Anda di halaman 1dari 13

PTK PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. BENTUK KAJIAN YANG SISTEMATIS REFLEKTIF


2. DILAKUKAN OLEH GURU
3. BERTUJUAN MEMPERBAIKI KUALITAS PEMBELAJARAN DI KELAS

SIFAT PTK

1. MASALAH BERBASIS KELAS


2. KOLABORATIF
3. TIDAK MENGUJI TEORI
4. TIDAK BERLAKU GENERAL
5. TIDAK ADA POPULASI SAMPEL, TAPI YANG ADA SUBJEK TINDAKAN
6. DILAKUKAN DALAM PUTARAN SIKLUS

PRINSIP PTK

1. TUGAS UTAMA GURU ADALAH MENGAJAR


2. METODE PENGUMPULAN DATA TIDAK MENGGANGGU PEMBELAJARAN
3. METODOLOGI YANG DIGUNAKAN RELIABLE (IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN HIPOTESIS
MEYAKINKAN,
4. MERUPAKAN MASALAH YANG MERISSAUKAN BAGI GURU
5. KONSISTENSI TERHADAP PROSES DAN PROSEDUR,
6. PERMASALAHAN ADA DALAM PERSPEKTIF MISI SEKOLAH

TUJUAN PTK

MEMPERBAIKI DAN MENINGKATKAN PRAKTIK PEMBELAJARAN DI KELAS SECARA


BERKESINAMBUNGAN
MANFAAT PTK
INOVASI

ARTIKEL POPULER PAI


PUBLIKASI ILMIAH
TEMA YANG LAGI BOMING
JANGAN MEMBATASI PIKIRAN KITA.
Metode Iqra’ adalah suatu metode yang menekankan lansung pada
pelatihan membaca yang dimulai dari tingkat yang paling sederhana, tahap demi
tahap sehingga sampai pada tahap yang paling sempurna.11 Pembelajaran dalam
metode ini, lebih cenderung kepada ingatan huruf, sehingga tidak perlu
menghafal. Metode ini ditemukan pada tahun 1990 di kota Yogyakarta yang
diperoleh oleh seorang ulama yang bernama As’ad Humam, sampai sekarang
metode ini diterapkan hampir semua lembaga pendidikan Al-Qur’an.
Metode Iqra’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang
bermacam-macam, kerena sangat ditekankan pada bacaannya. Bacaan langsung
tanpa di eja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara
belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun mengajar dalam metode Iqra’ terdapat tiga model, yaitu;
a. Cara Belajar Santi Aktif (CBSA). Ustadz/ustadzah tak lebih sebagai
penyimak, bukan penuntun bacaan.
b. Privat (Individual) yaitu ustadz/ustadzah menyimak seorang demi
seorang. Karena sifatnya induvidual maka tingkat hasil yang dicapainya
tidaklah sama, maka setiap selesai belajar ustadz/ustadzah perlu mencatat
hasil belajarnya pada kartu prestasi santri, kalau santri sudah paham betul
maka boleh dinaikan ketahap berikutnya. Disini ustadz/ustadzah hanya
menerangkan pokok-pokok pelajaran saja dan selamjutnya hanya
menyimak bacaan santri.
11 As’ad Humam, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, (Yogyakarta: Team
Tadarus
AMM, 1990), h. 2.
______________
25
c. Asistensi, “Jika tenaga ustadz/ustadzah tidak mencukupi, siswa yang
mahir bisa turut membantu mengajar santri-santri yang lainnya”.
d. Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem
tadarrus, secara bergilir membaca sekitar 2 baris sedangkan yang lainnya
menyimak bacaan tersebut.
3. Metode Al-Baghdadi
Metode Al-Baghdadi adalah metode tersusun, maksudnya suatu metode
yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih
dikenal dengan sebutan alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang paling lama
muncul dan digunakan dalam masyarakat indonesia, bahkan metode ini juga
merupakan metode yang pertama berkembang di indonesia. Buku metode ini
hanya terdiri dari satu jilid dan biasa dikenal dengan sebutan Al-Qur’an kecil.12
Proses pembelajaran metode ini dimulai dengan mengajar huruf hijaiyah
mulai dari alif sampai ya. Dan kemudian diakhiri dengan membaca Juz Amma
sebelum memulaikan membaca Al-Qur’an besar.
4. Metode Hattaiyah
Metode Hattaiyah diperkenalkan oleh Muhammad Usman, seorang
ustadz/ustadzah agama dai Kampar, Propinsi Riau. Metode ini didasarkan oleh
pengalamannya mengajar tulis baca Al-Qur’an sejak tahun 1964.
12 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, cet.1, (Jakarta: Pustaka
Alfabet,
2005), h. 392.
______________
26
Pada dasarnya metode ini tidak terlalu jauh dengan metode tradisional,
hanya disini tidak diperbaruhi cara mengajar sistem metode Hattaiyah adalah
dengan pendekatan huruf Arab tanda baca melalui huruf latin.13
Akan tetapi metode ini bukan melalui memperkenalkan huruf hijaiyah dari
alif, melainkan dimulai dari lam. Dengan alasan karena huruf ini paling mudah
diingat oleh anak-anak. Sedangkan huruf yang tidak bisa dituliskan dengan huruf
latin, diajarkan paling akhir, seperti: Alif. Hamzah, ‘Ain, dan Gha.
Dari uraian metode di atas, terlihat bahwa metode pembelajaran Al-Qur’an
terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan sosial budaya
daerah masing-masing. Metode tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Adapun metode pembelajaran Al-Qur’an yang berkembang di
Aceh pada umumnya adalah metode Baghdadiyah yang saat ini masih digunakan
diseluruh pelosok Aceh khususnya di pesantren dan balai pengajian tradisional.
Selain metode Baghdadiyah, metode lain berkembang kemudian adalah metode
Iqra’ yang pada umumnya digunakan di daerah perkotaan melalui lembaga
pengajian anak-anak yang disebut Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).
5. Metode Jibril
Jibril merupakan nama malikat penyampaian wahyu. Metode ini
diprakarsa oleh KH. M. Bashori Alwi dan diterapkan pada PIQ Singosari Malang.
Penggunaan istilah Jibril ini merujuk kepada perintah Allah swt. kepada Nabi
Muhammad saw. untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang disampaikan oleh
malaikat Jibril.
13 Muhammad Hatta Usman, Metode Hattaiyah, Jilid I, (Bangkiran-Riau: Riyani, 1990),
h. 1-2.
______________
27
Sistem dalam metode Jibril bermula dengab membaca satu ayat, lalu di
tirukan oleh orang-orang yang mengaji. Ustadz/ustadzah membaca satu dua kali
lagi yang kemudian ditirukan oleh orang-orang mengaji. Kemudian baru
ustadz/ustadzah melanjutkan ayat selanjutnya dan ditirukan oleh peserta pengajian
sampai mereka dapat menirukan bacaan ustadz/ustadzah yang pas.
Metode Jibril memiliki dua tahapan yaitu tahqiq dan tartil. Tahap tahqiq
adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an pelan dan mendasar. Tahap ini dimulai
dengan pengenalan huruf dan suara, hingga kata dan kalimat. Sedangkan tahap
tartil adalah tahap pembelajaran Al-Qur’an dengan durasi sedang bahkan cepat
sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau
beberapa ayat yang dibacakan ustadz/ustadzah, lalu ditirukan oleh para santri
secara berulang-ulang.14
D. Faktor-Faktor Yang Mempengarui kemampuan Membaca Al-Qur’an
Faktof-faktor yang mempengaruhi kemampuan baca tulis Al-Qur’an dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor ekternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal ini meliputi dua faktor, yaitu: faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
a. Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang. Begitu juga dengan belajar membaca Al-Qur’an.
14 H.R. Taufiqurrahman, Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM. Bashori
Alwi, (Malang, IKAFIQ Malang, 2005), h. 11-12.
______________
28
Seorang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari
orang yang keadan kelelahan. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah
kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata
sebagian melihat, dan telinga sebagian mendengar. 15
b. Faktor Psikologis
Diantara faktor psikologis yang mempengaruhi membaca Al-Qur’an
adalah sebagai berikut:
1) Intelegensi
Intelegensi atau kecerdasan, merupakan suatu kemampuan yang tertinggi
dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia. intelegensi seseorang
dapa dilihat dari mampu atau tidaknya berbuat atau bertindak.16
Kemampuan/inteligensi seseoran dapat terlihat adanya beberapa hal, yaitu:
a) Cepat menangkap isi pelajaran
b) Tahan lama memusatkan perhatian pada pelajaran dan kegiatan
c) Dorongan ingin tau kuat dan banyak inisiatif
d) Cepat memahami prinsip dan perhatian
e) Sanggup bekerja dengan baik
f) Memiliki minat yang luas. 17
15Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Edisi Revisi (Jakarta:Rineka Cipta, 2011),
h. 189.
16 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.15.
17Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 119.
______________
29
Inteligensi ini sangat dibutuhkan sekali dalam belajar, karena dengan
tingginya nilai intelegensi seseorang maka akan lebih cepat menerima pelajaran
atau informasi yang disampaikan, termasuk membaca Al-Qur’an.
2) Bakat
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mncapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga dapat
diartikan sebagai sifat dasar kepandaian seseorang yang dibawa sejak lahir. 18
Pada kemampuan baca Al-Quran, bakat mempunyai pengaruh yang besar
terhadap proses pencapaian prestasi seseorang. Adanya perbedaan bakat ini ada
kalanya seseorang dapat dengan cepat atau lambat dalam menguasai tata cara
membaca Al-Qur’an.
3) Minat
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang
berharga bagi seseorang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah suatu
kebutuhan. 19
Sebagaimana pengertian di atas bahwa untuk memenuhui kebutuhan diri
maka seseorang akan cenderung menyukai sesuatu hal yang menarik untuk
memenuhi kebutuhan itu. Jika sikap ini tumbuh dan berkembang pada pola belajar
anak didik maka proses belajar mengajar akan lebih mudah. Apabila minat dalam
diri santri tumbuh maka kemampuan baca Al-Qur’an santri pun akan meningkat
baik.
18Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran,... h. 133.
19Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran,... h. 133.
______________
30
4) Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk membuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasokan daya (energi) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam
perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
santri sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk
dalam motivasi intrinstik adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan
materi tersebut, misalnya untuk masa depan siswa yang bersangkutan tersebut.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu
santri dan juga untuk mendorongnya untuk melakukan belajar. Misalnya, pujian,
hadiah, suru tauladan ustadz/ustadzah, orang tua dan lain sebagainya. 20
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri santri. Adapun
faktor eksternal yang mempengaruhu kemampuan dan membaca dan menulis AlQur’an
adalah sebagai berikut.
a. Faktor Instrumental
1) Ustadz/ustadzah adalah seseorang tenaga profesional yang dapat
menjadikan santrinya maupun merencanakan, menganalisis dan
mengumpulkan masalah yang dihadapi.
20Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.136-
137.
______________
31
2) Kurikulum, berupakan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
santri. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan
pelajaran agar santri menerima, menguasai dan mengembangkan
bahan pelajaran.
3) Sarana dan Fasilitas, sarana mempunyai arti penting dalam suatu
pendidikan, khususnya belajar Al-Qur’an. Tersedianya tenpat
pengajian yang baik dan nyaman untuk belajar Al-Qur’an.
4) Lingkungan Masyarakat, yang dimaksud disini adalah lingkunagan
di luar pengajian, lingkungan masyarakat dapat berarti lingkungan
keluarga dan lingkungan sekelilingnya.
b. Faktor Keluarga
Pengaruh dari keluarga dapat berupa: cara orang tua mendidik, pengertian
orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga.
c. Faktor Masyarakat Sekitar
Masyarakat merupakan salah satu faktor eksternal yang berpengaruh
terhada santri. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan santri dalam suatu
lingkungan masyarakat. Dalam hal ini bisa berupa: kegiata santri dalam
masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat, dan lingkungan sosial
budaya. 21
Demikianlah faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran secara
umum. Sebagai pendidik haruslah mempertimbangkan aspek-aspek yang
21Slameto, Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 60-70.
______________
32
disebutkan di atas dalam merencanakan pembelajaran. Dalam hal ini,
pembelajaran Al-Qur’an dengan berbagai metode yang dikembangkan, juga harus
melihat faktor-faktor ini sebagai bagian yang harus diperhatikan untuk mencapai
target pembelajaran sebagaimana yang telah ditetapkan.

Pengertian Tentang Kemampuan Membaca – Kemampuan merupakan sesuatu yang telah


tertanam didalam diri seseorang, kemampuan yang dimiliki seseorang dapat berkembang
bila orang tersebut belajar dengan baik. Untuk dapat mengetahui kemampuan seseorang
perlu dilakukan tes.

Tri (2014: 11) mendefinisikan kemampuan membaca adalah kesanggupan dan kecakapan
serta kesiapan seseorang untuk memahami gagasan-gagasan dan lambang atau bunyi
bahasa yang ada dalam sebuah teks bacaan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan si
pembaca untuk mendapatkan amanat atau informasi yang diinginkan. Membaca
memerlukan pemahaman yang baik, karena membaca memerlukan kemampuan yang baik
agar dapat memahami teks bacaan dan memknai isi bacaan dengan baik.

A. Membaca Pemahaman

1. Pengertian Membaca

Menurut Tarigan (2015: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis.

2. Tujuan Membaca

Tujuan dalam membaca adalah:

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh
tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau
memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca
untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah
yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh, dan merangkumkan
hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut
membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa
yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk
memecahkan suatu masalah, adengan-adengan dan kejadian-kejadian dibuat dramatisasi. Ini
disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita.
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti mereka
itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh
berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini
disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.
e. Membaca untuk menemukan dan mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai
seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini
disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklarifikasi.
f. Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu,
apakah kita ingin berbuatseperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh
bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.

3. Jenis-jenis Membaca

Menurut Suratno (2014: 15) jenis-jenis membaca dapat dibagi menjadi enam, antara lain sebagai berikut:

a. Membaca permulaan disajikan pada siswa tingkat permulaan sekolah dasar untuk menanamkan
kemampuan mengasosiasikan huruf denganbunyi bahasa yang di wakilinya.
b. Membaca nyaring merupakan lanjutan membaca permulaan meskipun ada yang memandang
sebagai bagian tersendiri, misalnya membaca kutipan.
c. Membaca dalam hati membaca yang membina siswa agar mampu membaca tanpa suara dan
mampu memahami isi penuturan tertulis yang dibacanya.
d. Membaca pemahaman dalam praktik, membaca pemahaman hampir tidak berbeda dengan
membaca dalam hati, karena kedua jenis membaca ini menitik beratkan pada pemahaman ini
dalam waktu relatif yang singkat (jenis membaca ini di gunakan sebagai bahan kajian penelitian).
e. Membaca bahasa merupakan alat yang dimanfaatkan guru untuk membina kemampuan bahasa
siswa.
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman.

4. Pembelajaran Membaca Di Sekolah Dasar

6. Aspek-aspek membaca

Baca Juga:   Pengertian Prestasi Belajar

Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

a. Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah.
Aspek ini mencakup:
1. Pengenalan bentuk huruf.
2. Pengelan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).
3. Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi.
4. Kecepatan membaca ke taraf lambat.

b. Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih
tinggi. Aspek ini mencakup:

1. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal)


2. Memahami signifikansi atau makna.
3. Evaluasi atau penilaian.
4. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis tersebut, aktivitas yang sesuai
adalah membaca nyaring, membaca bersuara, untuk keterampilan pemahaman, yang paling tepat adalah
dengan membaca dalam hati. yang dapat pula dibagi atas:

a. Membaca ekstensif
b. Membaca intensif

Selanjutnya, membaca ekstensif ini mencakup pula:

1. Membaca survei
2. Membaca sekilas
3. Membaca dangkal

Sedangkan membaca intensif dapat pula dibagi atas:

1. Membaca telaah isi, yang mencakup:

a. Membaca teliti
b. Membaca pemahaman
c. Membaca kritis
d.  Membaca ide

2. Membaca telaah bahasa, yang mencakup:

a.  Membaca bahasa asing


b.  Membaca sastra

7. Mengembangkan Keterampilan Membaca

Usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca, yaitu:

a. Guru dapat menolong para pelajar memperkaya kosa kata mereka dengan jalan:
1. Memperkenalkan sinonim kata, antonim kata, parafrase, kata-kata yang berdasar sama.
2. Memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan, sisipan, dan akhiran.
3. Mengira-ngira atau menerka makna kata dari konteks atau hubungan kalimat.
4. Menjelaskan arti sesuatu kata abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau bahasa ibu
pelajar.

b. Guru dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat, dan
sebagainya dengan cara-cara yang telah dikemukakan di atas, disertai latihan seperlunya.

c. Guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan,
pepatah, peribahasa, dan lain-lain dalam bahasa daerah atau bahasa ibu para pelajar.

d. Guru dapat menjamin dan memastikan pemahaman para pelajar  dengan berbagai cara,
misalnya:

1. Mengemukakan berbagi jenis pertanyaan terhadap kalimat yang sama.


2. Mengemukakan pertanyaan, yang jawabannya dapat ditemukan oleh  para pelajar secara
verbatein (kata demi kata) dalam bahan bacaan.
3. Menyuruh para pelajar membuat rangkuman atau ikhtisar dari  sesuatu paragraf. Rangkuman
tersebut haruslah mencakup ide-ide penting dalam urutan yang wajar.
4. Menanyakan apa ide pokok sesuatu paragraf
5. Menyuruh para pelajar untuk menemukan kata-kata yang melukiskan seseorang atau suatu
proses yang menyatakan bahwa orang itu sesedang bergegas, marah, dan sebagainya.
6. Menunjukkan kalimat-kalimat yang kurang baik letak/susunannya, dan menyuruh para pelajar
untuk menempatkanya pada tempat/susunan yang tepat.

e. Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para pelajar dengan cara sebagi berikut:

1. Kalau para pelajar dusuruh membaca dalam hati, ukurlah waktu  membaca tersebut.
2. Haruslah diusahakan agar waktu tersebut bertambah singkat  serta efisien secara teratur
sepanjang tahun.
3. Haruslah dihindarkan gerakan-gerakan bibir pada saat membaca dalam hati, hal itu tidak baik
dan tidak perlu dilakukan oleh para pelajar.
4. Haruslah dijelaskan tujuan khusus, tujuan tertentu membaca itu kepada para pelajar.

8. Hakikat Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman sering disebut dengan istilahmembaca intensif atau membaca cermat. Menurut
Tarigan (2015: 58) “membaca pemahaman reading for understanding yang dimaksudkandi sini adalah
sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami:

a. Standar-standar/norma-norma (literary standards)


b. Resensi Kritis (critical review)
c. Drama Tulis (printed drama)
d. Pola-pola fiksi (patterns of fiction)
Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti.
Biasanya cara membacanya lambat dengan tujuan untuk memahami keseluruhan bahan bacaan sampai
ke bagian-bagian yang paling kecil. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
membaca pemahaman adalah aktivitas membaca yang dilakukan dalam hati untuk memahami isi pokok
wacana secara tepat dan mendalam.

Baca Juga:   Pengertian Perilaku Belajar

Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan
yang lebih tinggi (higher order). Mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal)


2. Memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang relevansi atau keadaan
kebudayaan, reaksi pembaca)
3. Evaluasi atau Penilaian
4. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

9. Tujuan Membaca Pemahaman

Menurut Tarigan (2015: 9) Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna. Arti (meaning) erat sekali berhubungan
dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

tujuan pengajaran  membaca pemahaman dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Siswa dapat mengajukan pertanyaan mengenai isi bacaan yang dibacanya.


b. Siswa dapat menemukan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam teks.
c. Siswa dapat menyusun ringkasan.
d. Siswa dapat mengungkapkan kembali isi wacana dengan kata-katanya sendiri secara tepat dan
sistematis.

10. Cakupan Konsep Membaca Pemahaman

Dalam penelitian ini digunakan istilah membaca pemahaman yang  merujuk kepada jenis kegiatan
membaca dalam hati yang dilakukan untuk memperoleh pengertian tentang sesuatu atau untuk tujuan
belajar sehingga memperoleh wawasan yang lebih luas tentang sesuatu yang dibaca. Membaca
pemahaman dibutuhkan kecepatan membaca yang bervariasi, tergantung pada bahan bacaan yang yang
kita baca.

a. Prabaca (Prevewing)

Metode Iqra
Iqra menurut bahasa bermakna bacalah, kata Iqra tertera dalam surah Al-„Alaq yakni
surah yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah Saw. yang termasuk dalam
surah makiyyah. (Mahafni, 2008)
Adapun Metode metode Iqra merupakan suatu metode didalam membaca Al-Qur‟an
yang menekankan secara langsung pada latihan membacanya. Iqra terbagi kedalam 6
jilid, yang pada setiap jilidnya memiliki tingkatan masing-masing, dimulai dari
tingkatan mudah sampai pada tingkatan rumit yang sempurna.
Metode ini disusun oleh Ustadz As‟ad Humam di daerah Yogyakarta, berkat
beliaulah kita bisa mempelajari dan mengamalkan Al-Qur‟an dengan sangat mudah
bagi mereka yang ingin mempelajarinya. Metode ini sangat praktis yakni tidak
memerlukan alat yang beragam, karena bacaannya langsung tanpa dieja, dengan
menggunakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan lebih bersifat individual.
(Humam, 1994)
3. Penerapan Metode Iqra di SDN 262

Setiap pertemuan pembelajaran di RA Perwanida melalui tahap-tahap sebagai


berikut:

a. Pembukaan

Guru menyiapkan kelas terlebih dahulu, agar kelas kondusif, kemudian diawali
salam dan berdoa. Adapun dalam melaksanaakannya dalam tahapan ini, guru
bisa menunjuk salah satu peserta didik untuk memimpinnya.
b. Klasikal I

Guru memberi contoh dan mempraktikan kepada siswa tentang bacaan dan hafalan
surat-surat pendek.
c. Privat

Guru selanjutnya menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tema pelajaran hari
itu.
d. Klasikal II
Guru kelas memimpin dan mengulang bacaan surat-surat pendek yang sudah dihafal
pada Klasikal I.
e. Untuk memperkenalkan menulis huruf al-Qur‟an

Siswa belajar tulisan/huruf-huruf yang sudah dan akan dibaca pada buku Iqra sambil
menunggu giliran membaca. Sebelumnya guru memberi contoh bagaimana menulis
huruf al-Qur‟an.
Jadi dalam pelaksanaannya proses belajar mengajar tetap mengacu dan berpedoman
pada kurikulum di SDN 262 Panyileukan Kota Bandung, adapun untuk penerapan
metode Iqra dilakukan pada saat awal dan akhir pembelajaran, sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan proses belajar dan mengajar.
4. Peningkatan kemampuan Membaca Al-Qur‟an

Untuk melihat peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an pada peserta didik,


penelitian ini melakukan dua kali uji penilaian membaca Al-Qur‟an yakni penilain
Pra (sebelum peserta di Bimbing dengan menggunakan metode Iqra) dan penilaian
Pasca (Setelah peserta di Bimbing dengan menggunakan metode Iqra) dengan
menggunakan 6 kategori: (1) kelancaran dalam membaca Al-Qur‟an, (2)
makharijul huruf, (3) Tajwid, (4)Tartil, (5) Pemahaman dan (6) Fashih.

Anda mungkin juga menyukai