Anda di halaman 1dari 5

EVALUASI AKADEMIK

Nama : DANANG ADHI SETYAWAN, S.Pd


NDH : 06

Kelompok :1
Angkatan : XXI (21)
Unit Kerja : SD Negeri 1 Gedompol Kec. Donorojo Kab. Pacitan

JUDUL KASUS : KPK Tangkap 7 Kepala Daerah Sepanjang Januari-Oktober 2019

KPK Tangkap 7 Kepala Daerah Sepanjang Januari-Oktober 2019


CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan operasi tangkap
tangan (OTT) terhadap tujuh kepala daerah sepanjang 2019 ini. Data tersebut dirilis KPK per
Senin, 7 Oktober 2019. Operasi tangkap tangan pertama menyasar Bupati Mesuji periode
2017-2022, Khamami, pada 23 Januari 2019. Dalam penindakan tersebut, tim KPK menyita
uang pecahan Rp100.000 yang tersimpan dalam satu kardus.
Khamami lalu ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek pembangunan
infrastruktur di Kabupaten Mesuji tahun 2018. Ia menerima sekurang-kurangnya uang suap
Rp1,58 miliar dari pihak swasta terkait proyek infrastruktur di Kabupaten Mesuji. Atas
perbuatannya, Khamami dijatuhi vonis hukuman delapan tahun pidana penjara dan denda
Rp300 juta subsider 5 bulan kurungan. Vonis hakim ini sama dengan apa yang dituntut jaksa
penuntut umum.
Operasi tangkap tangan berikutnya Bupati Kabupaten Talaud periode 2014-2019 Sri Wahyumi
Maria Manalip. Itu terjadi pada 30 April 2019. Tim penindakan KPK menyita sejumlah barang
mewah dalam operasi senyap tersebut. Barang-barang yang disita seperti tas tangan merek
Channel senilai Rp97.360.000; tas merek Balenciaga seharga Rp32.995.000; jam tangan
merek Rolex seharga Rp224.500.000; anting berlian merek Adelle senilai Rp32.075.000; serta
cincin berlian merek Adelle seharga Rp76.925.000. Sri ditetapkan tersangka oleh KPK terkait
kasus dugaan suap pengadaan barang dan jasa revitalisasi pasar di Kabupaten Talaud. Ia saat
ini tengah menjalani proses persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta dengan agenda
pemeriksaan saksi-saksi.
Selanjutnya pada 10 Juli 2019, tim penindakan lembaga antirasuah KPK menangkap Gubernur
Kepulauan Riau periode 2016-2021 Nurdin Basirun. Dari tangan Nurdin, tim KPK menyita
sejumlah uang dalam mata uang dolar Amerika, dolar Singapura, ringgit Malaysia, dan rupiah
sebesar Rp132 juta. Nurdin Basirun ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi
memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait dengan izin prinsip dan lokasi
pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kepulauan Riau
tahun 2018/2019 dan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan.
Saat melakukan penggeledahan rumah Nurdin, tim KPK menemukan uang berserakan. Dari
kamar Nurdin ditemukan duit dalam pecahan rupiah dan valuta asing. Uang itu terletak di tas
ransel, kardus, plastik dan paper bag dengan rincian Rp3,5 miliar, US$33.200 dan
Sin$134.711. Saat ini Nurdin menjadi tahanan KPK. Sementara kasusnya terus bergulir
dengan pemeriksaan sejumlah saksi, baik dari pihak lingkungan Pemprov Kepulauan Riau
maupun pihak swasta.
Tamzil, Bupati Kudus menjadi 'pesakitan' berikutnya. Ia ditangkap pada 26 Juli 2019 saat
operasi tangkap tangan dilakukan tim penindakan KPK. Dari operasi tersebut turut disita uang
sejumlah Rp170 juta. Dalam waktu cepat, Tamzil ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan
korupsi terkait jual beli jabatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.Tak terima hal tersebut, ia
mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Namun, majelis hakim
menolak praperadilan yang diajukan.
Tamzil merupakan residivis kasus korupsi. Dia sebelumnya pernah menjabat Bupati Kudus
periode 2003 hingga 2008. Selama masa pemerintahannya, dia pernah melakukan korupsi
terkait dana bantuan sarana dan prasarana pendidikan Kabupaten Kudus untuk tahun
anggaran 2004 yang ditangani Kejaksaan Negeri Kudus.
Operasi tangkap tangan kelima di tahun ini menyasar Bupati Kabupaten Muara Enim, Ahmad
Yani. Ia ditangkap pada 2 September 2019. Tim Penindakan KPK menyita US $35 ribu dari
OTT tersebut. Diduga uang itu terkait dugaan suap proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Muara Enim.
Ada ironi dari penangkapan Bupati Muara Enim Ahmad Yani. Jauh sebelumnya atau tepatnya
pada Maret 2019, Ahmad Yani menyosialisasikan program pemberantasan korupsi terintegrasi
bersama KPK. Dikutip dari laman muaraenimkab.go.id, Ahmad Yani sempat menyampaikan
komitmen terhadap pencegahan dan penindakan korupsi di lingkup Pemkab. "Kami buktikan
dengan taat aturan dan taat administrasi dalam pengelolaan keuangan daerah. Kami sangat
mengapresiasi terhadap kegiatan yang diadakan oleh KPK ini, semoga dapat menciptakan
pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih, sehingga terhindar dari budaya
korupsi," kata Yani di Ruang Rapat Bina Praja Pemprov Sumatra Selatan, 20 Maret 2019.
Secara pararel dengan penangkapan Ahmad Yani, pada tanggal 3 September 2019 Tim
Penindakan KPK juga turut membawa Bupati Kabupaten Bengkayang Suryadman Gidot ke
Kantor KPK di Jakarta. Dari operasi itu, tim KPK menyita uang sejumlah Rp340 juta. Tak
berselang lama, Suryadman pun ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek
pemerintah di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Suryadman disebut menerima uang
Rp336 juta dari sejumlah pihak swasta melalui Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bengkayang,
Alexius. Ia pun saat ini sedang menjalani masa tahanan di rumah tahanan Polres Jakarta
Pusat.
Terkini, operasi tangkap tangan dilakukan pada 6 Oktober 2019 atas Bupati Lampung Utara,
Agung Ilmu Mangkunegara. Tim KPK menyita Rp728 juta dari operasi tersebut. Agung lalu
ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait Proyek di Dinas PUPR dan Dinas
Perdagangan Kabupaten Lampung Utara.
Dalam jumpa pers penetapan tersangka, Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan mengatakan
pihaknya mengendus perilaku koruptif Agung sudah tercermin sejak awal menjabat. Basaria
mengatakan Agung memanfaatkan posisinya sebagai kepala daerah baru untuk memperoleh
pendapatan di luar penghasilan resminya. "Sebelumnya, sejak tahun 2014, sebelum SYH
[Syahbuddin] menjadi Kepala Dinas PUPR Lampung Utara, AIM [Agung] yang baru menjabat
memberi syarat jika SYH [Syahbuddin] ingin menjadi Kepala Dinas PUPR, maka harus
menyiapkan setoran fee sebesar 20-25 persen dari proyek yang dikerjakan oleh Dinas PUPR,"
ujar Basaria saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (7/10) malam.
119 Kepala Daerah Terjerat Sejak KPK Berdiri Secara keseluruhan, Juru Bicara KPK Febri
Diansyah menyatakan bahwa pihaknya telah memproses hukum 119 orang kepala daerah
sejak mulai berdiri pada 2002 silam. "Dari 119 orang Kepala Daerah yang diproses KPK, 47 di
antaranya dari kegiatan tangkap tangan atau hanya 39,4 persen. Sehingga, tidak sepenuhnya
benar jika seluruh kepala daerah diproses melalui OTT," kata Febri saat dikonfirmasi, Selasa
(8/10). Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur menempati posisi teratas dengan 14 kepala daerah
yang diproses hukum.
Selanjutnya Sumatera Utara (12); Jawa Tengah (10); Sumatera Selatan (7); Riau dan Sulawesi
Tenggara (6); Papua dan Kalimantan Timur (5); Aceh, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi
Utara, Lampung (4); Bengkulu, Maluku Utara, NTB (3); Kalimantan Tengah, NTT, Sulawesi
Selatan (2); Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Jambi, Sumatera Barat
(1). "Itu data per 7 Oktober 2019, sejak KPK berdiri," terang Febri.
(Sumber: cnnindonesia.com, Edisi 09 Oktober 2019)
Soal :
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
pesan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawab :
1. Dalam kasus yang didapat menjadi sebuah keprihatinan bagi kita semua. Dimana
hanya dalam 10 Bulan, Januari-Oktober sudah ada 7 Kepala Daerah yang tertangkap
KPK sebagai Lembaga Pemberantas, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi dalam kasus Korupsi. Kepala Daerah tersebut tidak melaksanakan tugas
yang telah diamanatkan. Melakukan Penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang
diembannya.
Pertama ada Bupati Mesuji, Khamami yang tidak mengemban tugas dan
wewenang memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama DPRD kabupaten dan menjadi Tersangka/Koruptor. Pihak Swasta sebagai
pihak pemberi Suap Proyek Infrastruktur. Yang sudah diadili oleh Hakim yang memiliki
tugas menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan semua perkara yang
diajukan kepadanya. Dan Jaksa Penuntut Umum yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Kedua
Bupati Kabupaten Talaud, Sri Wahyuni Maria Manalip sebagai tersangka/koruptor.
Yang sudah di proses oleh Pengadilan Tipikor Jakarta sebagai Lembaga
pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak
pidana korupsi. Ketiga Gubernur Kepulauan riau, Nurdin Basirun yang tidak
melaksanakan fungsinya yaitu Gubernur sebagai kepala daerah otonom
dan Gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah dan menjadi Tersangka/Koruptor.
Keempat Bupati Kudus, Tamzil yang sudah diproses oleh Kejaksaan Negeri Kudus
sebagai Lembaga penegak Hukum. Kelima Bupati Kabupaten Muara Enim, Ahmad
Yani sebagai Tersangka Koruptor. Kemudian Keenam Bupati Kabupaten
Bengkayang, Suryadman Gidot sebagai tersanga koruptor yang menerima Suap dari
Kepala Dinas PUPR, Alexius Yang fungsi lembaganya bertugas melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, yang menjadi
kewenangan daerah. Yang terakhir ketujuh Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu
Mangkunegara sebagai tersangka koruptor dalam kasus proyek Dinas PUPR dan
Dinas Perdagangan yang bertugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang Perdagangan dan
Pengelolaan Pasar.

Soal :
2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai
dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawab :
A. Dari ketujuh Kepala Daerah tadi telah melanggar Nilai-nilai dasar PNS
diantaranya, Pelanggaran Penyalah Gunaan kekuasaan yang tidak sesuai dengan
Nilai dasar Wawasan Kebangsaan yaitu Cinta akan tanah air dan bangsa.
Nilai dasar bela negara, yaitu cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, rela
berkorban demi bangsa dan negara. Nilai dasar akuntabilitas, antara lain
Kepemimpinan yang seharusnya menjadi contoh, Transparansi, Integritas (mematuhi
semua hukum yang berlaku), tanggung jawab, konsistensi. Nilai dasar Nasionalisme
yaitu, rela berkorban, cinta tanah air, mengutamakan kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan. Nilai Dasar
Etika Publik yaitu, Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila, Setia
dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945, Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak, Membuat keputusan
berdasarkan prinsip keahlian, dan tanggung jawab. Nilai dasar komitmen mutu yaitu,
berorientasi pada mutu, komitmen terhadap kepuasan konsumen, menghasilkan
produk/jasa yang berkualitas, beradaptasi dengan perubahan, melakukan upaya
perbaikan. Nilai dasar anti korupsi, yaitu: Kejujuran, Kepedulian, Kemandirian,
Kedisiplinan, Tanggung Jawab, Kesederhanaan. Nilai manajemen ASN yaitu,
Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, menaati ketentuan
peraturan perundang-undangan. Nilai Pelayanan Publik yaitu kesetaraan, keadilan.
Pelanggaran Menerima suap yang tidak sesuai dengan Nilai dasar Wawasan
Kebangsaan yaitu Cinta akan tanah air dan bangsa. Nilai dasar bela negara, yaitu rela
berkorban demi bangsa dan negara. Nilai dasar akuntabilitas, antara lain
Transparansi, kepercayaan. Nilai dasar Nasionalisme yaitu rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negara. Nilai Dasar Etika Publik yaitu profesional dan tidak
berpihak. Nilai dasar anti korupsi, yaitu kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab,
kesederhanaan.

B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang


kedudukan dan peran PNS dalam NKRI yang pertama dalam Jabatan terjadi Penyalah
Gunaan jabatan yang menyimpang dari aturan yang berlaku baik secara tugas pokok,
maupun undang-undang yang berlaku. Yang kedua tidak terlaksananya tujuan
Organisasi/lembaga sebagaiman Fungsinya. Ketiga tidak tercapainya rencana
pemerintah untuk keadilan dan kemakmuran di masyarakat. Yang keempat
kerusakan/kebobrokan baik secara pelayanan yang dihasilkan berupa jasa dan Barang.

Soal :
3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan
konteks deskripsi kasus

Jawab :
3. Gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah yang Pertama dari sejak usia
dini dan sekolah harus selalu ditanamkan Nilai-nilai Kebangsaan, bela negara, dan
sopan santun, rasa malu berbuat salah/keburukan. Supaya generasi penerus ini menjadi
generasi yang memakmurkan bukan membobrokkan Negara, generasi yang haus akan
prestasi bukan haus pujian dan penampilan. Kedua dalam proses perekrutan atau
pengangkatan jabatan dilaksanakan dengan system yang terukur dan sistematis
semisal system CAT perekrutan CPNS sehingga didapatkan pegawai yang kompeten
dan memiliki attitude dan sesuai kepribadian Pancasila. Ketiga melakukan bimbingan
secara berkesinambungan supaya pegawai tetap konsisten dalam pelaksanaan
tupoksinya, missal diadakannya pelaksanaan Latsar, KKG kelompok kerja guru.
Keempat menerapkan sistem pelayanan yang efektif dan transparan sehingga
menggurangi atau menghilangkan proses pelayanan yang berbeli-belit. Missal
pelayanan berbasis Aplikasi, pelayanan Satu Pintu. Kelima dibentuk badan pengawas
dan penilai kegiatan yang sederhana dan efektif, supaya komitmen mutu tetap terjaga
dan rasa tanggung jawab selalu ada tetapi tidak mengurangi kinerja atau jam kerja
karena lebih sibuk membuat laporan daripada melaksanakan tugasnya.

Soal :
4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan
masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawab :
4. Konsekuensi dari penerapan setiap alternatif, yang Pertama anak-anak
khususya usia sekolah akan disibukkan dengan kegiatan daripada waktu istirahatnya.
Tetapi akan lebih memiliki nilai manfaat yang lebih baik. Kedua dari segi Demokrasi
akan berkurang karena sistem seleksi hanya dapat diikuti oleh orang dengan
kompetensi tertentu. Tetapi akan menghasilkan pegawai yang lebih kompeten. Ketiga
dari jam kerja akan lebih banyak atau lebih lama. Keempat dipelukannya adaptasi baik
dari pegawainya ataupun dari lembaganya yang memerlukan waktu dan biaya. Kelima
akan ada tekanan dalam bekerja karena ada pertanggung jawaban dalam bertugas.

Anda mungkin juga menyukai