Anda di halaman 1dari 6

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software

http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Pemurnian Gliserol Dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel


Menggunakan Bahan Baku Minyak Goreng Bekas

Isalmi Aziz*, Siti Nurbayti, Fira Luthfiana


Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
emi_uin@yahoo.co.id

Abstrak

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memisahkan gliserol dari pengotornya untuk
mendapatkan kadar yang lebih tinggi. Pemisahan gliserol dilakukan dengan penambahan asam
phospat diikuti penambahan karbón aktif untuk menarik sisa kotoran dan warna. Terakhir
digunakan rotary evaporator untuk menarik air. Gliserol yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari hasil samping pembuatan biodiesel. Minyak goreng bekas dan katalis KOH
digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan biodiesel. Hasilnya menunjukkan kadar
tertinggi gliserol sebesar 76,43 % dihasilkan pada kondisi : pH 6; karbón aktif 5 % dan waktu
adsorbsi 24 jam.

Kata kunci : Gliserol, biodiesel, karbón aktif

Abstract

A research has been done in order to separate glyserine from its impurity to gain glycerine with
higher concentration. The separation was first done by using phosporic acid. Alter separation the
free acid and other impurities, activated carbon was added to remove the glycerine colour.
Finally, rotary evaporator was used to extract water from glycerine. Glycerine that was used in
the experiment was taken from the by product of biodiesel preparation. Waste cooking oil and
kalium hydroxyde catalyst were used as raw material of the biodiesel production. The result
show that the highest concentration of glycerine is 76,43 % obtained at neutral condition at pH
6; 5 % activated carbon and adsorption time 24 hour.

Keywords : Glycerol, biodiesel, carbon active.

1. PENDAHULAN total volume produk (Darnoko, D and


Cheryan, M., 2000). Pada tahun 2010
Minyak goreng bekas merupakan
diperkirakan Indonesia akan memproduksi
minyak yang berasal dari sisa minyak biodiesel sekitar 1,24 juta ton.. Dengan
penggorengan bahan makanan. Minyak jumlah biodiesel sebesar itu akan dihasilkan
goreng bekas selama ini selalu dianggap crude glyserol sekitar 124.000 – 248.000 ton
sebagai limbah oleh sebagian masyarakat.
pertahun.
Banyaknya eksplorasi yang dilakukan untuk
Selama ini crude glyserol yang
mencari energi alternatif, membuat minyak
dihasilkan belum dimanfaatkan oleh industri
goreng bekas mulai dilirik pemanfaatannya. penghasil biodiesel, karena banyaknya zat
Salah satunya adalah sebagai bahan baku pengotor yang terdapat dalam crude glyserol
untuk pembuatan biodiesel (Aziz, 2008).
tersebut. Padahal gliserol ini juga sangat
Pada pembuatan biodiesel atau reaksi
bernilai ekonomis dan penggunaannya sangat
transesterifikasi minyak goreng bekas
luas. Gliserol dalam jumlah besar digunakan
dihasilkan produk samping berupa gliserol
dalam pembuatan obat, kosmetik, pasta gigi,
dengan tingkat kemurnian yang rendah, yang busa uretan, resin sintetis dan lain-lain.
biasa disebut dengan crude glycerol. Produk Sejumlah besar pemrosesan tembakau dan
ini dihasilkan sekitar 10 - 20 % dari
makanan juga menggunakan gliserol, baik

157
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

dalam bentuk gliserin ataupun gliseridanya proses penguapan menggunakan rotary


(Appleby, 2005). evaporator.
Oleh sebab itu pemurnian crude
glycerol, yang merupakan produk samping 2. METODE PENELITIAN
pembuatan biodiesel perlu dilakukan. Selain
dapat mereduksi limbah yang dihasilkan dari Bahan dan Alat
proses pembuatan biodiesel, juga akan Bahan yang digunakan adalah minyak
menambah income bagi industri biodiesel. goreng bekas, metanol, KOH, NaIO4, etilen
Karena selain produk utama biodiesel, masih glikol, NaOH, H3 PO4, indikator bromtimol
ada produk samping yang bernilai ekonomis. biru, H2SO4 dan karbon aktif.
Crude glycerol yang dihasilkan Alat-alat yang digunakan pada
berwarna coklat kemerahan dan bersifat basa penelitian ini adalah rotary evaporator, beker
karena menggunakan katalis KOH. Prakoso glass, water batch, erlemeyer, termometer,
(2007) menggunakan asam phospat (H3PO4) gelas ukur, oven, buret, pipet tetes, corong
untuk memisahkan sabun dan asam lemak pisah, pengaduk dan pH meter
yang terdapat dalam crude glyserol yang
bersumber dari minyak kelapa sawit. pH Pembuatan Crude Glyserol
optimum yang didapatkan adalah 5.
Sedangkan Sholehah (2008) juga melakukan Minyak goreng bekas disaring
hal yang sama tetapi minyak nabati yang terlebih dahulu dan dipanaskan sampai suhu
digunakan adalah minyak kelapa dan 110 oC. KOH (1%) dilarutkan dalam 250 ml
didapatkan pH optimum adalah 7. Perbedaan metanol. Minyak goreng bekas dipanaskan
sumber bahan baku ternyata dapat sampai suhu 60 0C, ditambahkan campuran
menyebabkan perbedaan kondisi proses metanol KOH dan diaduk selama 1 jam.
pemurnian (pH) dalam proses pemurnian Setelah itu didiamkan selama lebih kurang 8
crude glyserol dari produk samping jam sehingga biodiesel dan crude glyserol
biodiesel. memisah dengan sempurna. Crude glyserol
Penambahan asam pada gliserol dipisahkan dari biodiesel dan dianalisa sifat
kotor tidak terlalu mempengaruhi warna fisiknya meliputi : densitas, viskositas, kadar
gliserol yang dihasilkan. Hal ini disebabkan air dan kadar gliserolnya.
masih banyaknya zat pengotor lain yang
tidak mampu dipisahkan oleh penambahan Pemurnian Crude Glyserol
asam, sehingga warnanya tetap coklat 100 gram sampel (crude glyserol)
kemerahan. Diketahui bahwa gliserol murni ditambahkan asam phospat (H3PO4 5%)
tidak berwarna (bening). Untuk menarik zat sampai pH yang diinginkan (2,3,4,5,6,7).
pengotor lain yang masih terdapat dalam Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter.
gliserol maka digunakan karbon aktif sebagai Setelah terbentuk tiga lapisan, lapisan
adsorben. gliserol dipisahkan dari lapisan lainnya.
Pemilihan karbon sebagai adsorben Selanjutnya di analisa kadar gliserolnya.
disebabkan karena karbon aktif mempunyai Kedalam crude glyserol yang sudah
daya adsorbsi yang cukup tinggi. Selain itu dipisahkan tadi di tambahkan air dengan
dari segi ekonomi harganya juga lebih murah perbandingan 2 : 3, dan karbon aktif (2,5%;
dibandingkan dengan adsorben lain dan 5%; 7,5%; 10%). Karbon aktif yang
mudah di dapat. digunakan sebelumnya dicuci terlebih
Penambahan karbon aktif secara dahulu. Campuran diaduk selama 30 menit
langsung kedalam gliserol kotor dan dibiarkan selama 2, 6, 12, 24 dan 48 jam.
menyebabkan sebagian besar gliserol Setelah itu disaring dan di analisa kadar
menempel pada karbon aktif karena gliserolnya.
viskositas gliserol cukup tinggi. Untuk itu
sebelum karbon aktif ditambahkan, gliserol
kotor diencerkan dulu dengan penambahan Penguapan Air dengan Rotary Evaporator
air sehingga memudahkan proses adsorbsi. Setelah didapatkan ketiga kondisi
Penambahan air ini membawa optimum di atas (pH, konsentrasi karbon
dampak terhadap kadar gliserol yang aktif dan waktu adsorbsi) selanjutnya pada
dihasilkan. Kadarnya menjadi turun. Untuk kondisi tersebut dilakukan pengulangan
menarik air dari gliserol maka dilakukan sehingga didapatkan gliserol yang siap untuk

158
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

diuapkan kandungan airnya. Sampel Karena densitas senyawa ini lebih rendah
dimasukkan kedalam rotary evaporator, dari densitas senyawa murni menyebabkan
dimana sebelumnya sudah di set kondisinya densitas gliserol kotor turun.
pada tekanan vakum dan suhu 60 oC.
Produk bawah yang merupakan gliserol di Tabel 1. Perbandingan Sifat Fisik Crude Glyserol
ukur kadarnya. dengan Gliserol Murni

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Crude Gliserol Satuan


Glyserol Murni
Hasil analisa fisikokimia Crude Densitas 1,1514 1,2620 g/ml
Glyserol Viskositas 360,0765 1499 mPa.s
Crude glyserol yang sudah dipisahkan Kadar air 10,03 0,5 %
dari biodiesel dilakukan analisa meliputi Kadar 32,23 99,5 %
densitas, viskositas, kadar air dan kadar
gliserol
gliserol. Tujuan analisa ini dilakukan untuk
mengetahui sifat fisik dari gliserol kotor yang Coklat Bening -
Warna
dihasilkan dari produk samping pembuatan kehitaman
biodiesel yang nantinya dibandingkan dengan
sifat fisik gliserol yang sudah dimurnikan.
Bentuk fisik crude glyserol dapat dilihat pada Dari segi warna dapat dilihat bahwa
gambar 1. warna gliserol kotor jauh lebih gelap
dibanding warna gliserol murni. Dimana
gliserol kotor mempunyai warna coklat
kehitaman, sedangkan gliserol murni bening (
tidak berwarna). Warna gelap ini juga
disebabkan terdapatnya sisa reaktan yang
tidak bereaksi yaitu minyak goreng bekas
yang juga mempunyai warna coklat
kehitaman.

Pengaruh Variasi pH
Tujuan dari penambahan asam ini
adalah untuk menarik ion kalium yang
terdapat dalam gliserol kotor. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
KOH (aq) + H3 PO4 (aq) K3PO4 (s) + H2O (aq)

Gambar 1. Crude glyserol dari produk samping Selain tujuan menarik ion kalium,
pembuatan biodiesel
penambahan asam juga untuk mengubah
sabun yang terbentuk pada reaksi pembuatan
Data sifat fisik crude glyserol dapat biodiesel, menjadi asam lemak bebas
dilihat pada Tabel 1. Dari data sifat fisik (Prakoso, 2007).
tersebut, nilai densitas gliserol kotor lebih Penambahan asam phosfat 5% pada
rendah dari densitas gliserol murni. Diketahui gliserol kotor menyebabkan terbentuknya 2
bahwa densitas gliserol murni sekitar 1,2620 lapisan, seperti yang terlihat pada Gambar 2.
g/ml (Groggins, 1958). Hal ini disebabkan Lapisan atas adalah asam lemak bebas,
adanya senyawa lain yang terdapat dalam lapisan bawah adalah gliserol, sisa metanol
gliserol kotor, seperti sisa metanol dan dan endapan kalium phosfat.
minyak goreng bekas yang tidak bereaksi.

159
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Hasil tersebut dianalisa kadar


gliserolnya dan didapatkan data seperti yang
tercantum dalam Tabel 2. Dari tabel tersebut
dapat diketahui bahwa semakin tinggi pH

Gambar 3. Pemisahan crude glycerol pada pH 7

Pengaruh Konsentrasi Karbon Aktif


Penambahan adsorben yaitu karbon
aktif dimaksudkan untuk menarik senyawa
pengotor yang terikut bersama gliserol yang
sudah dipisahkan setelah penambahan asam
phospat. Karena dari pengamatan, warna
Gambar 2. Crude glyserol setelah penambahan gliserol yang dihasilkan setelah penambahan
asam phospat 5 % (pH 2) asam phospat masih coklat kemerahan.
Setelah penambahan karbon aktif,
kadar gliserol semakin tinggi pula. Tetapi warna gliserol yang dihasilkan agak lebih
nilai ini mencapai optimum pada pH 6. Hal muda (terang) dibandingkan sebelum
ini mungkin disebabkan karena pada pH 6 penambahan karbon aktif. Walaupun tidak
proses hidrolisis atau pengubahan sabun menjadi bening (tidak berwarna) seperti
menjadi asam lemak bebasnya berjalan warna gliserol murni. Jenis karbon aktif yang
dengan sempurna (optimal) dibandingkan digunakan mungkin salah satu penyebabnya.
dengan pH lainnya. Sehingga kadar gliserol Pada penelitian ini karbon aktif yang
yang didapatkan juga maksimal. digunakan adalah karbon aktif teknis,
walaupun sudah dicuci sebelum digunakan.
Tabel 2. Kadar gliserol pada berbagai variasi pH Bentuk gliserol yang dihasilkan dapat dilihat
pada Gambar 4.
pH Kadar Gliserol (%)
2 16,1
3 29,0
4 21,6
5 23,9
6 43,3
7 -

Pada pH 7 ketika ditambahkan asam


phosfat 5% tidak terbentuk lapisan seperti
pada pH lainnya. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4. Gliserol setelah penambahan
Gambar 3. karbon aktif 5 %

Penambahan karbon aktif yang terlalu


banyak membuat kadar gliserol semakin

160
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

turun seperti terlihat pada Tabel 3. Misalnya yang masih terdapat dalam gliserol
pada penambahan karbon aktif 7,5 %, kadar menggunakan rotary evaporator.
gliserol turun hingga 9,7 % dari kadar semula Pada kondisi optimum tersebut
15,2 %. Hal ini disebabkan karena ada didapatkan kadar gliserol adalah 16,6 %,
sebagian besar gliserol yang teradsorbsi oleh masih kecil dibandingkan dengan kadar
karbon aktif. Jumlah karbon aktif yang gliserol yang dijual dipasaran. Penambahan
optimum didapatkan pada penambahan 5 %. air pada proses adsorbsi merupakan salah
Kadar gliserol naik menjadi 16,6 %. satu penyebab kadar gliserol turun dari 32,23
% pada gliserol kotor, produk samping
Tabel 3. Kadar Gliserol pada variasi konsentrasi biodiesel. Selain itu masih adanya metanol
karbon aktif sisa atau senyawa pengotor lain yang sulit
Konsentrasi Kadar Gliserol Warna Gliserol dipisahkan dari gliserol.
karbon (%) (%) Dari proses penguapan yang sudah
0 15,2 Coklat- dilakukan didapatkan produk atas sebagian
kemerahan
2,5 6,4 Kuning-coklat
besar air dan produk bawah adalah gliserol.
kemerahan Dari analisa kadar gliserol yang dilakukan
5 16,6 Kuning-coklat didapatkan kadar gliserol meningkat tajam
bening menjadi 76,43 %. Warna produk menjadi
7,5 14,7 Kuning-coklat kuning kecoklatan seperti yang terlihat pada
10 9,7 Kuning-coklat Gambar 5.

Pengaruh Waktu Adsorbsi

Variasi waktu adsorbsi dilakukan


untuk mengetahui berapa lama karbon aktif
dapat menarik senyawa pengotor yang
terdapat dalam gliserol sehingga dihasilkan
kadar gliserol yang terbaik.

Tabel 4. Kadar Gliserol pada Variasi Waktu


Adsorbsi

Waktu (jam) Kadar Gliserol (%) UCAPAN TERIMA KASIH


2 11,5
6 15,7
12 12,0 Gambar 5. Larutan gliserol setelah proses
24 16,6 evaporasi
36 0,9
Jika dibandingkan dengan crude
Dari tabel 4 diketahui bahwa semakin glyserol awal, warna gliserol yang
lama waktu adsorbsi, kadar gliserol yang didapatkan jauh mengalami perubahan. Dari
dihasilkan semakin tinggi. Waktu optimum coklat kehitaman menjadi kuning kecoklatan.
dicapai pada kondisi 24 jam yaitu sekitar Hal ini membuktikan bahwa penambahan
16,6 %. Sedangkan pada waktu 36 jam kadar asam phospat dan karbon aktif mampu
gliserol turun secara drastis. Hal ini memisahkan zat-zat pengotor yang terdapat
disebabkan karena telalu lamanya waktu dalam crude glyserol sehingga didapatkan
adsorbsi menyebabkan sebagian besar gliserol yang lebih murni (tinggi kadarnya).
gliserol teradsobsi oleh karbon aktif.
4. KESIMPULAN
Penggunaan Rotary Evaporator Dari penelitian yang dilakukan
Setelah semua kondisi optimum dapat disimpulkan :
tercapai yaitu pH 6, konsentrasi karbon aktif 1. Penambahan asam phospat (H3PO4) dan
5 % dan waktu adsorbsi 24 jam, maka karbon aktif mampu memisahkan zat
dilakukan proses selanjutnya yaitu pengotor yang terdapat dalam crude
penguapan air, metanol dan senyawa lain glyserol

161
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

2. Kondisi optimum pemurnian crude


glyserol didapatkan pada pH 6,
konsentrasi karbon aktif 5 % dan waktu
adsorbsi 24 jam.
3. Kadar gliserol dapat ditingkatkan dari
32,23 % menjadi 76,43%.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada FST UIN
Syarif Hidaytaullah Jakarta yang telah
mendanai penelitian ini. Kepada pimpinan
PLT UIN beserta seluruh staff dan dosen
Prodi Kimia FST UIN Syahid Jakarta atas
segala fasilitas yang telah diberikan. Tak lupa
juga kepada Ibu Siti Nurbayti, M.Si dan Fira
Luthfiana yang telah membantu penulis
dalam melakukan penelitian ini.

DAFTAR PUSATAKA
1. Appleby, D.B, 2005, ” Gliserol on The
Biodiesel Handbook,” AOCS Press
2. Aziz, Isalmi, 2008, ” Kinetika Reaksi
Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas
”, Jurnal Valensi, Ed. 1, 19 – 23. Prodi
Kimia FST UIN Syahid Jakarta.
3. Darnoko, D and Cheryan, M, 2000,
“Kinetics of Palm Oil Transeterification
in a Batch Reactor”, J. Am.Oil
Chem.Soc., 77, 1263-1267.
4. Groggins, P.H., 1958, “ Unit Processes
in Organic Synthesis “, 5 ed., Mcgraw
Hill Book Company, New York.
5. Prakoso, T., H. Sirait., & Bintaroe, 2007,
Pemurnian Hasil Samping Produksi
Biodiesel, Prosiding Konferensi Nasional
Pemanfaatan Hasil Samping Industri
Biodiesel dan Industri Etanol serta
Peluang Pengembangan Industri
Integratednya, Jakarta, hal 267 - 275.
6. Sholehah, Miftah, 2008, ” Pemisahan
Gliserin dari Hasil Samping Pembuatan
Biodiesel ”, Prodi Kimia FST UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

162

Anda mungkin juga menyukai