Anda di halaman 1dari 6

HIDUNG

Hipertrofi Konka (2)


Definisi Pembesaran konka karena proses inflamasi /infeksi hidung berulang
menyebabkan penebalan mukosa, jaringan submucosa, kelenjar
seromusinosa, periosteum dan tulang.
Gejala Hidung tersumbat, sekret kental dan lengket, mungkin disertai sakit
kepala, anosmia atau hiposmia

Abses Septum (2)


Definisi Terbentuknya nanah pada daerah antara tulang rawan atau tulang
septum nasi dengan yang melapisinya dapat akibat trauma atau
infeksi sekunder
Etiologi Trauma, furunkel pada hidung atau bibir atas, infeksi sistemik missal
tifus atau campak
Gejala Sumbatan hidung keduasisis berat dengan rasa nyeri hebat dan sakit
saat batang hidung disentuh
Dapat disertai demam, menggigil atau nyeri kepala bagian dahi
Hidung luar merah dan bengkak

Vestibulitis (2)
Definisi Kondisi peradangan pada vestibulum hidung
Etiologi  Infeksi staphylokokus aureus
 Terjadi karena iritasi dari sekret rongga hidung akibat
inflamasi mukosa yang menyebabka hipersekresi kelenjar
seromusinisa dan hipersekresi sel goblet
 Akibat tauma saat mengorek hidung
Gejala Vestibulum eritema dan nyeri
Terdapat skuama, krusta atau eksoriasi pada vestibulum

Rinitis Kronik (3A)


Definisi dan Serangan berulang rhinitis akut dan ada faktor predisposisi seperti :
etiologi infeksi hidung persisten karena (sinusitis, tonsillitis, hipertrofi
adenoid), iritasi kronik, obstruksi hidung (deviasi septum atau
sinekia), rhinitis alergi atau vasomotor, faktor hormonal dan
metabolism ( hipertiroid, diabetes dll)
Gejala Hidung tersumbat > jika berbaring rongga hidung sisi bawah yg
tersumbat
Sekret mucoid/mukopurulen yg lengket
Sakit kepala karena konka membengkak
Post nasal drip
Pemeriksaan fisik  Rinoskopi anterior: konka membengkak, hiperemis, jika
dipasang tampon kapas adrenalin konka inferior akan
mengempis (pembeda dg rhinitis hipertrofi)
 Rinoskopi posterior : sekret di belakang hidung
 Tenggorok : penebalan dinding lateral faring

Rinitis Medikamentosa (3A)


Definisi Kumpulan gejala yang berkaitan dengan inflamasi mukosa hidung
tanpa pemicu yang dapat teridentifikasi dan tidak disebabkan oleh
infeksi, medikamentosa disebabkan oleh obat yang dibagi menajdi 3
katagori neurogenic, inflammatory, idiopatik
Etiologi Obat-obatan : anti hipertensi, NSAID, obat disfungsi ereksi, dan
dekongestan topical yang digunakan berlebihan
Gejala Hidung kongesti berat dan ada gangguan penghidu, tidak terdapat
gatal hidung dan bersin
Pemeriksaan fisik Mukosa edem, merah tua dan kering

Rinitis Atrofi/ozaena
Definisi Radang kronis hidung karena gangguan klirens mukosilier ditandai
dengan atrofi mukosa hidung, dan tulang konka. Rongga hidung
sangat lapang dan berisi krusta yang berbau busuk. Gejala utama :
obstruksi hidung berat
Trias menurut Fraenkel : bau busuk, krusta dan atrofi struktur hidung
Ada primer dan sekuder
Etiologi  Primer : idiopatik, faktor herediter, gangguan hormonal
(muncul saat pubertas dan mereda saat menopause), infeksi
(klebsiella ozaena, proteus vulgaris, escherica coli,
streptokokus, staphylokokus), kelainan autoimun.
 Sekunder : pembedahan sinus yang agresif, trauma nasal
berat, riwayat radiasi pada kepala, infeksi lepra, TB, sifilis
 Predisposisi : kurang nutrisi, ketidakseimbangan hormon,
higienitas buruk, vaskulitis
Patofisiologi Mukosa hidung epitel torak bersilia > epitel gepeng berlapis, atrofi
kelenjar lendir, sinusoid pembuluh darah dan serabut saraf. Dapat
timbul resorpsi tulang-tulang konka.
Gejala Bau busuk pada hidung (kakosmia), penderita tidak sadar karena
anosmia akibat degenerasi saraf, hidung tersumbat walaupun konka
lapang
Pemeriksaan fisik  Rinoskopi anterior : rongga hidung sangat lapang, krusta :
dan penunjang mukosa hidung terlihat pucat, mengkilat dan kering, tipis serta
hipertrofi
 Laboratorium : hitung jenis darah lengkap, HIV, kadar
angiotensin coverting enzyme, kadar kalsium, kadar antibody,
 Kultur hidung : memebantu menentukan jenis kuman dan
antibiotik
 Biopsy : dilakukan pada pasien dengan suspek rhinitis atrofi
granulomatosa
Terapi emergency 1. Cuci hidung dengan NaCl dan pembersihan krusta
2. Antibiotik dicampur larutan cuci hidung NaCl 2-4 minggu atau
mupirocin 2x sehari
3. Pelembab menggunakan glukosa 25% dalam larutan gliserin
4. Antibiotik oral golongan kuinolon atau yang sesuai dengan
sensitifitas kuman
5. Terapi bedah : penutupan hidung selama 6 bulan

Trauma Hidung (3B)


Definisi

Etiologi

Patofisiologi
Gejala

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan
Penunjang
Terapi emergency
Pencegahan
Prognosis

Furunkel Hidung (4A)


Definisi infeksi yang menyebabkan terbentuknya abses di sekitar kulit
vestibulum hidung
Etiologi Streptococcus aureus, mengorek hidung, mencabut bulu hidung
Gejala Nyeri local berdenyut, edema, hiperemis, dalam 4-5 hari akan
menimbulkan cairan purulen
Pemeriksaan fisik Inspeksi : ditemukan furunkel
Pemeriksaan Pemeriksaan kultur
Penunjang
Terapi emergency Kompres hangat dapat meredakan perasaan tidak nyaman.
Jangan memencet atau melakukan insisi pada furunkel.
Pemberian antibiotik topikal, seperti pemberian salep antibiotik
bacitrasin dan polmiksin B serta antibiotik oral karena lokasi furunkel
yang berpotensial menjadi bahaya. Antibiotik diberikan dalam 7-10
hari, dengan pemberian Amoxicilin 500 mg, 3x/hari, Cephalexin 250 –
500 mg, 4x/hari, atau Eritromisin 250 – 500 mg, 4x/hari.
Insisi dilakukan jika sudah timbul abses.

Rhinitis Vasomotor (4A)


Definisi Suatu gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan
oleh bertambahnya aktivitas parasimpatik
Etiologi Idiopatik, faktor predisposisi : obat yang menghambat saraf
parasimpatis, faktor fisik seperti asap rokok, udara dingin, bau yang
merangsang, faktor psikis seperti cemas, stress, tegang
Gejala Dicetuskan oleh salah satu faktor diatas, hidung tersumbat secara
bergantian, memburuk di pagi hari, bersin jarang dan tidak ada gatal
pada mata
Pemeriksaan fisik Rinoskopi ante : edema konka, konka warna merah gelap, permukaan
konka bisa licin/berbenjol
Pemeriksaan Laboratorium : igE normal, skin test (-), eosinophil normal
Penunjang
Terapi emergency Hindari faktor predisposisi
Farmako :
 dekongestan oral
 antihistamin
 kortikosteroid topikal, antikolinergic topikal
Operasi : bedah beku, elektrokauter, konkotomi, vidian neurektomi

Rhinitis Alergi (4A)


Definisi Merupakan penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi pada psien
yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan allergen yang sama
serta dilekpaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan
ulang dengan allergen spesifik tersebut
Etiologi Karena mediasi IgE
Gejala Hidung berair/rinore, hidung tersumbat, hidung gatal, bersin
berulang, gejala muncul pagi/malam hari
Mata merah, gatal, berair
Pemeriksaan fisikRinoskopi anterior : edema mukosa hidung, berwarna pucat, banyak
sekret dan encer, konka hipertrofi
Tanda khas :
Allergic salute : menggosok hidung dengan tangan
Allergic crease : timbul garis melintang/ line di dorsum nasi
Allergic shiner : bayangan gelap dibawah kantung mata akibat statis
vena
Pemeriksaan In vitro : sitology sekret hidung (eosinophil), darah : epsinofil, IgE
Penunjang total, IgE spesifik
In vivo : skin prick test
Terapi emergency Hindari kontak dengan pencetus
Farmako :
 antihistamin, nasal kortikosteroid, nasal
kortikosteroid+azelastine, kortikosteroid oral
operasi : konkotomi jika hipertrofi berat dan tidak mampu dikecilkan
imunoterapi

Benda Asing (4A)


Definisi Benda asing pada hidung, biasa ditemukan pada anak-anak

Organic : biji-bijian, kacang


Non organic : bahan metal, plasti karet, manik-manik
Gejala Hidung tersumbat, rinore unilateral kental berbau, kadang nyeri,
epistaksis, demam, bersin
Pemeriksaan fisik Rinoskopi ante : edema mukosa hidung unilateral, dapat terjadi
ulserasi
Pemeriksaan -
Penunjang
Terapi emergency Benda bulat : esktraksi dengan pengait tumpul, dimasukan menyusuri
kavum nasi lalu ditarik keluar. dapat pula menggunakan cunam
norrtman atau wire loop
Jika benda lunak, ekstraksi dengan forcep aligator
Pencegahan Awasi anak-anak saat bermaik dengan benda-benda kecil

Epistaksis (4A)
Definisi Perdarahan pada hidung
Etiologi Trauma : ringan (mengorek hidung, mengeluarkan ingus kencang),
berat (kecelakaan, terpukul)
Infeksi (rhinitis dan sinusitis)
Neoplasma : hemangioma, karsinoma, angiofibroma
Gejala Epistaksis Anterior :
 biasanya perdarahan ringan, berulang dapat berhenti sendiri
Epistaksis Posterior :
 perdarahan hebat dan jarang bisa berhenti sendiri
Pemeriksaan fisik Epistaksis Ante :
 perdarahan dari pleksus kiesselbach
Epistaksis Poste :
 perdarahan dari a.sfenopalatina, atau a.etmoidalis posteroir
Pemeriksaan Endoskopi hidung
Penunjang
Terapi emergency Cari sumber perdarahan : pasang tampon kapas yang sudah ditetesi
adrenalin dan lidocaine, masukan ke hidung untuk menghentikan
perdarahan dan mengurangi nyeri, biarkan 10-15menit, lalu
dievaluasi sumber perdarahan
Menghentikan perdarahan : dapat dilakukan kompresi manual
dengan menekan hidung 10-15menit, jika gagal lakukan pemasangan
tampon anterior

Posterior :
Pemasangan tampon bellocq

Anda mungkin juga menyukai