokum
kodrat yang dibuat dan diatur oleh Allah. Menurut doktrin umum, halangan ini
adalah :
o Impotensi seksual yang bersifat tetap (kan 1084)
o Ikatan perkawinan sebelumnya (kan 1085)
o Hubungan darah dlm garis lurus baik diatas atau dibawah (kan 1091 S1)
2. Halangan nikah dari hokum gerejawi
Halangan nikah dikatakan bersifat gerajawi karena diciptakan oleh otoritas
Gereja. Menurut kitab hokum kanonik yang termasuk Halangan Gereja :
o Halangan umur (kan 1083)
o Halangan beda agama ( kan 1086)
o Halangan tahbisan suci (kan 1087)
o Halangan kaul kemurnian yang bersifat public dan kekal dalam tarekat
religious ( kan 1088)
o Halangan penculikan (kan 1090)
o Halangan hubungan darah garis menyamping (kan 1091 S2)
o Halangan criminal ( kan 1090)
o Halangan hubungan semeda (kan 1092)
o Halangan kelayakan public (kan 1093)
o Halangan pertalian hokum adobsi (kan 1094)
Perbedaan kedua jenis halangan ini membawa konsekuensi hokum yang
sangat besar. Halangan yang bersifat ilahi mengikat semua orang yang
dibaptis maupun tidak di baptis, sedangkan halangan yang bersumber dari
hokum gerejawi mengikat mereka yang dibaptis dalam Gereja Katolik.

5. Dinamika Hidup Berkeluarga


a. Hak dan Kewajiban Suami-Istri dan Orangtua
 Keluarga memiliki hak dasar untuk dilindungi keberadaannya oleh
masyarakat atau negara serta keluarga memiliki hak untuk mengembangkan
diri dan memajukan kesejahteraannya tanpa harus dihalangi oleh negara.
 Keluarga memiliki hak untuk hidup dan berkembang sebagai keluarga,
artinya hak setiap keluarga untuk saling membantu meskipun dirinya miskin.
 Keluarga memiliki hak untuk melaksanakan tanggung jawabnya untuk
memenuhi kehidupan dan pendidikan anak – anak
 Keluarga memiliki hak untuk mendidik anak – anak sesuai dengan tradisi
keluarga dengan nilai religius dan budayanya.
 Setiap keluarga yang miskin dan menderita memiliki hak untuk mendapat
jaminan fisik, sosial, politik dan ekonomi.
 Orangtua harus memperhatikan dan menghormati matabat dan hak – hak
anaknya.

Pak Yooooo/6
b. Komunikasi dalam Keluarga
 4 faktor penting dalam komunikasi adalah hati, jiwa, akal budi, dan tubuh
atau tenaga yang tidak dapat dipisahkan.
 Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti
membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebaian kepada
seseorang, tukar – menukar, memiliki bersama, mempunyai sesuatu yang
sama dengen seseorang, ikut mempunyai bagian dalam sesuatu dengan
seseorang.
 Adapun berbagai bentuk komunikasi yang dapat dibangun terhadap
keluarga,
 Diskusi
Segala bentuk omong – omong mulai dari basa – basi, saling memberi
informasi, menceritakan apasaja yang dilihat dan dialami, membicarakan
urusan sehari – hari, sampai dengan merencanakan sesuatu. Intinya,
setiap anggota keluarga saling bertukar pikiran atau pendapat.
 Dialog
Dalam dialog yang diutarakan adalah isi hati, yaitu berbagai perasaan
yang muncul dalam kehiduan bersama. Sehingga, atas dasar saling
percaya dan saling menerima anggota keluarga dapat mengungkapkan
isi hatinya sehingga kita dapat saling memahami perasaan pihak lain atau
berempati.
 Bahasa Tubuh
Seperti sapaan, pandangan, senyuman, sentuhan, belaian tangan,
rangkulan, ciuman, dsb. Bahasa tubuh sangat penting untuk
mengakrabkan antar keluarga sehingga terjadinya relasi yang mesra
serta memberikan rasa aman dan nyaman.
 Hubungan Seks
Bahasa komunikasi yang paling intim dan paling menyeluruh dalam
hubungan suami istri. Hubungan seks adalah bersatunya jiwa dan raga.
Bersatunya jiwa adalah ungkapan cinta yang terdalam, sedangkan
bersatunya raga adalah berhubungan badan.
 Adapun cara berkomunikasi yang tepat agar terjadi saling pemahaman dan
penerimaan dalam keluarga
 Ada kesediaan mendengarkan
 Adanya keterbukaan
 Adanya sikap saling percaya
 Rintangan – rintangan yang sering muncul dalam berkomunikasi
 Kepentingan diri sendiri
 Emosi yang berlebihan
 Permusuhan
 Pengalaman masa lampau
 Pembelaan diri
 Hubungan yang retak dan tidak serasi

Pak Yooooo/7
c. Perkawinan Campur
 Perkawinan campur dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Perkawinan campur beda gereja, adalah seorang yang dibaptis katolik
menikah dengan seorang yang dibaptis non katolik, perkawinan ini
membutuhkan ijin.
 Perkawinan campur beda agama, adalah seorang yang dibaptis katolik
menikah dengan seorang yang tidak dibaptis, untuk sah nya dibutuhkan
dispensasi.
 Gereja memberikan 2 hak asasi untuk perkawinan campur, yaitu hak untuk
menikah dan hak untuk memilih pegangan hidup sesuai dengan hati
nuraninya.
 Latar belakang terjadinya kawin campur:
 Jumlah umat yang terbatas pada suatu tempat membuat muda mudi
katolik sulit bertemu dengan teman se-iman.
 Perkembangan usia terutama untuk wanita jika usia sudah beranjak tua,
simpati dan lamaran dari siapa saja akan lebih diterima.
 Seseorang yang mempunyai karakter, status sosial, dan jaminan sosial
ekonomi yang lebih baik akan lebih gampang diterima.
 Pergaulan sudah sampai pada situasi terlalu jauh seperti sudah terlanjur
hamil, mau tidak mau harus lanju ke perkawinan walau iman berbeda.
 Persyaratan Dispensasi:
 Pihak katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya, meninggalkan
iman, serta memberikan janji dengan jujur bahwa ia akan berbuat segala
sesuatu dengan sekuat tenaga agar semua anaknya dididik dalam gereja
katolik.
 Pihak yang non katolik diberitahu pada waktunya mengenai janji – janji
yang harus dibuat pihak katolik, sehingga ia sadar akan janji dan
kewajiban pihak katolik.
Kedua pihak hendaknya diberi penjelasan mengenai tujuan – tujuan serta
sifat – sifat hakikat perkawinan.
Janji ini dapat menjadi salah satu permasalahan. Oleh karena itu,
sebaiknya mereka dapat membereskan permasalahannya sehingga
dapat diantisipasi.

d. Program Keluarga Berencana (KB)


1. Metode alamiah
 KB metode alamiah adalah suatu usaha mengendalikan atau menekan
keturunan dengan memperhatikan dan mengacu pada siklus mesntruasi
wanita, untuk mengetahui kondisi wanita itu subur atau tidak subur.
 Cara aman dan alamiah untuk mengetahui wanita itu subur adalah
dengan menggunakan Metode Ovulasi.
 Metode Ovulasi adalah proses interaksi antara hormon-hormon yang
bersama-sama mengatur proses ovulasi(menstruasi) termasuk

Pak Yooooo/8
terbentuknya lendir pada leher rahim yang ditandai dengan gejala yang
dapat diamati dan diidentifikasikan oleh wanita tersebut.
 Lendir itu bukan penyakit keputihan melainkan jaringan bagi sperma
sehingga sel-sel sperma yang sehat dapat memasuki rahim
2. Metode buatan
 KB Buatan adalah suatu usaha mengendalikan atau menekan keturunan
dengan cara kontrasepsi dan hormonal
 Kontrasepsi adalah pencegahan terjadinya pembuahan (biasa dilakukan
dengan alat seperti kondom, spiral, obat kimiawi, dll)
 Hormonal adalah suatu cara mempengaruhi proses alamiah dengan pil
KB, suntik, susuk(implant)
3. Ajaran Gereja tentang KB
 Pertimbangan Gereja mendukung program KB :
 KB memungkinkan terjadinya kesejahteraan keluarga
 Melalui KB, kesehatan ibu dan anak semakin terjamin
 KB memungkinkan terjadinya relasi dan komunikasi yang lebih kaya
dan mendalam karena tidak hanya disibukkan dengan mengurus
dan memikirkan pendidikan anaknya
 Dengan adanya KB, taraf hidup menjadi lebih baik dan sejahtera
karena pemenuhan kebutuhan terjangkau
 Dan karena adanya KB, pendidikan anak menjadi semakin terjamin,
terpenuhi secara memadai karena dapat terjangkau.
4. Metode Pantang Berkala dari Gereja
 Karena abortus provocatus dilarang makan, semua bentuk metode abortif
sangat tidak sesuia dengan moral kristiani
 Metode yang mencampuri sanggama atau mengganggu fungsi tubuh
manusia bertentangan dengan kodrat manusia sebagai ciptaan Allah.
 Tidak ada kewaiban bagi sepasang suami istri untuk bersanggama
5. Catatan dari Gereja tentang metode KB :
 Tidak merendahkan martabat istri atau suami (tidak ada paksaan)
 Tidak berlawan dengan hidup manusia (aborsi)
 Dapat dipertanggungjawabkan secara medis
 Hubungan seks antara suami istri memilik beberapa fungsi :
 Prokreasi : Sebuah fungsi yang sempurna yaitu untuk memperoelh
keturunan.
 Unisi : Sebgai ungkapan cinta yang ekslusif bagi pasangan
suami-istri yang diarahkan demi keutuhan dan kedalaman cinta satu
sama lain.
 Rekreasi : upaya untuk mencapai kebahagiaan bersama.

Pak Yooooo/9
e. Tantangan Perkawinan
 Materialistik : Kehausan atau kerinduan untuk memupuk kekayaan
 Hedonism : Menjadikan kenikmatan sebagai tujuan segalanya
 Konsumerisme : Keinginan untuk mengonsumsi dipicu oleh ketagihan
teknolosi periklanan yang begitu persuasif
 Utiltarianisme : Menilai sesuatu berdasarkan kegunaannya
 Individualisme : Mementingkan kepentingan dan kesenangannya sendiri
 Realitivisme moral : Tidak ada nilai yang dianut dan diterima secara universal
 Kesibukkan mengejar karir
 Kesibukkan antara suami istri membawa dampak negatif dalam kehidupan
berkeluarga

f. Upaya Mengatasi Tantangan


Untuk membangun kebersamaan hidup perlu diperhatikan adanya kejujuran dan
keterbukaan satu sama lain, menciptakan komunikasi yang mendalam, kesediaan
mendengarkan satu sama yang lain serta jika ada persoalan dibicarakan
bersama-sama sehingga ada resiko dan keberhasilan yang dapat ditanggung
bersama.

g. Kesetiaan dalam Cinta Kasih


 Cinta dapat menjadi semangat bahkan jaminan untuk mendatangkan
sukacita. Jika diekspresikan akan menimbulkan sikap sabar, murah hati, tidak
cemburu, saling percaya, tidak sombong, adil dan selalu percaya serta penuh
pengharapan.
 Cinta dalam perkawinan bukan diibaratkan dengan untuk mecari pribadi yang
cocok melainkan menjadi pribadi yang cocok.

Pak Yooooo/10

Anda mungkin juga menyukai