Skripsi - Doohan Pramono Putra
Skripsi - Doohan Pramono Putra
SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
OLEH :
i
KEBIJAKAN PENJAMINAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI MASA PANDEMI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF ASAS-ASAS
UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK
SKRIPSI
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH
GELAR SARJANA HUKUM PADA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUSMA SURABAYA
OLEH :
MENGESAHKAN,
DEKAN, PEMBIMBING,
ii
KEBIJAKAN PENJAMINAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI MASA PANDEMI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF ASAS-ASAS
UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK
OLEH :
TELAH DIPERTAHANKAN
DI DEPAN DEWAN PENGUJI PADA TANGGAL 2021
DAN DINYATAKAN TELAH MEMENUHI PERSYARATAN
1. (KETUA) 1.
2. (ANGGOTA) 2.
3. (ANGGOTA) 3.
iii
KATA PENGANTAR
berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud dan melalui kesempatan yang baik
ini penulis mengucapkan terima kasih banyak, dan saya ingin menyampaikan
terima kasih untuk segala dorongan, bantuan dan semangat, serta inspirasi kepada:
1. Kedua orang tua Penulis yang tercinta, Ayah Sumono dan Ibu Kati, serta
Kakak Penulis Sony Irawan. yang telah memberi dorongan baik moral, materil,
2. Bapak Prof. Dr. H. Widodo Ario Kentjono, dr. SP.THT-KL (K), FICS selaku
3. Ibu Dr. Umi Enggarsasi, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
4. Bapak Seto Cahyono, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang dengan
iv
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
yang telah memberi berkal ilmu hukum dan membimbing dengan baik selama
Surabaya.
perkuliahan.
Saya juga ingin menyampaikan terima kasih untuk segala bantuan, motivasi dan
Arum Kusumawati, Rahmat Fadilah, Krisna Tri, Afif Kamil, dan Nizam
Utsman.
2. Terima kasih untuk para Senior dan Alumni Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah banyak sekali
membantu, memberi saran dan motivasi, serta selalu mendukung saya untuk
3. Serta terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan
dukungan doa dan semangat yang sangat berarti bagi saya, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi lingkungan
v
Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi lingkungan kampus dan
vi
SURAT PERNYATAAN ORISIONALITAS
NPM : 17300100
adalah murni gagasan saya yang belum pernah saya publikasikan di media, baik
majalah maupun jurnal ilmiah dan bukan tiruan (plagiat) dari karya orang lain.
vii
ABSTRAK
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (untuk selanjutnya disebut Covid-19)
di Indonesia membawa dampak tidak hanya di sektor kesehatan akan tetapi hal ini
juga telah membawa perubahan pegerakan struktur ekonomi masyarakat. Dalam
menanggapi masalah tersebut, setiap kebijakan dan tindakan yang diambil dalam
hal apapun (termasuk penanganan covid-19) haruslah berlandaskan hukum
sebagai legalitas dalam bertindak, sebagaimana diatur di dalam Pasal 1 ayat (3)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah mengambil langkah
konkrit dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem
Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan
Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan (untuk selanjutnya
disebut Perppu No 1 Tahun 2020).
Berdasarkan Peraturan tersebut di atas, Pemerintah menerbitkan Kebijakan
Pemulihan Ekonomi Nasional (untuk selanjutnya disebut PEN) sebagaimana
diatur di dalam Pasal 11 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2020. Tujuan dari dibentuknya
kebijakan atau program PEN ini adalah untuk melindungi, mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha dari sektor riil dan sektor
keuangan dalam menjalankan usahanya sebagaimana diatur di dalam Pasal 11
ayat (2) UU No. 2 Tahun 2020. Di dalam program PEN terdapat 4 program, salah
satunya yang akan dibahas adalah Program Penjaminan oleh Pemerintah terhadap
UMKM. Penelitian ini bertujuan pertama untuk menganalisis bentuk-bentuk
kebijakan ekonomi Pemerintah Indonesia di masa Pandemi terkhusus kebijakan
Pemulihan Ekonomi Nasional terhadap UMKM. Kedua, untuk menganalisis akan
penerapan kebijakan ekonomi dalam hal pemberian jaminan dari Pemerintah
terhadap UMKM dalam perspektif Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik.
Metode Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan metode
penelitian pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan
konseptual (conceptual approach).
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyatakan bahwa Dalam
menanggapi pandemi Covid-19 Pemerintah Indonesia dengan mengeluarkan
Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (untuk selanjutnya disebut PEN)
sebagaimana diatur di dalam Perppu No. 1 Tahun 2020. Di dalam kebijakan PEN
terdapat 4 (empat) metode atau cara yang akan digunakan oleh Pemerintah
sebagaimana diatur di dalam Pasal 4 PP No. 23 Tahun 2020, yaitu Penanaman
Modal Negara, Penempatan Dana, Investasi Pemerintah, dan/atau Penjaminan
Pemerintah terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Koperasi, dan Usaha
Besar. Bahwa Pada PEN khususnya program penjaminan oleh Pemerintah ini,
para pelaku usaha dalam mengajukan pinjaman modal kerja atau melakukan
restrukturisasi kredit dengan mekanisme sebagaimana diatur di dalam PMK No.
71 Tahun 2020.para Pelaku usaha UMKM dalam hal ini dibebani dengan adanya
Imbal jasa penjaminan dan hak regres, pembebanan tersebut tentu melanggar asas-
asas yang ada di dalam AAUPB.
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
B. Penetapan Status Darurat Kesehatan Pandemi Covid-19 di
………... 35
Indonesia
A. Kesimpulan ………... 70
B. Saran ………... 71
DAFTAR BACAAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
di Indonesia membawa dampak tidak hanya di sektor kesehatan akan tetapi hal ini
ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam arti semua
kebijakan dan tindakan yang diambil dalam hal apapun (termasuk penanganan
Berbagai langkah dan tindakan telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia mulai
1
Syafrida, Ralang Hartati, 2020, “Bersama Melawan Virus Covid 19 di Indonesia”, Jurnal
Sosial dan Budaya Syar-i, Vol. 7 No. 6, Jakarta, h. 500.
2
Supriyadi, 2020, “Kebijakan Penanganan Covid-19 Dari Perspektif Hukum Profetik”,
Suloh Jurnal Program Studi Magister Hukum, Edisi Khusus, Vol. Oktober 2020, h. 92.
1
2
(untuk selanjutnya disebut Perppu No 1 Tahun 2020), dan telah ditetapkan sebagai
diatur di dalam Pasal 11 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2020 yang menyebutkan bahwa,
dalam Pasal 1 ayat (4) dan guna melakukan penyelamatan ekonomi nasional,
sektor riil dan sektor keuangan dalam menjalankan usahanya sebagaimana diatur
b. Penempatan Dana;
d. Penjaminan.
selanjutnya disebut PMK No. 104 Tahun 2020) dan untuk pelaksanaan kegiatan
2020). Di samping itu, Otoritas Jasa Keuangan juga telah menerbitkan peraturan
Tahun 2020, PMK No. 71 Tahun 2020, dan POJK No. 11 Tahun 2020 Pemerintah
Bank diberi tugas yang cukup berat untuk menyalurkan dana APBN dari
penjaminan dana dari Pemerintah, dan Stimulus perekonomian dari Otoritas Jasa
Keuangan (untuk selanjutnya disebut OJK). Yang pada dasarnya program atau
modal untuk melaksanakan kredit, restrukturisasi kredit dan penjaminan dana dari
perusahaan usaha mikro, kecil, dan menengah (untuk selanjutnya disebut UMKM),
pinjaman modal kerja kepada UMKM, usaha besar, dan koperasi yang kegiatan
usahanya terancam akibat dampak dari Pandemi Covid-19 dan dijamin oleh
Pemerintah melalui PT. Jaminan Kredit Indonesia (untuk selanjutnya disebut PT.
Jamkrindo) dan PT. Asuransi Kredit Indonesia (untuk selanjutnya disebut PT.
Hal ini tentu saja dapat membahayakan kualitas kesehatan bank itu sendiri,
Tingkat Kesehatan Bank Umum (untuk selanjutnya disebut POJK No. 4 Tahun
2016).
terhadap UMKM?
B. Tujuan Penelitian
atas, maka dapat ditentukan tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini
Nasional.
7
Usaha besar.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
D. Kerangka Konseptual
3
Krishna Djaya Darumurti, 2016, Diskresi Kajian Teori Hukum, Genta Publishing,
Yogyakarta, h. 23.
8
wewenang yang tidak mewajibkan badan atau pejabat tata usaha negara
atau...mengambil…keputusan..dari…para pejabat..administrasi…negara..yang
kategori…yaitu…kebebasan..kebijaksanaan..(beleidsvrijheid)…dan..kebebasan
penilaian.(beoordelingsverijheid).yang.selanjutnya.disimpulkan.bahwa.ada.dua
jenis..kekuasaan..bebas.yaitu: pertama.kewenangan.untuk.memutuskan.mandiri,
Kedua..Kewenangan.interpretasi..terhadap.norma-norma.tersamar.(vergenorm).
melihat pada definisi diskresi yang diatur di dalam Pasal 1 angka 9 Undang-
sebagai berikut:
Ibid., h. 24.
4
roda Pemerintahan. Hal ini dapat dipahami dengan melihat tujuan dari
ruang lingkup diskresi dan Pasal 24 UU Nomor. 30 Tahun 2014 yang mengatur
sebagai berikut :
Pergeseran…konsepsi…nachwachersstaat…(negara..penjaga..malam)…ke
konsepsi..welfare…state…membawa..pergeseran..pada..peranan..dan..aktivitas
jawab..terhadap..kesejahteraan..umum..warga..negara..dan..untuk..mewujudkan
saja..berdasarkan.pada.peraturan.perundang-undangan, tetapi.berdasarkan.pada
terjadinya..benturan..kepentingan..antara..pemerintah.dengan.rakyat.baik.dalam
bentuk..willekeur, yang..merupakan..bentuk-bentuk…penyimpangan..tindakan
pemerintahan..yang.mengakibatkan.terampasnya.hak-hak asasi.warga.negara.8
7
Ridwan HR, Op.Cit, h. 222 - 223.
8
Philipus M. Hadjon, dkk, 2015, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajahmada
University, Yogyakarta, h. 270.
11
tindakan.penyalahgunaan.wewenang, dan.tindakan.sewenang-wenang.
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme disebutkan beberapa
penyelenggaraan negara.
9
Ridwan HR, Loc.Cit.
12
negara.
yang berlaku.
3. Penafsiran Hukum
buku yang ditulis oleh Harrys Pratama Teguh berjudul hukum dan peradilan
10
Harrys Pratama Teguh, 2019, Hukum &Peradilan Konstitusi Indonesia – Sebuah Kajian
Teori dan Praktek Hukum Acara Konstitusi, Pustaka Referensi, Yogyakarta, h. 33.
11
Satjipto Rahardjo, 2014, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 93-94.
13
atau secara umum dilakukan oleh hakim dalam menafsirkan suatu undang-
hari.atau.makna.teknis-yuridis yang.sudah.dilazimkan.
aturan..hukum..dalam..konteks..sistem..yang..ada..dalam..hukum itu
12
Harrys Pratama Teguh, Loc.Cit.
13
I Dewa Gede Atmadja, 2015, Teori Konstitusi & Konsep Negara Hukum, Setara Press,
Malang, h. 72.
14
menafsirkan.naskah.
dari.naskah.hukum.tersebut.
penguraian.atau.formulasi.kaidah-kaidah..hukum.menurut.tujuan dan
terkadung tujuan atau asas sebagai landasan dan bahwa tujuan dan
does the social context behind the formulation of the text, Berbeda
menitikberatkan pada arti atau makna dari kata (what does the word
masa lampau.
resmi/formil.
direkomendasikan.
tulisan.
17
kesadaran mental.
menyelesaikannya.
atau moral.
dicitakan).
19
upaya untuk memberikan arti yang dipandang tepat terhadap pasal-pasal dari
E. Metode Penelitian
1. Tipologi Penelitian
14
Harrys Pratama Teguh, Op.Cit., h. 46-59.
15
I Dewa Gede Atmadja, Op.Cit., h. 71.
20
memeriksa semua peraturan hukum yang terkait dengan masalah hukum yang
2. Bahan Hukum
Bahan hukum yang di pergunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain
dapat dibedakan menjadi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Bahan hukum primer adalah Dokumen berupa hal-hal yang mengatur yang
relevan. Sedangkan bahan hukum sekunder adalah adaalah bahan hukum yang
resmi. Karena itu mengikat permasalaan yang akan dikaji berupa peraturan
perundang-undangan diantaranya:
16
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 26.
21
Negara yang Bebas dan Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Ada beberapa metode pengambilan data yang dilakukan dalam makalah ini,
argumentatif.
landasi dari norma-norma, asas-asas hukum serta nilai-nilai yang sudah diakui,
F.Sistematika Pertanggungjawaban
Sesuai dengan jumlah permasalahan dalam skripsi ini, maka skripsi ini
Bab I awal penulisan, berisi pendahuluan. Dalam bab ini akan di jelaskan
dibahas dalam skripsi ini, antara lain: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
Nasional.
ini akan membahas mengenai mekanisme penerapan kebijakan ekonomi dalam hal
pemberian jaminan dari Pemerintah terhadap UMKM, Koperasi, dan Usaha besar
penelitian ini, serta saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.
BAB II
Covid-19
biasa di masyarakat. Pasalnya situasi pandemi yang belum berakhir sampai saat
ke Indonesia dan diumumkan secara langsung dan terbuka oleh Presiden Joko
Widodo pada tanggal 2 Maret 2020, setelah ada 2 (dua) orang Warga Negara
17
Dana Riksa Buana, 2020, “Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia Dalam Menghadapi
Pandemi Virus Corona (Covid-19) Dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa,” Jurnal SALAM, Vol. 7,
no. 3, h. 4.
18
Ihsanuddin, 2020, “BREAKING NEWS: Jokowi Umumkan Dua Orang di Indonesia
Positif Corona”, dikutip dari situs Kompas.com, Jakarta, (dikutip pada tanggal 1 Mei 2021) dikutip
dari web : https://nasional.kompas.com/read/2020/03/02/11265921/breaking-news-jokowi-
umumkan-dua-orang-di-indonesia-positif-corona?page=all.
24
25
Keppres No. 11 Tahun 2020), dan juga Peraturan Pemerintah Pengganti Undang -
Undang No. 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
dilakukan oleh Presiden tersebut dapat dikatakan sebagai suatu instrumen yuridis
mengenai apa yang dimaksud dengan instrumen yuridis Pemerintah dan tindakan
di Indonesia. Pada sub bab ini, pembahasan selanjutnya dibatasi pada instrumen
Pemerintah merupakan sarana atau alat yang digunakan oleh Pemerintah atau
terbagi ke dalam 2 (dua) jenis yaitu, instrumen publiek domain (kepunyaan publik)
sebagainya.20
ini memiliki sifat yang aplikatif yang dapat diterapkan secara langsung pada
masyarakat.21 Beberapa jenis instrumen atau sarana yuridis yang dapat digunakan
usaha negara yang memuat pengaturan bersifat umum (besiuiten van algemene
19
Ridwan HR., 2016, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h.125
20
Ibid.
21
Lutfi Effendi, 2004, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayumedia Publishing, Malang,
h. 47.
27
norm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah
berikut :24
22
SF Marbun dan Mahfud MD, 1987, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty,
Yogyakarta, h. 94
23
Maria Farida, 2014, Ilmu Perundang-undangan : Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,
Kanisius, Yogyakarta, h. 3.
24
Satjipto Rahardjo, 2014, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 83-84.
28
peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan
daerah, serta semua Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah, yang juga mengikat umum.” Di dalam
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
merupakan alat atau sarana hukum yang dapat memberikan wewenang kepada
Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah untuk menjalankan tugas yang
bersifat administrasi. Hal ini sejalan sebagaimana yang dimaksud oleh A.D.
peraturan kebijakan ini tidak dapat dilepaskan dari freies ermessen sebagaimana
bahwa,28
Secara bahasa freies ermessen berasal dari kata frei dan ermessen, frei
memiliki arti bebas, lepas, tidak terikat, dan merdeka, sedangkan ermessen
diartikan sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat
25
A.D, Belinfante di dalam buku Ridwan HR, Op.Cit. h. 137.
26
Ibid., h. 169.
27
Philipus Hadjon, Op.Cit., h. 147.
28
Ibid.
29
Ridwan HR, Loc.Cit.
30
Marcus Lukman, 1996, “Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan dalam Bidang Perencanaan
dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah serta Dampaknya Terhadap Pembangunan
Materi Hukum Tertulis Nasional”, Desertasi, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung,
h. 205.
30
freies ermessen merupakan tindakan yang ditempuh oleh badan atau pejabat tata
usaha negara untuk mengatasi suatu permasalahan atas dasar kebijaksanaan yang
dikemukakan oleh Ridwan HR, sebagai suatu bentuk alternatif untuk mengisi
bertuur).32
Namun, dalam penerapan diskresi ini perlu adanya suatu pembatasan atau kontrol,
apabila dalam penggunaan diskresi ini tidak adanya suatu pembatasan atau kontrol
31
Lutfi Effendi, Op.Cit., h. 69.
32
Ridwan HR, Op.Cit., h. 171.
33
Krishna Djaya Darumurti, 2016, Diskresi : Kajian Teori Hukum Dengan Postscript dan
Apendiks, Genta Publishing, Yogyakarta, h. 102.
34
Ibid.
35
Muchsan, 1981, Beberapa Catatan Tentang Hukum Administrasi Negara dan Peradilan
Administrasi Negara di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, h. 28.
31
Krishna Djaya juga berpendapat bahwa pembatasan atau kontrol terhadap freies
bagi hukum, yaitu supaya asas/kaidah perilaku hukum bermakna sebagai ‘hukum’
peraturan kebijkana pada hakikatnya merupakan produk dari perbuatan tata usaha
negara yang bertujuan “naar buiten gebracht”, yaitu menampakkan keluar suatu
36
Krishna, Ibid., h. 104.
37
J.H. Van Kreveld, 1983, Beleidsregel in het Recht, dalam buku Ridwan HR, Op.Cit., h.
174.
38
Philipus M. Hadjon, Op.Cit., h. 152.
32
peraturan kebijakan.
39
Indroharto, 1992, Perbuatan Pemerintah Menurut Hukum Publik dan Hukum Perdata,
Bahan Kuliah pada Program Pendidikan Lanjutan Ilmu Hukum Bidang Peradilan Tata Usaha
Negara, Universitas Indonesia, Jakarta, h. 44.
40
Bagir Manan, 1994, “Peraturan Kebijaksanaan, makalah, Jakarta, h. 16-17.
33
yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, sehingga kekosongan hukum
unsur penyalahgunaan wewenang, maka peraturan kebijakan akan diuji dari aspek
bersifat darurat atau adanya suatu keadaan memaksa akan dibahas pada sub bab
berikutnya.
terbagi menjadi 2 (dua), yaitu tindakan Pemerintah yang bukan tindakan hukum
41
A. Hamid S. Attamimi, 1993, Hukum Tentang Peraturan Perundang-Undangan dan
Peraturan Kebijaksanaan, Pidato Purna Bakti, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 20
September 1993, h. 12-15.
42
Ridwan HR, Op.Cit., h. 185.
34
tindakan hukum Pemerintah yang bukan hukum, bahwa tindakan Pemerintah yang
menimbulkan akibat hukum tertentu atau tindakan hukum adalah tindakan yang
dilakukan oleh Presiden tersebut di atas, digolongkan sebagai tindakan nyata atau
yaitu :45
oleh Presiden tersebut di atas merupakan tindakan nyata Pemerintah, oleh karena
tidak adanya akibat hukum yang ditimbulkan serta tidak bersifat mengatur
43
Lutfi Effendi, Op.Cit., h. 38.
44
R.J.H.M. Huisman, ___, Algemeen Bestuursrecht, Een Inleiding, Kobra, Amsterdam, h.
13. dalam buku Ridwan HR. Op.Cit., h. 110.
45
Muchsan, Op.Cit., h. 18-19.
35
dipungkiri oleh karena telah berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan,
Covid-19 ini tercatat 415.402 orang positif Covid-19.46 Situasi ini menjadi tidak
Tahun 2020. Ditetapkannya Keppres No. 11 Tahun 2020 oleh Presiden didasarkan
di atas sebagai suatu landasan hukum bagi Pemerintah dalam menangani dan
sedang berada dalam situasi yang tidak normal atau biasa disebut dengan situasi
darurat.
membedakan negara sedang dalam situasi normal dengan negara sedang dalam
keadaan tidak normal/darurat; dan Ketiga, apa yang membedakan status darurat
46
Hasan B, 2020, “Genap 8 Bulan Pandemi Covid-19 di Tanah Air, Total Kasus Positif
415.402 Orang”, Sumber Kompas.com, Senin, 02 November 2020 Jam 21:43 WIB, (dikutip pada
tanggal 2 Mei 2021) dikutip pada web : https://www.goriau.com/berita/baca/genap-8-bulan-
pandemi-covid19-di-tanah-air-total-kasus-positif-415402-orang.html
36
dalam waktu yang singkat Pemerintah menerbitkan Perppu No. 1 Tahun 2020
sebagai suatu keadaan luar biasa. Namun, terdapat 2 (dua) istilah mengenai
keadaan luar biasa ini yang dipakai di dalam UUD 1945 yaitu, keadaan bahaya
dan hal ihwal kegentingan yang memaksa.47 Di dalam Pasal 12 UUD RI 1945
Pasal 22 ayat (1) UUD RI 1945 menyebutkan bahwa, “Dalam hal ihwal
keduanya menunjuk kepada persoalan yang sama, yaitu keadaan yang bersifat
tidak normal atau state of exception.”48 Jimly juga mengutip pendapat Kim Lane
Scheppele mengenai keadaan the state of exception, di mana state of exception ini
diartikan sebagai;49
47
Jimly Asshidiqie, 2007, Hukum Tata Negara Darurat, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, h. 58.
48
Ibid.
49
Ibid., h. 58-59.
37
Maka dapat dipahami bahwa keadaan darurat, keadaan bahaya maupun hal ikhwal
kegentingan yang memaksa dapat dikatakan sebagai suatu keadaan luar biasa atau
normal.
Memang telah disebutkan di atas bahwa istilah keadaan bahaya dan hal
ikhwal kegentingan yang memaksa sama-sama disebut sebagai suatu keadaan luar
biasa dan memiliki makna praktis yang sama, namun perlu adanya suatu
tidak harus didahului oleh suatu deklarasi keadaan darurat, sementara itu, untuk
1957 dan Penetapan Keadaan Bahaya (untuk selanjutnya disebut Perppu No.23
Bahaya (untuk selanjutnya disebut UU No. 23 Tahun 1959), yang didasarkan pada
(untuk selanjutnya disebut UU No. 1 Tahun 1961), yaitu, keadaan darurat sipil,
Negara yang sedang berada dalam keadaan darurat. Syarat-syarat tersebut diatur
di dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1959 yang menjabarkan bahwa,
dengan tingkatan keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer atau
bahwa suatu penetapan status keadaan darurat ditandai dengan adanya suatu
Pengganti Undang-Undang.
berdampak pada sektor kesehatan, namun juga berdampak pada sektor ekonomi
Nasional (PEN) melalui Perppu No. 1 Tahun 2020. Melalui kebijakan ini
kebijakan PEN ini sebagaimana diatur di dalam Pasal 11 ayat (2) Perppu No. 1
kemampuan ekonomi para pelaku usaha dari sektor riil dan sektor keuangan
atau cara yang akan digunakan oleh Pemerintah, salah satu diantaranya program
disebutkan bahwa; “penjaminan yang diberikan untuk dan atas nama Pemerintah
oleh Menteri melalui badan usaha penjaminan yang ditunjuk sebagai penjamin
40
masyarakat dalam bentuk pinjaman, masyarakat yang dimaksud dalam hal ini
adalah pelaku usaha baik UMKM, Koperasi, maupun usaha besar selaku terjamin.
Pada Bab selanjutnya akan dibahas lebih rinci mengenai mekanisme penjaminan
hukum Indonesia, maka akan dibahas terlebih dahulu mengenai hakikat dari
yang bersifat umum yang mempunyai nilai hukum atau minimal nilai penentu
AAUPB berkaitan erat dengan alasan untuk mengajukan keberatan ataupun dapat
102
Ridwan HR, Op.Cit., h. 231.
103
Lutfi Effendi, Op.Cit. h. 81.
41
42
yang dipimpin oleh de Monchy yang bertugas memikirkan dan meneliti beberapa
hukum bagi rakyat dari tindakan administrasi negara yang menyimpang. Pada
atau AAUPB. Namun, hasil penelitian komisi ini tidak seluruhnya disetujui oleh
Greeten, yang memiliki tugas yang sama dengan de Monchy. Namun, komisi ini
mengalami nasib yang sama dengan komisi de Monchy, yaitu dibubarkan oleh
Pertama, Pemerintah Belanda pada waktu itu tidak sepenuh hati dalam upaya
pejabat dan para pegawai pemerintahan di Belanda terhadap AAUPB yang akan
52
Cekli Setya Pratiwi, dkk, 2018, Penjelasan Hukum Asas-Asas Umum Pemerintahan
Yang Baik, Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan, Jakarta, h. 31-32.
43
atas, yaitu Undang-Undang yang mengatur Pengadilan Tata Usaha Negara ketika
itu.53 Setelah AAUPB mulai diatur sebagai salah satu dasar pengujian dalam ‘Wet
pedoman atau alat untuk menguji dan menilai suatu kebijakan atau perbuatan
Pemerintah ini telah sesuai dengan kewenangan dan prosedur atau tidak, serta
Pemerintah yang dirasa merugikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Lutfi Effendi
untuk membela diri, dan kewajiban pembuat kebijakan untuk memberikan alasan-
alasan, untuk prinsip yang bersifat substansial berkaitan dengan materi atau isi
dari kebijakan tersebut. Bahwa materi atau isi dari kebijakan yang dibuat
53
Ibid., h. 32.
54
Ibid.
55
Lutfi Effendi, Op.Cit., h. 82.
56
Cekli Setya Pratiwi, dkk, Op.Cit., h. 30.
44
Asas kepastian hukum ini memiliki 2 (dua) aspek, yaitu aspek yang bersifat
hukum material dan aspek yang bersifat formal. Aspek yang bersifat
Dengan kata lain, demi kepastian hukum, setiap keputusan yang telah
57
Ibid.
58
Ridwan H.R., Op.Cit., h. 245.
45
keputusan tersebut.
dengan jelas.
kasus yang ada seiring dengan persamaan perlakuan serta sejalan dengan
kepastian hukum.60
59
Ibid., h. 246.
60
Ibid.
46
atau lebih kasus, oleh karena itu, Philipus Hadjon berpendapat bahwa, asas
kerugian bagi warga negara.62 Asas ini juga mensyaratkan agar Badan
aspek dari materi keputusan, agar tidak menimbulkan kerugian bagi warga
masyarakat.63
61
Philipus M. Hadjon, dkk, Op.Cit., h. 271.
62
Ridwan H.R., Op.Cit., h. 248.
63
Safri Nugraha, 2007, Laporan Akhir Tim Kompendium Bidang Hukum Pemerintahan
yang Baik, BPHN, Jakarta, Desember 2007, h. 11-12.
47
bahwa, setiap keputusan Badan atau Pejabat tata usaha negara yang
dikeluarkan harus didasari alasan dan alasannya harus jelas, terang, benar,
competence)
berdasarkan pada asas legalitas. Faried Ali berpendapat bahwa, “Asas ini
64
Ridwan H.R., Op.Cit., h. 250.
65
S.F. Marbun, 2015, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di
Indonesia, edisi revisi, FH UII Press, Yogyakarta, h. 377.
66
Philipus M. Hadjon, Op.Cit., h. 275-277.
48
melampaui atas apa yang sudah ditentukan dalam peraturan yang berlaku,
wujud, yaitu:69
67
Faried Ali, 2012, Hukum Tata Pemerintahan Heteronom dan Otonom, Refika Aditama,
Bandung, h. 132.
68
Ridwan HR., Op.Cit., h. 252.
69
Cekli Setya Pratiwi, dkk, Op.Cit., h. 102.
49
wewenang itu untuk tujuan lain, atau sesuai tujuan, tetapi dengan prosedur
yang salah, atau tidak untuk kepentingan yang dilandasi motif pribadi
70
Jazim Hamidi, 1999, Penerapan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Layak (AAUPL)
di Lingkungan Peradilan Administrasi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.5.
71
Ridwan HR., Op.Cit., h. 255.
72
Cekli Setya Pratiwi, dkk, Op.Cit., h. 92.
50
Pemerintah dituntut untuk bersikap jujur dan terbuka terhadap segala aspek
fungsi partisipasi, keterbukaan sebagai alat bagi warga untuk ikut serta
umum, pada sisi lain sebagai alat bagi warga untuk mengawasi penguasa;
kepastian hukum harus dapat diketahui, jadi harus terbuka; keempat, fungsi
arbitrariness)
seimbang, dan selaras dengan hak setiap orang. Menurut Jazim Hamidi,
indikator yang termuat di dalam asas keadilan adalah sesuai dengan hukum
73
Ateng Syafrudin, 1994, Asas-Asas Pemerintahan Yang Layak Pegangan Bagi
Pengabdian Kepala Daerah, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 50.
51
tanggung jawab, adaptif terhadap pendapat para ahli, berlaku baik kepada
loyalitas tinggi, hidup sederhana, arif, cinta rakyat, tulus dan ikhlas.74 Nilai
masyarakat, baik itu berkaitan dengan agama, moral, adat istiadat, maupun
masyarakat.
sebab, yaitu;75
74
Jazim Hamidi, Op.Cit., h. 6.
75
Indroharto, 1994, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Buku II, Pustaka Sinar Haparan, Jakarta, h. 161-162.
52
setiap pegawai negeri dan juga tentunya hak kehidupan pribadi warga
tinggi dan melindungi hak asasi setiap warga negara.76 Hal ini dapat
dipahami bahwa, cara pandang hidup seseorang merupakan hak asasi yang
boleh bertentangan dengan norma dan sistem keyakinan orang lain yang
diakui dan dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain,
76
Ridwan HR., Op.Cit., h. 261.
53
implikasinya, yaitu;78
77
Ibid., h. 262.
78
Kuntjoro Purbopranoto, 1978, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan
Peradilan Administrasi Negara, Bandung, h. 35.
79
Ridwan HR., Op.Cit., h. 263.
54
golongan.80
berikut :
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, asas ini sangat penting bagi
(untuk selanjutnya disebut UU No. 5 Tahun 1986), AAUPB tidak diatur secara
eksplisit. Pasal 53 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1986 tidak secara eksplisit menyebut
80
Safri Nugraha, Op.Cit., h. 13.
55
AAUPB sebagai dasar pengajuan gugatan terhadap keputusan Pejabat tata usaha
negara.
Tahun 1986, yang kemudian diubah melalui Undang-Undang No. 9 tahun 2004
Peradilan Tata Usaha Negara (untuk selanjutnya disebut UU No. 9 Tahun 2004).
Pada tahun 2004, AAUPB dicantumkan di dalam Pasal 53 ayat (2) UU No. 9
tahun 2004 sebagai dasar gugatan terhadap keputusan tata usaha negara.
No. 30 Tahun 2014) di dalam rapat pembahasan Dewan Perwakilan Rakyat (untuk
Tahun 2014), AAUPB diatur secara eksplisit di dalam Pasal 10 ayat (1) UU No.
30 Tahun 2014 yang memuat memuat 8 (delapan) asas AAUPB, yaitu: asas
umum, dan asas pelayanan yang baik. Sedangkan pada Pasal 10 Ayat (2) UU No.
81
Cekli Setya Pratiwi, dkk, Op.Cit., h. 36.
56
sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) UU No. 30 Tahun 2014 dapat
UMKM
perjanjian kredit atau perjanjian pinjam meminjam uang, serta guna melindungi
kepentingan para pihak, dalam hal ini khususnya kreditur sebagai pihak yang
meminjamkan uang. Jaminan secara umum diatur di dalam Pasal 1131 KUH
Perdata yang menyebutkan bahwa, “segala hak kebendaan debitur baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan
dalam pelunasan hutang di dalam perjanjian kredit atau dalam hutang piutang atau
kepastian realisasi suatu prestasi dalam suatu perjanjian, kepastian realisasi suatu
prestasi dalam suatu perjanjian, kepastian hukum ini adalah dengan mengikat
82
Gatot Supramono, 1995, PerBankan dan Masalah Kredit:Suatu Tinjauan Yuridis,
Djambatan, Jakarta, h. 75.
83
Djuhaenda Hasan, 1998, Perjanijan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, Proyek Elips
dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, h. 68.
57
kepada Badan Usaha Milik Negara (untuk selanjutnya disebut BUMN). Hal ini
Pemerintah dan penjaminan melalui badan usaha penjaminan yang ditunjuk oleh
Pemerintah sebagaimana diatur di dalam Pasal 16 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2020.
58
(Persero) sebagai pelaksana tugas, hal ini sebagaimana diatur di dalam Pasal 17
yang ditunjuk, diberikan kepada pelaku usaha dalam bentuk penjaminan atas
kredit modal kerja yang diberikan oleh atau melalui perbankan. Badan usaha
penjaminan yang ditunjuk dan ditugaskan oleh Pemerintah adalah PT. Jaminan
Kredit Indonesia (untuk selanjutnya disebut PT. Jamkrindo), PT. Asuransi Kredit
sebagai pelaksana tugas, hal ini sebagaimana diatur di dalam Pasal 18 PP No. 43
Jamkrindo dan PT. Askrindo, sebagaimana diatur di dalam Pasal 6 ayat (1) PMK
No. 71 Tahun 2020. Apabila pelaku usaha UMKM memerlukan fasilitas pinjaman
dengan skema syariah, maka PT. Jamkrindo dan/atau PT. Askrindo dapat bekerja
Pembiayaan Askrindo Syariah, sebagaimana diatur di dalam Pasal 6 ayat (2) PMK
adalah Bank. Bank yang dimaksud untuk menerima jaminan paling sedikit wajib
59
memenuhi kriteria sebagaimana diatur di dalam Pasal 8 PMK No. 71 Tahun 2020,
antara lain :
Di samping itu, syarat Bank agar dapat menjadi penerima jaminan juga diatur di
dalam lampiran PMK No. 71 Tahun 2020, di mana Bank harus memenuhi
modal kerja;
dan
penjaminan yang dapat diberikan oleh PT. Jamkrindo atau PT. Askrindo yang
akan dituangkan dalam perjanjian kerja sama antara PT. Jamkrindo atau PT.
kerja sama antara PT. Jamkrindo atau PT. Askrindo dengan Bank dilakukan untuk
menentukan;
a. Jenis dokumen yang harus diserahkan oleh Pelaku usaha dan pihak
Penerima jaminan;
60
coverage).
pinjaman atau kredit modal kerja kepada para pelaku usaha yang di dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini disebut sebagai Terjamin, hal ini dapat dipahami
apabila melihat pada definisi Terjamin sebagaimana diatur di dalam Pasal 1 angka
8 PMK No. 71 Tahun 2020. Program penjaminan Pemerintah ini tidak hanya
mencakup pada pemberian fasilitas pinjaman atau kredit modal kerja kepada para
pelaku usaha, namun juga mencakup kewajiban finansial para pelaku usaha.
Kewajiban finansial yang dimaksud sebagaimana diatur di dalam Pasal 7 ayat (2)
PMK No. 71 Tahun 2020 yang meliputi tunggakan pokok pinjaman dan/atau
sebagaimana diatur di dalam Pasal 7 ayat (3) PMK No. 71 Tahun 2020 diberikan
untuk pinjaman modal kerja baru atau tambahan modal kerja dalam rangka
restrukturisasi.
Para pelaku usaha dalam hal ini dikhususkan adalah unit usaha mikro, kecil,
syarat sebagaimana diatur di dalam lampiran PMK No. 71 Tahun 2020 agar dapat
memperoleh pinjaman modal kerja yang dijamin oleh Pemerintah tersebut. Syarat
61
yang harus dipenuhi oleh UMKM agar dapat menjadi peserta penjaminan program
badan usaha;
Setelah para Pelaku usaha telah memenuhi persyaratan sebagai Terjamin, maka
para Pelaku usaha dapat mengajukan permohonan pinjaman kepada Bank, dengan
Penerima Jaminan.
c. Dalam hal syarat dan ketentuan telah terpenuhi, PT Jamkrindo dan/ atau
Jaminan.
Pemerintah. Tugas yang dimaksud selain untuk mengadakan kerja sama dengan
pihak Bank, PT. Jamkrindo dan PT. Askrindo ditugaskan untuk melakukan
Perbendaharaan, hal ini sebagaimana diatur di dalam Pasal 19 dan Pasal 20 PMK
Pasal 53 ayat (1) Dalam hal terjadi kondisi darurat tertentu, Pemerintah
a.Restrukturisasi.kredit;
b.Rekonstruksi.usaha;
c.Bantuan.permodalan; dan/atau
d.Bantuan.bentuk lain.
berada dalam kondisi darurat, namun mekanisme mengenai perlindungan ini tidak
diatur secara eksplisit atau secara khusus dan tidak mengacu pada Perppu..No. 1
Tahun 2020. Sehingga, menurut Penulis Pasal 53 tersebut di atas masih terdapat
sampai detik ini Indonesia masih berada dalam situasi darurat kesehatan
tidak mengacu pada aturan yang mengatur mengenai pemulihan ekonomi nasional.
64
baik dalam proses produksi, distribusi, dan kegiatan operasional lainnya yang
Kebijakan dalam hal ini yang dimaksud adalah kebijakan program PEN.Program
PEN merupakan bentuk kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dalam upaya
untuk menjaga dan mencegah aktivitas usaha dari pemburukan lebih lanjut,
Kebijakan PEN ini diatur di dalam Pasal 1 angka 1 PP No. 23 Tahun 2020,
definisi mengenai program PEN, program PEN ini dibentuk dengan tujuan untuk
stabilitas sistem keuangan, Oleh sebab itu, Penulis berpendapat dengan adanya
wabah penyakit menular ini, bahwa kebijakan PEN tersebut merupakan kebijakan
nasional.
dalam hal ini dikhususkan pada pelaku usaha UMKM. Mengapa beberapa
peraturan di atas dapat dikatakan sebagai instrumen yuridis, oleh karena di dalam
hukum oleh Badan atau Jabatan tata usaha negara akan dapat dilakukan
diferensiasi menurut keadaan khusus dan konkret dalam masyarakat.85 Salah satu
penyebab dari adanya langkah mundur ini adalah diperlukannya pengaturan lebih
lanjut hal itu selalu berkaitan dengan penilaian-penilaian dari segi teknis yang
84
Ridwan HR., Op.Cit., h. 136.
85
Indroharto, Op.Cit., h. 154.
66
tersebut terbagi menjadi 2 (dua) sifat yaitu kewenangan legislasi yang bersifat
untuk membuat suatu peraturan dibuat bersama-sama pihak lain yaitu Dewan
kewenangan untuk membuat peraturan tanpa melibatkan pihak lain, dalam hal ini
Bentuk keputusan tata usaha negara demikian tidak merupakan bagian dari
perbuatan keputusan dalam arti beschikkingdaad van de administratie,
tetapi termasuk perbuatan tata usaha negara di bidang pembuatan peraturan
(regelend daad van de administratie). Seperti halnya dengan peraturan
perundang-undangan lainnya, keputusan tata usaha negara yang merupakan
pengaturan yang bersifat umum dapat pula dijadikan salah satu dasar
hukum bagi dikeluarkannya suatu keputusan (dalam arti beschikking).
perundang-undang dalam hal ini dikhususkan Peraturan Menteri dapat dinilai dan
disahkan dalam waktu yang cukup singkat, hal ini dikarenakan pandemi Covid-19
telah menimbulkan korban jiwa, dan kerugian material yang semakin besar,
Sebagaimana telah diuraikan pada Bab II, bahwa Presiden menerbitkan Keppres
disebut UU No. 4 Tahun 1984) dan Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2018
ini menandakan bahwa Negara Indonesia sedang berada dalam situasi yang tidak
normal atau biasa disebut dengan situasi darurat dan membutuhkan hukum darurat.
Namun, menjadi pertanyaan dari mana munculnya istilah keadaan darurat ini di
dalam Keppres No. 11 Tahun 2020, padahal di dalam konstitusi Indonesia tidak
(dua) istilah keadaan yang diatur di dalam Pasal 12 dan Pasal 22 ayat (1) UUD RI
1945, yaitu, keadaan bahaya dan hal ihwal kegentingan yang memaksa.
dalam Pasal 139 ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat
68
“Pemerintah berhak atas kuasa dan tanggung jawab sendiri menetapkan undang-
1950 (untuk selanjutnya disebut UUDS 1950), sebagaimana diatur di dalam Pasal
96 ayat (1) yang mengatur bahwa, “Pemerintah berhak atas kuasa dan tanggung
perlu diatur dengan segera.” Jimly Asshidiqie menyatakan bahwa, istilah keadaan
terhadap UMKM. Selanjutnya beberapa Pasal di dalam PMK No. 71 Tahun 2020
yang ada di dalam PMK No. 71 Tahun 2020, terdapat beberapa norma atau
ketentuan yang justru dapat merugikan para pelaku usaha khususnya UMKM dan
AAUPB.
87
Jimly Asshidiqie, Op.Cit., h. 206.
69
restrukturisasi kredit ini dibebani dengan adanya Imbal jasa penjaminan dan hak
regres. Definisi mengenai imbal jasa penjaminan ini diatur di dalam Pasal 1 angka
13 PMK No. 71 Tahun 2020 yang mengatur bahwa, “imbal jasa penjaminan
adalah sejumlah uang yang diterima oleh penjaminan dari terjamin dalam rangka
Pasal 1 angka 17 PMK No. 71 Tahun 2020 yang mengatur bahwa, “regres adalah
hak Penjamin untuk menagih Terjamin atas apa yang telah dibayarkan oleh
UMKM ini tentu melanggar asas-asas yang ada di dalam AAUPB, asas yang
dimaksud dalam hal ini adalah asas kemanfaatan dan asas kepentingan pelayanan
yang baik.
kepentingan generasi yang akan datang, oleh karena adanya suku bunga maupun
yang berbentuk IJP yang dapat membebani Terjamin. Kemudian pelaku usaha
sebagai Terjamin, juga dibebani dengan pajak bagi pelaku usaha, hal ini akan
memiliki hak regres. Selain itu, adanya ketidaksesuaian dengan asas kepentingan
pelayanan yang baik, yaitu dengan dilekatinya Penjamin dengan hak regres, akan
perbuatan cidera janji (wanprestasi) atau perbuatan melawan hukum. Dalam hal ini
keberadaan hak regres dirasa kurang tepat, oleh karena kebijakan Pemerintah
70
dalam Pogram PEN ini memiliki tujuan untuk melindungi, mempertahankan, dan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB II dan BAB III di atas, dapat ditarik
kesimpulannya bahwa :
PEN terdapat 4 (empat) metode atau cara yang akan digunakan oleh
71
72
Namun, para Pelaku usaha UMKM dalam hal ini dibebani dengan
pelaku usaha UMKM ini tentu melanggar asas-asas yang ada di dalam
AAUPB, asas yang dimaksud dalam hal ini adalah asas kemanfaatan,
kewenangan.
B. Saran
maupun skripsi yang Peneliti buat ini, masih perlu untuk diteliti dan
A. Peraturan Perundang-Undangan
B. Buku
Faried Ali, 2012, Hukum Tata Pemerintahan Heteronom dan Otonom, Refika
Aditama, Bandung.
I Dewa Gede Atmadja, 2015, Teori Konstitusi & Konsep Negara Hukum,
Setara Press, Malang.
Ridwan H.R., 2016, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
1. Majalah/Jurnal
2. Tesis/Skripsi
3. Website
Hasan B, 2020, “Genap 8 Bulan Pandemi Covid-19 di Tanah Air, Total Kasus
Positif 415.402 Orang”, Sumber Kompas.com, Senin, 02 November 2020
Jam 21:43 WIB, (dikutip pada tanggal 2 Mei 2021) dikutip pada web :
https://www.goriau.com/berita/baca/genap-8-bulan-pandemi-covid19-di-
tanah-air-total-kasus-positif-415402-orang.html