Anda di halaman 1dari 33

Meta-analisis

Workshop Jamovi
29-30 September 2018

Rizqy Amelia Zein


Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial
Awal mulanya… (Wampold, Ahn & Kim 2000)
• Pada tahun 1952, Hans J. Eysenck menelaah artikel-artikel
yang diterbitkan mengenai efektivitas Psikoterapi, namun
menyimpulkan bahwa Psikoterapi tidak ada kaitannya
dengan recovery, dan dengan begitu, tidak ada gunanya.
– Setelah menelaah naskah yang terpublikasi selama 20 tahun,
Eysenck bahkan menyimpulkan korelasi antara Psikoterapi dengan
recovery adalah inverse, semakin sering Psikoterapi dilakukan,
recovery makin mengecil.
• Pada tahun 1978, Gene V. Glass melakukan agregasi hasil
statistik dari 375 penelitian Psikoterapi
– Glass (termasuk Smith) menyimpulkan Psikoterapi umumnya
efektif
– Glass menyebutkan metode yang ia lakukan sebagai meta-analisis
Kapan digunakan?
• Meta-analisis dapat dilakukan pada (sekumpulan) hasil penelitian (sebagai
kelompok sampel) yang…
– Empiris, bukan teoritik
– Menjelaskan temuan penelitian dengan paradigma kuantitatif (bukan kualitatif), sehingga
membutuhkan informasi mengenai mean dan varians
– Mengandung informasi statistik yang dapat dikomparasikan (contoh: effect size, koefisien
korelasi, odds ratio, dll.)
– Kalau tidak ada informasi mengenai ES, setidaknya ada informasi yang dapat digunakan untuk
menghitung/mengestimasi ES
– Menginvestigasi konstruk dan korelasi antar konstruk yang memang comparable
Ragam penelitian meta-analisis
• Central tendency
– Prevalensi dan rerata skor
• Perbedaan antara dua kelompok independen (between groups)
– Desain penelitian eksperimental
– Bisa jadi non-eksperimental, mengukur perbedaan natural antara dua kelompok
• Perbedaan dalam satu kelompok (within groups)
– Desain penelitian eksperimental
– Repeated measurements
• Statistical association antara dua variabel
– Pengukuran (reliabilitas & validitas)
– Koefisien korelasi (Pearson’s r)
Asumsi dasar: the replication continuum
Pure Conceptual
Replications Replications

• Dalam melakukan meta-analisis, kita harus mengasumsikan bahwa kumpulan


penelitian yang akan dianalisis menginvestigasi hal yang sama.
• Sehingga penelitian-penelitian tsb merupakan replikasi dari penelitian serupa.
Meskipun level replikasinya berbeda-beda, mulai dari yang persis sama (pure),
sampai yang hanya mereplikasi konsepnya saja.
• Apabila kumpulan penelitian yang akan dianalisis mendekati pure replication, maka
akan lebih mudah dikomparasikan.
Tantangannya…
• Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui
meta-analisis adalah:
Kalau ternyata ES bervariasi, faktor apa yang
membuatnya bervariasi?
• Oleh karena itu, kita harus mencatat semua hal-
hal penting dari kumpulan penelitian yang
dianalisis. Contoh:
– Rasio gender
– M dan SD usia partisipan, dsb…
• Implikasinya….
– Proses yang melelahkan dan emotionally & physically
exhausting!
Jadi.. Bagaimana cara memilahnya?
• Tentukan kriteria ekslusi dan inklusi
• Tentukan basis data (contoh: Portal Garuda, Indonesia ONE Search, Google Scholar,
PubMed, PsycNet, dsb.) sebagai sumber pencarian
• Tentukan kata kunci yang akan dimasukkan dalam basis data
• Tentukan jenis dokumen yang akan dicakup
– Artikel penelitian yang diterbitkan di berkala ilmiah
– Prosiding
– Tesis/disertasi/skripsi
– Working paper
• Ikut PRISMA statement dalam memutuskan mana penelitian yang dimasukkan
menjadi sampel
• Siapkan spreadsheet yang digunakan untuk menginput data
Informasi yang dapat dicoding selain ES
• Label (ID) studinya
• Sample size (kalau 2 kelompok berarti n masing-masing kelompok)
• Atribut sampel (M dan SD usia, proporsi gender, dsb.)
• DV & IV sekaligus cara pengukuran dan properti psikometriknya (reliabilitas &
validitas)
• M dan SD dari masing-masing DV dan IV
• Teknik uji hipotesis yang digunakan
• Desain penelitiannya (within atau between groups? True atau quasi?)
• Manipulasi IV sekaligus manipulation check-nya
• Kualitas penelitiannya → risk descriptor
– Lihat contoh di kriteria & asesmen kualitas.pdf
ES yang tak sama 
• Bagaimana kalau ES di sampel meta-
analisis kita tidak sama, karena
menggunakan teknik analisis yang
berbeda?
• Caranya:
– Distandardisasi (lihat gambar)
– Dikonversi → lihat file “converting effect
size.xls”
Statistical testnya…
• Uji heterogenitas
– Menguji H0: semua penelitian yang di meta-analisis memiliki ES yang sama di populasi → X2
– Random effect dan fixed effect model --- forest plot
– Meta-regression
• Publication bias
– Penelitian dengan p<0.05 lebih besar kemungkinannya untuk diterbitkan di jurnal dengan faktor
dampak yang besar → memicu file-drawer effect
– Kontradiksi yang menarik: justru penelitian yang didesain dengan hati-hati, justru kecil
kemungkinannya mendapatkan p<0.05 daripada penelitian yang dilakukan dengan sembrono
– Dapat dideteksi dengan: Funnel plot, Meta-regression, fail-safe N
Uji heterogenitas (1)
Langkah-langkahnya:
• Menguji H0: semua penelitian yang di-meta-analisis memiliki ES yang sama pada
populasi studinya (dengan X2)
• Membuat forest plot
• Memilih antara random model atau fixed model
• Pilih metode estimatornya (DerSimonian-Laird, Hunter & Schimdt, MLE, Sidik &
Jonkman, Bayesian, dll.)
Uji heterogenitas (2)
• Bila hasil uji heterogenitas (X2) tidak signifikan, atau tingkat heterogenitas (Higgins’
I2) sangat rendah, berarti:
– ES sampel penelitian yang dimeta-analisis tidak ada perbedaan berarti, sehingga
pooled/summary ES dapat diinterpretasi

Tetapi!!
• Uji heterogenitas memiliki power yang rendah (karena biasanya jumlah sampelnya
(k) kecil), sehingga tidak mampu mendeteksi adanya perbedaan (apabila ada) yang
terjadi sebenarnya
• Sehingga, meskipun pooled/summary ES dapat diinterpretasi, tidak dapat dijadikan
bukti homogenitas
Uji heterogenitas (3)
• Bila hasil uji heterogenitas (X2) signifikan, tingkat heterogenitas
(Higgins’ I2) sangat tinggi berarti:
– ES sampel penelitian yang dimeta-analisis ada perbedaan berarti,
sehingga pooled/summary ES dapat tidak dapat diinterpretasi
– Menjadi bukti bahwa ES dalam sampel penelitian yang dimeta-analisis
mengalami variasi yang berarti
– Dapat ditindaklanjuti dengan mencari tahu penyebab heterogenitas
studi
– Lakukan meta-regression (mixed effects model)
Higgins I 2

• Higgins, et al. (2003) menyarankan aturan


interpretasi I2 sebagai berikut:
– I2 = 0% → heterogenitas hampir tidak terjadi
– I2 = 25% → heterogenitas rendah
– I2 = 50% → heterogenitas sedang
– I2 = 75% → heterogenitas tinggi

• I2 tidak pernah mencapai 100% dan nilai diatas 90%


jarang sekali terjadi
Forest plot (Oosterhout, et al. 2016)
• Berikut ini adalah forest plot yang menggambarkan efek metacognitive training pada
penurunan simtom positif pasien Skizofrenia.
Investigasi penyebab heterogenitas
• Subgroup analysis
– Menganalisis perbedaan ES pada sub-kelompok, seperti gender, SES, tingkat
pendidikan, dll yang (dihipotesiskan) sebagai penyebab heterogenitas
– Bisa dilakukan dengan ANOVA
• Dapat dilakukan dengan teknik meta-regression
– Yaitu dengan memasukkan informasi tambahan (yang dihipotesiskan) menjadi
penyebab heterogenitas dalam model sebagai covariates, contohnya:
√ Rerata usia
√ Rasio gender
√ Reliabilitas alat ukur, dll.
Random vs fixed effect (1)
Fixed effect model Random effect model
• Mengasumsikan ES sama di semua • Mengasumsikan ES bervariasi di semua
studi studi
• Kalaupun ES berbeda, murni akibat • Penelitian-penelitian yang di meta-
sampling error yang bervariasi analisis, merupakan sampel dari semua
studi dengan ES bervariasi
Random vs fixed effect (2)
Fixed effect model Random effect model
Ketika uji heterogenitas signifikan, maka Ketika uji heterogenitas signifikan, maka
• Summary/pooled ES yang skewed • Kemungkinan menghasilkan
karena memberikan bobot yang terlalu summary/pooled ES dengan
besar pada penelitian dengan ES yang interpretasi yang berbeda
besar • 95% confidence interval yang
• 95% confidence interval yang terlalu cenderung melebar
sempit • P-value yang lebih besar
• P-value yang secara abnormal terlalu
kecil
Random vs fixed effect (3)

Fixed effect model Random effect model


Ketika uji heterogenitas TIDAK signifikan, Ketika uji heterogenitas TIDAK signifikan,
maka maka
• Summary/pooled ES yang bermakna • Summary/pooled ES yang bermakna
• 95% confidence interval yang juga • 95% confidence interval yang
akurat cenderung terlalu melebar
• P-value yang akurat juga • P-value yang cenderung besar
Random atau fixed effects?
• Tidak ada satupun metode yang universal yang untuk memilih diantara keduanya
• Keduanya akan cenderung menghasilkan pooled ES yang sama ketika heterogenitas
tidak ekstrim
Namun rasionalnya:
• Apakah asumsi yang dibutuhkan untuk melakukan FEM memungkinkan untuk
dipenuhi? Mungkinkah ES yang ingin kita teliti benar-benar sama di semua studi? Kalau
tidak yakin, sebaiknya pilih REM
• Kalau asumsi FEM mungkin dapat dipenuhi, apakah datanya kompatibel? Cek forest
plot, heterogeneity test dan I2nya
• Apabila kita mempertimbangkan menggunakan REM, apakah penelitian yang menjadi
sampel memberikan gambaran/variasi ES yang menarik untuk diteliti? Apakah
mengetahui pooled/summary ESnya memang berguna?
– Kalau iya, gunakan FEM
– Bila tidak, lebih baik gunakan narrative review
Bias publikasi
• Sangat lazim di komunitas kita, bahwa penelitian dengan p<0.05 dianggap
‘substansial’ sedangkan p>0.05 dianggap ‘bencana’
• Sehingga p<0.05 yang lebih berpeluang diterbitkan di terbitan berkala ilmiah
• Penelitian yang dilakukan dengan hati-hati dan scientifically rigorous, justru lebih
berpeluang mendapatkan p>0.05 daripada penelitian yang dilakukan secara
sembrono dan asal-asalan
• Hanya mengambil penelitian yang dipublikasi saja (tanpa penelitian lainnya yang
tidak dipublikasi) akan menghasilkan model meta-analisis yang terlalu optimistis
Identifikasi bias publikasi
• Funnel plot
– Lihat bentuknya!
– Apabila simetris, maka tidak terjadi bias publikasi
– Apabila titik-titik studi berada di bagian bawah
kurva, maka estimasi ES cenderung kurang akurat
– Studi dengan estimasi ES akurat terletak di bagian
atas kurva
– Egger’s test → p<0.05 berarti terjadi bias
• Fail-safe N
– Untuk mendeteksi file-drawer effect
– Memperkirakan berapa banyak penelitian yang
tidak terpublikasi dengan hasil tidak signifikan
yang diperlukan untuk membuat pooled ES
menjadi 0 (no effect)
Yuk kita coba!
Latihan
• Kita ingin menyelidiki korelasi antara dukungan sosial dengan kecenderungan
depresi
– Pada populasi orang Indonesia dan dituliskan dalam Bahasa Indonesia
• ES yang dimeta-analisis adalah raw Pearson’s r
• Kita mengasumsikan ES akan sangat bervariasi dalam k sehingga kita akan
menggunakan REM
• Systematic review sudah dilakukan dengan kriteria ekslusi & inklusi tertentu,
sehingga menghasilkan k=13
• Buka “Meta analysis SS Dep.omv”
• Yuk kita coba!
Langkah-langkahnya
Untuk REM
• Klik MAJOR dan pilih correlation coefficients
• Masukkan variabel raw r ke kolom correlations, n pada kolom sample sizes, study
label pada study label
• Klik model options, lalu pilih DerSimonian-Laird dalam kolom model estimators,
pilih raw correlation coefficients dalam kolom model measures
Yuk kita interpretasikan!
Random effects model
• Dari tabel output diketahui
I2 = 89.05%, sangat tinggi!
• ES terlalu bervariasi,
sehingga pooled ES tidak
bermakna apa-apa.
• Untuk itu, kita perlu
mencari penyebab
heterogenitasnya dengan
melakukan meta-regression
• Masukkan variable
vulnerable participants? ke
kolom moderator
Forest plot
• Dari forest plot
diketahui bahwa pooled
ES adalah -0.28
• Tapi, tidak bermakna
karena heterogenitas
tinggi
• Penelitian dg estimasi
paling akurat adalah
Faradhiga (2015)
Bias publikasi
• Funnel plot menunjukkan bentuk
asimetris, menandakan adanya bias
publikasi
• Fail-safe N analysis menunjukkan bahwa
apabila ada 628.000 penelitian yang tidak
terpublikasi dengan hasil tidak signifikan,
maka pooled ES menjadi 0 (no effect)
Meta-regression (mixed-effects)
• Kerentanan partisipan bukan
variabel yang signifikan dalam
menentukan heterogenitas
• Taraf heterogenitas (I2) hanya
berkurang sedikit daripada
sebelumnya
Bias publikasi
• Funnel plot menjadi simetris…
tapi titik ada dibawah (estimasi
tidak akurat)

Anda mungkin juga menyukai