Anda di halaman 1dari 122

ELVI HENDRANI

ASDEP PEMENUHAN HAK ANAK ATAS PENDIDIKAN, KREATIVITAS, BUDAYA


KOMPOSISI PENDUDUK INDONESIA
TAHUN 2018

Penduduk Indonesia Jumlah Keluarga Jumlah Anak


262 juta 65 juta 79,6 juta

Sumber : Profil Anak Indonesia, KPPPA, 2018


ANAK INDONESIA TAHUN 2018

Pasal 1 (1) UU No. 35/2014 tentang Perubahan Atas


UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak

Anak: seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk


anak yang masih dalam kandungan

Sumber : Profil Anak Indonesia, KPPPA, 2017


28. PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN

Negara menjamin hak anak atas pendidikan


a) Mewajibkan pendidikan dasar dan GRATIS
b) Mendorong pendidikan menengah umum dan kejuruan serta
mempermudah akses bagi setiap anak
c) Mempermudah akses ke pendidikan yang lebih tinggi dengan
penyediaan fasilitas yang memadai
c) Menyediakan informasi dan panduan tentang
pendidikan
d) Mengambil langkah-langkah untuk mendorong
kehadiran di sekolah dan penurunan tingkat
putus sekolah

• Mengambil langkah agar disiplin di sekolah


dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
martabat anak dan KHA (disiplin positif) SRA
• Kerjasama internasional dibidang pendidikan
Pengembangan rasa hormat terhadap HAM (Hak Asasi
29. TUJUAN PENDIDIKAN
Manusia) serta prinsip-prinsip yang tercantum dalam
piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) >
1.Negara peserta menyepakati
Kewajiban Anak
bahwa pendidikan anak
diarahkan Pengembangan :
Pengembangan rasa hormat pada:
o Kepribadian
oOrangtua anak
o Bakat
oIdentitas budaya
o Mental dan
oBahasa
o Fisik anak semaksimal
oNilai-nilai dan Tahapan Peradaban yang berbeda
mungkin
oCinta Tanah Air
Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA)
21. Korban
Kekerasan & 4. Akta Kelahiran
7. Perkawinan Anak
Eksploitasi 5. Informasi Layak Anak
8. Lembaga Konsultasi bg
22. Korban 6. Partisipasi Anak
Ortu/Keluarga
Pornografi &
9. Lembaga Pengasuhan Alternatif
Situasi Darurat
10. PAUD-HI
23. Penyandang
11. Infrastruktur Ramah Anak
Disabilitas
24. ABH, Terorisme, Kluster I
Stigma

Hak Sipil
Kebebasan
Lingkungan
Perlindunga Keluarga &
n Khusus Pengasuhan Kluster II
Kluster V Alternatif
Kelembagaan
12. Persalinan di Faskes
13. Prevalensi Gizi
14. PMBA
18. Wajar 12 Th 15. Faskes dgn Pelayanan
19.SRA Pendidikan, Kesehatan
Ramah Anak
16. Air Minum dan
20. PKA
Pemanfaatan Dasar & Sanitasi
Kesejahteraa 17. KTR dan IPS (Iklan,
Waktu Luang
Promosi dan
& Kegiatan n Sponsor Rokok)
Kluster IV
Budaya Kluster III

8
1. Perda KLA; 2. Terlembaga KLA; 3. Keterlibatan Masy, Dunia Usaha & Media
APAKAH
SRA ITU?
JUSRIA KADIR
FASILITATOR SRA KOTA MAKASSAR
8 jam 8 jam
sekolah rumah

8 jam
lain-lain
Satuan pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang mampu memberikan pemenuhan
hak dan perlindungan khusus bagi anak termasuk
mekanisme pengaduan untuk penanganan kasus
di satuan pendidikan
KONSEP SRA

ORANG DEWASA
MENGUBAH MEMBERIKAN
PARADIGMA DARI KETELADAN DALAM
PENGAJAR MENJADI KESEHARIAN
PEMBIMBING, ORANG TUA
DAN SAHABAT ANAK

MEMASTIKAN ORANG
MEMASTIKAN ORANG TUA DAN ANAK
DEWASA DI SEKOLAH TERLIBAT AKTIF DALAM
TERLIBAT PENUH MEMENUHI 6
DALAM MELINDUNGI KOMPONEN SRA
ANAK
Kepentingan
terbaik Partisipasi
bagi anak anak
Non Hidup, kelangsungan
Diskriminasi hidup, & Pengelolaan
perkembangan
yang baik
R I N
A S A
B I

BERSIH AMAN RAMAH INDAH INKLUSIF SEHAT ASRI N


YAMAN
PENCEGAHAN
(99%)

APA YANG HARUS


DILAKUKAN WARGA PENANGANAN
SEKOLAH DALAM
PROSES SRA ? (1%)

PENELADANAN
(100%)
FUNGSI SRA DALAM
PENCEGAHAN
1. Anak sebagai korban pornografi; 10. Anak dengan perilaku sosial menyimpang
2. Anak sebagai korban NAPZA 11. Anak yang sebagai pekerja Anak
termasuk Rokok; 12. Anak korban penculikan, penjualan,
3. Anak dengan HIV/AIDS (Pergaulan dan/atau perdagangan;
Bebas dan NAPZA) 13. Anak korban kekerasan fisik, psikis dan
4. Anak berhadapan hukum; Bullying;
5. Anak korban stigmatisasi; 14. Anak korban kejahatan seksual;
6. Anak korban jaringan radikalisme 15. Anak bunuh diri.
dan terorisme;
7. Perkawinan Anak
8. Anak tidak memiliki Akte
9. Anak korban perlakuan salah &
penelantaran;
SRA =
• Keppres Nomor 36/1990 ttg Ratifikasi KHA
KEBIJAKAN • Uu ttg Perlindungan Anak Dan Perubahannya ( UU 23/2002 , UU 35/2014 , UU 17/2016)
• UU Nomor 20/2003 ttg Sisdiknas
• Inpres 1/2017 ttg Germas
• Permen PPPA Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan SRA
• Masih banyaknya kebijakan berbasis hukuman (contoh: sistem poin berbasis kesalahan
anak,sistem denda)
KONDISI SAAT INI
• 1/3 Waktu anak berada di sekolah
• Keprihatinan orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah karena kondisi anak-anak di sekolah
yang rawan kekerasan, keracunan, kecelakaan, kotor, kondisi gedung yang mudah rubuh jika ada
bencana, NAPZA, rokok, radikalisme, lingkungan tidak sehat, dll
• Masih banyaknya proses pendisiplinan di sekolah yang menggunakan hukuman, pendekatan guru
dan orang tua dewasa lainnya kepada peserta didik masih menggunakan paradigma penguasa dan
yang dikuasai

DUKUNGAN • Adanya program dari K/L berbasis sekolah dan menunjang terhadap kondisi yang diinginkan
K/L dalam SRA
• SRA merupakan salah satu indikator penting dalam KLA
Kekerasan yang Dilakukan Guru Kekerasan yang Dilakukan Teman
1% 2%
4%
Melihat Guru Melakukan 12% Mengalami Kekerasan
Kekerasan terhadap Murid yang Dilakukan oleh
Teman

Tidak Mengalami
Tidak Melihat Guru
Kekerasan yang Dilakukan
Melakukan Kekerasan
oleh Teman
terhadap Murid

Tidak Menjawab
Tidak Menjawab
95% 86%

Sumber: KPPPA, 2019


Lingkungan Sekolah Fasilitas Toilet Bersih

Tersedia Lingkungan Hijau,


1%
Tertata Rapi dan Tidak
4% Tersedia Toilet Bersih
Membahayakan Peserta 6% dan Dibersihkan Setiap
Didik 6% Hari

Tidak Tersedia Lingkungan


Hijau, Tidak Tertata Rapi Tidak Tersedia Toilet
dan Membahayakan Bersih dan Dibersihkan
Peserta Didik Setiap Hari

88%
95%
Tidak Menjawab
Tidak Menjawab

Sumber: KPPPA, 2019


Kebersihan Kantin
10%

5%
Kantin Sekolah Terlihat
Bersih

Kantin Sekolah Terlihat


Tidak Bersih

Tidak Menjawab

85%

Sumber: KPPPA, 2019


Pernahkah kamu dilibatkan dalam penyusunan tata tertib sekolah
atau program SRA lainnya
2%

4%

Guru Melibatkan Peserta Didik

Guru Tidak Melibatkan Peserta


Didik
Tidak Menjawab

94%

Sumber: KPPPA, 2019


Penanganan Kasus Secara Benar di Sekolah
1% 3%

Sekolah Menangani
dengan Baik
Sekolah Tidak
Menangani dengan Baik
Tidak Menjawab

96%

Sumber: KPPPA, 2019


Guru Menyenangkan Pendapat Anak tentang Sekolah

1% 2%
1% 2%
Guru Menyenangkan
Lingkungan Sekolah
Menyenangkan

Guru Tidak
Lingkungan Sekolah
Menyenangkan
Tidak Menyenangkan

97% Tidak Menjawab


97% Tidak Menjawab

Sumber: KPPPA, 2019


ORANG
TUA

MURID

SEKOLAH
BAGAIMANA SRA
TERBENTUK DAN
DIKEMBANGKAN?
PEMBENTUKAN

1. Membuat kebijakan SRA


2. Koordinasi dengan Disdik dan Kanwil/Kantor Kemenag PROVINSI
3. Membentuk Sekber SRA
4. Sosialisasi kepada seluruh Kepala Satuan Pendidikan tingkat Provinsi/Kab/Kota
5. Mengajak Satuan Pendidikan untuk membentuk dan mengembangkan SRA
6. Membuat SK penetapan sekolah yang mau
7. Deklarasi SRA
8. Melaporkan SK penetapan kepada KPPPA
9. Mendorong satuan pendidikan yang sudah di SK-kan untuk membuat Papan Nama SRA
10.Memberikan Pelatihan KHA dan SRA kepada minimal 2 guru di setiap satuan pendidikan yang di
SK-kan
11.Pendampingan/monev kepada Satuan Pendidikan yang sudah di SK kan
12.Bekerjasama dengan Dinas yang memiliki Program berbasis sekolah
13.Mendorong semua SRA untuk mengisi kuesioner SRA di awal tahun KAB/KOTA
14.Mengusulkan Satuan Pendidikan untuk mendapat penghargaan
15.Membuat KIE SRA
PENGEMBANGAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN
 Menyusun Rencana Aksi/Program  Melaksanakan Rencana Aksi/
Tahunan Program SRA Tahunan dengan
PERSIAPAN  Merencanakan kesinambungan mengoptimalkan semua
 Sosialisasi kebijakan, program, dan kegiatan sumber daya
 Komitmen sekolah yang sudah ada (UKS, Adiwiyata,  Melakukan upaya pemenuhan
 Membentuk Tim SRA/SK dll) serta program lainnya komponen SRA
 Koordinasi 3 pilar  Membuat mekanisme pengaduan  Mengikuti pelatihan dan
 Identifikasi potensi  Merencanakan inovasi pendampingan oleh Pemda
 Jika bottom up, sekolah melibatkan orang tua dan anak
melaporkan kepada untuk mewujudkan SRA
Dinas PPPA/Disdik/
Kemenag
 Membuat papan nama
KOMPONEN SRA

Kebijakan Pendidik dan


Proses
Tenaga
tentang Kependidikan
Belajar yang
SRA Terlatih KHA Ramah Anak

Sarana Partisipasi
Orangtua, LM,
Prasarana Partisipasi DU,
Ramah Anak stakeholder
lainnya, dan
Anak alumni
www.presentationgo.com
DUKUNGAN 16 K/L
PROGRAM BERBASIS
SEKOLAH & JEJARING SRA
Disiplin..... HARUS
Tegas ..... HARUS
Marah .... BOLEH
Korban .... DITOLONG
1. Bagaimanakah bentuk
disiplin di SRA?
2. Apakah harus terus
bermuka ramah?
3. Tidak boleh marah?
4. Anak2 dibiarkan saja,
apa maunya?
HUKUMAN
? PEMBIARAN

Hukuman = Mengontrol
perilaku seseorang Membiarkan anak
dengan memberi rasa DISIPLIN melakukan hal-hal
takut/ancaman fisik sekehendak hatinya
maupun emotional
DIHUKUM
APARAT PENEGAK HUKUM

PENDIDIK
3. Berdampak positif
bagi hasil belajar
anak. Wishmar &
1. Mengurangi jumlah Hammer 2014
kasus kekerasan pada
anak 4. Berkurangnya
perilaku sosial
yang negatif.
2. Berdampak positif Rambot, dkk.:
pada pengembangan 2015
karakter positif anak
(social skill dan 5. Guru dan
tanggung jawab).
orang tua
Rambot:, dkk: 2015
memiliki cara
yang lebih baik
dalam mendidik 56
Harus dilakukan
berulang kali
D
I
S
Anak mampu memahami bagaimana ANAK
I
berperilaku yang pantas, DILATIH TIDAK
P bertanggungjawab sehingga anak
L PERLU
mampu mengendalikan dirinya
I DIHUKUM
N

“Tujuan utama kedisiplinan adalah agar anak memahami tingkah lakunya


sendiri, berinisiatif dan bertanggung jawab atas apa yang mereka pilih, serta
menghormati dirinya sendiri dan juga orang lain. Dengan kata lain, disiplin
menanamkan proses pemikiran dan perilaku positif sepanjang hidup anak.”
Katharine C. Don’t Jime It Out On Your Kids: A Parent’s and Teacher’s Guide to Positive Discipline.
http://www.cei.net/~rcox/dontake.html [10/10/2005. Pukul 12.00] dan UNESCO. Op. Cit. Hal 20
HUKUMAN
DISIPLIN SRA
Tidak mengandung kekerasan baik secara fisik maupun Mengandung kekerasan fisik maupun verbal serta
verbal agresif
Anak berperilaku postif karena dia sadar bahwa Anak patuh/menurut hanya karena takut dihukum
perilaku negatif memberikan dampak yang buruk bagi
dirinya dan bagi orang lain Membuat anak salah berlogika

Anak termotivasi datang ke sekolah Anak berada dibawah tekanan


Memanfaatkan kesalahan sebagai peluang untuk Memaksa anak untuk mematuhi peraturan, sesuai
pembelajaran dengan keinginan guru dan orang tua.
Mendekatkan guru dan siswa Menjauhkan siswa dengan guru
Bersifat jangka panjang Bersifat Jangka pendek
Positif dan menghargai potensi anak Negatif dan tidak menghargai potensi anak
Membangun logika, bimbingan yang membangun Mengendalikan, memalukan dan melecehkan
Fokus Pada
Partisipatoris Kekuatan dan
(Dialogis) tindakan positif
Anak

Connection
Menghargai (Empati dan
Anak Komunikasi)

Kesalahan
Kesetaraan & Sebagai
Inklusif Kesempatan
Belajar
* Syarat isi kesepakatan: TIDAK
BOLEH melanggar hak anak
Membuang sampah Mengganggu
sembarangan Terlambat teman di kelas
• Mengambil • 90%Tanggung • Meminta maaf
sampah dan jawab orang kepada semua
membuang ke tua teman di kelas
tempat sampah
Mencoret Mengempeskan
dinding ban motor guru bullying
• Membersihkan • Meminta maaf • Meminta maaf
kembali • Memperbaiki kepada yang
• Membuat ban di bully
mural
Cerita dari Guru

“Dulu saya mencubit siswa saat bertengkar. Saya melarang sambil


menjewer telinga mereka. Namun, saya menyadari bahwa peran
saya adalah menengahi. Saya adalah panutan bagi siswa. Dengan
mendukung siswa, mereka belajar memaafkan dan mendamaikan”
(Guru SD Persiapan Luri, Jayapura)

"Dulu saya menggunakan rotan untuk membuat siswa


tetap tenang karena sulit mengatur mereka. Tapi sekarang
mereka mengikuti kesepakatan kelas, jadi saya tidak lagi
menggunakan rotan “
(Mery, 50 tahun, Guru kelas 1 SD Inpres Makbon, Sorong)
Cerita dari Kepala Sekolah;
• Setelah mendapatkan pelatihan, Kepala Sekolah
Wambena mulai meneladankannya, dan menegur
guru secara pribadi dan menggunakan bahasa yang
positif. Dampaknya, sekarang guru-guru juga tidak
lagi membentak siswa dalam pembelajaran.

Cerita dari Orang tua;


Orang tua di SD YPK Amai meminta
untuk dilatih mengenai disiplin positif,
agar mereka bisa menerapkannya di
rumah.
Pak Junaidi : Guru di SMAN 1 Lombok Praya,
Lombok Tengah – NTB/Fasilitator SRA Tk Nasional

Sebelum saya mempraktekkan Disipline SRA di sekolah,


setiap hari selalu ada anak yang saya pukul memakai bambu
sebesar jari, karena memang begitu perjanjian antara
sekolah, orang tua dan murid untuk mendisiplinkan anak-
anak di sekolah Guru boleh melakukan apa saja.
Hasilnya setiap pulang ke rumah hati saya selalu galau ada
perasaan menyesal karena telah memukul anak di sekolah,
kasus “kenakalan” anak di sekolah tidak berkurang

Setelah saya mengenal disilpin positif pada waktu pelatihan


fasilitator SRA di Bekasi,maka saya mulai menerapkan dengan
berbagai tantangan, setelah beberapa bulan hasil yang saya
rasakan adalah saya tidak pernah memukul lagi, karena anak
anak dan saya bisa berdialog secara bebas jika ada masalah.
Hasilnya perasaan saya sekarang tenang, kasus turun drastis
dan prestasi anak2 meningkat
Pak Surawi : Guru di SMAN 3 Makassar,
Sulsel/Fasilitator SRA Tk Nasional

Sebelum sekolah mempraktekkan Disiplin SRA di sekolah,


setiap tahunnya selalu banyak kasus dengan kisaran antara
50 -60 kasus pertahun mulai dg anak yg mengajak berkelhai
gur sampai orang tua yang ngamuk datang kesekolah.
Setelah menjadi SRA Kepsek kami Pak Mirdan memetakan
akar permasalahan kasus ternyata karena kasus rambut
panjang, anak dan orang tua tidak menerima cara sekolah
dalam melakukan penanganan. Pak Mirdan meminta semua
pihak mulai satpam, guru dan Guru BK tidak lagi kasar dlm
pendekatan kepada anak dan melalukan kerjasama dengan
tukang cukur untuk membuka kios cukur di sekolah. Siswa yg
gondrong dicatat dan membuat surat kesepakatan lalu
diminta ke tukang cukur sewaktu pulang sekolah. Setelah
menerapkan hal ini di tahun pertama kasus turun drastis dari
50 – 60 kasus menjadi dua kasus ringan.
Pak Bagus : Guru di SMK Kehutanan Widya Nusantara ,
Maros- Sulsel/Fasilitator SRA Tk Nasional
Saya mengenal SRA dengan cara yang tidak biasa yaitu menjadi
peserta “gelap” di acara pelatihan SRA di Bojonegoro karena
saya tahu dan melihat anak anak di sekolah saya sering
mendapat kekerasan dari para guru yang berasal dari Paskhas
AU, sehingga mereka belajar dan disiplin dlm suasana
ketakutan.
Setelah mendengar ttg SRA yang disampaikan Bu Elvi, maka
dengan meraba raba saya mulai berdialog dengan para
pengajar dan bersepakat dengan mereka untuk mulai
menerapkan SRA namun tetap melaksnaakan disiplin dan
aktifitas fisik karena kami memerlukan fisik yang kuat jika nanti
siswa bekerja di hutan.
Perubahan yang kami lakukan adalah tidak ada pemukulan dan
bentakan tp harus tetap dengan ketegasan dan bersepakat
mengenai konsekwensi dari pelanggaran yang dilakukan
adalah aktifitas fisik seperti lari, push up dll. Setelah kami
menerapkan SRA secara koonsisten hasilnya sangat terasa
relasi antara murid dan pengajr jadi lebih menyenangkan,
tahun lalu semua siswa kami sudah diterima kerja sebelum
mereka lulus dan banyak prestasi lainnya
CONTOH: KESEPAKATAN KELAS
YANG DISUSUN BERSAMA GURU
DAN SISWA
UKURAN SRA BERDASARKAN TINGKATAN KLA

 KLA Sosialisasi, Advokasi,


Seluruh satuan pendidikan sudah SRA Pelatihan,
Pendampingan

 UTAMA
Sosialisasi, Advokasi,
> 90% dari jumlah seluruh satuan pendidikan Pelatihan, Pendampingan

 NINDYA
Sosialisasi, Advokasi, Pelatihan,
> 50% dari jumlah seluruh satuan pendidikan Pendampingan

 MADYA Sosialisasi, Advokasi, Pelatihan,


> 25% dari jumlah seluruh satuan pendidikan Pendampingan

 PRATAMA Sosialisasi, Advokasi, Pelatihan,


Pendampingan
Minimal 1 SRA setiap jenjang (Pendidikan
Pra-sekolah, SD, SMP, MI, MTS, SMA/SMK,
MA, SLB)
APA SYARAT SRA ?
PERKEMBANGAN SRA
Sejak Desember 2016 – Februari 2020
42.013
25000

22.389
20000

16.880

15000
12.836 16.271
12.397

Jumlah SRA
10000
12.370 12.415

5000
2.798

758
0

Desember Desember Desember Januari Februari Maret 2019 April 2019 Mei 2019 Agustus
2016 2017 2018 2019 2019 2019
SRA di Indonesia Tahun 2016-2019
22.389 SRA di 250 Kabupaten/Kota, di 34 Provinsi

* Per Februari 2020


PROSENTASE KAB/KOTA PER-PROVINSI YANG MEMPUNYAI SRA

Jawa Tengah
25 dari 27 kab/kota
telah menginisiasi SRA

Rata-rata
Nasional
58%
PROVINSI JAWA BARAT

5.744 SRA
25 KABUPATEN/KOTA
SK PEMDA/DISDIK/KEMENAG/DINAS PPPA
PAPAN NAMA ATAU SPANDUK SRA
DEKLARASI SRA

MAROS SOLO DELI SERDANG


KOMITMEN TERHADAP SRA

KOMITMEN PESERTA DIDIK

KOMITMEN SEKOLAH
TIM PENGAWAL SRA
BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN LAINNYA
PELATIHAN KHA DAN SRA
UNTUK PENDIDIK DAN
TENAGA PENDIDIKAN
PROSES BELAJAR YANG MENYENANGKAN
Siswa Inklusif di MAN 2 Payakumbuh
PROGRAM
KESEHATAN
REPRODUKSI
REMAJA
PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK
KEGIATAN BUDAYA
DI SEKOLAH
SARANA PRASARANA RAMAH ANAK
PERMAINAN
BEBAS RACUN
WC BERSIH, TERANG, TERPANTAU SERTA TERPISAH
ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
CONTOH POTENSI SEKOLAH
INFORMASI MENGENAI DANA BOS
(Pemenuhan Prinsip Pengelolaan yang Baik)
PERILAKU HIDUP
BERSIH SEHAT
(PHBS)
TEMPAT SAMPAH
TERPILAH
KANTIN SEHAT
SERTIFIKAT UNTUK KANTIN,
PEDAGANG KANTIN DAN TIM
PIKET HARIAN KANTIN
MAKANAN SEHAT YANG DISEDIAKAN DI SEKOLAH
(ADA PENGAWASAN)
KANTIN KEJUJURAN
PEDULI
TATA
RUANG
SEKOLAH
PARTISIPASI ORANG TUA
DALAM PEMBUDIDAYAAN
JAMUR TIRAM
PARTISIPASI
ALUMNI
DALAM
PROGRAM
SEKOLAH
INSTAGRAM SRA: sekolahramahanak,
WEB SITE: www.pentasanak.go.id
Apps: pentasanak
WA: 0813 815 801 66/ Tlp: 08111 87478
elvi_hendrani@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai