Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

HORDEOLUM dan KALAZION

Pembimbing :
Dr. dr. Arti Lukitasari, Sp.M

Disusun Oleh :
Shintya Tamadita
202010401011002
I-34

SMF ILMU KESEHATAN MATA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya, penulisan referat stase Mata ini dapat diselesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW,

keluarga, para sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Referat yang akan disampaikan dalam penulisan ini mengenai “Hordeolum

dan Kalazion”. Penulisan referat ini diajukan untuk memenuhi tugas individu

stase Mata.

Dengan terselesaikannya referat ini kami ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Arti Lukitasari, Sp.M selaku pembimbing kami,

yang telah membimbing dan menuntun kami dalam pembuatan referat ini.

Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kami tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun.

Akhirnya, semoga referat ini dapat bermanfaat.

Kediri, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………...

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 ...................................................................................................................Latar Belakang

................................................................................................................... 1

1.2 ...................................................................................................................Tujuan

................................................................................................................... 2

1.3 ...................................................................................................................Manfaat

................................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

2.1 Anatomi Palpebra....................................................................................... 3

2.2 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Lakrimalis............................................... 6

2.2.1 Anatomi Kelenjar Lakrimalis …………………………………….6

2.2.2 Fisiologi Kelenjar Lakrimalis …………………………………….8

2.3 Hordeolum.................................................................................................. 10

2.3.1 Definisi …………………………………………………………. 10

2.3.2 Epidemiologi …………………………………………………… 11

2.3.3 Etiologi …………………………………………………………. 11

2.3.4 Faktor Risiko …………………………………………………… 11

2.3.5 Patogenesis …………………………………………………….. 12

2.3.6 Manifestasi Klinis ……………………………………………… 13

2.3.7 Klasifikasi ………………………………………………………. 14


2.3.8 Diagnosis ……………………………………………………….. 15

2.3.9 Penatalaksanaan ………………………………………………... 15

2.3.10 Pencegahan ……………………………………………………... 16

2.3.11 Komplikasi ……………………………………………………... 17

2.3.12 Prognosis ……………………………………………………….. 17

2.4 Kalazion ..................................................................................................... 17

2.4.1 Definisi ………………………………………………………….. 17

2.4.2 Epidemiologi ……………………………………………………. 17

2.4.3 Etiologi ………………………………………………………….. 18

2.4.4 Patogenesis ……………………………………………………… 18

2.4.5 Gejala Klinis ……………………………………………………. 19

2.4.6 Diagnosis ……………………………………………………….. 21

2.4.7 Penatalaksanaan ………………………………………………… 21

2.4.8 Komplikasi ……………………………………………………… 23

2.4.9 Prognosis ………………………………………………………... 24

BAB 3 KESIMPULAN ................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 26


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata atau
palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata dan mengeluarkan sekresi
kelenjar yang membentuk fil air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
sinar dan pengeringan bula mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk
menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui
punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam,
mulai dari tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi, maupun
masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blefaroptosis. Untungnya,
kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun
mengancam penglihatan (Sidarta I dan Yuliant SR, 2011).

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion
akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar
kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum,
sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum
eksternum. Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan (Sidarta I dan Yuliant SR, 2011).

Hordeolum merupakan infeksi lokal atau inflamasi tepi kelopak mata yang
melibatkan glandula Zeiss atau Moll (hordeolum eksterna) dan glandula meibom
(hordeolum internal). Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronik
yang steril dan idiopatik pada kelenjar meibom yang tersumbat. Umumnya
ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang
dalam beberapa minggu. Kalazion awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri
tekan mirip hordeolum, yang membedakannya yaitu tidak ada tanda-tanda
peradangan akut (Ilyas, 2010).

1
1.2 Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk mengetahui tentang hordeolum dan kalazion
meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, terapi, komplikasi, dan prognosisnya.
1.3 Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai penyakit mata khususnya hordeolum dan
kalazion.
2. Sebagai bahan pembelajaran untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik bagi Dokter Muda Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang.di SMF Mata RS Bhayangkara Kediri.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebra

Palpebra atau kelopak mata merupakan alat pelindung mata. Kelopak mata
melindungi mata dengan cara menutup mata bila terdapat rangsangan dari luar,
selain itu juga membasahi mata agar tidak kering (Ilyas, 2010). Palpebra terdiri
atas palpebra superior dan inferior. Palpebra superior berakhir pada alis mata;
palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra mempunyai lima bidang jaringan
utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis
okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva pelpebrae) (Ilyas,2009).

3
Gambar 2.1. Anatomi Palpebra

1. Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

Gambar 2.2 Anatomi Palpebra (kulit)

2. Muskulus Orbikularis okuli

Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah
bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.

4
Gambar 2.3 Anatomi Palpebra (M. Orbicularis Oculi)

3. Jaringan Areolar

Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis


subaponeurotik dari kulit kepala.

4. Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa


padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan
20 buah di kelopak bawah).

Gambar 2.4 Anatomi Palpebra (Tarsus)

5. Konjungtiva Palpebra

5
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis
kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior
terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi
kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,


bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebra disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah a. Palpebra.


Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
(Vaughan, 2014)

2.2 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Lakrimalis

2.2.1 Anatomi Kelenjar Lakrimalis

Menurut fungsi sekresinya, kelenjar lakrimal terbagi menjadi kelenjar


lakrimal utama dan kelenjar lakrimal aksesorius. Kelenjar lakrimal utama dibagi
menjadi dua lobus, yaitu lobus orbita dan palpebra yang dipisahkan secara
anatomis oleh aponeurosis levator bagian lateral.

6
Gambar 2.5 Anatomi Kelenjar Lakrimalis

Cairan serous disekresi oleh lobus orbita dari empat hingga enam duktus
yang berjalan ke lobus palpebra dan sepanjang enam hingga delapan duktus dari
lobus palpebra, dialirkan ke kantung konjungtiva, sepertiga temporal dari forniks
konjungtiva superior. Lobus palpebra (inferior) dari kelenjar lakrimal sekitar
setengah dari ukuran lobus orbital dan dibentuk oleh beberapa lobulus. Terletak di
inferior dan anterior dari aponeurosis levator dan strukturnya tidak seperti bagian
superior, memanjang hingga margin orbital yang terletak di atas dari forniks
konjungtiva superior, di mana duktus terbuka.
Secara histologis, kelenjar lakrimal terdiri atas kelenjar tubulus alveolar
dengan tubular cabang pendek yang strukturnya menyerupai kelenjar parotis.
Setiap lobus terdiri dari banyak asini atau kelenjar kecil yang terhubung melalui
saluran atau duktuli dan menuju pada duktus yang lebih besar, yang pada akhirnya
terkumpul menjadi 6-12 duktus sekretori yang terbuka pada forniks konjungtiva.
Sel asini merupakan unit sekresi, tersusun dari lapisan sel myoepitel basal
dan suatu bagian dalam dengan sel-sel asinar. Sel asini terdiri dari dua lapisan sel
yang terletak pada dasar membran hialin dan di sekitar kanalis sentralis. Sel pada
lapisan basal bentuknya datar dan kontraktil, sementara sel lain berbentuk silindris
dan mengandung granul sekretori. Sekresi jalur sinus ke dalam duktus
intermediate dan akhirnya ke dalam duktus sekretori defintif. Stromanya
mengandung elemen limfoid.
(Soebagjo H, 2019).

7
Gambar 2.6 Histologi Sistem Kelenjar Lakrimalis

2.2.2 Fisiologi Kelenjar Lakrimalis

Kelenjar lakrimal aksesorius terdiri dari kelenjar Krause, Wolfring, Zeiss,


Moll, dan Meibom. Kelenjar ini tidak mempunyai suatu sistem saluran dan
terletak di dalam substantia propria konjungtiva palpebra. Struktur pendukung
utama palpebra adalah tarsus yang terdiri atas suatu lapisan jaringan fibrosa padat.
Tarsus palpebra ini didapatkan pada palpebra superior dan inferior. Tarsus terdiri
atas jaringan pendukung palpebra dengan kelenjar Meibom yang ada di dalamnya.

8
Gambar 2.7 Skematik Kelenjar Lakrimal Aksesorius
Kelenjar Meibom berfungsi menghasilkan substansi lemak berminyak
pada permukaan air mata (tear film), substansi ini akan mengurangi tingkat
penguapan air mata dan juga akan menjaga kelopak mata atas dan bawah agar
tidak lengket saat berkedip. Kelenjar Meibom ini berjumlah 40–50 buah di
palpebra bagian atas dan 20-30 buah di palpebra bagian bawah. Struktur ini terdiri
dari sel-sel asinar yang terhubung ke sebuah pusat saluran yang ujungnya terbuka
pada persimpangan mukokutaneus (mucocutaneus junction) di tepian palpebra.
Kelenjar Meibom ini tampak berderet sejajar pada muaranya (orifisium). Sekresi
lipid yang mengandung minyak dan wax disintesis dan disekresikan secara
perlahan akibat dorongan kelenjar Meibom dari pusat ke orifisium. Selain itu,
eksudasi basalis, kontraksi sepasang otot Riolan, dan ditambah refleks berkedip
dari mata juga mendorong sekresi kelenjar Meibom tersebar di permukaan okular.
Margo (tepi) palpebra dipisahkan oleh garis abu batas mukokutan (grey
line) menjadi margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata,
kelenjar Zeis dan Moll. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata berbentuk suatu saluran seperti
tabung berukuran kecil yang tak bercabang dan hulu nya berbentuk saluran spiral
biasa dan bukan seperti bentuk glomerulus pada kelenjar keringat. Margo

9
posterior kontak dengan bola mata, dan di sepanjang margo ini terdapat lubang-
lubang kecil dari kelenjar sebaseus yang telah termodifikasi (kelenjar Meibom
atau tarsal).

Gambar 2.8 Muara Kelenjar Meibom (panah)


Kelenjar Moll tergolong kelenjar apokrin. Secara histologis kelenjar Moll
ini mirip dengan kelenjar apokrin yang lain. Unit kelenjar apokrin terdiri atas dua
bagian, yaitu 1) bagian proksimal yang melingkar dan merupakan bagian
sekretorik serta, 2) bagian saluran (duktus) yang merupakan bagian utama dan
berjalan melalui dermis. Secara histologis dan fungsi apokrin, kelenjar Moll
terbagi menjadi dua jenis, yaitu kelenjar apokrin yang aktif dan inaktif. Kelenjar
Moll yang aktif tampak sebagai sel kelenjar yang tinggi, tebal, dan padat yang
tersusun saling berdesakan pada lapisan myoepitelial sehingga lumen tampak
sempit, sedangkan kelenjar yang inaktif hanya tampak lapisan sel kelenjar tipis
pada lapisan myoepitelial sehingga lumen tampak lebar.
Kelenjar Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebaseus kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Sedangkan kelenjar lakrimal Krausse
dan Wolfring terdapat di bawah konjungtiva palpebra. Kelenjar ini memasok
cairan ke kantong konjungtiva dan kornea. Kedua kelenjar ini berfungsi sebagai
sekresi basal yang menghasilkan air mata secara terus menerus dalam jumlah yang
relatif kecil, yaitu sekitar 30 μl per menit.
(Soebagjo H, 2019).

10
Gambar 2.9 Histologi Kelenjar Moll. Kelenjar apokrin aktif (anak panah)
dan kelenjar apokrin inaktif (panah)

2.3 Hordeolum

2.3.1 Definsi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom


yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah
infeksi kelenjar Zeiss atau Moll (Vaughan D, 2014).

2.3.2 Epidemiologi

Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan


jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek
kedokteran. insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin (Schlote et al,
2006).

2.3.3 Etiologi

11
Penyebab hordeolum pada umumnya adalah infeksi dari Staphylococcus
aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum (Schlote et al, 2006).

2.3.4 Faktor Risiko

Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut:

a. Penyakit kronik.

b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.

c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.

d. Diabetes.

e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.

f. Riwayat hordeolum sebelumnya

g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.

h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

2.3.5 Patogenesis

12
Gambar 2.10 Kelenjar Meibom, Zeis, dan Moll

Infeksi umumnya muncul akibat penebalan, stasis, atau keringnya sekresi


kelenjar Zeis, Moll, atau kelenjar Meibom. Kelenjar Zeis dan Moll merupakan
suatu kelenjar siliaris dari mata. Kelenjar Zeis menyekresikan sebum dengan suatu
kandungan antiseptik yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Kelenjar Moll
memproduksi imunoglobulin A, mucin 1, dan lisosom yang sangat esensial pada
pertahanan imun melawan bakteri mata. Ketika kelenjarkelenjar ini mengalami
suatu blokade atau kebuntuan, maka akan terjadi gangguan pertahanan imun mata.
Stasis kelenjar ini dapat mengakibatkan terjadinya infeksi bakteri dan
Staphylococcus aureus merupakan patogen tersering yang menyebabkan
hordeolum. Setelah terjadinya suatu respons inflamasi yang ditandai infiltrasi
leukosit, maka akan muncul suatu kantong berisi nanah atau terbentuk abses.
Perjalanan alamiah dari hordeolum internum akut umumnya berlangsung antara
satu hingga 2 minggu, dimulai dengan munculnya nanah dan berakhir dengan
drainase spontan dari nanah tersebut (Soebagjo H, 2019).

Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan


nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya
mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis
hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara
histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris
nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar
Meibom di lempeng tarsal (Michael ED, 2009; Michael JB, 2010).

2.3.6 Manifestasi klinis

Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,


mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum. Adanya
pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar
diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya ikut

13
membesar. Hordeolum sering membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.
(Ilyas, 2010).

Gejala klinis hordeolum menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:

1. Pembengkakan

2. Rasa nyeri pada kelopak mata

3. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

4. Riwayat penyakit yang sama

Tanda hordeolum menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:

1. Eritema

2. Edema

3. Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata

4. Seperti gambaran absces kecil

2.3.7 Klasifikasi

a. Hordeolum eksternum

Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll


dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum,
nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.

Gambar 2.11 Hordeolum eksternum

14
b. Hordeolum internum

Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di


dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum
eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan
tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan
tidak memecah sendiri.

Gambar 2.12 Hordeolum


internum

2.3.8 Diagnosis

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis yang


muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan mata yang sederhana.
Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit ini pemeriksaan penunjang tidak
diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.

2.3.9 Penatalaksanaan

Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.

a. Non farmakologi

1) Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.

15
2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius.
4) Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.

b. Farmakologi

Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak


ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.

1) Antibiotik topikal

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari. 4 Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum
eksterna dan hordeolum interna yang ringan.

2) Antibiotik sistemik

Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda


pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum
dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau
dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau
cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari
atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

c. Pembedahan

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur


pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Pada

16
insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes
mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum dan dilakukan insisi yang bila

1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.

2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra

Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotic (Sidarta
I, 2011).

2.3.10 Pencegahan

Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut:


a. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk
membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
c. Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh
kuman.
d. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

2.3.11 Komplikasi

Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau


selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan
septum orbita dan abses palpebra.

2.3.12 Prognosis

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa


mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai.

17
2.4 Kalazion

2.4.1 Definisi

Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang


tersumbat, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada mata.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai
nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dengan hordeolum karena tidak
adanya tanda- tanda radang akut (Ilyas, 2009).

Gambar 2.13 (A) Kalazion palpebra superior, (B) Kalazion palpebra


inferior

2.4.2 Epidemiologi

Kalazion bisa terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak mungkin
juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas
mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masapubertas dan selama
kehamilan (Wessels, 2010).

2.4.3. Etiologi

Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion adalah


idiopatik, tetapi ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya adalah berhubungan
dengan blefaritis kronik. Blefaritis adalah peradangan palpebra dengan gejala
utama tepi kelopak meradang yang disebabkan oleh infeksi dan alergi yang
berjalan kronis atau menahun. (Ilyas, 2009).

18
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran
kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan
seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea (Lang G, 2000).

2.4.4 Patogenesis

Kelenjar Meibom menghasilkan minyak penyusun lapisan air mata. Bila


kelenjar mengalami obstruksi, maka kandungan kelenjar dapat terinfiltrasi ke
jaringan sekitar dan memicu respons inflamasi granulomatous. Edema yang
disebabkan dari obstruksi kelenjar Meibom terbatas pada konjungtiva palpebra,
namun adakalanya bila lesi membesar dan menembus lempeng tarsal dan
menembus palpebra bagian luar. Secara histologis, kalazion menggambarkan
radang lipogranulomatous kronis. Penyebab dari bakteri (paling sering adalah
Staphylococcus aureus) belum jelas (Soebagjo H, 2019)..

Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,


kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granusellasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara
kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang
menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum,
begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak
keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin
menampakkan kelenjar Meibom yang berdilatasi (Soebagjo H, 2019).

2.4.5 Gejala Klinis

Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada


palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada
waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada
individu-individu tertentu (Kanski JJ, 2009).

Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah


kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari

19
saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar
Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan
menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya
sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Gejala klinis dari kalazion menurut Prof.
Sidharta Ilyas (2009) adalah:
- benjolan pada kelopak mata
- tidak hiperemi
- tidak ada nyeri tekan
- pseudoptosis
- tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler
- kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena penekanan
yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
- pada anak muda: diabsorbsi spontan

2.4.6 Diagnosis

Diagnosis kalazion yaitu dengan melakukan anamnesa identitas, keluhan


dari kalazion yang disebutkan sebelumnya, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan, dan riwayat
kebiasaan. Setelah dilakukan anamnesa dilakukan pemeriksaan mata seperti visus,
tekanan intra ocular, kedudukan bola mata, pergerakan, palpebra, konjungtiva,
sclera, kornea, camera okuli anterior, iris, pupil, serta lensa (Sahni, 2004) (Kanski
JJ, 2009).

Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit,
untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi. Pemeriksaan
histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai
keganasan.

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pasien dengan kalazion adalah


pemeriksaan fisik pada kelopak mata pasien.
- Inpeksi : pada pemeriksaan secra inspeksi dapat dilihat adanya nodul pada
kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul menonjol ke arah

20
konjungtiva dan tampak adanya daerah berwarna kemerahan pada
palpebra bagian dalam.
- Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan adanya masa
yang keras dan terfiksasi pada tarsus.
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali
sehingga dicurigai keganasan.
c. Pemeriksaan Tonografi

Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan tekanan intra okuler (TIO)


pada mata. Biasanya tidak terjadi peningkatan, namun pemeriksaan tetap
dilakukan untuk memperkuat diagnosis

d. Pemeriksaan Darah Lengkap

Kadang kalazion dapat diikuti infeksi pada mata.Selain itu juga untuk
membedakan antara kalazion dan herdeolum.

e. Pemeriksaan Lipid Serum

Digunakan untuk memperkuat diagnosis.

2.4.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari kalazion Menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:

1. Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15 menit (4


kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan pengobatan konservatif.

2. Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai penyebabnya.

3. Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak ada
bukti infeksi

21
4. Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari kalazion
dalam beberapa minggu kemudian.

a. Non-Farmakologi

- Kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali/hari untuk membantu


drainase.
- Jangan menekan atau menusuk kalazion, hal ini dapat menimbulkan
infeksi.

b. Farmakologi

Antibiotik diberikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan. Jenis antibiotiknya yaitu:
1. Antibiotik topical
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari.
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakteremia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe preaurikular. Pada kasus kalazion dengan kasus
yang sedang sampai berat dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin
500mg per oral 4 kalo sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau
cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300mg oral 4 kali sehari
selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

c. Pembedahan

Eksisi kalazion

1. Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.

2. Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi pada
kelopak mata.

3. Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya

22
4. Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)

5. Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara horisontal
lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk pembuangan seluruh
jaringan yang mengalami inflamasi.

Eskokleasi Kalazion

Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain. Obat


anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit
dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjungitva tarsal dan
kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi
kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.
(Ilyas, 2009; Leonid SJ, 2014; Wessels, 2002).

23
Gambar 2.14 Eskokelasi Kalazion

2.4.8 Komplikasi

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis,


dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu
dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika
massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya
hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas
konjungtiva atau kulit (Santen S, 2010).
2.4.9 Prognosis

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik.


Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat
drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat
mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.
Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama
meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus

24
dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi
langsung dengan potongan beku perlu dilakukan.
Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan.
Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan
jaringan parut.Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya
pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intraokular. Kuretase dan drainase yang
inadekuat dapat menyebabkan berulangnya atau berkembangnya suatu
granulomata.
(Wessels, 2002; Ilyas S,2010).

BAB 3

KESIMPULAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.


Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
kelopak mata. Hordeolum terdiri dari hordeolum internum (glandula Meibom) dan
ekstrenum (glandula Zeiss atau Moll). Hordeolum memberikan gejala radang pada

25
kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila
ditekan. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding
hordeolum ekternum.
Kalazion adalah peradangan granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik
pada elenjar Meibom, sebagai akibatnya terjadi suatu peradangan lipogranuloma
kronik kelenjar meibom. Umumnya ditandai dengan pembengkakan setempat
yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu.
Penanganan hordeolum dan kalazion terdiri dari antibiotic lokal ataupun
sistemik dan pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2009.
Hal 28-29.
Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman R, Simarwata M, Widodo PS (eds).
2010. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta: Sagung Seto.

26
Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth- Heinemann,
Boston.
Lang G. Ophthalmology – A short Textbook. Thieme. Stuttgart. New York. 2000
Michael ED. Hordeolum. 2009. Available from : http://translate.google.
co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview
Michael JB. Hordeolum. 2010. Available from : http://translate.google.co
.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://emedicine.medscape.com/article/798940-overview
Santen S. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. 2010. Diakses 31
januari 2013
Schlote et al. Pocket Atlas of Ophtalmology. Stuttgart ; thieme ; 2006. P. 96-101
Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta 2011: Hal1-2 ; 92-94
Soebajo, Hendrian. 2019. Penyakit Kelenjar Lakrimal. University Airlangga
Press:Surabaya
Vaughan, Daniel. General Opthalmology. 18th edition. McGraw Hill. 2014.
Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated : 23
September 2002. Diakses 6 November 2015

27

Anda mungkin juga menyukai