Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL BEBAS

BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH : THARA AZHARI

KELAS/BP : 1C / 2001041023

PRODI : D-III ELEKTRONIKA

DOSEN PEMBIMBING : LILIMIWIRDI,S.S.,M. Hum

POLITEKNIK NEGERI PADANG

T.A 2020/2021
Angkutan Batubara perlu solusi Jangka Panjang 
Ratusan sopir truk batubara kembali demo menyerbu kantor gubernur provinsi sumatera
selatan, 15 januari 2013. sebuah aksi atas nama kepentingan hajat hidup masyarakat
bawah (baca: sopir truk batubara) yang dibenturkan dengan pemerintah (dalam hal ini
gubernur), yang pada intinya mendesak agar pemerintah tetap mengizinkan truk
pengangkut batu bara menggunakan jalur lama menuju pelabuhan Tanjung Api Api,
mengingat jalan khusus batubara yang dibangun oleh pt. servo meda sejahtera belum bisa
dilalui truk angkutan batubara.

 Pertambangan batubara pada prinsipnya mempunyai tujuan yang baik untuk mendukung dan
menumbuhkembangkan kemampuan (sumber energi) nasional agar lebih mampu bersaing
ditingkat nasional, regional dan internasional, yang pada aktifitasnya diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara serta menciptakan lapangan
kerja untuk sebesar besar kesejahteraan rakyat, dengan tetap mengedepankan wawasan
lingkungan hidup (berdasar kutipan pasal 3 UU no.4/2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara)

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kehadiran investor dibidang pertambangan batubara


merupakan satu hal yang dinantikan, mengingat pertambangan batubara adalah industri padat
modal (membutuhkan modal yang besar), mulai dari investasi lahan wilayah penambangan,
peralatan tambang/alat berat, truk angkutan batubara, jalan tambang, pelabuhan, serta sarana dan
prasarana penunjang kegiatan operasi produksi lainnya, selain tentunya kemampuan sumber daya
manusia.

Namun, dalam implementasinya, seringkali aktifitas pertambangan batubara memberikan ekses


negatif bagi masyarakat, baik masyarakat yang tinggal sekitar lokasi tambang, maupun
masyarakat lainnya yang (terpaksa dan/atau dipaksa) dilalui oleh truk angkutan batubara, sebagai
akibat ketidaksiapan investor tambang dalam menyiapkan sarana pendukung industri
(jalan hauling/jalan khusus untuk mengangkut batubara) untuk mengirimkan batubara ke
pelabuhan setempat, dan hanya berupaya memanfaatkan sarana dan prasarana umum (jalan
umum), yang memang tidak ditabukan dalam UU minerba. Seperti yang terjadi di Sumatera
Selatan saat ini.

Ada banyak dampak negatif yang ditimbulkan sebagai akibat truk angkutan batubara yang
melintas di jalan umum, yang coba saya rangkum berikut ini :

Pertama, arus transportasi jalan dari lahat – palembang menjadi sangat padat yang dalam setiap
saat bisa menyebabkan kemacetan lalu lintas. Hal ini tentunya sangat mengganggu arus jalan
umum dan menyebabkan bertambahnya waktu tempuh perjalanan dari lahat ke palembang. Bagi
masyarakat umum yang biasa menggunakan jalur lintas lahat – palembang dalam aktivitasnya,
tentulah tidak asing bagi mereka melihat iring-iringan truk batubara yang kadangkala membuat
kemacetan panjang dijalur tersebut hingga berjam-jam lamanya. Jalur lahat ke palembang yang
semula bisa ditempuh dalam waktu 4 - 5 jam, kini harus ditempuh dengan waktu 6 – 8 jam.
Bahkan bisa lebih lama lagi jika terjadi kemacetan atau kecelakaan.

Kedua, rusaknya infrastruktur jalan umum yang disebabkan karena seringnya truk angkutan
batubara yang membawa beban melebihi kapasitas daya dukung jalan, yang dilakukan terus
menerus. Beberapa ruas jalan harus segera mendapat perbaikan untuk kelancaran dan
keselamatan. Begitu juga beberapa jembatan yang dilalui truk pengangkut batubara. Biaya yang
akan dikeluarkan pemerintah (uang rakyat) yang digunakan untuk perbaikan infrastruktur jalan
dan jembatan tersebut tentunya bukan jumlah yang sedikit, dan bahkan bisa melebihi pendapatan
resmi (pajak&royalti) yang diterima oleh Negara dari sector pertambangan batubara di sumatera
selatan.  

Ketiga, menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi. kemacetan lalu lintas dan kerusakan jalan
secara langsung menyebabkan pengiriman dan arus lalu lintas barang menjadi terhambat yang
berdampak pada timbulnya ekses biaya tambahan dalam aktifitas perekonomian masyarakat.

Ke-empat, dampak sosial berupa kecelakaan lalu lintas, yang menyebabkan korban masyarakat
luka-luka atau bahkan meninggal dunia. Terlepas dari faktor penyebab siapa yang salah dan
menyebabkan terjadinya kecelakaan atau juga argumen bahwa kecelakaan lalu lintas bisa terjadi
pada kendaraan apapun, namun berdasarkan data dan statistika, banyaknya operasional truk
angkutan batubara di jalan umum meningkatkan jumlah kecelakaan lalu lintas pada masyarakat
yang dilalui truk angkutan batubara. hal ini kadangkala menyebabkan anarkisme dari
masyarakat, yang jika terus terjadi, cepat atau lambat akan memicu terjadinya anarkisme
masyarakat secara massif terhadap truk angkutan batubara.

Yang kelima, yang tidak bisa dipungkiri juga, truk angkutan batubara menyebabkan konsumsi
solar BBM subsidi melonjak tinggi, yang pada gilirannya mengambil jatah BBM subsdi bagi
masyarakat umum, hingga menyebabkan antrian panjang dan kehabisan BBM subsidi. Harusnya,
karena angkutan batubara merupakan bagian dari operasi produksi industri batubara, dan harga
jual batubara mengikuti harga industri, dan tentunya yang namanya industri sudah seharusnya
menggunakan BBM industri (non subsidi). Bisa dihitung jumlah kerugian negara akibat
penggunaan BBM subsidi oleh truk angkutan batubara jika terdapat sekurang-kurangnya 5000
truk angkutan batubara yang rata-rata mengkonsumsi solar subsidi 100 liter per hari, jika harga
BBM industri rata-rata sekitar Rp 9.500 per liter (selisih harga Rp 5.000 per liter), berarti
kerugian yang ditanggung oleh negara rata-rata Rp 2,5 Milyar setiap harinya. Belum lagi dampak
antrian mengisi BBM di SPBU yang panjang antriannya bisa mencapai 1 KM. Pertanyaannya,
apakah hal ini harus terjadi terus menerus? siapa yang terkena dampak langsung operasional truk
angkutan batubara dijalan umum? Tentunya masyarakat umum dan keuangan Negara yang
dirugikan.

Jalan Servo bukan akhir permasalahan.

Beberapa opini yang berkembang seolah menyudutkan PT. servo meda sejahtera selaku pihak
yang membangun jalan khusus batubara (baca:jalan servo), karena jalan yang dibangun tersebut
belum bisa segera dilalui truk angkutan batubara, sesuai tenggat waktu yang diberikan oleh
gubernur sumsel yaitu 1 januari 2013, karena masih tergenangnya beberapa ruas jalan oleh air
pasang. dan mendesak kepada pemerintah untuk memberikan perpanjangan izin penggunaan
jalur semula ke tanjung api-api, hingga jalan servo siap dilalui. Ini tentunya menjadi perhatian
khusus dan serius bagi pemerintah, apalagi ini mendekati masa pilkada gubernur, yang masalah
apapun bisa dipolitisasi.
Namun, jika kita menilik kedepan cermat, jalan servo bukan merupakan solusi akhir
permasalahan angkutan khusus batubara. Beroperasinya jalan servo bukan berarti menjadi
jaminan bahwa kelak tidak akan ada demo-demo serupa untuk meminta izin pemanfaatan jalan
umum untuk angkutan batubara. Karena jalan tersebut sifatnya private bagi servo karena modal
investasi yang digunakan adalah murni menggunakan kocek pribadi servo, yang tentunya akan
mem-prioritasnya grup usaha tambang batubara mereka dilahat (adaro group), yang tentunya
juga mempunyai target produksi yang besar.  Pertanyaannya, apakah perusahaan tambang
lainnya bersedia menerima pembatasan produksi jika permintaan dan harga batubara
meningkat…??? Realisasi/kelanjutan proyek pembangunan jalur ganda (double track) kereta api
yang saat ini terhenti sementara karena permasalahan aturan dikementerian bisa didorong untuk
dijadikan solusi jitu sebagai jalur alur utama angkutan batubara yang di dampingi jalan khusus
batubara, untuk meningkatkan produksi batubara. Namun jika proyek double track tetap mandek
juga, harus ada alternatif solusi yaitu pembangunan jalan khusus batubara lainnya (dalam hal ini
kesiapan dan komitmen dari pemilik tambang untuk menginvestasi uangnya untuk pembangunan
jalan khusus tambang sangat diperlukan), atau solusi lainnya yaitu pembangunan jalur toll
khusus angkutan batubara yang dikelola oleh pihak independent (seperti pt.jasa marga), agar
terjadi persaingan yang sehat antar para pemilik tambang untuk meningkatkan produksi batubara,
guna meningkatkan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat, dengan meminimalisir dampak
dan kerugian bagi masyarakat dan negara. Perlu komitmen, kerja keras dan kejujuran dari
pemerintah.  Bisakah…???

Anda mungkin juga menyukai