Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN 2


TANAMAN BERKHASIAT DAN OBAT – OBAT TRADISIONAL

Oleh :

INDAH NOVIA HENDRA


NIM : 203310698

DOSEN : Ns. Hj. MURNIATI MUCHTAR, SKM, S.Kep, M. Biomed

PROGRAM STUDI NERS TINGKAT 1


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PADANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Shalawat dan salam untuk Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini.
Adapun judul makalah ini adalah “tanaman berkhasiat dan obat – obat tradisional”.
Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.

Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi.
Namun, berkat dorongan semua pihak, makalah ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Maka
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Padang, Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………....ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………….1
1.1. Latar Belakang………………………………………………….
……………….1
1.2. Tujuan…………………………………………………………..…………....
…..2
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………….……....…..3
2.1. Tanaman Berkhasiat………………………………………………....……...…...3
2.1.1.Macam – Macam Tanaman Berkhasiat…………………………………..3
2.2. Obat – Obat Tradisional……………………………………………………...…19
2.2.1. Sejarah Obat Tradisional……………………………………………….19
2.2.2. Pengertian Obat Tradisional……………………………………………20
2.2.3. Kelebihan Dan Kekurangan Obat Tradisional…………………..……...22
2.2.4. Jenis Dan Sumber Obat Tradisional………………...………………….22
2.2.5. Pengembangan Obat Tradisional Di Indonesia………………………...28
2.2.6. Komposisi Dan Persyaratan Obat Tradisional…………………………29
2.2.7. Regulasi Obat Dan Pembekalan Kesehatn………………………….….31
2.2.8. Penyakit Yang Dapat Diatasi Dengan Obat Tradisional……………….32
2.3. Pengobatan Tradisional………………………………………………………...40
2.3.1. Pengertian Pengobatan Tradisional……………………………...……..40
2.3.2. Jenis Pengobatan Trafdisional Di Indonesia…………………..……….42
2.3.3. Kelebihan Dan Kekuurangan Pengobatan Tradisional……………...…42
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………….….44
3.1. Kesimpulan………………………………………………………….………….44
3.2. Saran………………………………………………………………….………...45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….…………46

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi. Tanaman
herbal tergolong rempah-rempah dan tanaman buah yang dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Penemuan-penemuan kedokteran modern yang
berkembang pesat menyebabkan pengobatan tradisional terlihat ketinggalan zaman.
Banyak obat-obatan modern yang terbuat dari tanaman obat, hanya saja peracikannya
dilakukan secara klinis laboratories sehingga terkesan modern. Penemuan kedokteran
modern juga mendukung penggunaan obat-obatan tradisional (Hariana, 2008).
Tanaman herbal merupakan tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Dalam segi
penyembuhan meskipun tanaman herbal umumnya lebih lambat dalam pengobatan
penyakit dibanding penyembuhan menggunakan obat-obatan kimia, namun pengobatan
secara tradisional menggunakan tanaman herbal jauh lebih aman bagi tubuh dengan
sangat sedikit efek samping yang ditimbulkannya, bebas racun, mudah di produksi,
menghilangkan akar penyakit, mudah diperoleh, murah dan mempunyai banyak
khasiat(Hariana, 2008).
Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah berlangsung sejak ribuan tahun
yang lalu, mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis
dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia
memiliki sekitar 25.000-30.000 spesies tanaman yang merupakan 80% dari jenis
tanaman di dunia dan 90% dari jenis tanaman di Asia. Saat ini pengembangan obat
tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan pengobatan modern yang berarti dapat
bersama-sama masuk dalam jalur pelayanan formal. Pengembangan obat tradisional
juga didukung oleh Peraturan menteri Kesehatan Indonesia, tentang fitofarmaka, yang
brarti diperlukan adanya pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk
bahan baku obat atau sediaan galenik (Hanani et al., 2003).
Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan
sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional
diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan

4
penanganan bahan baku. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)
meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan
untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung
dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan
personalia yang menangani.

1.2. Tujuan
1. Agar dapat mengenal beberapa macam tanaman berkhasiat
2. Dapat menyebutkan dan mendiskripsikan dengan jelas ciri marfologi beberapa
jenis tanamat berkhasiat
3. Dapat menjelaskan khasiat, kegunaan dan fitokimia beberapa tanaman berkhasiat.
4. Dapat mengenal tentang sejarah, pengertian, jenis, dan penyakit yang dapat diatasi
oleh obat – obat tradisional
5. Dapat mengenal tentang pengertian, jenis, kelebihan serta kekurangan pengobatan
tradisional

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tanaman Berkhasiat


Tumbuhan herbal adalah tumbuhan atau tanaman obat yang dapat dimanfaatkan
untuk pengobatan tradisional terhadap penyakit. Sejak zaman dahulu, tumbuhan herbal
berkhasiat obat sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa. Pengobatan tradisional
terhadap penyakit tersebut menggunakan ramuanramuan dengan bahan dasar dari
tumbuhtumbuhan dan segala sesuatu yang berada di alam. Sampai sekarang, hal itu
banyak diminati oleh masyarakat karena biasanya bahan-bahannya dapat ditemukan
dengan mudah di lingkungan sekitar (Suparmi & Wulandari, 2012: 1). Pengobatan
tradisional terhadap penyaktit dengan tumbuhan herbal atau sering disebut itoterapi atau
pengobatan dengan jamu merupakan pengobatan tradisional khas Jawa yang berasal dari
nenek moyang.

2.1.1. Macam – Macam Tanaman Berkhasiat


1. Alpukat/ Alpokat
Alpukat digunakan untuk sakit perut, penurun panas, dan hipertensi.
Dengan bagian yang dimanfaatkan adalah daun dan buah. Dalam mengatasai
sakit perut masyarakat menggunakan beberapa lembar daun alpukat dicampur
dengan rimpang kunyit dan temu kunci, kemudian direbus sampai mendidih,
kemudian air rebusan diminum. Tumbuhan dengan nama lokal Alpokat ini
dapat dilihat pada gambar.
Habitus pohon kecil, tinggi 3-10 m. Berakar tunggang, batang
berkayu, daun tunggal bntuk jorong sampai bundar telur memanjang dan
bertangkai panjang. Analisis kandungan kimia dari tanaman ini yang telah
diisolasi adalah saponin, alkaloid, flavonoid, terpena, safrol, dan tanin
(Wijayakesuma, 1996; Wiart, 2002).
Gambar Morfologi Alpukat (Persea americana Miller)

6
Alpukat (Persea americana Mill) yang termasuk dalam famili
tumbuhan Lauraceae banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman
ini merupakan salah satu tanaman obat yang sangat penting dan dimanfaatkan
sebagai obat tradisional untuk pengobatan seperti sariawan, dan kandungan
flavonoid sebagai antihipertensi (Perry, 1987; Wijayakesuma, 1996).
2. Asam/ Accem
Asam termasuk tumbuhan jenis pohon yang berbuah polong berwarna
coklat, Daunnya bertangkai panjang dan bersirip genap. Bunganya kuning
merah. Berdasarkan wawancara responden diketahui asam digunakan oleh
masyarakat untuk Peggellinu, sariawan, radang tenggorokan, dan sakit mata
dengan memanfaatkan bagian daun dan buah. Dalam mengobati sakit mata
ringan masyarakat menggunakan bagian daun asam yang diremas-remas
kedalam air, kemudian mata yang sakit direndamkan kedalam remasan daun
asam yang telah tercampur dengan air. Tumbuhan dengan nama lokal Accem
ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi asam (Tamarandus indica L)

Menurut (Mun’im, 2009), beberapa khasiat dari bagian tanaman asam


telah dilaporkan. Getah daun digunakan sebagai diuretik. Ekstrak daun asam
jawa memperlihatkan penghambatan α-amilase, sehingga kemungkinan dapat
digunakan untuk pengobatan diabetes tipe-2 dan Esktrak mengandung
flavonoid sebagai analgesik dan anti mikroorganisme, tanin, glikosida,

7
saponin, kadar fenol total 0,35-8,24%.
3. Bawang Putih (Bhebeng pote)
Bawang putih merupakan salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Kecamatan Arjasa sebagai obat tradisional dalam
melancarkan peredaran darah, penyakit kulit, dan hipertensi. Dalam
mengobati penyakit kulit masyarakat menggunakan umbi lapis bawang putih
dengan berbagai cara seperti digiling kemudian gilingan bawang putih
diletakkan diatas kulit yang terjangkit penyakit, cara lain dengan
mengkonsumsi langsung bawang putih atau dicampur dengan madu untuk
menghilangkan rasa bau yang menyengat. Tumbuhan dengan nama loka
Bhebeng Pote ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Bawang putih (Allium sativum L.)

Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau


siung yang tersusun. Tumbuh secara berumpun, berdiri tegak 30-75 cm,
batang semu terbentuk dari pelepah-pelepah daun, helaian daun mirip pita,
pipih dan memanjang. Efek yang sering ditemukan pada bawang putih adalah
sebagai antikolesterol, anti platelet, untuk mencegah atherosklerosis dan juga
anti hipertensi. Kandungan bawang yang berfungsi sebagai antioksidan
adalah allicin, (Mukti, 2009).
4. Belimbing (bhelimbing)
Belimbing juga merupakan tanaman yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kecamatan Arjasa dalam pengobatan tradisional. Menurut
masyarakat dengan megkonsumsi buah belimbing dapat mengobati darah
tinggi dan menurunkan kolestrol. Efek farmakologis dari buah belimbing
manis ini kemungkinan disebabkan oleh salah satu atau gabungan beberapa
senyawa kimia yang terkandung seperti; senyawa golongan flavonoid,

8
alkaloid, saponin yang dapat menurunkan kadar kolesterol, protein, lemak,
kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C (Wiryowidagdo
dan Sitanggang, 2002). Tumbuhan dengan nama lokal Bhelimbing ini dapat
dilihat pada gambar 4.6
Belimbing tumbuh dalam bentuk pohon, batang jelas terlihat, berkayu,
berbentuk silindris, batang berwarna coklat tua. Percabangan dikotom, arah
tumbuh cabang ada yang condong ke atas ada yang mendatar. Daun tergolong
daun majemuk menyirip gasal. (Arisandi, 2008
Gambar Morfologi Belimbing (Averrhoa carambola )

5. Belimbing Wuluh (Bhelimbing Bulu)


Belimbing wuluh merupakan pohon kecil, tinggi mencapai 10 m.
Batang tidak begitu besar. Daun majemuk menyirip ganjil. Perbungaan malai
berkelompok. Buah buni. Masyarakat memanfaatkan bagian buah dan daun
tumbuhan ini dalam melancarkan pencernaan, diabetes, serta sebagai obat
batuk. Beberapa buah belimbing wuluh diremas-remas dan dicampur dengan
garam, dan air hasil ramuan diminum, cara ini dipercaya masyarakat dapat
mengobati batuk. Faharani (2009) menunjukkan bahwa ekstrak daun
belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang dipercaya
mengobati diabetes.
Gambar Belimbing Wuluh (Averhoa carambola. L.)

9
6. Bunga Sepatu (Kembheng sapatu)
Bunga sepatu adalah tanaman hias tergolong semak yang juga
dimanfaatkan bagian bunga dan daunnya oleh masyarakat dalam mengatasi
sariawan dan getahnya digunakan sebagai obat luka. Cara pemanfaatan dalam
mengobati sariawan adalah dengan merebus daun dan kembang sepatu
dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas, air rebusan diminum secara rutin.
Daun, bunga, dan akar kembang sepatu mengandung flavonoida. Di samping
itu daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, bunga mengandung
saponin dan polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin,
cleomiscosin A, dan cleomiscosin C (Harborne,1996). Tanaman kembang
sepatu dapat dilihat pada ganbar.
Gambar Morfologi Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis L.)

7. Ceremei (caremmi)
Ceremei merupakan pohon kecil, tinggi 10 m, daun tunggal dengan
buuah batu yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, yang
dipercaya dapat merampingkan badan, menghilangkan mual, mengobati
asma, dan sembelit dengan memanfaatkan bagian daun. Cara masyarakat
memanfaatkan ceremei untuk melangsingkan badan adalah dengan meminum
air rebusan beberapa helai daun ceremei. Menurut Arisandi (2008), daun,
kulit batang dan kayu ceremei mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan
polifenol. Ceremei dengan nama lokal caremmi ini dapat dilihat pada gambar
Gambar Morfologi Ceremei (Phillanthus acidus L.)

10
8. Daun Kentut (Kasembhukan)
Daun kentut merupakan herba tahunan salah satu tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, organ yang
digunakan berupa daun, masyarakat kebanyakan memperoleh tumbuhan ini
secara liar, tumbuhan ini dimanfaatkan dalam meningkatkan vitalitas pria,
peluruh kentut, melancarkan pencernaan, dan mengobati penyakit liver.
Masyarakat mengolah daun ini dengan cara ditumbuk, ditambahkan air yang
matang dan garam, disaring kemudian air saringan diminum, cara ini
dipercaya masyarakat dapat melancarkan pencernaan. Tumbuhan dengan
nama lokal Kasembhukan ini dapat dilihat pada gambar.
Kandungan yang terdapat dalam tanaman ini cukup banyak antara lain
pada daun dan batangnya mengandung asperulosida, diasetilaperulosida,
paederosida, arbuti, asam oleanolik, dan minyak atsiri (Utami, 2008). Selain
itu daun sembukan juga mengandung alkaloid, paederin, metilmerkaptan
(Solikin, 2007).
Gambar Morfologi Daun Kentut (Paederia scandensi (Lour.) Merr

9. Jahe (Jhei)
Jahe merupakan tanaman rimpang-rimpangan berupa herba yang
banyak dimanfatkan oleh masyarakat bagian rimpangnya dalam pengobatan
tradisional seperti penambah nafsu makan, mengobati masuk angin, batuk,
sakit kepala, nyeri pinggang, mual, dan serangan serangga. Kebanyakan
masyarakat memperoleh tanaman ini dengan cara budidaya. Untuk mengobati
masuk angin biasanya masyarakat mengoalah tanaman ini dengan cara
merebus jahe yang telah dimemarkan dan dibubuhkan gula aren sampai
mendidih, kemudian air rebusan diminum.

11
Gambar Morfologi Jahe (Zingiber officinale Roxb.)

Rimpang jahe mengandung minyak atsiri disamping itu terdapat juga


pati, damarm asam-asam organik seperti asam malat dan asam oksalat,
vitamin A, B, dan C, serta senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol
(Hariana, 2004). Tanaman jahe dapat dilihat pada gambar.
10. Jagung (Jhegung)
Tanaman jagung merupakan tanaman berupa herba yang banyak
dimanfaatkan, selain dikonsumsi secara biasa tanaman ini juga dimanfaatkan
masyarakat Kecamatan Arjasa untuk pengobatan seperti dalam mengatasi
penyakit diabetes, dan hipertensi, organ yang dimanfaatkan adalah buah dan
rambut jagung. Umumnya masyarakat memperoleh dengan cara budidaya,
dan membeli di pasar. Tanaman ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Jagung (Zea mays L.)

Pemanfaatan dalam mengobati diabetes dan hipertensi oleh


masyarakat dengan cara merebus tongkol jagung dan rambut jagung sampai
mendidih, air rebusan yang telah dingin kemudian diminum secara rutin,
menurut Rahmayani (2007), rambut jagung memiliki saponin, zat samak,

12
flavon, minyak atsiri, minyak lemak, alantoin, dan zat pahit. Rambut jagung
juga mengandung maysin, beta- karoten, beta-sitosterol, geraniol, hordenin,
limonen, mentol, dan viteksin.
11. Jambu Biji (Jhembu BiggiI)
Jambu biji adalah tumbuhan jenis perdu yang sering dimanfaatkan
dalam mengobati diare, pelancar ASI, dan jamu hamil oleh masyarakat
dengan memanfaatkan bagian daun dan buah, umumnya masyarakat
memperoleh dengan cara budidaya dan secara liar. Cara pengolahan yang
umumnnya dilakukan untuk mengatasi diare pada bayi atau anak-anak adalah
dengan menumbuk buah atau daun muda dan garam, air yang dihasilkan
kemudian diminumkan pada bayi atau anak-anak yang diare. Menurut
Arisandi (2008), buah, daun, dan kulit batang jambu biji mengandung tanin
yang bermanfaat sebagai obat diare, daun mengandung minyak atsiri, asam
ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin, dan
vitamin. Tanaman jambu biji ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Jambu Biji (Psidium guajava L.)

12. Jarak Pagar (kaleke)


Jarak pagar adalah tumbuhan semak berkayu yang diperoleh oleh
masyarakat secara liar yang juga dimanfaatkan untuk kesehatan, umumya
masyarakat memanfaatkan bagian daun, biji, dan getah dalam mengobati sakit
gigi, luka, kudis, kencing batu, liver, dan untuk kontrasepsi. Cara
pemanfaatan tumbuhan ini, getah tanaman ini secara langsung dioleskan pada
luka fisik, sedangkan untuk kontrasepsi biji tumbuhan ini di bakar kemudian
dimakan. Menurut Syamsuhidayat (2000), daun jarak cina dan daun jarak
pagar mempunyai kandungan senyawa kimia yaitu flavonoid yang juga
berperan dalam memulihkan sel-sel liver, saponin, dan tanin. Tanaman

13
dengan nama loka Kaleke ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

13. Jeruk Nipis (Jerruk labei)


Jeruk nipis termasuk tumbuhan jenis perdu yang banyak memiliki
dahan dan ranting. Tumbuhan ini dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan
Arjasa untuk mengobati batuk dan radang tenggorokan, umumnya
masyarakat memperoleh tumbuhan ini dengan membeli di pasar, organ yang
dimanfaatkan adalah buahnya, jeruk nipis dimanfaatkan dengan cara diambil
buahnya, diperas dan diambil airnya dicampur dengan kecap dan garam
secukupnya, kemudian diminum secara teratur. Menurut Agoes (2010), jeruk
nipis mengandung unsur- unsur senyawa kimia antara lain limonen berfungsi
meringankan sakit karena radang tenggorokan/ batuk, linalin asetat, geranil
asetat, fellandren, sitral, dan asam sitrat. Tumbuhan dengan nama lokal
Jherruk Peccel ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia L.)

14. Kelapa (Nyiung)


Kelapa tergolonng tumbuhan tinggi berupa pohon atau pohon tropos
yang tergolong aren-arenan, tingginya mencapai 24 meter, daunnya tersusun
majemuk menyirip. Tumbuhan ini juga sering dimanfaatkan oleh masyarakat

14
dalam kebutuhan sehari-hari, selain itu masyarakat juga memanfaatkan untuk
kesehatan. Organ yang dimanfaatkan berupa buah dan air yang terkandung di
dalam buah, masyarakat banyak memperolehnya dengan cara budidaya. Air
kelapa dimanfaatkan oleh masyarakat sebgai penetral racun, menambah
stamina tubuh, dan meningkatkan produksi sperma dengan meminum secara
langsung air kelapa. Menurut Andriani (2008), air kelapa yang hijau banyak
mengndung tanin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi, kandungan
lain yang menonjol berupa enzzim yang mampu mengurangi sifat racun.
Tumbuhan dengan nama loka Nyiung ini dapat diliha pada gambar.
Gambar Morfologi Kelapa (Cocos nucifera L.)

15. Kelor (Marongghi)


Kelor termasuk jenis tumbuhan dengan habitus pohon yang banyak
dibudidaya oleh masyarakat untuk dikonsumsi sebagai sayur, selain itu
masyarakat juga memanfaatkannya dalam pengobatan tradisional, organ yang
dimanfaatkna berupa daun dan, buah dan biji. Dalam kesehatan masyarakat
memanfaatkan untuk sakit mata dengan cara daun kelor yang sudah ditumbuk
dicapur dengan air, diendapkan, air ramuan dijadikan obat tetes mata.
Menurut Fuglie (2001) menyatakan bahwa daun kelor (M. oleifera Lamk.)
mengandung saponin 5%, tanin 1,4% dan triterpenoid 5, mengandung vitamin
A yang tinggi bertindak sebagai perlindungan melawan sakit mata, golongan
triterpenoid digunakan sebagai antidiabetes. Tumbuhan dengan nama lokal
Marongghi ini dapat dilihat pada gambar.

15
Gambar Morfologi Kelor (Moringa oliefera L.)
16. Kencur (Kencor)
Kencur adalah tumbuhan yang tergolong semak semusim yang juga
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kecamatan Arjasa sebagai obat
tradisional, dengan bagian yang dimanfaatkan berupa rimpang. Masyarakat
banyak memperolehnya dengan cara budidaya dan sebagian membeli di
pasar. Khasiat yang dipercaya dari rimpang kencur adalah mengobati masuk
angin, asma, melancarkan haid. Cara pengolahan yang umum dilakukan
masyarakat adalah dengan merebus 1 rimpang besar kencur dengan beras
yang disangrai, dan kunyit dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas, air
ramuan diminum. Cara ini dipercaya dapat menghilangkan rasa lelah/rematik.
Menurut Andriani (2008) rimpang kencur mengandung pati (4,14%), mineral
(13,73%), dan minyak atsiri (0,02%) berupa sineol, asam metil kanil dan
penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene,
paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom. Tumbuhan kencur dapat dilihat
pada gambar.
Gambar Morfologi Kencur (Kaempferia galang L.)

17. Ketela Pohon (Manggele)


Ketela pohon adalah tumbuhan yang tergolong perdu tahunan, tinggi
bisa mencapai 7 meter tinggi sering dimanfaatkan sebagai obat-obatan oleh
masyarakat kecamatan Arjasa. Bagian yang sering digunakan adalah bagian
daun, dan getah. Umumnya masyarakat memperoleh dengan cara budidaya
dan sebagian kecil membeli di pasar. Bagian getah digunakan masyarakat
untuk menyembuhkan luka fisik dengan cara mengoleskan langsung pada
kulit yang sakit, sedangkan untuk rematik beberapa lembar daun kayu
ditumbuk dengan air kapur sirih, kemudian dioleskan pada bagian yang sakit.
Menurut Agoes (2010), daun singkong mengandung vitamin A, B17, dan

16
Vitamin C, kandungan lainnya dalah kalsium, fosfor,hidrat arang, lemak,dan
zat besi. Tumbuhan dengan nama lokal Manggele Iini dapat dilihat pada
gambar
Gambar Morfologi Ketela Pohon (Manihot uttilisima)

18. Ketumbar (Katombher)


Ketumbar merupakan tumbuhan semak yang sring dimanfaatkan
masyarakat sebagai bumbu masakan, selain itu masyarakat juga
memanfaatkannya dalam pengobatan tradisional seperti dalam mengatasi
darah tinggi, kolestrol, batuk, mual dan flu. Bagian yang dimanfaatkan berupa
buah. Umumnya masyarakat memperoleh dengan cara membeli dipasar.
Dalam menyembuhkan influenza ketumbar direbus dengan bawang putih,
dicampur dengan sedikit madu, kemudian air ramuan diminum secara teratur.
Menurut Astawan (2011), aroma yang ditimbulkan ketumbar berasal dari
minyak atsiri. Salah satu komponen minyak atsiri yang terdapat dalam
ketumbar adalah coriandrol, yang kadarnya berkisar 25-80%. Ketumbar juga
mengandung saponin yang mampu menurunkan kadar kolesterol dan
flavonoid. Saponin dan flavonoid merupakan komponen nongizi yang
berperan penting dalam kesehatan. Keduanya berperan sebagai antioksidan.
Tumbuhan dengan nama lokal Katombher ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

17
19. Kumis Kucing (Komes Koceng)
Kumis kucing merupakan tumbuhan tergolonng semak yaang juga
berkhasiat besar bagi masyarakat dalam pengobatan secara tradisional.
Tumbuhan ini didapatkan secara liar, karena keberadaannya yang jarang
ditemukan, tidak banyak masyarakat yang memanfaatkannya. Bagian yang
dimanfaatkan berupadaun dan batang. Bagain tumbuhan tersebut dikeringkan,
kemudian direbus dan diseduh sebagai teh, cara ini dipercaya masyarakat
dapat mengobati penyakit batu ginjal, darah tinggi, diabetes, dan sakit
pinggang.
Gambar Morfologi Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (BI.) Miq.

Menurut Andriani (2010), kandungan kimia yang terdapat dalam


kumis kucing antara lain orthosiphon, glikosida, zat samak, minyak atsiri,
minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium, dan myonositol.
Tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar.
20. Kunyit (Konye’)
Kunyit merupakan tanaman berupa semak yang paling banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pengobatan tradisonal dengan bagian
yang dimanfaatkan berupa rimpang. Umumnya masyarakat memperoleh
dengan cara budidaya dan bagian kecil membeli di pasar. Dalam
pemanfaatannya rimpang kunyit dipercaya dapat mengobati gatal-gatal akibat
serangan serangga dengan cara diparut dan hasil parutan dioleskan pada kulit
yang gatal, sedangkan untuk encok dan panas dalam, parutan kunci diramu
dengan parutan jahe dan kuning telur, hasil ramuan kemudian diminum
secara teratur. Kandungan zat pada kunyit antara lain zat kuning kurkumin,
minyak atsiri, hidrat arang, damar, gom, dan pati (Kartasapoetra, 1996).
Tumbuhan kunyit dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Kunyit (Curcum domestica Val.)

18
NAMA TUMBUHAN ORANG %
NO INDONESIA/ FAMILI YANG KEGUNAAN PENGGUN
ILMIAH
LOKAL DIGUNAKAN AAN
1 Alpukat/ Persea Lauraceae Daun, Buah Penurun panas, 1%
Alpokat americana hipertensi,
Miller. sariawan, sakit
perut
2 Asam/ Accem, Tamaran Fabaceae Daun, Peggal linu, 4%
Sennam dus Buah sariawan, radang
indica L. tenggorokan,
sakit mata
3 Bawang putih/ Allium Liliaceae Umbi Melancarkan 1%
Bhebeng pote sativum lapis peredaran
L. darah, penyakit
kulit, hipertensi
4 Belimbing/ Averrho Oxalidaceae Buah Darah tinggi, 1%
Bhelimbing a kolestrol,
caramb
ola
5 Belimbing Averrhoa oxalidaceae Buah, Batuk, 2%
wuluh/ carambola Daun melancarkan
bhelimbing L. pencernaan,
bulu diabetes
6 Bunga sepatu/ Hibiscus Malvaceae Daun, Obat luka, 1%
Kembheng rosasinen Bunga sariawan,
sapatu sis L.
7 Ceremei/ Phyllant Euphorbiace Daun Merampingkan 1%
caremmei hus ae badan, mual,
acidus L. Asma,Sembelit
8 Daun kentut/ Paederia Rubiaceae Daun Nafsu makan, 1%
Kasembhukan scandens vitalitas pria,
(Lour.)M peluruh kentut,
err melancarkan
pencernaan,
liver
9 Jahe/Jhei Zingibe Zingiberacea Rimpang Nafsu makan, 4%
r e masuk angin,
offiicin batuk, sakit
ale kepala, nyeri
Roxb. pinggang,
mual, serangan
serangga
10 Jagung/ Zea mays L. Poaceae Buah, Diabetes, 1%
Jhegung Rambut Hipertensi
11 Jambu biji/ Psidium Myrtaceae Daun, Diare, pelancar 2%
Jhembu bigghi guajava L. Buah ASI, jamu
hamil
12 Jarak pagar/ Jatropha Euphorbiace Daun, Getah, Sakit gigi, 1%

19
Kalekeh curcas L. ae Biji luka,
kontarsepsi,
kudis, kencing
batu, batu
empedu, liver
13 Jeruk nipis/ Citrus utaceae Buah Batuk, radang 2%
Jherruk nipis aorantifo tenggorokan
lia
14 Kelapa/ Cocos Palmae Buah, Air Penetral racun, 2%
Nyiung nucifera stamina,
L. produksi
sperma,
peramping
perut pasca
lahir, typus
15 Kelor/ Mori Moringaceae Daun, Buah, ngilu, asma, 1%
marongghi nga Biji luka, diabetes,
oliefe sakit mata
ra
Lamk.
16 Kencur/Kencor Kaempfe Zingiberacea Rimpang Masuk angin, 2%
ria e asma, rematik,
galanga melancarkan
L. haid
17 Ketela pohon/ Manih Euphorbiace Daun, Luka, sakit 1%
Mangghele ot ae Getah kepala, rematik
uttilisi
ma
18 Ketumbar/ Coriandr Apiaceae Biji Darah tinggi, 1%
Katombher um kolestrol,
sativum batuk, mual,flu
L.
19 Kumis kucing/ Orthosip Lamiaceae Daun, Batu 0.43%
Komis koceng hon Batang ginjal,darah
aristatus tinggi,
(BI.) diabetes, sakit
Miq. pinggang
20 Kunyit/konyek Curcu Zingiberacea Rimpang, Gatal-gatal,
ma e serangan 8%
domest serangga,
ica penyubur
Val. kandungan,
pelancar haid,
keputihan
panas dalam,
sakit pinggang,
maag

20
2.2. Obat – Obat Tradisional
2.2.1. Sejarah Obat Tradisional
Pengobatan secara tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah yaitu
pada Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai
penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates ( tahun 466 sebelum masehi )
membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam
De Materia Medica. Orang-orang Yunani kuno juga telah melakukan
pengobatan herbal.  Zaman Mesir kuno ( tahun 2500 sebelum masehi ) yang
ditulis dalam Papyrus Ehers meyebutkan Sejumlah besar resep penggunaan
produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit
dan diagnosanya, Pada saat itu, para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan
mempraktekkan pengobatan Herbal. Dalam kepercayaan agama Islam tentang
pengobatan,  telah disabdakan oleh  Rasullullah SAW “Setiap kali Allah
menurunkan penyakit, pasti Allah menurunkan (pula) obatnya.” (HR. Bukhari-
Muslim).
Obat tradisional telah dikenal dan digunakan secara luas di berbagai
belahan dunia, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Di negara-negara maju, penggunaan obat tradisional juga semakin
populer. Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia telah dimulai sejak
berabad-abad yang lalu. Hal tersebut dapat dibuktikan dari relief yang dapat
ditemui di candi Borobudur. Pada relief Karmawibhangga digambarkan
seorang laki-laki mendapat perawatan dari beberapa wanita dengan cara
memijat kepalanya serta memegang tangan dan kakinya. Relief lain
mengilustrasikan tanaman yang sampai sekarang masih digunakan sebagai
komponen jamu, antara lain: nagasari, semanggen, cendana wangi, kecubung,
dan lain-lain. Dari relief-relief tersebut dapat diidentifikasi lebih dari 50 jenis
tanaman. Gambaran yang serupa juga ditemukan pada relief-relief di Candi
Prambanan, Candi Penataran, Candi Sukuh, dan Candi Tegawangi.
Selain dari relief candi, bukti penggunaan obat tradisional oleh
masyarakat Indonesia juga dapat ditemukan dari informasi tertulis pada Serat
Kawruh dan Serat Centhini yang tersimpan di perpustakaan Keraton (istana)
Surakarta. Serat Centhini memuat semua pengetahuan yang ada di Jawa sejak

22
masa pemerintahan Sultan Agung sampai serat tersebut ditulis yaitu pada tahun
1814. Pada tahun 1831 ditulis Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi Jawi yang
merupakan kumpulan ramuan obat asli Indonesia (Jawa). Buku yang ditulis
dalam bahasa Jawa dan dengan aksara Jawa tersebut memuat 1166 resep;
terdiri atas 922 resep ramuan bahan alam dan 244 resep berupa catatan rajah
dan jimat atau gambar-gambar do’a, rapal dan mantra yang mempunyai daya
penyembuh.
Bagi masyarakat Jawa dan Madura, obat tradisional lebih dikenal luas
sebagai jamu. Istilah jamu berasal dari Bahasa Jawa yang berarti obat
tradisional yang berasal dari tanaman. Saat ini istilah jamu telah diadopsi ke
dalam Bahasa Indonesia dengan arti yang sama. Jamu gendong adalah salah
satu jenis jamu yang dijual tanpa label, disiapkan segar dari bahan tanaman,
tanpa bahan pengawet dan dijual secara luas di warung-warung. Jamu gendong
juga dapat disiapkan secara instan kepada mereka yang memesannya. Penjual
kemudian membawanya dari pintu ke pintu. Istilah gendong sendiri berarti
membawa sesuatu dengan punggung. Sediaan jamu dimasukkan ke dalam
botol-botol, kemudian botol diletakkan ke dalam sebuah keranjang bambu atau
rotan dan dibawa dengan punggung menggunakan kain panjang dan lebar yang
disebut sebagai selendang.

2.2.2. Pengertian Obat Tradisional


Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mencegah, mengurangi
rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit.
Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,
turuntemurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan,
atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.
Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi
kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup gencar dilakukan karena lebih
mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya.

23
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), definisi obat
tradisional (OT) adalah bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bagian hewan,
mineral, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang digunakan secara
turun-temurun untuk pengobatan. Obat tradisional juga sering disebut Obat
Bahan Alam (OBA).
Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut
beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih
bisa dicerna oleh tubuh. Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan
atau dimanfaatkan di masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan
bunga. Seperti misalnya akar alang-alang dipergunakan untuk obat penurun
panas. Rimpang temulawak dan rimpang kunyit banyak dipergunakan untuk
obat hepatitis. Batang kina dipergunakan untuk obat malaria. Kulit batang kayu
manis banyak dipergunakan untuk obat tekanan darah tinggi. Buah mengkudu
banyak dipergunakan untuk obat kanker. Buah belimbing banyak dipergunakan
untuk obat tekanan darah tinggi. Daun bluntas untuk obat menghilangkan bau
badan. Bunga belimbing Wuluh untuk obat batuk.

Obat Tradisional Lisensi adalah obat tradisional asing yang diproduksi


oleh suatu Industri obat tradisional atas persetujuan dari perusahaan yang
bersangkutan dengan memakai merk dan nama dagang perusahaan tersebut.
Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang
digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.
Parem adalan obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau bubur
yang digunakan dengan cera melumurkan pada kaki dan tangan atau pada
bagian tubuh lain.

24
Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk, padat pasta atau bubur yang
digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan perut.
Sediaan Galenik adalah ekrtaksi bahan atau campuran bahan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Bahan tambahan adalah zat yang tidak berkhasiat sebagai obat yang
ditambahkan pada obat tradisional untuk meningkatkan mutu, termasuk
mengawetkan, memberi warna, mengedapkan rasa dan bau serta memantapkan
warna, rasa, bau ataupun konsistensi.
Obat yang beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat di
masa lalu yang berawal dari coba-mencoba yang dilakukan oleh manusia
purba, di sebut empiris. Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan
serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul apa yang disebut
Ilmu Pengobatan Rakyat atau Pengobatan Tradisional.

2.2.3. Kelebihan Dan Kekurangan Obat Tradisional


Kelebihan obat tradisional :
1. Efek sampingnya relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat
2. Ramuan dengan komponen yang berbeda memiliki efek samping yang
mendukung
3. Pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta
lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolic dan degeneral.
Kekurangan obat tradisional :
1. Efek farmakologinya lemah
2. Pada obat tradisional tertentu bahan bakunya belum standar
3. Belum di lakukan uji klinik (Pada jamu dan obat herbal terstandar)
4. Untuk bahan yang belum di standarisasi mudah tercemar berbagai
jenis mikroorganisme

2.2.4. Jenis Dan Sumber Obat Tradisional


Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM
mempunyai tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat.

25
Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok,yaitu
obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin
berkembangnya teknologi,telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang
membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi
mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan
sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan
uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak alam dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical bused herbal medicine)


Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-
tumbuhan, hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau
campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum dibakukkan dan
dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman.
Bentuk sediaannya berwujud sebagai serbuk seduhan,rajangan untuk
seduhan,dan sebagainya. Istilah penggunaannya masih memakai
pengertian tradisional seperti galiansingset, sekalor, pegel linu, tolak
angin, dan sebagainya.
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara
tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, oil, dan cairan
yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu
tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini
dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun
dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar
antara 5-10 macam bahkan lebih.

26
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai
dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah
digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan
mungkin ratusan tahun,telah membuktikan keamanan dan manfaat
secara langsung untuk tujuan kesehatn tertentu.
2. Ekstrak bahan alam ( Scientific based herbal medicine)
Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari
ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat,
binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini
membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal,
ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan
maupun keterampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada
umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
penelitian-penelitian pra-klinik seperti standar kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanman obat, standar
pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut
maupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan
keamanannya dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia
atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyarakatan yang
berlaku. Istilah cara penggunaanya menggunakan pengertian
farmakologik seperti diuretic,analgesic,antipiretik,dan sebagainya.
Selama ini obat-obat fitofarmaka yang berada di pasaran masih
kalah bersaing dengan obat paten. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor,antara lain kepercayaan, standar produksi, promosi dan
pendekatan terhadap medis, maupun konsumennya secara langsung.
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang
dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya
yang telah terstandar,ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dnegn uji
klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya

27
memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan
peralatan berteknologi modern pula.
Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai
pembuat atau yang memproduksi obat tradisional yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Obat tradisional buatan sendiri
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari
pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada
zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan
untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan
untuk keperluan keluarga.
b. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu (Herbalist)
Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang
jumlahnya masih cukup banyak. Saalah satunya adalah
pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu
gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional
dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari
masyarakat.
c. Obat tradisional buatan industri
Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI,
industri obat tradisioanl dapat dikelompokkan menjadi
industri kecil dan industri besar berdasarkan modal yang
harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat
tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk
memproduksi obat tradisional. Akan tetapi,pada umumnya
yang berbentuk sediaan modern berupa ektrak baham alam
atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu lebih condong
untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun
akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang
memproduksi jamu dalam bentuk sediaan modern
(tablet,kapsul, sirup dan lain-lain) dan bahkan fitofarmaka.

28
Tabel 1. Tanaman Obat Fitofarmaka yang Prospektif

No Tanaman Obat Bagian tanaman obat Indikasi potensi


Temulawak (Curcuma Umbi Hepatitis, artritis
1.
Xantorrhiza
Kunyit ( Curcuma demostica Umbi Hepatitis, arthritis,
2.
Val ) antiseptik
Bawang Putih (Allium sativum Umbi Kandidiasis, hiperlipidemia
3.
Lynn)
Jati Blanda (Guazuma Daun Anti hiperlipidemia
4.
ulmitblia Lamk)
Handeuleum (Daun ungu) Daun Hemoroid
5.
(Gratophyllum picium Griff)
Tempuyung (Sonchus arvensis Daun Nefrolitiasis, diuretik
6.
Linn)
Kejibeling (Strobilanthes Daun Nefrolitiasis, diuretik
7.
cripus BJ)
Labu merah (Cucurbita Biji Taeniasis
8.
moschata Durch)
Katuk (Sauropus androgynus Daun Meningkatkan produksi ASI
9.
Merr)
Kumis kucing (Orthosiphon Daun Diuretik
10.
stamineus Benth)
Seledri (Apium graveolena Daun Hipertensi
11.
Linn)
Pare (Momordica charantia Buah biji Diabetes mellitus
12.
Linn)
Jambu biji (Klutuk) (Psidium Daun Diare
13.
guajava Linn)
Ceguk (wudani) (Quisqualis Biji Askariasis,oksiurtasis
14.
indica Linn)
Jambu mede (Anacardium Daun Analgesik
15.
occidentale)
16. Sirih (Piper betle Linn) Daun Antiseptik
17. Saga tekik (Abrus precatorius Daun Stomatitis attosa

29
Linn)
Sabung (Blumca balsamitera Daun Analgesik, antipiretik
18.
D.C)
Benalu the (Loranthus spec, Batang Ahli kanker
19.
div)
Pepaya (Carica papaya Linn) Getah daun biji Sumber papain, Anti
20.
malaria, Kontrasepsi pria
Butrawali (Tinospora rumphii Batang Antimalaria, Diabetes
21.
Boerl) mellitus
Pegagan (kaki kuda)(Centella Daun Diuretika, antis-
22.
asiatica Urban) hipertensieptic, antikeloid,
23. Legundi (Vitcx trifolia Linn) Daun Antiseptik
24. Inggu (Ruta graveolens Linn) Daun Analgesik, antipiretik
Sidowajah (Woodfordia Daun Antiseptik, diuretika
25.
floribunda Salibs)
26. Pala (Myristica fragrans Houtt) Buah Sedatif
Sambilata (Adrographis Seluruh tanaman daun Antiseptik,diabetes mellitus
27.
paniculata Nees)
Jahe (Halia) (Zingibers Umbi Analgesik, Antipiretik,
28.
officinale Linn) antiinflamasi
Delima putih (Punica granalum Kulit buah Antiseptik, antidiare
29.
Linn)
30. Dringo (Acorus calamus Linn) Umbi Sedatif
Jeruk ninja (Citrus aurantifolia Buah Antibatuk.
31.
Svviqk)

2.2.5. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia


Terdapat 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh dalam upaya
pengembangan obat tradisional tersebut yakni kearah :
1. Obat kelompok fitoterapi, yang mendasarkan kepada simplisia
(termasuk sediaan galeniknya) yang digunakan sebagai obat.
2. Obat kelompok kemoterapi, yang mendasarkan kepada zat aktif yang
dalam keadaan murni diisolasi dari tumbuhan
Seperti telah disinggung di muka, Departemen Kesehatan menekankan
pengembangan obat tradisional kelompok fitoterapi. Tujuannya agar dapat

30
menghasilkan sediaan-sediaan fitoterapik baik dalam bentuk simplisia ataupun
sediaan galenik, yang segera dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan
formal.
Dalam hal ini pertama-tama perlu dilakukan pengumpulan data tentang
obat tradisional yang ada dan pernah ada di Indonesia. Kemudian menyeleksi
mana yang perlu dikembangkan dan mana pula yang tidak. Untuk obat
tradisional yang akan dikembangkan, perlu penelitian lanjutan menyangkut
keamanan penggunaan, farmakologi serta khasiatnya secara klinik. Tahap
berikutnya adalah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan sediaan
yang dapat digunakan dan penelitian mutu ditinjau dari sudut teknologi
farmasi. Jika obat tradisional telah mengalami penelitian dan pengembangan
seperti diuraikan diatas dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan medic dan
farmasetik.
Pemilihan obat tradisional yang akan dikembangkan ke arah obat
kelompok fitoterapi didasarkan atas pertimbangan :
1. Obat tradisional tersebut diharapkan mempunyai manfaat untuk
penyakit-penyakit yang angka kejadiannya menduduki urutan atas
(pola penyakit).
2. Obat tradisional tersebut diperkirakan mempunyai manfaat untuk
penyakit-penyakit tertentu berdasarkan pengalaman pemakaiannya.
3. Obat tradisional tersebut diperkirakan merupakan alternatif yang
jarang atau bahkan merupakan satu-satunya alternatif untuk penyakit
tertentu.

2.2.6. Komposisi Dan Persyaratan Obat Tradisional


Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui
Depkes telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengan
komposisi rasional melalui pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional
dan petunjuk formularium obat tradisional. Hal ini terkait dengan masih
banyaknya ditemui penyusunan obat tradisional yang tidak rasional (irrational)
ditinjau dari jumlah bahan penyusunnya. Sejumlah simplisia penyusun obat
tradisional tersebut seringkali merupakan beberapa simplisia yang mempunyai

31
khasiat yang sama. Oleh karena itu, perlu diketahu racikan khasiat yang sama.
Oleh karena itu, perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan
obat yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu
tersebut.
Komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri jamu
dalam bentuk jamu sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang
sangat banyak dan bervariasi. Sedangkan bentuk obat ekstrak alam dan
fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5
macam jenis bahan tanaman obat. Pada pembahasan ini lebih ditekankan pada
penyusunan obat tradisional bentuk sederhana atau jamu, mengingat cukup
banyak komposisi jamu yang irrasional seperti penggunaan simplisia yang
tidak sesuai pada satu ramuan, penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan
manfaat yang diharapkan dan sebagainya. Agar dapat disusun suatu komposisi
obat tradisional maka beberapa hal yang perlu diketahui adalah:
1. Nama umum obat tradisional/ jamu
Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan
pemanfaatan yang tercermin dari nama umum jamu.Perlu diketahui
bahwa terdapat peraturan tentang penandaan obat tradisional. Jamu
yang diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen harus diberi
label yang menjelaskan tentang obat tradisional tersebut, diantaranya
tentang manfaat atau khasiat jamu. Penjelasan tentang manfaat jamu
hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau
menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami seseorang dan bukan
menyembuhkan suatu diagnosis penyakit.
Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
bertujuan untuk menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari
kesakitan,serta jamu yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan
penyakit.
2. Komposisi bahan penyusun jamu
Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan
dengan memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang
dibuat derta kegunaan dari masing-masing simplisia penyusun jamu

32
tersebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu
harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi
tersebut. Misalkan pada orang hamil tua sering mengalami kejang
pada kaki, badan mudah lelah, dan lain sebagainya, penderita rematik
biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.
Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan kompisisi jamu
adalah takaran dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan.
Penelitian ilmiah dalam hal ini masih sangat kurang sehingga
seringkali penetapan takaran maupun dosis hanya mengacu pada
pengalaman peracik obat tradisional yang lain dan atas dasar
kebiasaan penggunaan terdahulu.
3. Simplisia dan kegunaan
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apa pun dan kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Dari jenis simplisia yang
umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang
mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan lainnya meskipun pasti
juga terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan berkhasiat
antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama. Bahkan, untuk
jenis tanaman yang sama, masih ada kemungkinan kadar bahan
berkhasiat yang terkandung tidak sama persis mengingat adanya
pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim, dan perlakuan, misalnya
pemupukan.
Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia
sangat penting, sebab dengan diketahui kegunaan masing-masing
simplisia, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan
tanaman obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat
apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.
4. Penelitian yag telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat
tradisional
Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian
tanaman. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat

33
tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan
ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat membuktikan khasiatnya,
sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian. Akan tetapi, masih
bersifat pendahuluan dan masih sangat sedikit percobaan dilakukan
sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang telah dilakukan terhadap
tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat
tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin
memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.
Penelitian dan pengembangan obat dan perbekalan kesehatan
pada dasarnya mencakup sistem (managemen obat, SDM,
penggunaaan obat rasional, dan lain-lain), komoditas (obat,bahan
obat, obat tradisional kosmetik, bahan berbahaya, bahan tambahan
makanan, dan lain-lain), proses (pengembangan obat baru kimia
farmasi, formulasi, uji preklinik, uji klinik), kajian regulasi dan
kebijakan (obat esensial, obat generic, cara pembuatan obat yang
baik).
Riset operasional memfasilitasi implimentasi, monitoring dan
evaluasi berbagai aspek dalam kebijakan obat. Riset operasional
merupakan alat utama dalam menilai dampak kebijakan obat dalam
sistem pelayanan kesehatan disuatu Negara, meneliti aspek ekonomis
penyediaan obat, dan aspek sosial budaya dalam penggunaan obat
(WHO, 2011).

2.2.7. Regulasi Obat Dan Perbekalan Kesehatan


Menurut WHO (2001), otoritas regulasi obat adalah lembaga yang
menyusun dan melaksanakan berbagai peraturan mengenai kefarmasian untuk
menjamin keamanan, khasiat, mutu dan kebenaran informasi mengenai obat.
Pengawasan obat merupakan salah satu upaya mengatasi masalah
penyalahgunaan obat yang merupakan masalah kompleks dan harus ditangani
secara lintas sektor dan lintas program. Selain itu, pengawasan obat juga
mencakup perlindungan kepada masyarakat terhadap penggunaan obat yang

34
salah sebagai akibat dari kekurangtahuan masyarakat serta informasi yang
tidak benar, tidak lengkap, dan menyesatkan.
Dalam melaksanakan regulasi obat perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Otoritas regulasi obat harus independen dan transparan.
2. Pengawasan yang dilaksanakn nasional, perizinan sarana produksi dan
distribusi,pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi,
pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi,akses
laboratorium pemeriksaan mutu, surveilens pasca pemasaran, uji
klinik, serta ekspor dan impor dan impor obat dan pembekalan
kesehatan.
3. Pembentukkan pusat informasi obat di sarana kesehatan dan dinas
kesehatan untuk ontensifikasi penyebaran informasi obat;
4. Pengembangan sistem Monitoring Efek Samping Obat Nasional
(MESO Nasional).
Dengan demikian, yang menjadi elemen inti dalam regulasi obat adalah
pengaturan mengenai mutu, keamanan, khasiat, dan informasi obat.

2.2.8. Penyakit Yang Dapat Diatasi Dengan Obat Tradisional


1. Sakit gigi
a. Cengkeh
Cengkeh atau cengkih (Syzygium aromaticum) adalah
tanaman asli Indonesia dan memiliki beragam
manfaat seperti penyedap rasa makanan juga
untuk mengobati berbagai macam penyakit :

 Mengobati sakit gigi.


Cara pemanfaatannya adalah sangrai 5 sampai 10 butir bunga
cengkih lalu ditumbuk hingga halus. Bubuk cengkeh yang

35
dihasilkan kemudian ditaburkan di bagian gigi yang
sakit. Cara lainnya, 10 Butir cengkeh disangrai lalu ditumbuk
hingga menjadi bubuk, kemudian bubuk cengkeh
dimasukkan ke dalam gigi yang berlubang lalu ditutup
dengan kapas. 
 Mengatasi Infeksi Pernafasan
Menurut profesor dari Mount Sinai School of Medicine di
New York City; Neil Schachter, MD: Cengkeh bekerja
sebagai ekspektoran. yaitu dapat mengencerkan lendir yang
ada di kerongkongan dan tenggorokan. Teh yang
mengandung cengkeh dapat membantu mengatasi infeksi
saluran pernapasan.
 Mengatasi noda jerawat
Menurut Cornelia Zicu (staf Elizabeth Arden Red Door
Spas), kandungan senyawa Euganol (dikenal sebagai
antiseptik alami untuk menyeimbangkan kulit) yang
dikandung cengkeh dapat dimanfaatkan untuk mencegah
timbulnya jerawat dan menghilangkan noda bekas jerawat.
 Pembersih Kuman alternatif 
Senyawa Euganol atau antiseptik alami pada cengkeh
bermanfaat untuk menjaga kebersihan barang-barang anda.
Minyak cengkeh dapat mengurangi bakteri atau jamur yang
ada pada perabotan rumah tangga dan mencegah kuman
datang kembali. Caranya yaitu dengan mencampur 1/2
sendok minyak cengkeh dengan dua gelas air kemudian
semprotkan ke tempat-tempat yang rentan terpapar bakteri
atau kuman, misalnya dinding kamar mandi.
 Pewangi alami pakaian
Aroma cengkeh yang pedas secara alami akan menutupi bau
tak sedap, selain itu dapat menjaga kesegaran barang-barang.
Caranya: simpanlah beberapa batang cengkeh ke dalam

36
lemari pakaian dan ganti setiap 2-4 minggu sekali, agar
aroma segar tetap terjaga
2. Minyak cengkeh.
Minyak cengkeh digunakan untuk mengobati sakit gigi yang
berlubang. Cara menggunakannya, buatlah butiran kapas steril
kemudian teteskan minyak cengkeh, jangan terlalu basah karna
rasanya yang pahit, panas dan bagi yang sensitif akan menimbulkan
luka pada kulit atau gusi yang terkena. Masukkan butiran kapas steril
yang telah ditetesi minyak cengkeh ke dalam gigi kemudian tutup
dengan kapas steril lalu si penderita disuruh mengigit kapas sehingga
cairan akan meresap kedalam gigi. Dalam waktu yang tidak terlalu
lama sakit akan menghilang.
3. Bawang Putih
Bawang putih mengandung antiseptik alami. Caranya bawang
putih di kupas hingga kulitnya habis, potong kecil – kecil dan cuci
dengan air hangat. Kemudian di lumatkan hingga halus. Buatlah
butiran kira-kira sebesar lobang pada gigi. Masukkan butiran bawang
putih yang telah di haluskan ke dalam gigi kemudian tutup dengan
kapas steril lalu si penderita disuruh menggit kapas sehingga cairan
akan meresap kedalam gigi.

4. Batok Kelapa
Sediakan 3 sampai 4 buah batok kelapa, kemudian bakar batok
tersebut sampai berminyak. Ambil kapas bersih untuk mengambil
minyak yang keluar tersebut. Selanjutnya masukkan ke dalam gigi
yang sakit. 

37
5. Cabai hijau
Cabai hijau dipotong ujungnya sedikit lalu dibakar. Setelah
panas, tempelkan cabai tsb pada gigi yang sakit.
6. Daun kembang sore
Daun kembang sore direbus dengan air 600 cc hingga tersisa
300 cc, lalu selagi hangat digunakan berkumur-kumur.
7. Perut kambung
Parut bawang merah dan tambahkan minyak kelapa / minyak
telon / minyak kayu putih. Kemudian tempelkan bawang yang sudah
diparut tersebut di bagian pusar. Bisa juga, gunakan daun jarak pagar
yang dihangatkan. Olesi dengan minyak kelapa, pilin-pilin, lalu
tempelkan pada pusar si kecil.Mengkudu (pace) juga bisa digunakan
Untuk meringankan perut kembung pada bayi. Caranya, panaskan
daun mengkudu diatas api beberapa saat, lalu olesi minyak kelapa.
Tempelkan pada perut anak sewaktu hangat. Bisa diulang beberapa
kali.
8. Masuk angin
Ambil 8 siung bawang merah, dicuci, tumbuk halus, campur
dengan air kapur sirih secukupnya. Balurkan dipunggung, leher, perut
dan kaki.
9. Diare
Sediakan 1/2 jari kunyit yang sudah bersih dibakar, dipotong-
potong, 7 pucuk daun jambu biji, air 2 gelas, dan garam 1/4 sendok
teh, rebus dengan api kecil. Minum airnya, 1 sendok teh satu jam
sekali. Untuk mengusir gas, maka pusarnya ditapeli dengan parutan
bawang merah yang sudah diberi minyak telon. Untuk anak yang
sudah agak besar, boleh juga dengan mengunyah halus pucuk daun
jambu klutuk yang sudah bersih ditambah garam lalu ditelan.
10. Muntah-muntah
Muntah bisa disebabkan perut mual atau kembung. Sediakan
1/2 sendok teh ketumbar, 3 butir kapulaga, 5 butir adas hitam, dan air

38
setengah gelas. Kemudian direbus. Setelah dingin, berikan ke anak
sedikit-sedikit, sesering mungkin atau 2 jam sekali.
Selain itu dengan air beras kencur. Caranya, cuci 1 sendok
makan beras dan direndam sebentar. Sangrai beras tersebut sampai
berwarna kecokelatan, lalu ditumbuk halus bersama dengan 1 ruas jari
kencur, 1 ruas jari kunyit, dan 1/4 sendok teh adas manis. Setelah itu
diseduh dengan air panas, tambahkan gula merah, sedikit garam, dan
asam jawa. Saring, lalu diminumkan pada anak agar tubuhnya hangat.
11. Muntaber
Air kelapa muda dapat digunakan untuk obat muntaber karena
air kelapa muda banyak mengandung mineral kalium, yang banyak
keluar ketika anak muntaber. Dosisnya tak ada takarannya, sekendak
anak.
12. Kolik dan erupsi gigi
Teh adas dapat dipakai untuk meringankan bayi yang
menderita kolik atau yang kesakitan akibat erupsi (keluarnya) gigi.
Untuk obat masuk angin dan kolik, caranya 1 sdt teh adas dilarutkan
dengan 1 cangkir air mendidih, aduk hingga larut. Setelah agak
dingin, larutan dapat diminumkan pada bayi/anak dengan takaran
sesuai umurnya.
13. Penurun panas
Parut bawang merah, tambahkan minyak kelapa / minyak telon
/ minyak kayu putih, lalu balurkan pada punggung sampai bagian
pantat sambil sedikit diurut. Juga pusar dan ubun-ubun. Untuk
penurun panas bisa juga parutan bawang merah yang ditambah
minyak kelapa dicampur air jeruk nipis lalu dioleskan pada seluruh
tubuh anak.
14. Batuk
Ambil air jeruk nipis satu sendok makan beri kecap
secukupnya dan sedikit garam lalu panaskan hingga mendidih tunggu
sampai hangat-hangat kuku, minumkan.

39
Belimbing wuluh (belimbing asam, belimbing buluk) biasanya
digunakan untuk obat batuk anak. Caranya, kukus (dalam panci kecil
tertutup selama beberapa jam) satu genggam (sekitar 11-12 gram)
bunga belimbing wuluh segar, 5 butir adas, 1 sendok makan gula batu
dan 1/2 gelas air. Saring dan minumkan 2-3 kali/hari.
15. Batuk seratus hari
Sediakan umbi bidara kupas sebesar 1/2 jempol yang sudah
bersih, parut dan seduh dengan air panas, lalu aduk-aduk dan
dinginkan. Saring dan tambahkan sedikit madu. Minum sampai habis.
Buatlah ramuan ini 3 kali sehari.
Selain itu, juga gunakan ramuan lidah buaya. Lidah buaya
dikupas kulitnya dan ambil bagian dagingnya sebanyak dua jari,
kemudian dicacah. Tambahkan air hangat dan madu, lalu diminumkan
pada anak 1-2 kali sehari.
16. Batuk karena angin atau dahak susah keluar
Sediakan 1 butir bawang merah diparut, 1 ruas jari jahe diparut
dan diperas airnya, 7 butir adas manis, 1 ruas jari kunyit diparut dan
diperas airnya, 1 sendok makan air jeruk nipis, dan 1/2 gelas air.
Masukkan semua bahan di cangkir, kemudian kukus dan setelah itu
saring. Minum 3 kali sehari masing-masing 2 sendok teh.
17. Batuk berlendir
Campurkan air jahe 1 sendok makan, air kunyit 1 sendok
makan, bawang putih 1 siung diparut, air jeruk nipis 1 sendok makan,
madu 1 sendok makan, dan 3 sendok makan air matang, kemudian
dikukus. Diminumkan 3-4 kali sehari 2 sendok teh.
18. Pilek
Siapkan bawang merah yang diparut, lalu tapelkan pada tulang
leher ketujuh (bagian tengkuk) dan ubun-ubun anak setelah
sebelumnya diolesi minyak kelapa / minyak telon / minyak kayu
putih. Beri juga minuman yang hangat-hangat, seperti minuman beras
kencur. Selain itu, jemur anak di bawah sinar matahari pagi sekitar
jam 7 atau di bawah jam 9 pagi. Panaskan bagian dada seperempat

40
jam dan kemudian punggung seperempat jam. Ini bisa dilakukan
sambil jalan-jalan pagi.
19. Mata bintitan
Ambil getah dari batang tanaman patikan kebo atau getah dari
batang pohon meniran. Tempelkan sedikit pada kapas, lalu oleskan
pada bagian bintitnya, sedikit saja, jangan sampai terkena mata.
20. Mata merah
Taruh 3 lembar daun sirih yang sudah dicuci bersih pada
wadah mangkok. Seduh dengan air panas. Setelah airnya dingin, minta
anak untuk mengedip-ngedipkan matanya dalam air tersebut.
21. Sariawan
Ambil sebuah tomat matang, seduh dengan air panas dan
kupas kulitnya. Haluskan tomat tersebut dengan menggunakan
sendok, saring dan tambahkan sedikit gula. Beri anak minumam sari
tomat tsb.
22. Tidak nafsu makan  
Hilangnya nafsu makan dapat disebabkan cacingan atau hal
lain seperti masuk angin. Cara mengatasinya, bersihkan 1 lembar daun
jarak pagar, setelah itu hangatkan sebentar di atas tutup panci. Beri
olesan minyak kelapa pada daun tersebut dan dipilin, kemudian
tempelkan daun tersebut di atas pusar anak, yang sebelumnya sudah
diolesi dengan minyak telon.Untuk menambah nafsu makan anak bisa
juga dengan ramuan: 1 ruas jari temulawak, gula merah, air
secukupnya, dan sedikit garam, kemudian rebus dan saring.
Minumkan pada anak 1-2 sendok makan sehari.
23. Asma
Sepuluh siung bawang putih diparut, ditambah madu 1 gelas,
kemudian dikukus. Berikan pada anak sebanyak 1 sendok teh, dua kali
sehari. Bisa juga, 10 siung bawang putih diparut, 1 ons gula batu,
direbus bersama 1 gelas air.
24. Keracunan
Minum air kelapa hijau muda 3 kali sehari 1/4 gelas.

41
25. Mimisan
Selembar daun sirih yang sudah dicuci bersih dipilin dan
disumpalkan ke hidung anak. Untuk pengobatan dari dalam tubuh
lakukan dengan ramuan: 1/2 jempol umbi bidara kupas yang sudah
bersih diparut dan diseduh dengan 1 cangkir air panas, kemudian
disaring, dan setelah dingin diminumkan ke anak ditambah sedikit
madu.
26. Benjol karena benturan
Rendam 1 sendok makan beras. Tumbuk bersama kencur dan
beri sedikit garam. Setelah halus, tempelkan ke bagian yang
benjol. Bisa juga diberi ramuan : awang putih diparut dan dan diberi
madu, setelah itu dioleskan ke bagian yang benjol.
27. Keringat buntet
Sesering mungkin dibedaki tepung kanji. Selain itu kentang
bisa juga digunakan untuk ruam kulit yang disebabkan biang keringat
atau keringat buntet (miliaria), karena sifat kentang yang
mendinginkan. Caranya parut kentang dan peras. Oleskan sari air dan
parutan kentang segar dioleskan pada keringat buntet 3-4 kali per hari.
28. Panu
Dua jari langkuas merah diparut dan diberi sedikit cuka, oles-
oleskan pagi dan sore atau malam hari pada bagian tubuh yang
berpanu tersebut.
29. Congekan
Cuci bersih 7 lembar daun sambiloto atau 3 lembar daun miana
atau lengkuas merah muda, lalu tumbuk halus. Peras pakai kain bersih
dan teteskan air perasannya ke telinga. Lakukan dua kali sehari,
masing-masing 3 tetes.
30. Digigit nyamuk
Hilangkan bekas gigitannya dengan tanaman sambiloto yang
diremas-remas dan dioleskan ke bagian bekas gigitan tersebut. Kalau
tak ada sambiloto bisa digunakan minyak sereh.
31. Luka-luka berdarah

42
Cuci bersih daun jambu biji atau daun bandotan, kemudian
remas-remas. Tapelkan pada luka tersebut. Darah akan berhenti
segera.
32. Luka-luka dan gata-gatal akibat kudis (scabies)
Ambil 2-3 jari batang brotowali (Putrawali, andawali)
dipotong kecil-kecil, rebus dengan 6 gelas air. Setelah mendidih,
biarkan selama ½ jam. Saring air dan gunakan untuk mengobati luka
serta gatal-gatal.
33. Luka bakar
Oleskan daging daun lidah buaya pada seluruh permukaan
kulit yang menderita luka bakar.
34. Biduran atau kaligata
Balurkan tubuh dengan minyak telon, minyak kayu putih atau
minyak tawon. Untuk ramuan minum: 1 jari temulawak dipotong-
potong, beri sedikit gula merah, dan garam direbus dengan 1 gelas air.
Saring dan bila sudah dingin diminumkan 3 kali sehari 1/4 gelas.
35. Kerak kepala atau ketombe pada bayi (craddle crap)
Ambil minyak zaitun sebanyak 1-2 kali per hari dioleskan pada
kulit kepala.
36. Bisul
Parut kentang dan peras. Oleskan sari air dan parutan kentang
segar dioleskan pada bisul 3-4 kali per hari.
37. Borok
Ambil 3 siung bawang merah dan 2 jari rimpang kunyit dicuci,
diparut, lalu dicampur dengan 2 sendok minyak kelapa baru.
Hangatkan diatas api kecil sambil diaduk. Setelah dingin, oleskan
pada bagian tubuh yang sakit sebanyak 2 kali sehari.
38. Koreng atau borok kelapa
Batang brotowali dipotong-potong se-banyak 5 jari. Rebus
dengan sedikit air, oleskan pada bagian kepala.Bisa juga diberi
ramuan: daun brotowali, parutan kunyit dan sedikit garam ditumbuk
halus. Oleskan ke kepala. Boleh juga hanya dengan kunyit saja.

43
2.3. Pengobatan Tradisional
2.3.1. Pengertian Pengobatan Tradisional
Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain
dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara
lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO
menyatakan Pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni pengobatan
berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang
dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakuakn diagnosis,
prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun
sosial.

2.3.2. Jenis Pengobatan Tradisional Di Indonesia


Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional terdapat dan dikenal di
Indonesia. Ada yang asli Indonesia dan ada pula yang berasal dari luar negeri.
Secara garis besar ada 4 jenis pengobatan tradisional yaitu :
1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat :
a. Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia
b. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat cina
c. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India
2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan:
a. Pengobatan tradisional atas dasar kepercayaan
b. Pengobatan tradisional atas dasar agama
c. Pengobatan dengan dasar getaran magnetis
3. Pengobatan tradisional dengan memakai
peralatan/perangsangan:
a. Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan
tradisional Cina yang menggunakan penusukan jarum dan
penghangatan moxa (Daun Arthmesia vulgaris yang di
keringkan);
b. Pengobatan tradisional urut pijat
c. Pengobatan tradisional patah tulang

44
d. Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
e. Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul.
4. Pengobatan tradisional yang telah mendapat pengarahan dan
pengaturan pemerintah ;
a. Dukun beranak
b. Tukang gigi tradisional

2.3.3. Kelebihan Dan Kekurangan Pengobatan Tradisional


Ada beberapa pengobatan tradisional yang banyak digunakan oleh
masyarakat untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Namun ada
keuntungan dan kerugian dibalik pengobatan alternatif ini. Selama ini
masyarakat mengenal pengobatan konvensional yaitu dengan menggunakan
obat-obatan medis, dan juga pengobatan alternatif seperti akupuntur dan
relaksasi yang masih diperdebatkan.
Berikut ini beberapa keuntungan dan kerugian dari pengobatan
alternatif yang dilakukan, seperti dikutip dari Lifemojo, Jumat (22/7/2011)
yaitu:
1. Kelebihan
a. Menggunakan pendekatan holistic
Kebanyakan dasar dari pengobatan alternatif adalah untuk
mengobati kondisi dan bukan gejala karenanya ia akan
berfokus pada perawatan seluruh tubuh. Untuk itu biasanya
pengobatan ini tidak hanya untuk fisik tapi juga kesehatan
spiritual dan emosional pasien.
b. Pengobatannya lebih personal
Terapi alternatif umumnya bersifat personal tergantung pada
kebutuhan pasien, karenanya ia tidak bisa diproduksi massal
dan terfokus pada tubuh pasien sehingga secara individu.
c. Mengurangi stress
Stres adalah faktor penting dalam mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh seseorang. Terapi alternatif seperti yoga dan
meditasi bisa membantu mengurangi stres, hal ini akan

45
membantu memerangi penyakit dan meningkatkan sistem
kekebalan tubuh.
2. Kekurangan
a. Membutuhkan waktu penyembuhan yang lama
Terapi alternatif umumnya tidak bisa memberikan
penyembuhan secara instan sehingga membutuhkan waktu
lebih lama untuk menyembuhkan dibanding dengan
pengobatan konvensional.
b. Diperlukan ketelatenan dari pasien
Beberapa pengobatan alternatif memerlukan adanya
perubahan gaya hidup untuk menunjang terapi agar bisa
bekerja lebih baik, sehingga diperlukan disiplin dan
ketelatenan dari pasien.
c. Penelitiannya masih terbatas
Beberapa obat alternatif kini telah banyak di daerah setempat.

46
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tumbuhan herbal adalah tumbuhan atau tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan tradisional terhadap penyakit. Sejak zaman dahulu, tumbuhan herbal berkhasiat obat
sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa. Pengobatan tradisional terhadap penyakit tersebut
menggunakan ramuanramuan dengan bahan dasar dari tumbuhtumbuhan dan segala sesuatu yang
berada di alam. Sampai sekarang, hal itu banyak diminati oleh masyarakat karena biasanya bahan-
bahannya dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar (Suparmi & Wulandari, 2012: 1).
Pengobatan tradisional terhadap penyaktit dengan tumbuhan herbal atau sering disebut itoterapi atau
pengobatan dengan jamu merupakan pengobatan tradisional khas Jawa yang berasal dari nenek
moyang.
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turuntemurun,
berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat
magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional
memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup gencar dilakukan karena
lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), definisi obat tradisional (OT)
adalah bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bagian hewan, mineral, atau campuran dari bahan-
bahan tersebut yang digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan. Obat tradisional juga sering
disebut Obat Bahan Alam (OBA).
Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu
kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal
dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO menyatakan Pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni
pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat
diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakuakn diagnosis, prevensi dan pengobatan
terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.

3.2. Saran

47
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Agar
dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih baik.

48
DAFTAR PUSTAKA

Foster, George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta.

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Agoes, Azwar. Jacob, T. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia. Jakarta. EGC

Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2000.Jakarta: 46-73

http://pipot.ubaya.ac.id/artikel/mengetahui-sekilas-sejarah-obat-tradisional-indonesia

http://etheses.uin-malang.ac.id/2661/10/10620026_Bab_4.pdf

49

Anda mungkin juga menyukai