Pembimbing :
Dr. dr. Arti Lukitasari, Sp.M
Disusun Oleh :
Shintya Tamadita
202010401011002
I-34
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulisan referat stase Mata ini dapat diselesaikan dengan baik.
dan Kalazion”. Penulisan referat ini diajukan untuk memenuhi tugas individu
stase Mata.
sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Arti Lukitasari, Sp.M selaku pembimbing kami,
yang telah membimbing dan menuntun kami dalam pembuatan referat ini.
Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
................................................................................................................... 1
1.2 ...................................................................................................................Tujuan
................................................................................................................... 2
1.3 ...................................................................................................................Manfaat
................................................................................................................... 2
2.3 Hordeolum.................................................................................................. 10
PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata atau
palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata dan mengeluarkan sekresi
kelenjar yang membentuk fil air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
sinar dan pengeringan bula mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk
menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui
punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam,
mulai dari tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi, maupun
masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blefaroptosis. Untungnya,
kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun
mengancam penglihatan (Sidarta I dan Yuliant SR, 2011).
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion
akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar
kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum,
sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum
eksternum. Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan (Sidarta I dan Yuliant SR, 2011).
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau inflamasi tepi kelopak mata yang
melibatkan glandula Zeiss atau Moll (hordeolum eksterna) dan glandula meibom
(hordeolum internal). Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronik
yang steril dan idiopatik pada kelenjar meibom yang tersumbat. Umumnya
ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang
dalam beberapa minggu. Kalazion awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri
tekan mirip hordeolum, yang membedakannya yaitu tidak ada tanda-tanda
peradangan akut (Ilyas, 2010).
1
1.2 Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk mengetahui tentang hordeolum dan kalazion
meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, terapi, komplikasi, dan prognosisnya.
1.3 Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai penyakit mata khususnya hordeolum dan
kalazion.
2. Sebagai bahan pembelajaran untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik bagi Dokter Muda Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang.di SMF Mata RS Bhayangkara Kediri.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra atau kelopak mata merupakan alat pelindung mata. Kelopak mata
melindungi mata dengan cara menutup mata bila terdapat rangsangan dari luar,
selain itu juga membasahi mata agar tidak kering (Ilyas, 2010). Palpebra terdiri
atas palpebra superior dan inferior. Palpebra superior berakhir pada alis mata;
palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra mempunyai lima bidang jaringan
utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis
okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva pelpebrae) (Ilyas,2009).
3
Gambar 2.1. Anatomi Palpebra
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah
bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.
4
Gambar 2.3 Anatomi Palpebra (M. Orbicularis Oculi)
3. Jaringan Areolar
4. Tarsus
5. Konjungtiva Palpebra
5
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis
kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior
terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi
kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
6
Gambar 2.5 Anatomi Kelenjar Lakrimalis
Cairan serous disekresi oleh lobus orbita dari empat hingga enam duktus
yang berjalan ke lobus palpebra dan sepanjang enam hingga delapan duktus dari
lobus palpebra, dialirkan ke kantung konjungtiva, sepertiga temporal dari forniks
konjungtiva superior. Lobus palpebra (inferior) dari kelenjar lakrimal sekitar
setengah dari ukuran lobus orbital dan dibentuk oleh beberapa lobulus. Terletak di
inferior dan anterior dari aponeurosis levator dan strukturnya tidak seperti bagian
superior, memanjang hingga margin orbital yang terletak di atas dari forniks
konjungtiva superior, di mana duktus terbuka.
Secara histologis, kelenjar lakrimal terdiri atas kelenjar tubulus alveolar
dengan tubular cabang pendek yang strukturnya menyerupai kelenjar parotis.
Setiap lobus terdiri dari banyak asini atau kelenjar kecil yang terhubung melalui
saluran atau duktuli dan menuju pada duktus yang lebih besar, yang pada akhirnya
terkumpul menjadi 6-12 duktus sekretori yang terbuka pada forniks konjungtiva.
Sel asini merupakan unit sekresi, tersusun dari lapisan sel myoepitel basal
dan suatu bagian dalam dengan sel-sel asinar. Sel asini terdiri dari dua lapisan sel
yang terletak pada dasar membran hialin dan di sekitar kanalis sentralis. Sel pada
lapisan basal bentuknya datar dan kontraktil, sementara sel lain berbentuk silindris
dan mengandung granul sekretori. Sekresi jalur sinus ke dalam duktus
intermediate dan akhirnya ke dalam duktus sekretori defintif. Stromanya
mengandung elemen limfoid.
(Soebagjo H, 2019).
7
Gambar 2.6 Histologi Sistem Kelenjar Lakrimalis
8
Gambar 2.7 Skematik Kelenjar Lakrimal Aksesorius
Kelenjar Meibom berfungsi menghasilkan substansi lemak berminyak
pada permukaan air mata (tear film), substansi ini akan mengurangi tingkat
penguapan air mata dan juga akan menjaga kelopak mata atas dan bawah agar
tidak lengket saat berkedip. Kelenjar Meibom ini berjumlah 40–50 buah di
palpebra bagian atas dan 20-30 buah di palpebra bagian bawah. Struktur ini terdiri
dari sel-sel asinar yang terhubung ke sebuah pusat saluran yang ujungnya terbuka
pada persimpangan mukokutaneus (mucocutaneus junction) di tepian palpebra.
Kelenjar Meibom ini tampak berderet sejajar pada muaranya (orifisium). Sekresi
lipid yang mengandung minyak dan wax disintesis dan disekresikan secara
perlahan akibat dorongan kelenjar Meibom dari pusat ke orifisium. Selain itu,
eksudasi basalis, kontraksi sepasang otot Riolan, dan ditambah refleks berkedip
dari mata juga mendorong sekresi kelenjar Meibom tersebar di permukaan okular.
Margo (tepi) palpebra dipisahkan oleh garis abu batas mukokutan (grey
line) menjadi margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata,
kelenjar Zeis dan Moll. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata berbentuk suatu saluran seperti
tabung berukuran kecil yang tak bercabang dan hulu nya berbentuk saluran spiral
biasa dan bukan seperti bentuk glomerulus pada kelenjar keringat. Margo
9
posterior kontak dengan bola mata, dan di sepanjang margo ini terdapat lubang-
lubang kecil dari kelenjar sebaseus yang telah termodifikasi (kelenjar Meibom
atau tarsal).
10
Gambar 2.9 Histologi Kelenjar Moll. Kelenjar apokrin aktif (anak panah)
dan kelenjar apokrin inaktif (panah)
2.3 Hordeolum
2.3.1 Definsi
2.3.2 Epidemiologi
2.3.3 Etiologi
11
Penyebab hordeolum pada umumnya adalah infeksi dari Staphylococcus
aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum (Schlote et al, 2006).
a. Penyakit kronik.
d. Diabetes.
2.3.5 Patogenesis
12
Gambar 2.10 Kelenjar Meibom, Zeis, dan Moll
13
membesar. Hordeolum sering membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.
(Ilyas, 2010).
1. Pembengkakan
1. Eritema
2. Edema
2.3.7 Klasifikasi
a. Hordeolum eksternum
14
b. Hordeolum internum
2.3.8 Diagnosis
2.3.9 Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
15
2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius.
4) Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
b. Farmakologi
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari. 4 Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum
eksterna dan hordeolum interna yang ringan.
2) Antibiotik sistemik
c. Pembedahan
16
insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes
mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum dan dilakukan insisi yang bila
1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotic (Sidarta
I, 2011).
2.3.10 Pencegahan
2.3.11 Komplikasi
2.3.12 Prognosis
17
2.4 Kalazion
2.4.1 Definisi
2.4.2 Epidemiologi
Kalazion bisa terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak mungkin
juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas
mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masapubertas dan selama
kehamilan (Wessels, 2010).
2.4.3. Etiologi
18
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran
kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan
seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea (Lang G, 2000).
2.4.4 Patogenesis
19
saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar
Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan
menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya
sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Gejala klinis dari kalazion menurut Prof.
Sidharta Ilyas (2009) adalah:
- benjolan pada kelopak mata
- tidak hiperemi
- tidak ada nyeri tekan
- pseudoptosis
- tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler
- kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena penekanan
yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
- pada anak muda: diabsorbsi spontan
2.4.6 Diagnosis
Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit,
untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi. Pemeriksaan
histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai
keganasan.
a. Pemeriksaan fisik
20
konjungtiva dan tampak adanya daerah berwarna kemerahan pada
palpebra bagian dalam.
- Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan adanya masa
yang keras dan terfiksasi pada tarsus.
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali
sehingga dicurigai keganasan.
c. Pemeriksaan Tonografi
Kadang kalazion dapat diikuti infeksi pada mata.Selain itu juga untuk
membedakan antara kalazion dan herdeolum.
2.4.7 Penatalaksanaan
2. Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai penyebabnya.
3. Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak ada
bukti infeksi
21
4. Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari kalazion
dalam beberapa minggu kemudian.
a. Non-Farmakologi
b. Farmakologi
Antibiotik diberikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan. Jenis antibiotiknya yaitu:
1. Antibiotik topical
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari.
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakteremia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe preaurikular. Pada kasus kalazion dengan kasus
yang sedang sampai berat dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin
500mg per oral 4 kalo sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau
cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300mg oral 4 kali sehari
selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
c. Pembedahan
Eksisi kalazion
2. Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi pada
kelopak mata.
22
4. Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)
5. Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara horisontal
lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk pembuangan seluruh
jaringan yang mengalami inflamasi.
Eskokleasi Kalazion
23
Gambar 2.14 Eskokelasi Kalazion
2.4.8 Komplikasi
24
dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi
langsung dengan potongan beku perlu dilakukan.
Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan.
Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan
jaringan parut.Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya
pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intraokular. Kuretase dan drainase yang
inadekuat dapat menyebabkan berulangnya atau berkembangnya suatu
granulomata.
(Wessels, 2002; Ilyas S,2010).
BAB 3
KESIMPULAN
25
kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila
ditekan. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding
hordeolum ekternum.
Kalazion adalah peradangan granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik
pada elenjar Meibom, sebagai akibatnya terjadi suatu peradangan lipogranuloma
kronik kelenjar meibom. Umumnya ditandai dengan pembengkakan setempat
yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu.
Penanganan hordeolum dan kalazion terdiri dari antibiotic lokal ataupun
sistemik dan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2009.
Hal 28-29.
Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman R, Simarwata M, Widodo PS (eds).
2010. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta: Sagung Seto.
26
Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth- Heinemann,
Boston.
Lang G. Ophthalmology – A short Textbook. Thieme. Stuttgart. New York. 2000
Michael ED. Hordeolum. 2009. Available from : http://translate.google.
co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview
Michael JB. Hordeolum. 2010. Available from : http://translate.google.co
.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://emedicine.medscape.com/article/798940-overview
Santen S. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. 2010. Diakses 31
januari 2013
Schlote et al. Pocket Atlas of Ophtalmology. Stuttgart ; thieme ; 2006. P. 96-101
Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta 2011: Hal1-2 ; 92-94
Soebajo, Hendrian. 2019. Penyakit Kelenjar Lakrimal. University Airlangga
Press:Surabaya
Vaughan, Daniel. General Opthalmology. 18th edition. McGraw Hill. 2014.
Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated : 23
September 2002. Diakses 6 November 2015
27