Anda di halaman 1dari 5

NAMA TARUNA MUDA : RIZKI ANJAYA

NOTAR : 2001363
KELAS : TD 1.7
MATA KULIAH : PER UU

NO 1.
a. PM 75 TAHUN 2015
Manfaat dari Andalalin
Jika seluruh pengembang atau developer melakukan analisa dampak lalu lintas dengan baik
tentu akan terdapat manfaat yang bisa dirasakan oleh banyak orang. Salah satu manfaat utama
dari andalalin adalah sebuah kota bisa menjadi lebih tertata dengan baik dan bisa memberikan
akses yang mudah bagi siapa saja untuk menjangkaunya.
Apabila pengembang tidak memperhatikan dampaknya maka otomatis kota atau perumahan
tersebut bisa mengakibatkan banyak kerugian bagi lingkungan sekitar dan akan terus
berdampak buruk dalam jangka waktu yang panjang.

FUNGSI ANDALALIN
andalalin memiliki sebuah fungsi yakni untuk menganalisa kondisi lalu lintas yang ada saat ini
dan dalam waktu hingga 5 tahun kedepan. Sebuah ekonomi pada suatu daerah akan sangat
bergantung kepada situasi lalu lintas yang aman dan lancar karena juga bisa mencerminkan
sebuah kota yang tertib dan teratur.
b. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 BAB IV
1) Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang
dan/atau barang antarkota antarprovinsi serta lintas batas negara.
2) Pemerintah Daerah provinsi wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa
angkutan orang dan/atau barang antarkota dalam provinsi.
3) Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk
jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota.
4) Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

NO 2.
a. Dalam hal Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dilakukan pada malam hari, petugas wajib:
a. menempatkan tanda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3);
b. memasang lampu isyarat bercahaya kuning; dan
c. memakai rompi yang memantulkan cahaya.
(PP 80 tahun 2012)
b. Pasal 15 PP 80 tahun 2012
1) Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang melakukan Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
secara berkala atau insidental atas dasar Operasi Kepolisian dan/atau penanggulangan
kejahatan wajib dilengkapi dengan surat perintah tugas.
2) Surat perintah tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh:
a. atasan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia bagi petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia; dan
b. atasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bagi
Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3) Surat perintah tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:
a. alasan dan pola pemeriksaan Kendaraan Bermotor;
b. waktu pemeriksaan Kendaraan Bermotor;

NO 3.
a. Manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan
jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas . (Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 96 tahun 2015).
b. Tujuan dilaksanakannya Manajemen Lalu Lintas adalah :
a. Mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan lalu lintas secara menyeluruh dengan tingkat
aksesibilitas (ukuran kenyamanan) yang tinggi dengan menyeimbangkan permintaan
pergerakan dengan sarana penunjang yang ada.
b. Meningkatkan tingkat keselamatan dari pengguna yang dapat diterima oleh semua pihak
dan memperbaiki tingkat keselamatan tersebut sebaik mungkin.
c. Melindungi dan memperbaiki keadaan kondisi lingkungan dimana arus lalu lintas tersebut
berada.
d. Mempromosikan penggunaan energi secara efisien.
c. Sasaran Manajemen Lalu Lintas
Sasaran manajemen lalu lintas sesuai dengan tujuan diatas adalah :
a. Mengatur dan menyederhanakan arus lalu lintas dengan melakukan manajemen terhadap
tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimumkan gangguan untuk
melancarkan arus lalu lintas.
b. Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan menambah kapasitas atau mengurangi
volume lalu lintas pada suatu jalan. Melakukan optimasi ruas jalan dengan menentukan
fungsi dari jalan dan terkontrolnya aktifitas-aktifitas yang tidak cocok dengan fungsi jalan
tersebut.

NO 4.
a. Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan
laik jalan sebagaimana dimanatkan oleh Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sehingga sebelum kendaraan dioperasikan di jalan
harus mendapat kepastian bahwa kendaraan tersebut telah memenuhi persyaratan dimaksud.
(Sumber: UU No 22 Tahun 2009 Pasal 48)
b. (1) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, setiap
orang harus memenuhi persyaratan usia, administratif, kesehatan, dan lulus ujian.
(2) Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan paling rendah sebagai berikut:
a. usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin Mengemudi C,
dan Surat Izin Mengemudi D;
b. usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I; dan
a. usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II.

(3) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk;
b. pengisian formulir permohonan; dan
c. rumusan sidik jari.
(4)Syarat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter;
b. dan sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis.

(5) Syarat lulus ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. ujian teori;
b. ujian praktik; dan/atau
c. ujian keterampilan melalui simulator.

(6) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),


ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), setiap Pengemudi
Kendaraan Bermotor yang akan mengajukan
permohonan:
a. Surat Izin Mengemudi B I harus memiliki Surat Izin Mengemudi A sekurang-kurangnya
12 (dua belas) bulan; dan
b. Surat Izin Mengemudi B II harus memiliki Surat Izin Mengemudi B I sekurang-
kurangnya 12 (dua belas) bulan.
(UU no.22 tahun 2009 pasal 81 ayat 1 - 6)

NO 5.
a. (PM 33 TAHUN 2018 – PASAL 2 AYAT 1) Maksud dan tujuan Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk:
a. memberikan kepastian hukum terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan
Kendaraan Bermotor;
b. memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan Kendaraan
Bermotor di jalan;
c. mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang
diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan; dan
d. memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

b. Korban kecelakaan Lalu lintas berhak mendapatkan:


1. Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
lalu lintas dan/atau Pemerintah
2. Ganti rugi dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas
3. Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi.
4. Dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana, pengemudi, pemilik, dan/atau
perusahaan angkutan umum wajib memberikan:
5. Bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman
jika korban meninggal dunia akibat kecelakaan berat.
6. Bantuan kepada korban berupa biaya pengobatan jika terjadi cedera terhadap badan atau
kesehatan korban akibat kecelakaan sedang dan berat.
(Sumber : UU No.22 Thn 2009 pasal 273 ayat (1) ttg lalu lintas dan Angkutan Jalan)

c. Tujuan pemeriksaan kendaraan bermotor adalah untuk mendorong terciptanya kepatuhan


dan budaya berlalu lintas, memastikan terpenuhinya persyaratan teknis dan persyaratan laik
jalan Kendaraan Bermotor, memastikan terpenuhinya kelengkapan dokumen registrasi dan
identifikasi pengemudi dan Kendaraan Bermotor serta dokumen perizinan dan kelengkapan
Kendaraan Bermotor angkutan umum, serta mendukung pengungkapan perkara tindak pidana.

NO 6.
a. Gunanya Pemerintah mengatur penetapan batas kecepatan = Kementerian Perhubungan
(Kemenhub) mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 111 tahun 2015 mengenai
tata cara penetapan batas kecepatan kendaraan bermotor dengan tujuan Peraturan ini bisa
menekan angka kecelakaan.
b. penetapan batas kecepatan yang ditetapkan secara nasional di PM 111 Tahun 2015 Pasal 3 ayat
4
a. Paling rendah 60 (enam puluh) km/jam dalam kondisi arus bebas dan paling tinggi 100
(seratus) km/jam untuk jalan bebas hambatan;
b. Paling tinggi 80 (delapan puluh) km/jam untuk jalan antarkota;
c. Paling tinggi 50 (lima puluh) km/jam untuk kawasan perkotaan; dan
d. Paling tinggi 30 (tiga puluh) km/jam untuk kawasan permukiman.
c. Pasal 7 PM 111 Tahun 2015
a. Frekuensi kecelakaan yang tinggi dan fatalitas akibat kecelakaan di lingkungan jalan yang
bersangkutan;
b. Perubahan kondisi permukaan jalan, geometri jalan, lingkungan sekitar jalan;
c. Usulan masyarakat melalui rapat forum lalu-lintas dan angkutan jalan sesuai dengan tingkat
status jalan.
NO 7.
a. (PP No. 44, 1993 Tentang Kendaraan dan Pengemudi)
1. Pemilik/kuasa kendaraan yang akan melaksanakan pengujian berkala kendaraan diluar tempat
asal kendaraan didaftarkan harus mengajukan permohonan kepada unit pengujian kendaraan
bermotor tempat kendaraan tersebut didaftarkan dengan melampirkan persyaratan :
a. -Foto copy STNK;
b. -Surat Tanda Uji kendaraan/Buku uji.

2. Setelah memenuhi persyaratan, unit pengujian asal tempat kendaraan tersebut didaftarkan
menerbitkan surat pengantar numpang uji.

3. Pengujian diluar tempat kendaraan didaftarkan dapat dilaksanakan setelah ada surat
pengantar dari tempat asal kendaraan didaftarkan.

4. Unit Pengujian kendaraan bermotor tempat kendaraan melaksanakan pengujian wajib


melaporkan hasil pengujiannya kepada unit pengujian kendaraan bermotor asal kendaraan
didaftarkan.

NO 8.
a. Hak dan kewajiban Pejalan kaki juga diatur dalam UU Nomor 22/2009. Pada Pasal 131, diatur
mengenai hak Pejalan kaki, yaitu;
1) 1).Pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung berupa trotoar, tempat
penyeberangan dan fasilitas lain,
2) 2). Pejalan kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat menyeberang jalan di tempat
penyeberangan,
3) 3). Dalam hal belum tersedia fasilitas sebagaimana dimaksud diatas, Pejalan kaki berhak
menyeberang ditempat yang dipilih dengan memperhatikan dirinya.

Sementara, kewajiban Pejalan kaki diatur pada Pasal 132, UU Nomor 22/2009, yaitu;
a. Menggunakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi Pejalan kaki atau jalan yang paling tepi,
atau menyeberang di tempat yang telah ditentukan,
b. Pejalan kaki wajib memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu lintas,
c. Pejalan kaki penyandang cacat harus menggunakan tanda khusus yang jelas dan mudah
dikenali Pengguna jalan lain.

b. Menurut PM 98 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN AKSESIBILITAS PADA PELAYANAN JASA


TRANSPORTASI PUBLIK BAGI PENGGUNA JASA BERKEBUTUHAN KHUSUS
Aksesibilitas bagi pengguna jasa berkebutuhan khusus padasarana transportasi paling sedikit
meliputi :
a. alat bantu untuk naik turun dari dan ke sarana transportasi
b. pintu yang aman dan mudah diakses
c. informasi audio/visual tentang perjalanan yang mudah di akses
d. Tanda/petunjuk khusus pada area pelayanan di sarana transportasi yang mudah di
akses
e. tempat duduk prioritas dan toilet yang mudah diakses;
f. dan penyediaan fasilitas bantu yang mudah di akses, aman dan nyaman.

NO 9.
a. fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan
jalan (Bagian kesembilan Pasal 55 PP 79 Tahun 2013)
Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf h meliputi:
a. jalur khusus angkutan umum;
b. jalur/lajur sepeda motor;
c. jalur/lajur kendaraan tidak bermotor;
d. parkir pada badan jalan;
e. fasilitas perpindahan moda dalam rangka integrasi pelayanan intra dan antar moda;
dan/atau
f. tempat istirahat.

b. Penyelenggaraan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dalam bentuk BPKB adalah
untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat, terutama yang berkaitan dengan
penyelidikan/penyidikan pada kasus pelanggarandan kejahatan yang berkaitan dengan
kendaraan bermotor.

c. BAB II tentang JENIS PELAYANAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM
TIDAK DALAM TRAYEK Bagian Kesatu Umum Pasal 4 PM 117 Tahun 2018
a. Angkutan Orang dengan Menggunakan Taksi;
b. Angkutan Orang dengan Tujuan Tertentu;
b. Angkutan Orang untuk Keperluan Pariwisata; dan
c. Angkutan Orang di Kawasan Tertentu.

Anda mungkin juga menyukai