Anda di halaman 1dari 2

DAMPAK RUU CIPTA KERJA

TERHADAP DUNIA USAHA DI KALIMANTAN TIMUR

Latar belakang
RUU Cipta kerja, merupakan Rancangan undang-undang yang diharapkan oleh Pemerintah dapat
membuka lapangan kerja seluas-luasnya dengan cara mendatangkan investasi sebanyak -
banyaknya. Upaya pemerintah dalam mendatangkan investasi ini, merupakan sesuatu yang sangat
difokuskan oleh pemerintah, sehingga dirasa sangat perlu bagi pemerintah untuk menyusun atau
merevisi undang-undang yang ada, menjadi satu kesatuan undang-undang dengan alasan
penyerdehanaan Regulasi. RUU inilah yang disebut Omnibuslaw.

RUU ini telah disahkan oleh DPR menjadi undang-undang, namun dalam perjalanannya telah menuai
banyak kontroversi. Pasalnya ketidakterbukaan dalam penyusunan dan perumusan undang-undang
senantiasa mewarnai prosesnya. Bahkan pada saat disahkan saja, masih terdapat perubahan-
perubahan atau revisi kata atau bahasa, dan tidak sedikit merubah konteks yang bersifat subtantif
dari sebelumnya.

Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia, mengkeritik banyaknya aturan pelaksana RUU
Cipta Kerja yang dibuat dengan skema Omnibuslaw. PSHK mencatat sedikitnya akan ada 493
peraturan Pemerintah, 19 peraturan Presiden, dan 4 peraturan Daerah Baru, demi regulasi ini bisa
berjalan. Totalnya terhitung ada 516 peraturan pelaksana yang tercipta.

Jumlah peraturan pelaksana itu seolah mengabaikan fakta bahwa saat ini Indonesia mengalami
hiper-regulasi,” ucap Direktur Advokasi dan Jaringan PSHK Fajri Nursyamsi dalam keterangan tertulis
yang diterima reporter Tirto, Sabtu (15/2/2020).

Hal ini sebenarnya menggambarkan ketidak-singkronan atau kontra produktif antara semangat
penyusunan RUU Cipta Kerja yang dibangun oleh Pemerintah, yakni Penyerdehanaan Regulasi,
malah justru menjadi Hiper-Regulasi.

RUU Cipta kerja : Indikasi Keberpihakan Pemerintah kepada Investor

Dalam pasal 128 A UU Cipta Kerja, yang merupakan pasal sisipan di antara pasal 128 dan 129
disebutkan bahwa pelaku usaha yang melakukan peningkatan nilai tambah batubara, dapat
diberikan perlakuan tertentu terhadap kewajiban penerimaan negara. Perlakuan tertentu yang
dimaksud adalah kegiatan peningkatan nilai tambah batubara dapat berupa pengenaan royalti
sebesar 0%.

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menilai, pasal tersebut memang sesuai dengan tujuan UU
Cipta Kerja yang berusaha menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Kebijakan
kewajiban hilirisasi pada akhirnya adalah upaya untuk memberikan nilai tambah bagi tambang
batubara di Indonesia. Direktur YBLHI, Asfinawati mempersoalkan terkait royalti 0 % kepada
pengusaha Tambang Batu bara. “Royalti Tambang 0% itu untuk kepentingan siapa ? Pemerintah ?
Pengusaha ? atau Rakyat ?” Ujar Asfin dalam acara mata najwa pada 13 Oktober 2020 silam.
Dampak RUU Cipta kerja terhadap dunia Usaha di Kaltim dan Lapangan Pekerjaan.

Kalimantan Timur merupakan sebuah provinsi yang memiliki dunia usaha terbesar pada sektor batu
bara, Migas, dan Sawit. Proyeksi naiknya nilai Investasi selalu ada dan berkembang, namun potensi
tersebut, bila dilihat dengan data serapan tenaga kerja, tentu dapat dinilai tidak sebanding.

Sejak tahun 2014 hingga 2019 (Era Rezim Jokowi), Indonesia selalu mengalami peningkatan nilai
Investasi. Sebagai contoh, pada tahun 2018, Indonesia mengalami peningkatan Nilai Investasi
sebesar 4,11% dari tahun sebelumnya, namun justru kemampuan penyerapan tenaga kerja menurun
sebesar 18,4% dari tahun sebelumnya.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus
mengatakan masuknya investasi, sejauh ini terlihat belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan
Indonesia, yaitu padat karya di sektor sekunder. Kinerja investasi di Indonesia disebut belum mampu
mendorong kinerja sektor riil. Hal itu tercermin dari minimnya jumlah penyerapan tenaga kerja,
meskipun investasi meningkat.

Disini, dapat kita simpulkan bersama, bahwa persoalan Investasi terhadap upaya penyerapan tenaga
kerja, tidak pernah dapat berjalan dengan baik. Angka penyerapan dengan perbandingannya
terhadap nilai Investasi selalu berada pada angka yang tidak wajar dari tahun ketahun.

Hal ini terbukti pada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim : Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) pada Februari 2020 di Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan survei oleh BPS
setempat, mencapai 6,88 persen atau sebanyak 137.189 orang. Angka ini naik ketimbang Februari
2019 yang sebesar 6,66 persen atau 126.529 orang.

Maka kesimpulannya, RUU Cipta kerja merupakan Rangkaian Undang-undang yang benar dapat
menciptakan potensi naiknya nilai Investasi. Namun, Bila melihat dampaknya kepada rakyat dalam
janji Rezim untuk menciptakan Lapangan Pekerjaan, tentu perjalanan waktu telah membuktikan
bahwa hal tersebut selalu tidak singkron, Pengangguran masih selalu meningkat dari tahun ke tahun
khusus di Kaltim, dan daya serapan tenaga kerja masih kecil bahkan cenderung menurun angkanya
dari tahun ke tahun.

Anda mungkin juga menyukai