Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Shalawat dan salam untuk Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini.
Adapun judul makalah ini adalah “tanaman berkhasiat dan obat – obat tradisional”.
Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.
Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi.
Namun, berkat dorongan semua pihak, makalah ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Maka
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………....ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………….1
1.1. Latar Belakang………………………………………………….
……………….1
1.2. Tujuan…………………………………………………………..…………....
…..2
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………….……....…..3
2.1. Tanaman Berkhasiat………………………………………………....……...…...3
2.1.1.Macam – Macam Tanaman Berkhasiat…………………………………..3
2.2. Obat – Obat Tradisional……………………………………………………...…19
2.2.1. Sejarah Obat Tradisional……………………………………………….19
2.2.2. Pengertian Obat Tradisional……………………………………………20
2.2.3. Kelebihan Dan Kekurangan Obat Tradisional…………………..……...22
2.2.4. Jenis Dan Sumber Obat Tradisional………………...………………….22
2.2.5. Pengembangan Obat Tradisional Di Indonesia………………………...28
2.2.6. Komposisi Dan Persyaratan Obat Tradisional…………………………29
2.2.7. Regulasi Obat Dan Pembekalan Kesehatn………………………….….31
2.2.8. Penyakit Yang Dapat Diatasi Dengan Obat Tradisional……………….32
2.3. Pengobatan Tradisional………………………………………………………...40
2.3.1. Pengertian Pengobatan Tradisional……………………………...……..40
2.3.2. Jenis Pengobatan Trafdisional Di Indonesia…………………..……….42
2.3.3. Kelebihan Dan Kekuurangan Pengobatan Tradisional……………...…42
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………….….44
3.1. Kesimpulan………………………………………………………….………….44
3.2. Saran………………………………………………………………….………...45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….…………46
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
penanganan bahan baku. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)
meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan
untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung
dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan
personalia yang menangani.
1.2. Tujuan
1. Agar dapat mengenal beberapa macam tanaman berkhasiat
2. Dapat menyebutkan dan mendiskripsikan dengan jelas ciri marfologi beberapa
jenis tanamat berkhasiat
3. Dapat menjelaskan khasiat, kegunaan dan fitokimia beberapa tanaman berkhasiat.
4. Dapat mengenal tentang sejarah, pengertian, jenis, dan penyakit yang dapat diatasi
oleh obat – obat tradisional
5. Dapat mengenal tentang pengertian, jenis, kelebihan serta kekurangan pengobatan
tradisional
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Alpukat (Persea americana Mill) yang termasuk dalam famili
tumbuhan Lauraceae banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman
ini merupakan salah satu tanaman obat yang sangat penting dan dimanfaatkan
sebagai obat tradisional untuk pengobatan seperti sariawan, dan kandungan
flavonoid sebagai antihipertensi (Perry, 1987; Wijayakesuma, 1996).
2. Asam/ Accem
Asam termasuk tumbuhan jenis pohon yang berbuah polong berwarna
coklat, Daunnya bertangkai panjang dan bersirip genap. Bunganya kuning
merah. Berdasarkan wawancara responden diketahui asam digunakan oleh
masyarakat untuk Peggellinu, sariawan, radang tenggorokan, dan sakit mata
dengan memanfaatkan bagian daun dan buah. Dalam mengobati sakit mata
ringan masyarakat menggunakan bagian daun asam yang diremas-remas
kedalam air, kemudian mata yang sakit direndamkan kedalam remasan daun
asam yang telah tercampur dengan air. Tumbuhan dengan nama lokal Accem
ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi asam (Tamarandus indica L)
7
saponin, kadar fenol total 0,35-8,24%.
3. Bawang Putih (Bhebeng pote)
Bawang putih merupakan salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Kecamatan Arjasa sebagai obat tradisional dalam
melancarkan peredaran darah, penyakit kulit, dan hipertensi. Dalam
mengobati penyakit kulit masyarakat menggunakan umbi lapis bawang putih
dengan berbagai cara seperti digiling kemudian gilingan bawang putih
diletakkan diatas kulit yang terjangkit penyakit, cara lain dengan
mengkonsumsi langsung bawang putih atau dicampur dengan madu untuk
menghilangkan rasa bau yang menyengat. Tumbuhan dengan nama loka
Bhebeng Pote ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Bawang putih (Allium sativum L.)
8
alkaloid, saponin yang dapat menurunkan kadar kolesterol, protein, lemak,
kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C (Wiryowidagdo
dan Sitanggang, 2002). Tumbuhan dengan nama lokal Bhelimbing ini dapat
dilihat pada gambar 4.6
Belimbing tumbuh dalam bentuk pohon, batang jelas terlihat, berkayu,
berbentuk silindris, batang berwarna coklat tua. Percabangan dikotom, arah
tumbuh cabang ada yang condong ke atas ada yang mendatar. Daun tergolong
daun majemuk menyirip gasal. (Arisandi, 2008
Gambar Morfologi Belimbing (Averrhoa carambola )
9
6. Bunga Sepatu (Kembheng sapatu)
Bunga sepatu adalah tanaman hias tergolong semak yang juga
dimanfaatkan bagian bunga dan daunnya oleh masyarakat dalam mengatasi
sariawan dan getahnya digunakan sebagai obat luka. Cara pemanfaatan dalam
mengobati sariawan adalah dengan merebus daun dan kembang sepatu
dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas, air rebusan diminum secara rutin.
Daun, bunga, dan akar kembang sepatu mengandung flavonoida. Di samping
itu daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, bunga mengandung
saponin dan polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin,
cleomiscosin A, dan cleomiscosin C (Harborne,1996). Tanaman kembang
sepatu dapat dilihat pada ganbar.
Gambar Morfologi Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis L.)
7. Ceremei (caremmi)
Ceremei merupakan pohon kecil, tinggi 10 m, daun tunggal dengan
buuah batu yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, yang
dipercaya dapat merampingkan badan, menghilangkan mual, mengobati
asma, dan sembelit dengan memanfaatkan bagian daun. Cara masyarakat
memanfaatkan ceremei untuk melangsingkan badan adalah dengan meminum
air rebusan beberapa helai daun ceremei. Menurut Arisandi (2008), daun,
kulit batang dan kayu ceremei mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan
polifenol. Ceremei dengan nama lokal caremmi ini dapat dilihat pada gambar
Gambar Morfologi Ceremei (Phillanthus acidus L.)
10
8. Daun Kentut (Kasembhukan)
Daun kentut merupakan herba tahunan salah satu tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, organ yang
digunakan berupa daun, masyarakat kebanyakan memperoleh tumbuhan ini
secara liar, tumbuhan ini dimanfaatkan dalam meningkatkan vitalitas pria,
peluruh kentut, melancarkan pencernaan, dan mengobati penyakit liver.
Masyarakat mengolah daun ini dengan cara ditumbuk, ditambahkan air yang
matang dan garam, disaring kemudian air saringan diminum, cara ini
dipercaya masyarakat dapat melancarkan pencernaan. Tumbuhan dengan
nama lokal Kasembhukan ini dapat dilihat pada gambar.
Kandungan yang terdapat dalam tanaman ini cukup banyak antara lain
pada daun dan batangnya mengandung asperulosida, diasetilaperulosida,
paederosida, arbuti, asam oleanolik, dan minyak atsiri (Utami, 2008). Selain
itu daun sembukan juga mengandung alkaloid, paederin, metilmerkaptan
(Solikin, 2007).
Gambar Morfologi Daun Kentut (Paederia scandensi (Lour.) Merr
9. Jahe (Jhei)
Jahe merupakan tanaman rimpang-rimpangan berupa herba yang
banyak dimanfatkan oleh masyarakat bagian rimpangnya dalam pengobatan
tradisional seperti penambah nafsu makan, mengobati masuk angin, batuk,
sakit kepala, nyeri pinggang, mual, dan serangan serangga. Kebanyakan
masyarakat memperoleh tanaman ini dengan cara budidaya. Untuk mengobati
masuk angin biasanya masyarakat mengoalah tanaman ini dengan cara
merebus jahe yang telah dimemarkan dan dibubuhkan gula aren sampai
mendidih, kemudian air rebusan diminum.
11
Gambar Morfologi Jahe (Zingiber officinale Roxb.)
12
flavon, minyak atsiri, minyak lemak, alantoin, dan zat pahit. Rambut jagung
juga mengandung maysin, beta- karoten, beta-sitosterol, geraniol, hordenin,
limonen, mentol, dan viteksin.
11. Jambu Biji (Jhembu BiggiI)
Jambu biji adalah tumbuhan jenis perdu yang sering dimanfaatkan
dalam mengobati diare, pelancar ASI, dan jamu hamil oleh masyarakat
dengan memanfaatkan bagian daun dan buah, umumnya masyarakat
memperoleh dengan cara budidaya dan secara liar. Cara pengolahan yang
umumnnya dilakukan untuk mengatasi diare pada bayi atau anak-anak adalah
dengan menumbuk buah atau daun muda dan garam, air yang dihasilkan
kemudian diminumkan pada bayi atau anak-anak yang diare. Menurut
Arisandi (2008), buah, daun, dan kulit batang jambu biji mengandung tanin
yang bermanfaat sebagai obat diare, daun mengandung minyak atsiri, asam
ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin, dan
vitamin. Tanaman jambu biji ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Jambu Biji (Psidium guajava L.)
13
dengan nama loka Kaleke ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar Morfologi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
14
dalam kebutuhan sehari-hari, selain itu masyarakat juga memanfaatkan untuk
kesehatan. Organ yang dimanfaatkan berupa buah dan air yang terkandung di
dalam buah, masyarakat banyak memperolehnya dengan cara budidaya. Air
kelapa dimanfaatkan oleh masyarakat sebgai penetral racun, menambah
stamina tubuh, dan meningkatkan produksi sperma dengan meminum secara
langsung air kelapa. Menurut Andriani (2008), air kelapa yang hijau banyak
mengndung tanin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi, kandungan
lain yang menonjol berupa enzzim yang mampu mengurangi sifat racun.
Tumbuhan dengan nama loka Nyiung ini dapat diliha pada gambar.
Gambar Morfologi Kelapa (Cocos nucifera L.)
15
Gambar Morfologi Kelor (Moringa oliefera L.)
16. Kencur (Kencor)
Kencur adalah tumbuhan yang tergolong semak semusim yang juga
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kecamatan Arjasa sebagai obat
tradisional, dengan bagian yang dimanfaatkan berupa rimpang. Masyarakat
banyak memperolehnya dengan cara budidaya dan sebagian membeli di
pasar. Khasiat yang dipercaya dari rimpang kencur adalah mengobati masuk
angin, asma, melancarkan haid. Cara pengolahan yang umum dilakukan
masyarakat adalah dengan merebus 1 rimpang besar kencur dengan beras
yang disangrai, dan kunyit dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas, air
ramuan diminum. Cara ini dipercaya dapat menghilangkan rasa lelah/rematik.
Menurut Andriani (2008) rimpang kencur mengandung pati (4,14%), mineral
(13,73%), dan minyak atsiri (0,02%) berupa sineol, asam metil kanil dan
penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene,
paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom. Tumbuhan kencur dapat dilihat
pada gambar.
Gambar Morfologi Kencur (Kaempferia galang L.)
16
Vitamin C, kandungan lainnya dalah kalsium, fosfor,hidrat arang, lemak,dan
zat besi. Tumbuhan dengan nama lokal Manggele Iini dapat dilihat pada
gambar
Gambar Morfologi Ketela Pohon (Manihot uttilisima)
17
19. Kumis Kucing (Komes Koceng)
Kumis kucing merupakan tumbuhan tergolonng semak yaang juga
berkhasiat besar bagi masyarakat dalam pengobatan secara tradisional.
Tumbuhan ini didapatkan secara liar, karena keberadaannya yang jarang
ditemukan, tidak banyak masyarakat yang memanfaatkannya. Bagian yang
dimanfaatkan berupadaun dan batang. Bagain tumbuhan tersebut dikeringkan,
kemudian direbus dan diseduh sebagai teh, cara ini dipercaya masyarakat
dapat mengobati penyakit batu ginjal, darah tinggi, diabetes, dan sakit
pinggang.
Gambar Morfologi Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (BI.) Miq.
18
NAMA TUMBUHAN ORANG %
NO INDONESIA/ FAMILI YANG KEGUNAAN PENGGUN
ILMIAH
LOKAL DIGUNAKAN AAN
1 Alpukat/ Persea Lauraceae Daun, Buah Penurun panas, 1%
Alpokat americana hipertensi,
Miller. sariawan, sakit
perut
2 Asam/ Accem, Tamaran Fabaceae Daun, Peggal linu, 4%
Sennam dus Buah sariawan, radang
indica L. tenggorokan,
sakit mata
3 Bawang putih/ Allium Liliaceae Umbi Melancarkan 1%
Bhebeng pote sativum lapis peredaran
L. darah, penyakit
kulit, hipertensi
4 Belimbing/ Averrho Oxalidaceae Buah Darah tinggi, 1%
Bhelimbing a kolestrol,
caramb
ola
5 Belimbing Averrhoa oxalidaceae Buah, Batuk, 2%
wuluh/ carambola Daun melancarkan
bhelimbing L. pencernaan,
bulu diabetes
6 Bunga sepatu/ Hibiscus Malvaceae Daun, Obat luka, 1%
Kembheng rosasinen Bunga sariawan,
sapatu sis L.
7 Ceremei/ Phyllant Euphorbiace Daun Merampingkan 1%
caremmei hus ae badan, mual,
acidus L. Asma,Sembelit
8 Daun kentut/ Paederia Rubiaceae Daun Nafsu makan, 1%
Kasembhukan scandens vitalitas pria,
(Lour.)M peluruh kentut,
err melancarkan
pencernaan,
liver
9 Jahe/Jhei Zingibe Zingiberacea Rimpang Nafsu makan, 4%
r e masuk angin,
offiicin batuk, sakit
ale kepala, nyeri
Roxb. pinggang,
mual, serangan
serangga
10 Jagung/ Zea mays L. Poaceae Buah, Diabetes, 1%
Jhegung Rambut Hipertensi
11 Jambu biji/ Psidium Myrtaceae Daun, Diare, pelancar 2%
Jhembu bigghi guajava L. Buah ASI, jamu
hamil
12 Jarak pagar/ Jatropha Euphorbiace Daun, Getah, Sakit gigi, 1%
19
Kalekeh curcas L. ae Biji luka,
kontarsepsi,
kudis, kencing
batu, batu
empedu, liver
13 Jeruk nipis/ Citrus utaceae Buah Batuk, radang 2%
Jherruk nipis aorantifo tenggorokan
lia
14 Kelapa/ Cocos Palmae Buah, Air Penetral racun, 2%
Nyiung nucifera stamina,
L. produksi
sperma,
peramping
perut pasca
lahir, typus
15 Kelor/ Mori Moringaceae Daun, Buah, ngilu, asma, 1%
marongghi nga Biji luka, diabetes,
oliefe sakit mata
ra
Lamk.
16 Kencur/Kencor Kaempfe Zingiberacea Rimpang Masuk angin, 2%
ria e asma, rematik,
galanga melancarkan
L. haid
17 Ketela pohon/ Manih Euphorbiace Daun, Luka, sakit 1%
Mangghele ot ae Getah kepala, rematik
uttilisi
ma
18 Ketumbar/ Coriandr Apiaceae Biji Darah tinggi, 1%
Katombher um kolestrol,
sativum batuk, mual,flu
L.
19 Kumis kucing/ Orthosip Lamiaceae Daun, Batu 0.43%
Komis koceng hon Batang ginjal,darah
aristatus tinggi,
(BI.) diabetes, sakit
Miq. pinggang
20 Kunyit/konyek Curcu Zingiberacea Rimpang, Gatal-gatal,
ma e serangan 8%
domest serangga,
ica penyubur
Val. kandungan,
pelancar haid,
keputihan
panas dalam,
sakit pinggang,
maag
20
2.2. Obat – Obat Tradisional
2.2.1. Sejarah Obat Tradisional
Pengobatan secara tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah yaitu
pada Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai
penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates ( tahun 466 sebelum masehi )
membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam
De Materia Medica. Orang-orang Yunani kuno juga telah melakukan
pengobatan herbal. Zaman Mesir kuno ( tahun 2500 sebelum masehi ) yang
ditulis dalam Papyrus Ehers meyebutkan Sejumlah besar resep penggunaan
produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit
dan diagnosanya, Pada saat itu, para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan
mempraktekkan pengobatan Herbal. Dalam kepercayaan agama Islam tentang
pengobatan, telah disabdakan oleh Rasullullah SAW “Setiap kali Allah
menurunkan penyakit, pasti Allah menurunkan (pula) obatnya.” (HR. Bukhari-
Muslim).
Obat tradisional telah dikenal dan digunakan secara luas di berbagai
belahan dunia, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Di negara-negara maju, penggunaan obat tradisional juga semakin
populer. Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia telah dimulai sejak
berabad-abad yang lalu. Hal tersebut dapat dibuktikan dari relief yang dapat
ditemui di candi Borobudur. Pada relief Karmawibhangga digambarkan
seorang laki-laki mendapat perawatan dari beberapa wanita dengan cara
memijat kepalanya serta memegang tangan dan kakinya. Relief lain
mengilustrasikan tanaman yang sampai sekarang masih digunakan sebagai
komponen jamu, antara lain: nagasari, semanggen, cendana wangi, kecubung,
dan lain-lain. Dari relief-relief tersebut dapat diidentifikasi lebih dari 50 jenis
tanaman. Gambaran yang serupa juga ditemukan pada relief-relief di Candi
Prambanan, Candi Penataran, Candi Sukuh, dan Candi Tegawangi.
Selain dari relief candi, bukti penggunaan obat tradisional oleh
masyarakat Indonesia juga dapat ditemukan dari informasi tertulis pada Serat
Kawruh dan Serat Centhini yang tersimpan di perpustakaan Keraton (istana)
Surakarta. Serat Centhini memuat semua pengetahuan yang ada di Jawa sejak
22
masa pemerintahan Sultan Agung sampai serat tersebut ditulis yaitu pada tahun
1814. Pada tahun 1831 ditulis Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi Jawi yang
merupakan kumpulan ramuan obat asli Indonesia (Jawa). Buku yang ditulis
dalam bahasa Jawa dan dengan aksara Jawa tersebut memuat 1166 resep;
terdiri atas 922 resep ramuan bahan alam dan 244 resep berupa catatan rajah
dan jimat atau gambar-gambar do’a, rapal dan mantra yang mempunyai daya
penyembuh.
Bagi masyarakat Jawa dan Madura, obat tradisional lebih dikenal luas
sebagai jamu. Istilah jamu berasal dari Bahasa Jawa yang berarti obat
tradisional yang berasal dari tanaman. Saat ini istilah jamu telah diadopsi ke
dalam Bahasa Indonesia dengan arti yang sama. Jamu gendong adalah salah
satu jenis jamu yang dijual tanpa label, disiapkan segar dari bahan tanaman,
tanpa bahan pengawet dan dijual secara luas di warung-warung. Jamu gendong
juga dapat disiapkan secara instan kepada mereka yang memesannya. Penjual
kemudian membawanya dari pintu ke pintu. Istilah gendong sendiri berarti
membawa sesuatu dengan punggung. Sediaan jamu dimasukkan ke dalam
botol-botol, kemudian botol diletakkan ke dalam sebuah keranjang bambu atau
rotan dan dibawa dengan punggung menggunakan kain panjang dan lebar yang
disebut sebagai selendang.
23
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), definisi obat
tradisional (OT) adalah bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bagian hewan,
mineral, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang digunakan secara
turun-temurun untuk pengobatan. Obat tradisional juga sering disebut Obat
Bahan Alam (OBA).
Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut
beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih
bisa dicerna oleh tubuh. Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan
atau dimanfaatkan di masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan
bunga. Seperti misalnya akar alang-alang dipergunakan untuk obat penurun
panas. Rimpang temulawak dan rimpang kunyit banyak dipergunakan untuk
obat hepatitis. Batang kina dipergunakan untuk obat malaria. Kulit batang kayu
manis banyak dipergunakan untuk obat tekanan darah tinggi. Buah mengkudu
banyak dipergunakan untuk obat kanker. Buah belimbing banyak dipergunakan
untuk obat tekanan darah tinggi. Daun bluntas untuk obat menghilangkan bau
badan. Bunga belimbing Wuluh untuk obat batuk.
24
Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk, padat pasta atau bubur yang
digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan perut.
Sediaan Galenik adalah ekrtaksi bahan atau campuran bahan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Bahan tambahan adalah zat yang tidak berkhasiat sebagai obat yang
ditambahkan pada obat tradisional untuk meningkatkan mutu, termasuk
mengawetkan, memberi warna, mengedapkan rasa dan bau serta memantapkan
warna, rasa, bau ataupun konsistensi.
Obat yang beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat di
masa lalu yang berawal dari coba-mencoba yang dilakukan oleh manusia
purba, di sebut empiris. Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan
serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul apa yang disebut
Ilmu Pengobatan Rakyat atau Pengobatan Tradisional.
25
Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok,yaitu
obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin
berkembangnya teknologi,telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang
membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi
mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan
sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan
uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak alam dan fitofarmaka.
26
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai
dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah
digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan
mungkin ratusan tahun,telah membuktikan keamanan dan manfaat
secara langsung untuk tujuan kesehatn tertentu.
2. Ekstrak bahan alam ( Scientific based herbal medicine)
Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari
ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat,
binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini
membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal,
ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan
maupun keterampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada
umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
penelitian-penelitian pra-klinik seperti standar kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanman obat, standar
pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut
maupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan
keamanannya dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia
atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyarakatan yang
berlaku. Istilah cara penggunaanya menggunakan pengertian
farmakologik seperti diuretic,analgesic,antipiretik,dan sebagainya.
Selama ini obat-obat fitofarmaka yang berada di pasaran masih
kalah bersaing dengan obat paten. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor,antara lain kepercayaan, standar produksi, promosi dan
pendekatan terhadap medis, maupun konsumennya secara langsung.
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang
dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya
yang telah terstandar,ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dnegn uji
klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya
27
memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan
peralatan berteknologi modern pula.
Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai
pembuat atau yang memproduksi obat tradisional yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Obat tradisional buatan sendiri
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari
pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada
zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan
untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan
untuk keperluan keluarga.
b. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu (Herbalist)
Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang
jumlahnya masih cukup banyak. Saalah satunya adalah
pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu
gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional
dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari
masyarakat.
c. Obat tradisional buatan industri
Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI,
industri obat tradisioanl dapat dikelompokkan menjadi
industri kecil dan industri besar berdasarkan modal yang
harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat
tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk
memproduksi obat tradisional. Akan tetapi,pada umumnya
yang berbentuk sediaan modern berupa ektrak baham alam
atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu lebih condong
untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun
akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang
memproduksi jamu dalam bentuk sediaan modern
(tablet,kapsul, sirup dan lain-lain) dan bahkan fitofarmaka.
28
Tabel 1. Tanaman Obat Fitofarmaka yang Prospektif
29
Linn)
Sabung (Blumca balsamitera Daun Analgesik, antipiretik
18.
D.C)
Benalu the (Loranthus spec, Batang Ahli kanker
19.
div)
Pepaya (Carica papaya Linn) Getah daun biji Sumber papain, Anti
20.
malaria, Kontrasepsi pria
Butrawali (Tinospora rumphii Batang Antimalaria, Diabetes
21.
Boerl) mellitus
Pegagan (kaki kuda)(Centella Daun Diuretika, antis-
22.
asiatica Urban) hipertensieptic, antikeloid,
23. Legundi (Vitcx trifolia Linn) Daun Antiseptik
24. Inggu (Ruta graveolens Linn) Daun Analgesik, antipiretik
Sidowajah (Woodfordia Daun Antiseptik, diuretika
25.
floribunda Salibs)
26. Pala (Myristica fragrans Houtt) Buah Sedatif
Sambilata (Adrographis Seluruh tanaman daun Antiseptik,diabetes mellitus
27.
paniculata Nees)
Jahe (Halia) (Zingibers Umbi Analgesik, Antipiretik,
28.
officinale Linn) antiinflamasi
Delima putih (Punica granalum Kulit buah Antiseptik, antidiare
29.
Linn)
30. Dringo (Acorus calamus Linn) Umbi Sedatif
Jeruk ninja (Citrus aurantifolia Buah Antibatuk.
31.
Svviqk)
30
menghasilkan sediaan-sediaan fitoterapik baik dalam bentuk simplisia ataupun
sediaan galenik, yang segera dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan
formal.
Dalam hal ini pertama-tama perlu dilakukan pengumpulan data tentang
obat tradisional yang ada dan pernah ada di Indonesia. Kemudian menyeleksi
mana yang perlu dikembangkan dan mana pula yang tidak. Untuk obat
tradisional yang akan dikembangkan, perlu penelitian lanjutan menyangkut
keamanan penggunaan, farmakologi serta khasiatnya secara klinik. Tahap
berikutnya adalah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan sediaan
yang dapat digunakan dan penelitian mutu ditinjau dari sudut teknologi
farmasi. Jika obat tradisional telah mengalami penelitian dan pengembangan
seperti diuraikan diatas dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan medic dan
farmasetik.
Pemilihan obat tradisional yang akan dikembangkan ke arah obat
kelompok fitoterapi didasarkan atas pertimbangan :
1. Obat tradisional tersebut diharapkan mempunyai manfaat untuk
penyakit-penyakit yang angka kejadiannya menduduki urutan atas
(pola penyakit).
2. Obat tradisional tersebut diperkirakan mempunyai manfaat untuk
penyakit-penyakit tertentu berdasarkan pengalaman pemakaiannya.
3. Obat tradisional tersebut diperkirakan merupakan alternatif yang
jarang atau bahkan merupakan satu-satunya alternatif untuk penyakit
tertentu.
31
khasiat yang sama. Oleh karena itu, perlu diketahu racikan khasiat yang sama.
Oleh karena itu, perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan
obat yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu
tersebut.
Komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri jamu
dalam bentuk jamu sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang
sangat banyak dan bervariasi. Sedangkan bentuk obat ekstrak alam dan
fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5
macam jenis bahan tanaman obat. Pada pembahasan ini lebih ditekankan pada
penyusunan obat tradisional bentuk sederhana atau jamu, mengingat cukup
banyak komposisi jamu yang irrasional seperti penggunaan simplisia yang
tidak sesuai pada satu ramuan, penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan
manfaat yang diharapkan dan sebagainya. Agar dapat disusun suatu komposisi
obat tradisional maka beberapa hal yang perlu diketahui adalah:
1. Nama umum obat tradisional/ jamu
Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan
pemanfaatan yang tercermin dari nama umum jamu.Perlu diketahui
bahwa terdapat peraturan tentang penandaan obat tradisional. Jamu
yang diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen harus diberi
label yang menjelaskan tentang obat tradisional tersebut, diantaranya
tentang manfaat atau khasiat jamu. Penjelasan tentang manfaat jamu
hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau
menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami seseorang dan bukan
menyembuhkan suatu diagnosis penyakit.
Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
bertujuan untuk menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari
kesakitan,serta jamu yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan
penyakit.
2. Komposisi bahan penyusun jamu
Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan
dengan memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang
dibuat derta kegunaan dari masing-masing simplisia penyusun jamu
32
tersebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu
harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi
tersebut. Misalkan pada orang hamil tua sering mengalami kejang
pada kaki, badan mudah lelah, dan lain sebagainya, penderita rematik
biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.
Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan kompisisi jamu
adalah takaran dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan.
Penelitian ilmiah dalam hal ini masih sangat kurang sehingga
seringkali penetapan takaran maupun dosis hanya mengacu pada
pengalaman peracik obat tradisional yang lain dan atas dasar
kebiasaan penggunaan terdahulu.
3. Simplisia dan kegunaan
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apa pun dan kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Dari jenis simplisia yang
umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang
mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan lainnya meskipun pasti
juga terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan berkhasiat
antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama. Bahkan, untuk
jenis tanaman yang sama, masih ada kemungkinan kadar bahan
berkhasiat yang terkandung tidak sama persis mengingat adanya
pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim, dan perlakuan, misalnya
pemupukan.
Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia
sangat penting, sebab dengan diketahui kegunaan masing-masing
simplisia, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan
tanaman obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat
apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.
4. Penelitian yag telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat
tradisional
Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian
tanaman. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat
33
tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan
ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat membuktikan khasiatnya,
sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian. Akan tetapi, masih
bersifat pendahuluan dan masih sangat sedikit percobaan dilakukan
sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang telah dilakukan terhadap
tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat
tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin
memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.
Penelitian dan pengembangan obat dan perbekalan kesehatan
pada dasarnya mencakup sistem (managemen obat, SDM,
penggunaaan obat rasional, dan lain-lain), komoditas (obat,bahan
obat, obat tradisional kosmetik, bahan berbahaya, bahan tambahan
makanan, dan lain-lain), proses (pengembangan obat baru kimia
farmasi, formulasi, uji preklinik, uji klinik), kajian regulasi dan
kebijakan (obat esensial, obat generic, cara pembuatan obat yang
baik).
Riset operasional memfasilitasi implimentasi, monitoring dan
evaluasi berbagai aspek dalam kebijakan obat. Riset operasional
merupakan alat utama dalam menilai dampak kebijakan obat dalam
sistem pelayanan kesehatan disuatu Negara, meneliti aspek ekonomis
penyediaan obat, dan aspek sosial budaya dalam penggunaan obat
(WHO, 2011).
34
salah sebagai akibat dari kekurangtahuan masyarakat serta informasi yang
tidak benar, tidak lengkap, dan menyesatkan.
Dalam melaksanakan regulasi obat perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Otoritas regulasi obat harus independen dan transparan.
2. Pengawasan yang dilaksanakn nasional, perizinan sarana produksi dan
distribusi,pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi,
pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi,akses
laboratorium pemeriksaan mutu, surveilens pasca pemasaran, uji
klinik, serta ekspor dan impor dan impor obat dan pembekalan
kesehatan.
3. Pembentukkan pusat informasi obat di sarana kesehatan dan dinas
kesehatan untuk ontensifikasi penyebaran informasi obat;
4. Pengembangan sistem Monitoring Efek Samping Obat Nasional
(MESO Nasional).
Dengan demikian, yang menjadi elemen inti dalam regulasi obat adalah
pengaturan mengenai mutu, keamanan, khasiat, dan informasi obat.
35
dihasilkan kemudian ditaburkan di bagian gigi yang
sakit. Cara lainnya, 10 Butir cengkeh disangrai lalu ditumbuk
hingga menjadi bubuk, kemudian bubuk cengkeh
dimasukkan ke dalam gigi yang berlubang lalu ditutup
dengan kapas.
Mengatasi Infeksi Pernafasan
Menurut profesor dari Mount Sinai School of Medicine di
New York City; Neil Schachter, MD: Cengkeh bekerja
sebagai ekspektoran. yaitu dapat mengencerkan lendir yang
ada di kerongkongan dan tenggorokan. Teh yang
mengandung cengkeh dapat membantu mengatasi infeksi
saluran pernapasan.
Mengatasi noda jerawat
Menurut Cornelia Zicu (staf Elizabeth Arden Red Door
Spas), kandungan senyawa Euganol (dikenal sebagai
antiseptik alami untuk menyeimbangkan kulit) yang
dikandung cengkeh dapat dimanfaatkan untuk mencegah
timbulnya jerawat dan menghilangkan noda bekas jerawat.
Pembersih Kuman alternatif
Senyawa Euganol atau antiseptik alami pada cengkeh
bermanfaat untuk menjaga kebersihan barang-barang anda.
Minyak cengkeh dapat mengurangi bakteri atau jamur yang
ada pada perabotan rumah tangga dan mencegah kuman
datang kembali. Caranya yaitu dengan mencampur 1/2
sendok minyak cengkeh dengan dua gelas air kemudian
semprotkan ke tempat-tempat yang rentan terpapar bakteri
atau kuman, misalnya dinding kamar mandi.
Pewangi alami pakaian
Aroma cengkeh yang pedas secara alami akan menutupi bau
tak sedap, selain itu dapat menjaga kesegaran barang-barang.
Caranya: simpanlah beberapa batang cengkeh ke dalam
36
lemari pakaian dan ganti setiap 2-4 minggu sekali, agar
aroma segar tetap terjaga
2. Minyak cengkeh.
Minyak cengkeh digunakan untuk mengobati sakit gigi yang
berlubang. Cara menggunakannya, buatlah butiran kapas steril
kemudian teteskan minyak cengkeh, jangan terlalu basah karna
rasanya yang pahit, panas dan bagi yang sensitif akan menimbulkan
luka pada kulit atau gusi yang terkena. Masukkan butiran kapas steril
yang telah ditetesi minyak cengkeh ke dalam gigi kemudian tutup
dengan kapas steril lalu si penderita disuruh mengigit kapas sehingga
cairan akan meresap kedalam gigi. Dalam waktu yang tidak terlalu
lama sakit akan menghilang.
3. Bawang Putih
Bawang putih mengandung antiseptik alami. Caranya bawang
putih di kupas hingga kulitnya habis, potong kecil – kecil dan cuci
dengan air hangat. Kemudian di lumatkan hingga halus. Buatlah
butiran kira-kira sebesar lobang pada gigi. Masukkan butiran bawang
putih yang telah di haluskan ke dalam gigi kemudian tutup dengan
kapas steril lalu si penderita disuruh menggit kapas sehingga cairan
akan meresap kedalam gigi.
4. Batok Kelapa
Sediakan 3 sampai 4 buah batok kelapa, kemudian bakar batok
tersebut sampai berminyak. Ambil kapas bersih untuk mengambil
minyak yang keluar tersebut. Selanjutnya masukkan ke dalam gigi
yang sakit.
37
5. Cabai hijau
Cabai hijau dipotong ujungnya sedikit lalu dibakar. Setelah
panas, tempelkan cabai tsb pada gigi yang sakit.
6. Daun kembang sore
Daun kembang sore direbus dengan air 600 cc hingga tersisa
300 cc, lalu selagi hangat digunakan berkumur-kumur.
7. Perut kambung
Parut bawang merah dan tambahkan minyak kelapa / minyak
telon / minyak kayu putih. Kemudian tempelkan bawang yang sudah
diparut tersebut di bagian pusar. Bisa juga, gunakan daun jarak pagar
yang dihangatkan. Olesi dengan minyak kelapa, pilin-pilin, lalu
tempelkan pada pusar si kecil.Mengkudu (pace) juga bisa digunakan
Untuk meringankan perut kembung pada bayi. Caranya, panaskan
daun mengkudu diatas api beberapa saat, lalu olesi minyak kelapa.
Tempelkan pada perut anak sewaktu hangat. Bisa diulang beberapa
kali.
8. Masuk angin
Ambil 8 siung bawang merah, dicuci, tumbuk halus, campur
dengan air kapur sirih secukupnya. Balurkan dipunggung, leher, perut
dan kaki.
9. Diare
Sediakan 1/2 jari kunyit yang sudah bersih dibakar, dipotong-
potong, 7 pucuk daun jambu biji, air 2 gelas, dan garam 1/4 sendok
teh, rebus dengan api kecil. Minum airnya, 1 sendok teh satu jam
sekali. Untuk mengusir gas, maka pusarnya ditapeli dengan parutan
bawang merah yang sudah diberi minyak telon. Untuk anak yang
sudah agak besar, boleh juga dengan mengunyah halus pucuk daun
jambu klutuk yang sudah bersih ditambah garam lalu ditelan.
10. Muntah-muntah
Muntah bisa disebabkan perut mual atau kembung. Sediakan
1/2 sendok teh ketumbar, 3 butir kapulaga, 5 butir adas hitam, dan air
38
setengah gelas. Kemudian direbus. Setelah dingin, berikan ke anak
sedikit-sedikit, sesering mungkin atau 2 jam sekali.
Selain itu dengan air beras kencur. Caranya, cuci 1 sendok
makan beras dan direndam sebentar. Sangrai beras tersebut sampai
berwarna kecokelatan, lalu ditumbuk halus bersama dengan 1 ruas jari
kencur, 1 ruas jari kunyit, dan 1/4 sendok teh adas manis. Setelah itu
diseduh dengan air panas, tambahkan gula merah, sedikit garam, dan
asam jawa. Saring, lalu diminumkan pada anak agar tubuhnya hangat.
11. Muntaber
Air kelapa muda dapat digunakan untuk obat muntaber karena
air kelapa muda banyak mengandung mineral kalium, yang banyak
keluar ketika anak muntaber. Dosisnya tak ada takarannya, sekendak
anak.
12. Kolik dan erupsi gigi
Teh adas dapat dipakai untuk meringankan bayi yang
menderita kolik atau yang kesakitan akibat erupsi (keluarnya) gigi.
Untuk obat masuk angin dan kolik, caranya 1 sdt teh adas dilarutkan
dengan 1 cangkir air mendidih, aduk hingga larut. Setelah agak
dingin, larutan dapat diminumkan pada bayi/anak dengan takaran
sesuai umurnya.
13. Penurun panas
Parut bawang merah, tambahkan minyak kelapa / minyak telon
/ minyak kayu putih, lalu balurkan pada punggung sampai bagian
pantat sambil sedikit diurut. Juga pusar dan ubun-ubun. Untuk
penurun panas bisa juga parutan bawang merah yang ditambah
minyak kelapa dicampur air jeruk nipis lalu dioleskan pada seluruh
tubuh anak.
14. Batuk
Ambil air jeruk nipis satu sendok makan beri kecap
secukupnya dan sedikit garam lalu panaskan hingga mendidih tunggu
sampai hangat-hangat kuku, minumkan.
39
Belimbing wuluh (belimbing asam, belimbing buluk) biasanya
digunakan untuk obat batuk anak. Caranya, kukus (dalam panci kecil
tertutup selama beberapa jam) satu genggam (sekitar 11-12 gram)
bunga belimbing wuluh segar, 5 butir adas, 1 sendok makan gula batu
dan 1/2 gelas air. Saring dan minumkan 2-3 kali/hari.
15. Batuk seratus hari
Sediakan umbi bidara kupas sebesar 1/2 jempol yang sudah
bersih, parut dan seduh dengan air panas, lalu aduk-aduk dan
dinginkan. Saring dan tambahkan sedikit madu. Minum sampai habis.
Buatlah ramuan ini 3 kali sehari.
Selain itu, juga gunakan ramuan lidah buaya. Lidah buaya
dikupas kulitnya dan ambil bagian dagingnya sebanyak dua jari,
kemudian dicacah. Tambahkan air hangat dan madu, lalu diminumkan
pada anak 1-2 kali sehari.
16. Batuk karena angin atau dahak susah keluar
Sediakan 1 butir bawang merah diparut, 1 ruas jari jahe diparut
dan diperas airnya, 7 butir adas manis, 1 ruas jari kunyit diparut dan
diperas airnya, 1 sendok makan air jeruk nipis, dan 1/2 gelas air.
Masukkan semua bahan di cangkir, kemudian kukus dan setelah itu
saring. Minum 3 kali sehari masing-masing 2 sendok teh.
17. Batuk berlendir
Campurkan air jahe 1 sendok makan, air kunyit 1 sendok
makan, bawang putih 1 siung diparut, air jeruk nipis 1 sendok makan,
madu 1 sendok makan, dan 3 sendok makan air matang, kemudian
dikukus. Diminumkan 3-4 kali sehari 2 sendok teh.
18. Pilek
Siapkan bawang merah yang diparut, lalu tapelkan pada tulang
leher ketujuh (bagian tengkuk) dan ubun-ubun anak setelah
sebelumnya diolesi minyak kelapa / minyak telon / minyak kayu
putih. Beri juga minuman yang hangat-hangat, seperti minuman beras
kencur. Selain itu, jemur anak di bawah sinar matahari pagi sekitar
jam 7 atau di bawah jam 9 pagi. Panaskan bagian dada seperempat
40
jam dan kemudian punggung seperempat jam. Ini bisa dilakukan
sambil jalan-jalan pagi.
19. Mata bintitan
Ambil getah dari batang tanaman patikan kebo atau getah dari
batang pohon meniran. Tempelkan sedikit pada kapas, lalu oleskan
pada bagian bintitnya, sedikit saja, jangan sampai terkena mata.
20. Mata merah
Taruh 3 lembar daun sirih yang sudah dicuci bersih pada
wadah mangkok. Seduh dengan air panas. Setelah airnya dingin, minta
anak untuk mengedip-ngedipkan matanya dalam air tersebut.
21. Sariawan
Ambil sebuah tomat matang, seduh dengan air panas dan
kupas kulitnya. Haluskan tomat tersebut dengan menggunakan
sendok, saring dan tambahkan sedikit gula. Beri anak minumam sari
tomat tsb.
22. Tidak nafsu makan
Hilangnya nafsu makan dapat disebabkan cacingan atau hal
lain seperti masuk angin. Cara mengatasinya, bersihkan 1 lembar daun
jarak pagar, setelah itu hangatkan sebentar di atas tutup panci. Beri
olesan minyak kelapa pada daun tersebut dan dipilin, kemudian
tempelkan daun tersebut di atas pusar anak, yang sebelumnya sudah
diolesi dengan minyak telon.Untuk menambah nafsu makan anak bisa
juga dengan ramuan: 1 ruas jari temulawak, gula merah, air
secukupnya, dan sedikit garam, kemudian rebus dan saring.
Minumkan pada anak 1-2 sendok makan sehari.
23. Asma
Sepuluh siung bawang putih diparut, ditambah madu 1 gelas,
kemudian dikukus. Berikan pada anak sebanyak 1 sendok teh, dua kali
sehari. Bisa juga, 10 siung bawang putih diparut, 1 ons gula batu,
direbus bersama 1 gelas air.
24. Keracunan
Minum air kelapa hijau muda 3 kali sehari 1/4 gelas.
41
25. Mimisan
Selembar daun sirih yang sudah dicuci bersih dipilin dan
disumpalkan ke hidung anak. Untuk pengobatan dari dalam tubuh
lakukan dengan ramuan: 1/2 jempol umbi bidara kupas yang sudah
bersih diparut dan diseduh dengan 1 cangkir air panas, kemudian
disaring, dan setelah dingin diminumkan ke anak ditambah sedikit
madu.
26. Benjol karena benturan
Rendam 1 sendok makan beras. Tumbuk bersama kencur dan
beri sedikit garam. Setelah halus, tempelkan ke bagian yang
benjol. Bisa juga diberi ramuan : awang putih diparut dan dan diberi
madu, setelah itu dioleskan ke bagian yang benjol.
27. Keringat buntet
Sesering mungkin dibedaki tepung kanji. Selain itu kentang
bisa juga digunakan untuk ruam kulit yang disebabkan biang keringat
atau keringat buntet (miliaria), karena sifat kentang yang
mendinginkan. Caranya parut kentang dan peras. Oleskan sari air dan
parutan kentang segar dioleskan pada keringat buntet 3-4 kali per hari.
28. Panu
Dua jari langkuas merah diparut dan diberi sedikit cuka, oles-
oleskan pagi dan sore atau malam hari pada bagian tubuh yang
berpanu tersebut.
29. Congekan
Cuci bersih 7 lembar daun sambiloto atau 3 lembar daun miana
atau lengkuas merah muda, lalu tumbuk halus. Peras pakai kain bersih
dan teteskan air perasannya ke telinga. Lakukan dua kali sehari,
masing-masing 3 tetes.
30. Digigit nyamuk
Hilangkan bekas gigitannya dengan tanaman sambiloto yang
diremas-remas dan dioleskan ke bagian bekas gigitan tersebut. Kalau
tak ada sambiloto bisa digunakan minyak sereh.
31. Luka-luka berdarah
42
Cuci bersih daun jambu biji atau daun bandotan, kemudian
remas-remas. Tapelkan pada luka tersebut. Darah akan berhenti
segera.
32. Luka-luka dan gata-gatal akibat kudis (scabies)
Ambil 2-3 jari batang brotowali (Putrawali, andawali)
dipotong kecil-kecil, rebus dengan 6 gelas air. Setelah mendidih,
biarkan selama ½ jam. Saring air dan gunakan untuk mengobati luka
serta gatal-gatal.
33. Luka bakar
Oleskan daging daun lidah buaya pada seluruh permukaan
kulit yang menderita luka bakar.
34. Biduran atau kaligata
Balurkan tubuh dengan minyak telon, minyak kayu putih atau
minyak tawon. Untuk ramuan minum: 1 jari temulawak dipotong-
potong, beri sedikit gula merah, dan garam direbus dengan 1 gelas air.
Saring dan bila sudah dingin diminumkan 3 kali sehari 1/4 gelas.
35. Kerak kepala atau ketombe pada bayi (craddle crap)
Ambil minyak zaitun sebanyak 1-2 kali per hari dioleskan pada
kulit kepala.
36. Bisul
Parut kentang dan peras. Oleskan sari air dan parutan kentang
segar dioleskan pada bisul 3-4 kali per hari.
37. Borok
Ambil 3 siung bawang merah dan 2 jari rimpang kunyit dicuci,
diparut, lalu dicampur dengan 2 sendok minyak kelapa baru.
Hangatkan diatas api kecil sambil diaduk. Setelah dingin, oleskan
pada bagian tubuh yang sakit sebanyak 2 kali sehari.
38. Koreng atau borok kelapa
Batang brotowali dipotong-potong se-banyak 5 jari. Rebus
dengan sedikit air, oleskan pada bagian kepala.Bisa juga diberi
ramuan: daun brotowali, parutan kunyit dan sedikit garam ditumbuk
halus. Oleskan ke kepala. Boleh juga hanya dengan kunyit saja.
43
2.3. Pengobatan Tradisional
2.3.1. Pengertian Pengobatan Tradisional
Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain
dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara
lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO
menyatakan Pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni pengobatan
berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang
dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakuakn diagnosis,
prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun
sosial.
44
d. Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
e. Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul.
4. Pengobatan tradisional yang telah mendapat pengarahan dan
pengaturan pemerintah ;
a. Dukun beranak
b. Tukang gigi tradisional
45
membantu memerangi penyakit dan meningkatkan sistem
kekebalan tubuh.
2. Kekurangan
a. Membutuhkan waktu penyembuhan yang lama
Terapi alternatif umumnya tidak bisa memberikan
penyembuhan secara instan sehingga membutuhkan waktu
lebih lama untuk menyembuhkan dibanding dengan
pengobatan konvensional.
b. Diperlukan ketelatenan dari pasien
Beberapa pengobatan alternatif memerlukan adanya
perubahan gaya hidup untuk menunjang terapi agar bisa
bekerja lebih baik, sehingga diperlukan disiplin dan
ketelatenan dari pasien.
c. Penelitiannya masih terbatas
Beberapa obat alternatif kini telah banyak di daerah setempat.
46
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tumbuhan herbal adalah tumbuhan atau tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan tradisional terhadap penyakit. Sejak zaman dahulu, tumbuhan herbal berkhasiat obat
sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa. Pengobatan tradisional terhadap penyakit tersebut
menggunakan ramuanramuan dengan bahan dasar dari tumbuhtumbuhan dan segala sesuatu yang
berada di alam. Sampai sekarang, hal itu banyak diminati oleh masyarakat karena biasanya bahan-
bahannya dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar (Suparmi & Wulandari, 2012: 1).
Pengobatan tradisional terhadap penyaktit dengan tumbuhan herbal atau sering disebut itoterapi atau
pengobatan dengan jamu merupakan pengobatan tradisional khas Jawa yang berasal dari nenek
moyang.
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turuntemurun,
berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat
magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional
memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup gencar dilakukan karena
lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), definisi obat tradisional (OT)
adalah bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bagian hewan, mineral, atau campuran dari bahan-
bahan tersebut yang digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan. Obat tradisional juga sering
disebut Obat Bahan Alam (OBA).
Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu
kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal
dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO menyatakan Pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni
pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat
diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakuakn diagnosis, prevensi dan pengobatan
terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.
3.2. Saran
47
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Agar
dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih baik.
48
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2000.Jakarta: 46-73
http://pipot.ubaya.ac.id/artikel/mengetahui-sekilas-sejarah-obat-tradisional-indonesia
http://etheses.uin-malang.ac.id/2661/10/10620026_Bab_4.pdf
49