Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

AGAMA DAN POLITIK PADA MASA KEPEMIMPINAN


SHALAHUDDIN AL-AYYUBI

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pendidikan Agama
Dosen Pengampu : Prof Dr. Mudzakir Ali, MA

Oleh :
Alfina Zidannajiyah
NIM (20102021068)
Kelas A2

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2020
AGAMA DAN POLITIK PADA MASA KEPEMIMPINAN
SHALAHUDDIN AL-AYYUBI

PENDAHULUAN
Agama dan politik adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
menjalankan pemerintahan sebuah negara, khususnya pada masa kepemimpinan
Shalahuddin Al Ayyubi. Yusuf bin Najmuddin Al Ayyubi adalah seorang
jendral dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit. Ia mendirikan Dinasti
Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah, Hejaz, dan Diyar
Bakr. Ia lebih dikenal dengan nama julukannay yaitu, Shalahuddin Al
Ayyubi/Saladin/Salah ad-Din. Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen
karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan
pengampun pada saat Perang Salib. Pada masa kepemimpinan Shalahuddin Al
Ayyubi inilah beliau mulai mengembalikan ajaran islam kepada ajaran yang
berlandaskan pada Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni.

PEMBAHASAN
Shalahuddin Al Ayyubi adalah laki-laki dari laki-laki ‘ ajam (non-Arab), tidak
seperti yang disangkakan oleh sebagian besar orang. Shalahuddin merupakan
orang Arab, ia berasal dari suku Kurdi. Ia lahir pada tahun 1138 M di Kota
Tikrit, Irak, kota yang terletak di antara Baghdad dan Mosul. Kehadirannya
melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari
bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi,
dan ilmuwan muslim lainnya.

Dari Tikrit, keluarga Kurdi beralih menuju Mosul. Sang ayah, Najmuddin
Ayyub tinggal bersama seorang pemimpin besar lainnya yaitu Imaduddin az-
Zanki. Imaduddin az-Zanki memuliakan keluarga ini, dan Shalahuddin pun
tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang mendukung.

Di Lingkungan barunya dia belajar menunggang kuda, menggunakan senjata,


dan tumbuh dalam lingkungan yang sangat menyukai jihad. Di lingkungan
inilah Shalahuddin mulai mempelajari Alquran, menghafal hadis-hadis
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, memahami bahasa dan sastra Arab, dan
ilmu-ilmu lain.
Di Angkat Menjadi Mentri di Mesir
Sebelum bertemu Shalahuddin al-Ayyubi, Mesir merupakan wilayah kekuasaan
kerajaan Syiah, Daulah Fathimiyah. Kemudian pada masa depan
Dinasti Fathimiyah yang berjalan stabil mulai digoncang pergolakan di dalam
negerinya.

Meskipun Mesir berhasil dikuasai, Pamannya Asaddin Shirkuh meninggal


dunia. Kosongnya kepemimpinan sepeninggal sang paman membuat Yusuf bin
Najmuddin yang kemudian dikenal dengan nama Shalahuddin Al Ayyubi
dipilih oleh para Amir (para petinggi) untuk memimpin Mesir. Ia juga
mendeposisikan diri sebagai sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimid
(Keturunan dari Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW).
Dinobatkannya Salahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi
Sultan Nuruddin yang kala itu dikenal sebagai khalifah yang menguasai Syria.
Sultan Nuruddin bersiap untuk melakukan penyerangan ke Mesir untuk
menundukkan Shalahuddin. Namun penyerangan itu urung dilakukan karena
Sultan Nuruddin wafat pada tanggal 15 Mei 1174.

Setelah Sultan Nuruddin meninggal dunia, Shalih Ismail yang merupakan anak
dari Sultan Nuruddin bersengketa soal garis keturunan terhadap hak
kekhalifahan di Mesir dengan Salahuddin. Akhirnya Shalih Ismail dan
Salahuddin berperang dan Damaskus berhasil dikuasai Shalahuddin. Shalih
Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan dinasti baru dibawah
pemerintahan Sultan Shalahuddin hingga terbunuh pada tahun 1181.

Shalahuddin Al Ayyubi kemudian memimpin Syria. Ia membuat kebijakan-


kebijakan progresif yang visioner. Ia membangun sekolah besar berdasarkan
madzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini ia maksud untuk memberantas
diskusi Syiah yang bercokol sekian lama di tanah Mesir. Bagaimana bisa kita
merasakan sampai saat ini, Mesir menjadi salah satu negeri pilar
dakwah Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Kebijakan yang lain yaitu
mengganti penyebutan nama-nama khalifah Fathimiyah dengan nama-nama
khalifah Abbasiyah dalam khutbah Jumat.

Keberhasilannya dalam menyatukan berbagai wilayah Islam membuat


Shalahuddin dikenal sebagai salah satu khalifah Islam yang memiliki kerajaan
Islam terbesar. Selain itu sosoknya dikenal sangat relijius membuat dukungan
terhadapnya semakin kuat. Dukungan dan kekuatan ini digunakannya sebagai
alat untuk kampanye Jihadnya ke Yerusalem untuk menaklukkan kerajaan
Yerusalem yang kala itu dikuasai oleh pihak Kristen.
Perang Salib
Dalam menumbuhkan wilayah kekuasaannya Shalahuddin selalu berhasil
mengalahkan serbuan para Crusader (Tentara Salib) dari Eropa. Terkecuali satu
hal yang tercatat adalah Salahuddin sempat mundur dari peperangan Battle of
Montgisard melawan Kerajaan Jerusalem selama Perang Salib yang saat tu
dipimpin oleh Baldwin IV karena kesepakatan antara dua belah pihak. Raja
Baldwin IV sebagai Raja Yerusalem kala itu sangat menghormati Shalahuddin.
Ia memperbolehkan para peziarah muslim, yahudi dan kristen untuk
mengunjungi Yerusalem.

Melawan Guy of Lusignan
Mundurnya Salahuddin tersebut mengakibatkan Raynald of Chatillon pimpinan
perang dari The Holy Land Jerusalem memrovokasi muslim dengan
mengganggu jalur peziarah dan perdagangan serta jalur Laut Merah yang
digunakan sebagai jalur jamaah haji ke Makkah dan Madinah. Situasi semakin
buruk ketika Raja Baldwin IV meninggal dunia akibat penyakit Lepra yang ia
derita. Sepeninggal Raja Baldwin IV, Guy of Lusignan naik tahta
menggantikan Raja Baldwin IV sebagai Raja Yerusalem. Guy of Lusignan
mendukung Raynald of Chatillon untuk melakukan provokasi untuk menyerang
kaum muslimin. Ia juga mengancam akan menyerang dua kota suci umat Islam
yakni Mekkah dan Madinah.

Perang Hattin
Hingga akhirnya Salahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerusalem pada
tanggal 4 juli 1187 pada perang besar antara tentara salib melawan pasukan
muslim yang terkenal dengan nama Perang Hattin atau ‘Battle of Hattin’ yang
terjadi di bukit Hattin. Pada pertempuran tersebut, pasukan islam yang dipimpin
langsung oleh Shalahuddin Al Ayyubi dengan taktiknya dapat membumi
hanguskan tentara salib yang ketika itu dipimpin oleh Guy of Lusignan. Dalam
perang itu, Salahuddin sekaligus mengeksekusi mati Raynald of Chatillon dan
kemudian menangkap raja Yerusalem, Guy of Lusignan.

Mengepung Yerusalem
Dalam Biografi Shalahudin Al Ayyubi, Setelah peristiwa tersebut, Shalahuddin
Al Ayyubi kemudian bergerak dengan cepat menyusun kekuatan dan mulai
menguasai daerah-daerah disekitar kerajaan jerusalem. Beberapa bulan
kemudian Shalahuddin Al Ayyubi berhasil mengusai daerah-daerah tersebut.
Salahuddin yang akhirnya mencapai kerajaan jerusalem pada bulan september
1187 kemudian melakukan pengepungan kerajaan yerusalem yang ketika itu
dipimpin oleh Balian of Ibelin.
Shalahuddin Menguasai Yerusalem
Serangan pertama ke tembok pertahanan Kerajaan jerusalem dilakukan pada
tanggal 21 september 1187 oleh pasukan Shalahuddin Al Ayyubi. Selama 12
hari, kerajaan yerusalem yang dikomando oleh Balian of Ibelin bertahan mati-
matian dalam tembok kerajaan Yerusalem menahan serangan pasukan islam
yang dipimpin oleh Shalahudin Al Ayyubi. Hingga akhirnya pada tanggal 2
oktober 1187, kerajaan Jerusalem akhirnya menyerah. Setelah sekian lama
seluruh Jerusalem kembali ke tangan muslim dan Kingdom of Jerusalem pun
runtuh.  Kisah penaklukan kerajaan Yerusalem oleh Shalahuddin Al Ayyubi
dapat pembaca lihat di film yang berjudul ‘Kingdom of Heaven’.

Wafatnya Shalahuddin Al Ayyubi


Shalahudin Al Ayyubi wafat pada usia 55 tahun, pada 16 Shafar 589 H
bertepatan dengan 21 Febuari 1193 di Kota Damaskus. Ia meninggal karena
mengalami sakit demam selama 12 hari. banyak orang datang untuk mensholati
jenazahnya, anak-kambing Ali, Utsman, dan Ghazi ikut hadir menghantarkan
sang ayah ke peristirahatannya. 

KESIMPULAN
Shalahuddin Al Ayyubi adalah salah satu dari beberapa pahlawan islam yang
sangat berjasa dalam menyatukan beberapa wilayah sehingga bisa berada
dibawah pimpinan islam. Pada masa kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi
juga mulai di tata sistem ekonomi dan politik pada sebuah negara, sudah mulai
mengembangkan pendidikan islam (madrasah) dan beberapa riset sains yang
berdasarkan kepada ajaran syariat Agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya, agama dan politik adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan
sampai kapanpun. Agama merupakan dasar dari cara berperilaku seseorang dan
dasar dari cara berpikir seseorang. Sedangkan dalam politik sangat dibutuhkan
orang-orang yang berakhlak baik dan berpikir kritis, karena jika sudah berada
dalam politik dan menjadi pemimpin, maka kita bertanggung jawab atas orang-
orang yang kita pimpin.

DAFTAR PUSTAKA
https://penaqolbi.com/biografi-salahudin-al-ayubi/

https://www.biografiku.com/biografi-salahudin-al-ayubi-1138-1193-m/

https://id.wikipedia.org/wiki/Salahuddin_Ayyubi#:~:text=Shalahuddin%20Al
%2DAyyubi%20berasal%20dari,menjadi%20penguasa%20Seljuk%20di
%20Tikrit.

Anda mungkin juga menyukai