Puji syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya yang mana kami diberi kesehatan dan dapat
melaksanakan praktikum dengan lancar, tidak terkendala dan menyelesaikannya
laporan yang berjudul “ Ekosistem Hutan Alami, Sungai Alami, Sawah dan
Danau Buatan ” dengan baik juga. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah praktikum ekologi. serta diharapkan dapat
memberikan informasi pada orang lain tentang berbagai ekosistem yang terdapat
pada hutan alami, sungai alami, sawah dan danau buatan.
Demikian laporan praktikum yang kami buat, mohon kritik dan saran yang
mendukung, agar biasa kami jadikan acuan untuk penyusunan laporan berikutnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi kami selaku
penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
I.1.4 Sawah............................................................................................
I.2 Tujuan...................................................................................................
2.3 Sawah...................................................................................................
4.2 Pembahasan..........................................................................................................
BAB V PENUTUP....................................................................................................
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................
5.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1.1.1 Hutan Alami
Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan masyarakat
tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar dan alam lingkungannya
sangatlah erat.Hutan dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-
masing komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan
saling mempengaruhi dan saling bergantung. Salah satu faktor penyusun
tumbuhan hutan alami adalah vegetasi. Vegetasi merupakan suatu kumpulan dari
berbagai macam tumbuhan yang hidup bersama disuatu tempat.Vegetasi selalu
dinamis dan selalu berkembang sesuai dengan kaedaan habitatnya.Dengan itulah
maka perlu melakukan kegiatan analisis vegetasi. Hutan juga komponen
terpenting dari kehidupan manusia maupun keseimbangan ekologi. Oleh
karenanya potensi yang meliputi komposisi jenis tumbuhan, dominasi jenis
kerapatan dan lainnya sangat perlu diukur.Hal ini sangat penting untuk
menentukan perlakuan yang harus dilakukan dari suatu luasan hutan.(Latifah,
2010).
Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan tawar, dan berfungsi
sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air
maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar, danau
memegang peranan sangat penting dan potensial untuk dikembangkan dan
didayagunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi,
perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata. Dari sisi ekologi, danau juga
beperan sebagai penyangga bagi kehidupan sekitarnya, dan memiliki kekayaan
keanekaragaman hayati yang potensial bagi kesejahtraan masyarakat. Akan tetapi
potensi-potensi tersebut akan dapat mensejahterakan secara berkelanjutan apabila
pengelolaan dan pemanfaatannya mempertimbangkan kemampuan optimal dan
daya dukung ekositem tersebut. Pemanfaatan yang berlebihan suatu potensi akan
dapat menyebabkan gangguan terhadap potensi lainnya, bahkan dapat
mengganggu potensi danau secara keseluruhan (Hidayah, 2014).
1.1.4 Sawah
Lahan pertanian yang berupa lahan sawah biasanya dicirikan oleh adanya
pematang yang mengelilinginya dengan maksud untuk membatasi antara bidang
lahan sawah satu dan bidang sawah lainnya. Di samping itu, pematang lahan
dibuat juga untuk tujuan mencegah keluar masuknya air secara berlebihan
sehingga kondisi air dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Ciri lain lahan sawah
ialah jenis tanaman yang ditanam pada lahan sawah biasanya tanaman pokok padi
pada musim hujan dan tanaman palawija (kacang-kacangan, jagung, umbi-
umbian), sayuran (kacang panjang, sawi, lombok dan bawang merah), maupun
buah-buahan (melon, pepaya dan semangka) dan tanaman lainnya (Sumono,
2012).
Keberadaan lahan sawah memiliki banyak fungsi, baik untuk kehidupan
manusia maupun lingkungan. Fungsi lahan sawah bagi kehidupan manusia selain
sebagai penghasil bahan pangan, juga merupakan salah satu sumber pendapatan,
tempat bekerja, tempat rekreasi, tempat mencari ilmu, dan lain sebagainya. Fungsi
lahan sawah bagi lingkungan dapat dilihat dari fungsi lahan sawah sebagai tempat
hidup berbagai tumbuhan, tempat berkembang biak berbagai organisme hidup
seperti cacing, berbagai serangga, burung, belut, ular, dan organisme lainnya,
berperan dalam mencegah terjadinya banjir, erosi, maupun tanah tanah longsor.
Meskipun demikian, jika tidak dikelola dengan baik, lahan sawah juga dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan, seperti
pencemaran air, tanah, dan udara akibat penggunaan bahan kimia dan mekanisasi
pertanian (Makirim, 2013).
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam
padi.untuk keperluan ini,sawah mampu menyangga genangan air karena padi
memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya.Untuk
mengairi sawah di gunakan system irigasi dari mata air, sungai, atau air hujan.
Sawah yang terakhir di kenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya
adalah sawah irigasi.padi yang di tanam di sawah dikenal sebagai padi lahan
basah (Purwono,2007).
Sawah adalah tanah berlumpur di lahan datar dengan tekstur tanah
berlempung yang keras di bagian dalam sehingga dapat menampung genangan
air.Sawah biasanya di buat berpetak petak yang antara petak yang satu dengan
yang lain di batasi oleh pematang. (purwono,2007)
METODOLOGI
Pada Praktikum Ekosistem Hutan Alat dan Bahan yang digunakan yaitu
,Alat nya adalah meteran tanah ,kayu patok, pisau, gunting, tali rafia, serbet,
insecnet, botol spray, alat tulis, modul praktikum Ekology Umum, pinset, kamera
untuk dokumentasi, gunting, thermometer. Sedangkan Bahan yang digunakan
adalah kertas lakmus, sirup kurnia, alcohol 70%, lugol, kertas label, kardus,
Koran, lakban, spidol, botol sampel, botol killing, aqua gelas, kertas hvs, plastik
ziplok ukuran 10 kg dan 2 kg , toples sosis 5 buah, dan kapas.
Pada Praktikum Ekosistem Sungai alat yang digunakan adalah alat tulis,
modul praktikum Ekology Umum, pinset, pipet tetes, ember, saringan, gayung,
plankton net, sicchi meter, paralon, dan kamera untuk dokumentasi. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu lugol, kertas lakmus, botol sampel, kertas label dan
lakban.
Pada Praktikum Ekosistem Sawah alat yang digunakan adalah alat tulis,
modul praktikum Ekology Umum, pinset, thermometer, meteran, kayu patok,
insectnet, tali rafia, Soil ph meter, hygrometer, GPS, Anemometer, Kamera untuk
dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sirup kurnia, aqua gelas,
kertas Hvs, botol sampel, botol killing, toples sosis dan kertas label.
3.2.4 Alat dan Bahan Pada Praktikum Ekosistem Danau Buatan
Pada pembuatan herbarium adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu
Alatnya ada gunting, pisau catter, botol kispray, dan lakban. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah tumbuhan yang akan dibuat herbarium, alcohol 70%,
kardus, dan Koran.
Prosedur kerja pada praktikum hutan alami yaitu langkah pertama yang
dilakukan adalah menentukan lahan atau lokasi yang akan digunakan untuk
menganalisis vegetasi tumbuhan, langkah kedua membuat plot 10 x 10 meter
untuk tumbuhan, selanjutnya membuat plot 2 x 2 meter untuk semai, dan 5 x 5
meter untuk pancang. Dengan cara menarik tali yang sudah diukur menggunakan
meteran hingga membentuk lahan kecil pada tempat yang telah ditentukan.
Kemudian meletakkan aqua gelas yang sudah berisikan sirup kurnia kemasing-
masing sudut pada plot atau disebut dengan Pit Fall Trap, ini bertujuan agar
serangga atau semut yang berjalan diatas tanah terjebak pada lubang tersebut.
Selanjutnya mengidentifikasi dan menganalisis spesies yang berada pada masing-
masing plot. Identifikasi terhadap jenis dan jumlah individu semua komponen
biotik (tumbuhan dan satwa) dan pengukuran terhadap komponen abiotik (suhu,
kelembapan, intensitas cahaya, kemiringan lahan, keasaman tanah dan ketinggian
tempat dari permukaan laut). Dikedua ekosistem tanah dan ketinggian tempat dari
langkah selanjutnya mencatat spesies yang ditemukan dan mencatat data dari hasil
pengukuran dari komponen abiotik,langkah terakhir yaitu mengolah data ,yang
diperoleh dengan program R dengan untuk mencari indeks nilai penting (INP) dan
indeks diversitas.
Yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan pada praktikum ekosistem sungai, kemudian menentukan tempat untuk
pengambilan sampel bentos. Diambil air menggunakan ember dan air tersebut
disaring pada saringan, diambil air sebanyak 5 kali pengambilan. Setelah itu
diperiksa saringan tersebut apakah ada organism didalamnya, kemudian diambil
dan dipindahkan ke wadah sample. Kemudian pengambilan plankton dengan cara
paralon ditekan hingga kedasar sungai lalu ditutup dan kemudian diangkat dan di
saring. Keseluruhan volume yang tersaring dengan plankton net kemudian
dipindahkan kewadah atau kedalam botol sampel yang sudah disiapkan dan diberi
label sesuai kode masing-masing lokasi selanjutnya diberi lugol dan di lakban
agar tidak tumpah. Untuk menentukan suhu pada sungai yaitu dengan cara
mencelupkan thermometer ke dalam air sungai selama 15 menit. Selanjutnya
mencari kedalaman pada sungai tersebut menggunakan sichi meter. Dan untuk
mencari tingkat keasaman dari air sungai tersebut dilihat dengan kertas lakmus.
Cara kerja pada praktikum ini yaitu yang pertama kali dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian menentukan tempat
yang akan dijadikan tempat praktikum, setelah itu membuat plot pada lahan sawah
dengan ukuran 10 x 10 meter, 5 x 5 meter dan 2 x 2 meter, dan diletakkan aqua
gelas yang sudah berisi sirup kurnia ke masing-masing sudut pada plot atau
disebut dengan Pit Fall Trap, ini bertujuan agar serangga atau semut yang berjalan
diatas tanah terjebak pada lubang tersebut. Selanjutnya mengidentifikasi dan
menganalisis spesies yang berada pada masing-masing plot. Kemudian
penangkapan serangga menggunakan insect net, serangga yang terbang atau
beraktivitas ditangkap menggunakan jarring atau insect net tersebut jika serangga
sudah masuk didalam insectnet lalu insectnet di balikkan agar serangganya tidak
terbang. Setelah itu ambil serangga secara perlahan dan masukkan kedalam toples
atau botol sampel sesuai ukuran serangga yang di dapat.
Cara kerja pada praktikum ekosistem danau buatan ini yang pertama kali
dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, , kemudian
menentukan tempat untuk pengambilan sampel bentos. Diambil air menggunakan
ember dan air tersebut disaring pada saringan, diambil air sebanyak 5 kali
pengambilan. Setelah itu diperiksa saringan tersebut apakah ada organism
didalamnya, kemudian diambil dan dipindahkan ke wadah sample. Selanjutnya
Untuk menentukan suhu pada danau yaitu dengan cara mencelupkan thermometer
ke dalam air sungai selama 15 menit. Selanjutnya mencari kedalaman pada sungai
tersebut menggunakan sichi meter, lalu menghitung kecepatan arus pada danau
Dan untuk mencari tingkat keasaman dari air sungai tersebut dilihat dengan kertas
lakmus. Kemudian pengambilan plankton dengan cara paralon ditekan hingga
kedasar danau lalu ditutup dan kemudian diangkat dan di saring. Keseluruhan
volume yang tersaring dengan plankton net kemudian dipindahkan kewadah atau
kedalam botol sampel yang sudah disiapkan dan diberi label sesuai kode masing-
masing lokasi selanjutnya diberi lugol dan di lakban agar tidak tumpah.
Cara kerja pada pembuatan herbarium ini adalah yang pertama kali
dilakukan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu dibersihkan
spesimen yang akan dibuat herbarium dengan membuang bagian-bagian yang
tidak diperlukan. Kemudian dikeringkan, setelah kering baru disemprot dengan
alcohol 70% ke seluruh bagian pada tumbuhan tersbut hingga basah. Lalu
dikeringkan lagi, setelah itu spesimen dikeringkan lagi. Setelah kering spesimen
dijepit dengan kertas Koran dan dihimpit dengan kardus, lalu di lakban sampai
rapat hingga tidak ada udara yang dapat masuk. Kemudian di diamkan selama
satu minggu, selama satu minggu itu Koran diganti setiap dua hari sekalai agar
tidak berjamur. Setelah tumbuhan mengering lalu tumbuhan disetrika dengan
dialasi kain diatasnya supaya tidak kusut. Kemudian ditempelkan pada kertas padi
dan di selotip atau dijahit bagian tengahnya saja agar tidak lepas atau jatuh dan
dibuat klasifikasi dan ciri-cirinya. Setelah itu baru ditutup dengan plastik kaca dan
dibingkai dengan sebagus mungkin.
BAB IV
4. 1 Hasil Pengamatan
1. Ekosistem Hutan
Parameter pengamatan yang dilakukan:
Praktikum I (Faktor Lingkungan suatu Ekosistem)
Pengamatan pada ekosistem Hutan hanya dilakukan untuk parameter
daratan, tidak dilakukan pengukuran untuk parameter perairan.
Praktikum II (Menghitung Kerapatan Vegetasi)
Praktikum III (Menghitung Serangga)
Praktikum IV (Menghitung Fauna Mengatasi Plankton dan Bentos)
Praktikum V (Aliran Energi)
2. Ekosistem Sungai
Parameter pengamatan yang dilakukan:
Praktikum I (Faktor Lingkungan suatu Ekosistem)
Pengamatan pada ekosistem Sungai hanya dilakukan untuk parameter
perairan, tidak dilakukan pengukuran untuk parameter daratan.
Praktikum IV (Menghitung Fauna melepaskan Fauna Darat)
Praktikum V (Aliran Energi)
3. Ekosistem Danau
Praktikum I (Faktor Lingkungan suatu Ekosistem)
Pengamatan pada ekosistem danau hanya dilakukan untuk parameter
perairan, tidak dilakukan pengukuran untuk parameter daratan.
Praktikum IV (Menghitung Fauna melepaskan Fauna Darat)
Praktikum V (Aliran Energi)
a) Deskripsi lokasi
Praktikum analisis vegetasi hutan alami ini dilakukan pada hari Minggu,
15 Desember 2019 pukul 08.00 s/d Selesai. Di Desa Merangin, Kecamatan Kuok
Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
c) Komponen biotik
a) Deskripsi lokasi
Pada praktikum ini mengenai ekosistem buatan yaitu sawah yang
dilaksanakan pada hari Minggu, 29 Desember 2019, Pukul 08.00-selesai.
Bertempat di Sawah sekitar Desa Sawah Baru, Kecamatan Kampar Timur,
Kabupaten Kampar.
c) komponen biotik
Tabel hasil pengamatan plot 10x10 m
No
Spesies Nama Ilmiah Jumlah
.
1. Padi Oryza Sativa ∞
2. Rumput. 1 Echinoloa Colona 45
3. Rumput. 2 Althernanthera Philoxeroides 32
4. Gulma Lecersia Hexandra 43
Pada tabel hasil pengamatan dalam plot berukuran 10x10 m untuk pangamatan
terdapat 4 spesies teridentifikasi.
Hasil Dan
No. Parameter Alat Keterangan
Pengukuran
Perairan
1. Temperatur Air Thermometer 27°C
2. Kadar Asam (Ph) Lakmus 6 Netral
Perairan
3. Tingkat Kekeruhan Sicchi Meter 2,1 M
Air
4. Kecepatan Dan Current Meter 1,5 M/Detik
Arah Arus
Pada tabel hasil pengamatan parameter diperoleh data temperatur air, kadar asam
(Ph) perairan, tingkat kekeruhan air dan kecepatan dan arah arus.
4.2 Pembahasan
4.1.1 Pembahasan Hutan Alami
Pada praktikum analisis vegetasi hutan alami ini dilakukan pada hari
Minggu, 15 Desember 2019 pukul 08.00 s/d Selesai. Di Desa Merangin,
Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Pengamatan dilakukan pada
empat level tumbuhan yakni pohon, pancang, dan semai. Adapun metode yang
digunakan adalah metode Transek dimana dengan cara membuat plot berukuran
10x10 cm untuk strata pohon, 5x5 cm untuk strata sapling dan 2x2 untuk strara
seedling. Dan untuk mengetahui vegetasi tumbuhan ini dilakukan dengan
menghitung kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif
dan dominansi tumbuhan yang ada pada masing-masing plot yang telah dibuat.
Data pengamatan yang harus ada mencakup jumlah spesies dan individu, serta
diameter masig-masing individu.
Pada plot berukuran 5x5 cm untuk stara sapling diperoleh 3 jenis pohon
yang berhasil di identifikasi. yakni pohon kakao berjumlah 13 batang dengan
diameter batang 2 cm dan tinggi 2 m, pohon biwa berjumlah 27 batang dengan
diameter batang 3 cm dan tinggi 1,7 m, serta pohon Crudia bracteata berjumlah 55
batang dengan diameter batang 4 cm dan tinggi 1,3 m. jika seluh spesies pada
plot strata sapling dijumlahkan terdapat 95 pohon dari 3 spesies tersebut. Dari
hasil analisa kuantitatif pada level sapling spesies yang lebih mendominasi pada
luas area 5x5 m yaitu sebanyak 3 spesies.
Jaring –jaring makanan yang dapat terjadi di ekosistem hutan alami yaitu,
rumput- rumputan sebagai produsen, kemudian belalang, siput, dan ulat sebagai
konsumen satu. Burung, katak, tikus, sebagai konsumen dua. Ular dan biawak
sebagai konsumen tinggat tiga dan burung elang sebagai konsumen terakhir.
Buah jati berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar
dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah
tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon
kecil. Tata daun berbentuk opposite dengan bentuk daun besar membulat seperti
jantung, berukuran panjang 20-50 cm dan tebal 15-40 cm. Ujung daun meruncing,
pangkal daun tumpul dan tepi daun bergelombang. Permukaan atas daun kasar
sedangkan permukaan bawah daun berbulu. Pertulangan daun menyirip. Tangkai
daun pendek dan mudah patah serta tidak memiliki daun penumpu (Stipule).
Tajuk tidak beraturan. Daun muda (Petiola) berwarna hijau kecoklatn, sedangkan
daun tua berwarna hijau tua keabu abuan. Bunga jati bersifat majemuk yang
terbentuk dalam malai bunga (inflorence) yang tumbuh terminal diujung atau tepi
cabang. Panjang malai antara 60-90 cm dan lebar antara 10-30 cm. Tanaman jati
akan mulai berbunga pada saat musim hujan.
Bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan
cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan
menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushioll). Warna bunga ini
khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun
mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk
seperti kuku binatang (claw) dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian
ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih.
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit
buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm, Warna buah kakao sangat
beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika
muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna
kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak
berwarna jingga (oranye). Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang
letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit
buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe
forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis, tetapi
dan liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya
beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm, pada kultivar dan faktor-faktor
lingkungan selama perkembangan buah.
Batang tumbuhan Clidemia hirta ini berkayu, bulat, berbufu rapat atau
bersisik, percabangan simpodial, coklat. Daun Tunggal.bulat telur, panjang 2-20
m, lebar 1-8 cm, berhadapan, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berbulu, hijau.
Bunga majemuk, kelopak berlekatan, berbulu, bagian ujung pendek dari pangkal,
ujung meruncing, daun pelindung bersisik, ungu kemerahan, benang sari delapan
sampai dua belas, panjang ± 3 cm, merah muda, putik satu, kepala putik berbintik
hijau, bakal buah beruang empat sampai enam, mahkota lima, bulat telur, ungu
dan putih.
Terdapat tiga bagian pada tubuh semut api Solenopsis invicta, yaitu:
kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut api cukup jelas
dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar
metapleural, dan bagian perut yang berhubungan ke tangkai semut membentuk
pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah
perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole).
Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang
kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud). Tubuh semut api memiliki
eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai
tempat menempelnya otot, semut api memiliki lubang-lubang pernapasan di
bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi
mereka. Pada kepala semut api terdapat banyak organ sensor. Semut api memiliki
mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan
tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga
oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan
polarisasi. Semut api umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan ada
yang buta. Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut
api mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena ini juga digunakan untuk
berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan. Selain
itu, antena semut api juga berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala
sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala juga terdapat
sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa makanan,
memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan.
Di bagian dada semut api terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap
kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak
pada permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki
sayap. Namun, setelah kawin betina akan menanggalkan sayapnya dan menjadi
ratu semut yang tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit tidak memiliki sayap.
Di bagian metasoma (perut) semut api terdapat banyak organ dalam yang penting,
termasuk organ reproduksi. Semut juga memiliki sengat yang terhubung dengan
semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi
sarangnya.
Pada praktikum tentang ekosistem sungai alami ini dilaksanakan pada hari
minggu, 15 Desember 2019, Pukul 08.00-selesai, bertempat di Air terjun Lubuk
Nginio, Desa Marangin, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Pengamatan yang kami lakukan seperti pengamatan parameter perairan untuk
melihat komponen abiotik dan biotic yang menjadi factor lingkungan suatu
ekosistem, menghitung jenis fauna-fauna yang terdapat di sungai, melihat aliran
energy berupa rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang terjadi pada
ekosistem sungai.
Berdasarkan hasil pengamatan pada plot 10x10 meter dan 5x5 meter yang
dibuat pada sawah tidak ada strata pohon dan sapling. Hanya ada tumbuhan
seedling yang kami amati. Tumbuhan tersebut yaitu Oryza sativa tanaman padi
yang ditanam oleh masyarakat di sawah tersebut. Rumput-rumputan yang tumbuh
di sekitar tanaman padi seperti Echinoloa colona L dan Leersia hexandra
kemudian tanaman gulma yaitu Althenanthera philoxeroides. Terlihat beberapa
serangga yang dapat kami amati yaitu kupu-kupu kuning Eurema sp, kupu-kupu
putih Pieris sp, Walang sangit Leptocorisa oratus,Capung Plantala flavescceris,
belalang coklat Melanopus differitialis.Fauna- fauna yang di amati sperti cacing
tanah Pheretima sp, dan siput Achatina fulica.
Jaring –jaring makanan yang dapat terjadi di ekosistem sawah yaitu padi,
rumput- rumputan dan gulma sebagai produsen, kemudian belalang coklat, siput,
capung dan walang sangit sebagai konsumen satu dan kami tidak melihat
konsumen tingkat dua sehingga hanya dapat dibuat sampai tingkat satu.
Pada praktikum tentang ekosistem danau buatan ini dilaksanakan pada hari
Minggu, 29 Desember 2019 Pukul 13.00 WIB sampai selesai, bertempat di
bendungan irigasi Sembat, Desa Sawah Baru, Kecamatan Kampar Timur
Kabupaten Kampar. Pengamatan yang kami lakukan seperti pengamatan
parameter perairan untuk melihat komponen abiotik yang menjadi faktor
lingkungan suatu ekosistem, menghitung fauna-fauna yang terdapat di dalam
perairan danau, melihat aliran energi berupa rantai dan jaring-jaring makanan
yang terjadi di ekosistem danau.
Kingdom : Plantae
Devisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Mimosoideae
Genus : Archidendron
Spesies : A. pauciflorum
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Tecton
Klasifikasi kakao
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Rosids
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Eriobotrya
Spesies : E. japonica
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Melastomataceae
Genus : Crudia
Klasifikasi Ganoderma sp
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma sp
Klasifikasi paku 1
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Blechnales
Famili : Blechnaceae
Genus : Stenochlaena
Spesies : S. palustris
Klasifikasi paku 2
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Lycopodiophyta
Kelas : Lycopodiopsida
Ordo : Selaginellales
Famili : Selaginellaceae
Genus : Selaginella
Klasifikasi paku 3
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Lomariopsidaceae
Genus : Nephrolepis
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Keluarga : Melastomataceae
Genus : Clidemia
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Rosales
Family : Urticaceae
Klasifikasi Monomorium sp
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymnoptera
Famili : Formicidae
Genus : Monomorium
Spesies : Monomorium sp
Klasifikasi capung
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Odonata
Subordo : Anisoptera
Family : Aeshnidae
Subfamily : Aeshninae
Genus : Aeshna
Spesies : Aeshna sp
Klasifikasi kumbang
Kingdom : Animalia
Phylum : Artropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Coleoptera
Subordo : Adephaga
Superfamili : Caraboidea
Famili : Carabidae
Klasifikasi Belalang
Kingdom : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Subordo : caelifera
Famili : Acrididae
Genus : Dissosteira
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Kingdom : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Solenopsis
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Alternanthera
Kingdom : plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Susclasis : Rosidae
Ordo : Fabales
Familia : Leersiaceae
Genus : Leersia
Klasifikasi padi
Kingdom : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Oryza
Klasifikasi pitoplankton
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Phylum : Charophyta
Class : Zygnematophyceae
Subclass : Zygnematophycidae
Order : Desmidiales
Family : Gonatozygaceae
Genus : Gonatozygon
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil pada praktikum kelima ini adalah
agar kita dapat mengetahui rantai makanan dan jarring-jaring makanan yang
terbentuk dari suatu ekosistem. Rantai makanan adalah peristiwa makan dan
dimakan antara pembuatan hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan
ada yang berperan sebagai produsen, konsumen, dan decomposer. Misalnya
rumput dimakan oleh belalang, belalang dimakan oleh katak, katak dimakan oleh
ular. Sedangkan jaring-jaring makanan merupakan kumpulan dari berbagai rantai
makanan yang saling berhubungan satu sama lain dalam suatu ekosistem.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Latifa, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Jakarta: Jurusan Kehutanan
Latifah, Siti. 2010. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian.