TAHUN 2021
MODUL
PERENCANAAN PEMERINTAH
KOTA BLITAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Salah satu perubahan politik mendasar dalam sistem perencanaan pembangunan nasional yang
diintrodusir oleh UU No. 25 tahun 2004 adalah adanya penguatan integrasi pelibatan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. Partisipasi dipercaya menjadi dasar dan
prasyarat bagi tercapainya keberhasilan pembangunan. Hasil pembangunan, pada gilirannya,
tidak semata diukur melalui capaian-capaian kongkret peningkatan kesejahteraan masyarakat
namun juga diukur melalui sejauhmana proses pembangunan yang ada mampu
memberdayakan masyarakat melalui keterlibatannya dalam penyusunan dan pengambilan
keputusan kebijakan pembangunan.
B. Deskripsi Singkat.
Modul ini berisi materi yang ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada aparatur
birokrasi tentang urgensi partisipasi warga dalam proses perencanaan pembangunan daerah
serta bagaimana mengelola partisipasi warga tersebut dalam konteks pembangunan
Pemerintah Kota Blitar. Argumentasinya, seluruh elemen masyarakat adalah mitra strategis
pemerintah daerah yang mempunyai kapasitas mempengaruhi, mengembangkan dan
mengawasi berbagai kebijakan terkait pembangunan daerah.
C. Manfaat
Manfaat Bahan Pembelajaran ini digunakan untuk membantu peserta Pelatihan memahami
pentingnya partisipasi warga dalam proses perencanaan pembangunan daerah serta
mekanisme penyusunan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata diklat Akuntabilitas PNS ini, peserta orientasi CPNS diharapkan mampu
1. Kompetensi dasar :
a. Memahami mekanisme penyusunan anggaran.
b. Melaksanakan penggunaan anggaran sesuai perencanaan.
2. Tujuan
a. Memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan efektif dan efisien.
b. Mampu memanfaatkan anggaran yang tersedia untuk pelayanan masyarakat dengan
penuh tanggungjawab.
E. Pokok Bahasan.
Pokok bahasan pada Bahan Pembelajaran perencanaan pemerintah kota blitar meliputi RPJPD,
RPJMD, RKPD Renstra.
F. Petunjuk Belajar.
Bahan Pembelajaran akuntabilitas PNS dan etika publik ini bersifat pemahaman atau pengertian
yang dapat diimplementasi dalam kehidupan sehari-hari terhadap pelaksanaan tugas
jabatannya.
2
BAB I
A. Pengantar
UU No. 25 tahun 2004 menyebutkan pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan
pembangunan pada dasarnya merupakan manifestasi dari perwujudan kepentingan
umum, memberikan peran masyarakat dalam pengambilan keputusan, membuka akses
masyarakat terhadap informasi pembangunan, serta mendorong akuntabilitas
pemerintahan. Partisipasi bisa menjadi sebuah prinsip dan nilai dasar yang menjadi
semangat dalam seluruh proses kebijakan. Partisipasi bisa merupakan arena yang
memberikan ruang kepada pihak-pihak yang terkena imbas langsung oleh kebijakan
publik. Dengan adanya partisipasi akan berdampak pada terwujudnya kesejahteraan
sosial, yang menjadi dasar eksistensi kebijakan publik, secara adil dan merata.
Partisipasi merupakan rangkaian proses kebijakan yang efektif, efisien, dan pro publik
dengan cara meningkatkan kualitas interaksi yang bersifat dua arah dan saling
menguntungkan antara pemerintah dan warganya.
3
mempengaruhi keputusan-keputusan yang ada dalam proses kebijakan. Bila belum
muncul kesadaran masyarakat untuk berpartipasi dalam proses kebijakan maka
pemerintah daerah seyogyanya bersedia membuka ruang dan mekanisme yang
memungkinkan partisipasi bisa tumbuh dan berkembang.Tanpa adanya kesediaan
pemerintah daerah maka partisipasi tidak mungkin dijalankan karena pintu artikulasi
kepentingan akan tertutup rapat. Bagi para pelaku di jajaran pemerintahan,
pelibatan masyarakat di dalam proses kebijakan publik dibayangkan akan bisa
membantu memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan komitmen
sosialnya. Masyarakat diberikan tanggung jawab, dalam tingkat tertentu, untuk
berperan dalam proses-proses birokrasi mulai dari tahap perencanaan, perumusan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kebijakan publik. Dengan adanya tanggung
jawab tersebut maka diharapkan akan mendorong munculnya kepercayaan serta
kepedulian terhadap sistem dan mekanisme yang ada. Dari sinilah komitmen sosial
terbangun.
3. Kemampuan Meskipun ada keleluasaan dan kesediaan, partisipasi juga menjadi sulit
terwujud bila tidak ada kemampuan dari kedua belah pihak -baik pihak pemerintah
daerah maupun masyarakat- untuk mewujudkan nilai, prinsip dan mekanisme
partisipasi secara nyata dalam seluruh proses kebijakan. Oleh karena itu dibutuhkan
alat, metode interaksi dan keahlian yang akan menjadi sarana dan prasarana penting
agar proses partisipasi bisa berlangsung secara efektif.
5
keberadaan forum Musrenbang dalam daur proses perencanaan kebijakan
pembangunan daerah dapat digambarkan sebagai berikut:
6
Bappeda menyusun rancangan RPJMD dengan menggunakan rancangan
RenstraSKPD dan berpedoman pada RPJPD;
Bapepeda menyelenggarakan Musrenbang RPJPD;
Bappeda menyusun rancangan akhir RPJMD berdasarkan hasil Musrenbang;
SKPD menyesuaikan Renstra-SKPD dengan RPJMD.
3. RKPD
Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJMD
dan mengacu pada RKP (Nasional);
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD dan
berpedoman pada Renstra-SKPD;
Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan
menggunakan Renja-SKPD;
Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD;
Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang.
8
2. Masalah dalam Aspek Keterlibatan
1) Forum publik yang tidak efektif Forum-forum yang ada tidak bisa secara efektif
menarik keterlibatan publik dan bisa menyaring aspirasi yang ada. Seringkali
forum tersebut melibatkan banyak orang tapi tidak memberikan kontribusi
yang signifikan karena isu kebijakan yang tersaring justru bukan menjadi
kebutuhan publik sebenarnya.
2) Forum publik yang tidak efisien (keterbatasan waktu) Proses partisipasi
membutuhkan adanya konsensus semua pihak sehingga waktu yang
dibutuhkan sangat panjang agar semua pihak terakomodasi. Padahal di sisi
lain pemerintah memiliki siklus perencanaan dan penganggaran yang
membatasi proses yang ada dan mesti ditaati tiap tahun. Kondisi inilah yang
seringkali terjadi ketika aparat birokrasi membentuk forum-forum partisipasi.
Akibatnya forum tersebut diadakan hanya sekedar formalitas semata.
3) Lemahnya sistem dukung dan daya dukung lingkungan
Standar auditing yang tidak sinergi
Saat ini ada beberapa produk regulasi cenderung afirmatif terhadap
peran-peran publik dalam proses kebijakan, seperti UU No. 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Perda
Transparansi, Perda Partisipasi, dsb. Namun sayangnya regulasi afirmatif
tersebut harus berhadapan dengan standar auditing yang justru tidak bisa
memberi ruang lebih jauh terwujudnya partisipasi. Misalnya penentuan
alokasi anggaran yang sudah sangat terperinci dalam anggaran daerah
berbasis kinerja justru tidak memberikan ruang lebih jauh bagi alokasi
anggaran yang berasal dari inisiatif publik.
Sistem dan manajemen Informasi
Proses partisipasi akan berjalan secara optimal bila ditopang oleh
penyebaran informasi yang simetris dan keterbukaan informasi.Sayang
sekali, pemerintah daerah tidak punya instrumen yang efektif agar proses
penyebaran informasi dan sharing informasi yang sifatnya resiprokal bisa
berjalan.
9
BAB II
A. Pengantar
Dalam rangka mewujudkan sistem perencanaan pembangunan serta untuk menjamin
agar kegiatan pembangunan berjalan selaras, efektif, efisien, tepat sasaran dan
berkesinambungan, maka diperlukan perencanaan pembangunan daerah yang cermat,
tepat, aspiratif dan prospektif. Untuk itulah maka Pemerintah memberlakukan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN).
RPJPD merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan untuk
mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu dua puluh tahun ke depan.
Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya pemerintah daerah,
DPRD, dan masyarakat memberikan perhatian penting pada kualitas proses
penyusunan dokumen RPJPD, dan tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan
review berkala atas implementasinya. Dokumen RPJPD merupakan dokumen rencana
pembangunan yang menjadi acuan dalam penyusunan rencana daerah dengan hierarki
dan skala yang lebih rendah, seperti RTRWD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD. Oleh
karena itu, kualitas penyusunan RPJPD dari segi analisis kecenderunagan dan perspektif
10
masa depan, pemahaman atas isu strategis, yang mungkin dihadapi di masa depan,
kejelasan visi, misi, tujuan, arah, dan strategi kebijakan pembangunan dua puluh tahun
ke depan akan turut menentukan kualitas rencana daerah di bawahnya. RPJPD
menjawab tiga pertanyaan dasar: (1) kemana daerah akan diarahkan
pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam dua puluh tahun mendatang;
(2) bagaiman mencapainya, dan; (3) langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan
agar tujuan tercapai.
RPJP Daerah memuat misi, visi, dan arah pembangunan jangka panjang Daerah. PJP
Daerah tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yang memuat isi,
misi, dan program Walikota yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Visi, misi, dan program tersebut
disampaikan pada saat kampanye.
RPJP Daerah digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJM Daerah. Pentahapan
rencana pembangunan daerah disusun dalam masing-masing periode RPJM Daerah
sesuai dengan visi, misi, dan program Walikota yang dipilih secara langsung oleh rakyat.
RPJM Daerah memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program
Walikota, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh.
Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Blitar Tahun 2005 - 2025 adalah untuk : a.
mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan
pembangunan daerah; b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antar wilayah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat
dan daerah; c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d. menjamin tercapainya penggunaan
11
sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan; dan e.
mengoptimalkan partisipasi masyarakat. f. Menjamin adanya kepastian hokum.
Penyusunan RPJP Daerah Kota Blitar 2005 - 2025 dilakukan pada saat masih berlakunya
Renstra Kota Blitar tahun 2001-2010 yang dianggap sebagai RPJP tahap I, maka perlu
dipahami bahwa Produk RPJP 2001-2010 beserta seluruh perangkat
operasionalisasinya salah satunya RPJM Daerah Kota Blitar tahun 2006-2010 masih
tetap diberlakukan. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025
merupakan bagian lanjutan untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kualitas
berbagai hasil pembangunan yang prinsip-prinsip dasarnya telah berhasil diletakkan
secara sistemik sepanjang penerapan Rencana Strategi Kota Blitar tahun 2001-2010.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kota Blitar 2005-2025 periodisasinya akan dibagi menjadi 4 periode yaitu,
periodisasi I tahun 2005-2010, Periodisasi II tahun 2011-2015, Periodisasi III tahun 2016-
2020 dan terakhir Periodisasi IV tahun 2021-2025.
Secara umum visi pembangunan Kota Blitar Tahun 2005-2025 adalah “ Kota Blitar
Sebagai Kota Pariwisata, Pusat Pelayanan Perdagangan Dan Jasa Yang Berwawasan
Kebangsaan Dan Lingkungan Hidup”.
Adapun yang dimaksud dengan "Kota Pariwisata", adalah Blitar sebagai kota tujuan
wisata, yang kegiatan pariwisatanya lebih diarahkan pada wisata sejarah perjuangan
baik bersifat fisik maupun non fisik. Kegiatan kepariwisataan dilaksanakan melalui
12
penciptaan terobosan baru serta menyempurnakan dan meningkatkan jaringan
kerjasama wisata.
Sedangkan yang dimaksud dengan "Pelayanan Perdagangan dan Jasa", ialah sektor
perdagangan baik berupa barang maupun jasa serta Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJP Daerah) Kota Blitar 2005-2025 pelayanan publik harus
dibangun lebih maju dan mandiri yang memberikan kontribusi lebih besar bagi
kesejahteraan masyarakat.
Untuk mewujudkan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kota Blitar Tahun 2005–2025, maka ditempuh melalui 4 (empat) strategi dasar yakni:
1. Pengendalian pertumbuhan penduduk
2. Penanggulangan kemiskinan
3. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
4. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas Strategi pembangunan dimaksud
didasari oleh kondisi Kota Blitar saat ini yang diharapkan mampu mengantisipasi
tantangan dan permasalahan sekaligus potensi Kota Blitar dalam 20 tahun
mendatang.
13
e. BAB V ARAH KEBIJAKAN
Pada bab ini disajikan arah kebijakan pembangunan, sasaran pembangunan kota
blitar, periodisasi.
14
BAB III
A. Pengantar
RPJMD merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi
megarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu lima tahun ke depan masa
pimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Sebagai suatu dokumen
rencana yang penting sudah sepatutnya pemerintah daerah, DPRD, dan masyarakat
memberikan perhatian penting pada kualitas proses penyusunan dokumen RPJMD, dan
tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan review berkala atas
implementasinya.
Dokumen RPJMD sangat terkait dengan visi dan misi kepala daerah terpilih. Oleh
karena itu, kualitas penyusunan RPJMD akan mencerminkan sejauh mana kredibilitas
kepala daerah terpilih dalam memandu, mengarahkan, dan memprogramkan
perjalanan kepemimpinannya. RPJMD menjawab tiga pertanyaan dasar: (1) ke mana
daerah akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam 5 tahun
mendatang; (2) bagaimana cara mencapainya dan; (3) langkah-langkah strategis apa
yang perlu dapat dilakukan agar tujuan tercapai.
Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi RPJMD untuk mengklarifikasi secara
eksplisit visi dan misi kepala daerah terpilih kemudian menerjemahkan secara strategis,
sistematis dan terpadu, ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program prioritas serta
tolak ukur kinerja pencapaiannya. Untuk mendapatkan dukungan yang optimal bagi
implementasinya, proses penyusunan dokumen RPJMD perlu membangun komitmen
dan kesepakatan stakeholder untuk mencapai tujuan RPJMD melalui proses yang
trasparan, demokratis, dan akuntabel dengan memadukan pendekatan teknokratis,
demokratis, partisipatif, dan politis.
15
pembangunan jangka menengah daerah dan indikasi program prioritas yang disertai
kebutuhan pendanaan, dan sesuai ketentuan untuk dibahas antara Eksekutif dan
Legislatif, agar memperoleh kesepakatan yang dituangkan dalam Nota Kesepakatan
Rancangan Awal RPJMD yang ditandatangani oleh Kepala Daerah dan Ketua DPRD.
16
Sistematika RPJMD Pemerintah Kota Blitar Tahun 2016 – 2021 adalah :
a. BAB I PENDAHULUAN
Secara umum memuat latar belakang, dasar hokum, hubungan antar dokumen
perencanaan.
b. BAB II GAMBARAN UMUM
Secara umum memuat aspek geografi dan demografi, asek kesejahteraan
masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.
c. BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA
PENDANAAN
Secara umum memuat kinerja keuangan RPJMD sampai tahun berjalan, kebijakan
pengelolaan keuangan RPJMD sampai tahun berjalan.
d. BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Secara umum memuat permasalahan pembangunan, lingkungan strategis dan isu
strategis.
e. BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Secara umum memuat Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kepala Daerah terpilih sesuai
janji-janji politiknya.
f. BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Secara umum memuat Strategi Dan Arah Kebijakan pembangunan untuk mencapai
Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kepala Daerah terpilih.
g. BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Secara umum memuat kebijakan umum dan program pembangunan daerah.
h. BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN
PENDANAAN
Secara umum memuat indikasi rencana program prioritas disertai kebutuhan
pendanaan.
i. BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Secara umum memuat indicator dan target kinerja daerah.
j. BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
Secara umum memuat pedoman transisi, kaidah pelaksanaan dan pengembangan
pembiayaan pembangunan.
17
BAB IV
A. Pengantar
Penyusunan rencana kerja pemerintah daerah di atur oleh Peraturan Menteri Dalam
Negeri RI nomor 40 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Tahun 2021
Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen
perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. RKPD Tahun 2021 merupakan
penjabaran dari RPJMD. RKPD Tahun 2021 memuat:
a. rancangan kerangka ekonomi daerah;
b. prioritas pembangunan daerah;
c. rencana kerja dan pendanaan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun; dan d. kebijakan
penanganan pandemi corona virus disease 19 di daerah.
RKPD sebagaimana, berpedoman pada RKP Tahun 2021 dan program strategis nasional
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. RKPD Tahun 2021 memuat urusan kesatuan
bangsa dan politik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Sebagai suatu dokumen resmi Pemerintah Daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang
strategis, proses penyusunan RKPD dilakukan secara sistematis, terarah, terpadu dan
tanggap terhadap perubahan yang penyusunannya dilaksanakan untuk mewujudkan
sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan
pembangunan, serta mewujudkan efisiensi dan alokasi sumberdaya dalam pembangunan
daerah.
18
Selanjutnya RKPD tersebut menjadi bahan bagi penyusunan Kebijakan Umum
Anggaran (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). KUA-
PPAS harus mendapat persetujuan dari Legislatif. PPA yang telah menjadi kesepatakan
antara Pemerintah Kabupaten/Kota dengan DPRD selanjutnya menjadi pedoman bagi
setiap SKPD untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), yang menjadi bahan
masukan dalam penyusunan RAPBD. Sehingga melalui pembahasan sidang DPRD
ditetapkanlah APBD. Seperti terlihat pada diagram di bawah ini.
a. BAB I PENDAHULUAN
Secara umum pendahuluan memuat latar belakang, dasar hokum penyusunan,
hubungan antar dokumen perencanan, sistematika dokumen RKPD, maksud dan
tujuan.
19
BAB V
A. Pengantar
Rencana Strategis Perangkat Daerah memuat tujuan, sasaran, program, dan kegiatan
pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib dan/ atau
Urusan Pemerintahan Pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat Daerah.
Rencana strategis Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perkada setelah RPJMD
ditetapkan.
21
b. Rancangan Akhir Renstra-PD, disampaikan paling lambat 1 (satu) minggu
setelah Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan.
c. Renstra–PD yang telah ditetapkan dengan Perkada menjadi pedoman kepala
Perangkat Daerah dalam menyusun Renja Perangkat Daerah dan digunakan
sebagai bahan penyusunan rancangan RKPD.
d. BAPPEDA menyampaikan rancangan akhir Renstra-PD yang telah diverifikasi
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah untuk ditetapkan dengan
Perkada.
e. Penetapan Renstra-PD dengan Perkada, paling lambat 1 (satu) bulan setelah
Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan
Soal latihan
1. Sebutkan perbedaan antara RPJPD, RPJMD, RKPD Renstra ?
2. Setelah terpilihnya kepala negara dan kepala daerah baru, maka kepala negara dan
kepala daerah wajib untuk merealisasikan janji-janji politiknya. Menurut anda
bagaimana pelibatan masyarakat atau partisipasi masyarakat dalam perwujudan janji
tersebut, jelaskan peran masyarakat sesuai aturan perencanaan pembangunan nasional
dan pembangunan daerah yang anda ketahui ?
22