Anda di halaman 1dari 27

BAB I

Water and Steam Process

Dalam suatu proses produksi dalam industri yang besar seperti di PT Pabrik Kertas Tjiwi
Kimia, boiler merupakan suatu pembangkit panas yang penting. Sesuai dengan namanya maka
fungsi dari boiler ini adalah penghasil panas utama di industri tersebut. Dalam suatu proses
industri boiler harus dijaga agar effisiensinya cukup tinggi. Oleh sebab itu penting untuk
menjaga kualitas air yang diumpankan untuk boiler (Boiler Feed Water), karena akan
berhubungan dengan effisiensi dari boiler tersebut.

Air umpan boiler atau Boiler Feed Water nantinya akan dipanaskan hingga menjadi
steam. Karena di dalam boiler terjadi pemanasan harus di waspdai adanya kandungan-
kandungan mineral seperti ion Ca2+ dan Mg2+. Air yang banyak mengandung ion Ca2+ dan
Mg2+ disebut sebagai air yang sadah (hard water). Ion-ion ini sangat berpengaruh pada kualitas
air yang nantinya akan digunakan sebagai umpan boiler. Biasanya ion-ion ini terlarut dalam air
sebagai garam karbonat, sulfat, bikarbonat dan klorida. Berbeda dengan senyawa-senyawa
kimia lainnya, kelarutan dari senyawa-senyawa mengandung unsur Ca dan Mg seperti CaCO3,
CaSO4, MgCO3, Mg(OH)2, CaCl2,MgCL2, dll ; akan memiliki kalarutan yang makin kecil
apabila suhu makin tinggi. Sehingga ketika memasuki boiler, air ini merupakan masalah yang
harus segera diatasi. Air yang sadah ini akan menimbulkan kerak(scalling) dan tentu saja akan
mengurangi effisiensi dari boiler itu sendiri akibat dari hilangnya panas akibat adanya kerak
tersebut. Selain itu yang dikhawatirkan bisa menyebabkan scalling adalah adanya deposit
silika.

Sampel air boiler akan berguna hanya jika sampel ini mewakili kondisi dibagian dalam
boiler. Oleh karena itu sampel-sampel yang diambil dari gelas pengukur ketinggian air, yang
tergantung di luar ruang control, atau dekat pipa pemasukan air umpan nampaknya sangat tidak
akurat. Sampel yang diambil dari boiler tidak aman dan tidak akurat sebab airnya dalam
keadaan bertekanan dan sebagian akan menyemprot menjadi steam, sehingga konsentrasi TDS
yang terukur lebih tinggi pada sampel daripada didalam boiler. Berdasarkan hasil analisis
sampel, sangat umum terjadi bahwa air boiler yang di-blowdown lebih banyak daripada yang
diperlukan.

Penyelesaiannya adalah menggunakan pendingin sampel untuk mengambil air dari


boiler. Pendigin sampel adalah penukar panas berukuran kecil yang menggunakan air dingin
untuk mendinginkan sampel pada saat diambil, oleh karena itu mengurangi semprotan,
meningkatkan keamanan operator dan ketelitian sampel. Dalam beberapa sistim otomatis,
sensor konduktivitas dipasang langsung ke shell boiler untuk memantau tingkat TDS secara
terus menerus. Alasan lain untuk sistim kendali TDS otomatis adalah untuk menghindari
pengaruh beban steam yang bervariasi, laju kondensat yang kembali, dan kualitas air make-up
pada hasil sampel.

Jika air dididihkan dan dihasilkan steam, padatan terlarut yang terdapat dalam air akan
tinggal di boiler. Jika banyak padatan terdapat dalam air umpan, padatan tersebut akan
terpekatkan dan akhirnya akan mencapai suatu tingkat dimana kelarutannya dalam air akan
terlampaui dan akan mengendap dari larutan. Diatas tingkat konsenrasi tertentu, padatan
tersebut mendorong terbentuknya busa dan menyebabkan terbawanya air ke steam. Endapan
juga mengakibatkan terbentunya kerak di bagian dalam boiler, mengakibatan pemanasan
setempat menjadi berlebih dan akhirnya menyebabkan kegagalan pada pipa boiler. Oleh karena
itu penting untuk mengendalikan tingkat konsentrasi padatan dalam suspensi dan yang terlarut
dalam air yang dididihkan. Hal ini dicapai oleh proses yang disebut ‘blowing down’, dimana
sejumlah tertentu volume air dikeluarka n dan secara otomatis diganti dengan air umpan dengan
demikian akan tercapai tingkat optimum total padatan terlarut (Total Dissolved Solid) dalam
air boiler dan membuang padatan yang sudah rata keluar dari larutan dan yang cenderung
tinggal pada permukaan boiler. Blowdown penting untuk melindungi permukaan penukar
panas pada boiler. Walau demikian, Blowdown dapat menjadi sumber kehilangan panas yang
cukup berarti, jika dilakukan secara tidak benar.

Electrical conductivity digunakan untuk menunjukan Total Dissolved Solid yang ada
pada air pada boiler. Metode konvensional untuk mem-blowdown boiler dapat dilakukan
dengan menggunakan dua jenis blowdown, yaitu Intermittent Blowdown dan Continuous
Blowdown.

Intermittent Blowdown
Blowdown yang sewaktu-waktu dioperasikan secara manual menggunakan sebuah valve
yang dipasang pada pipa pembuangan pada titik terendah steam drum untuk mengatur
parameter (TDS atau electrical conductivity, pH, konsentasi Silica dan Fosfat) dalam batasan
yang sudah ditentukan sehingga tidak berpengaruh buruk terhadap kualitas steam. Jenis
blowdown ini juga merupakan metode efektif untuk membuang padatan yang telah lepas dari
larutan water wall dan permukaan dalam steam drum. Pada Intermittent Blowdown, jalur yang
berdiameter besar dibuka untuk waktu sesaat, yang didasarkan pada aturan umum.

Intermittent Blowdown menyebabkan harus ditambahkannya air umpan ke dalam boiler


dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat, sehingga membutuhkan debit pompa air umpan
yang lebih besar daripada jika digunakan Continuous Blowdown. Selain itu, tingkat TDS akan
bervariasi, sehingga menyebabkan fluktuasi ketinggian air dalam boiler karena perubahan
dalam ukuran gelembung steam dan distribusinya yang setara dengan perubahan dalam
konsentrasi padatan. Hal yang juga terjadi adalah sejumlah besar energi panas hilang karena
Intermittent Blowdown.

Continuous Blowdown
Air di dalam boiler akan selalu di ganti secara terus menerus melalui boiler feed water
system. Hal ini menjamin TDS yang konstan dan kemurnian steam pada beban steam tertentu.
Valve blowdown hanya diatur satu kali untuk kondisi tertentu, dan tidak perlu lagi diatur setiap
saat oleh operator. Walaupun sejumlah besar panas diambil dari boiler, tetapi ada peluang
pemanfaatan kembali panas ini dengan mengembuskannya ke Continuous Blowdown flash
tank dan mengasilkan flash steam. Flash steam ini dapat digunakan untuk pemanasan awal air
umpan boiler di deaerator. Jenis blowdown ini umum digunakan pada boiler bertekanan tinggi.

Keuntungan pengendalian blowdown


Pengendalian blowdown boiler yang baik dapat secara signifikan menurunkan biaya
perlakuan dan operasional yang meliputi:
• Biaya perlakuan awal lebih rendah
• Konsumsi air make-up lebih sedikit
• Waktu penghentian untuk perawatan menjadi berkurang
• Umur pakai boiler meningkat
• Pemakaian bahan kimia untuk pengolahan air umpan menjadi lebih rendah
De-aerasi
Dalam de-aerasi gas terlarut, seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang dengan
pemanasan awal air umpan sebelum masuk ke boiler. Seluruh air alam mengandung gas terlarut
dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbon dioksida dan oksigen, sangat meningkatkan
korosi. Bila dipanaskan dalam sistim boiler, karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2)
dilepaskan sebagai gas dan bergabung dengan air (H2O) membentuk asam karbonat (H2CO3).
Penghilangan oksigen, karbon dioksida dan gas lain yang tidak dapat terembunkan dari air
umpan boiler sangat penting bagi umur pemakaian peralatan boiler dan juga keamanan operasi.
Asam karbonat mengkorosi logam menurunkan umur peralatan dan pemipaan. Asam ini juga
melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan mengalami pengendapan dan
meyebabkan terjadinya pembentukan kerak pada boiler dan pipa. Kerak ini tidak hanya
berperan dalam penurunan umur peralatan tapi juga meningkatkan jumlah energi yang
diperlukan untuk mencapai perpindahan panas.

I.1 Demine Meke Up to Deaerator


a. Deaerator Make Up Water Pump
Deaerator Make Up Water Pump adalah pompa yang berfungsi untuk mengalirkan
air demin dari demin tank menuju deaerator tank. Make up ini dilakukan untuk menjaga
level air di dalam sistem boiler. Meskipun uap yang di hasilkan nantinya di
kondensasikan dan di kembalikan kedalam sistem boiler, volume air di dalam sistem
boiler dapat berkurang sangat banyak. Air di dalam boiler dapat berkurang akibat steam
supply ke paper factory dan leakage steam yang terbuang ke udara bebas. Pada TK 4
terdapat 2 Deaerator Make Up Water Pump, 1 pompa beroperasi dan 1 pompa standby.
Adapun spesifikasi Deaerator Make Up Water Pump sebagai berikut :
Kapasitas : 100 T/H
Pressure : 20 bar

b. Deaerator

Merupakan penampungan awal Feed Water yang berasal dari Demin Water
System. Selain itu Deaerator digunakan untuk pemanasan awal feed water menggunakan
extraksi turbin nomor 3 sebagai pemanas utama atau menggunakan auxiliary steam saat
ekstraksi 3 belum dapat digunakan. Pemanasan ini juga bertujuan untuk menghilangkan
O2 secara mekanis di dalam Feed Water. Yang perlu di perhatikan dalam deaerator adalah
tempertaur, pressure, dan level air.
Adapula pemisahan oksigen secara kimiawi. Hal yang dilakukan adalah dengan
menambahkan hidrazine atau oksigen scavenger. Setelah menambahkan hidrazine
kedalam air, maka oksigen akan terikat oleh hidrazin dan akhirnya menguap setelah
berinteraksi dengan steam yang di injeksikan ke dalam air di dalam deaerator.

Deaerator pada TK 4 mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut :


Working pressure : 0,588 Mpa
Design pressure : 0,9 Mpa
Working temperature : 158 oC
Design Temperature : 350 oC (steam) / 275 oC (proper)
Total volume : 138 m3
Efektif volume : 100 m3
Out put : 475 T/H
Safe valve set : 0,8 MPa

Deaerator Level
HHH : 1150 mm (Trip)
HH : 950 mm (Over flow open)
H : 850 mm (Alarm)
Normal : 650 mm
L : -450 mm (Alarm)
LL : -900 mm (BFWP trip)

I.2 Demine Meke Up to Condenser


a. Condensor Make Up Water Pump
Condensor Make Up Water Pump mempunyai fungsi untuk mengalirkan air demin
dari demin tank menuju condenser. Pompa ini mempunyai peran yang sama dengan
deaerator Make Up Water Pump namun make up ini melalui condenser. Pada TK 4
terdapat 2 Deaerator Make Up Water Pump, 1 pompa beroperasi dan 1 pompa standby.
Adapun spesifikasi Condensor Make Up Water Pump sebagai berikut :
Kapasitas : 100 T/H
Pressure : 0.875 Mpa
Power : 45 kW
Putaran : 2900 RPM

I.3 Condenser Water to Deaerator


a. Condensate Pump
Condensate pump berfungsi unuk mengalirkan air hasil kondensasi dari steam sisa
keluaran turbine di condenser menuju deaerator. Pada TK 4 terdapat 2 Condensate Pump,
1 pompa beroperasi dan 1 pompa standby.
Adapun spesifikasi Condensate Pump sebagai berikut :
Kapasitas : 268 T/H
Pressure : 1.53 Mpa
b. Gland Steam Heater

Gland steam heater merupakan proses pemanasan awal air kondensat turbin (uap
yang dihasilkan dari exhause turbin dan telah terkondensasi menjadi air di kondensor)
dengan menggunakan uap sisa dari gland steam atau shaft sealing pada turbin sebagai
pemanas. Pada gland steam heater terdapat 2 extract fan yang berfungsi untuk menjaga
kevakuman di gland steam heater sehingga dapat menghisap return steam dari gland seal
(steam-air mixture) untuk di kondensasikan di Gland Steam Heater.
Gland Steam Heater pada TK 4 mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut :
No Name Unit Steam Side Water Side
1 Design Pressure MPa 0,6 2,5
2 Test Pressure MPa 0,75 3,15
3 Design Temperature C 350 100
5 Efisiensi 0,85 1
6 Heating area m2 50

c. Low Pressure Heater

High Pressure Heater merupakan alat pemanasan feed water (condensate) yang
memanfaatkan steam dari ekstrasi 1 dan 2 turbin sebagai pemanas
Low Pressure Heater merupakan alat pemanasan awal condensate feed water yang
memanfaatkan steam dari ekstraksi 4,5 dan 6 turbin sebagai pemanas. Semakin besar
nomor ekstraksi maka semakin kecil temperatur dan tekanan nya. Untuk pemanasan
dimulai dari Low Pressure Heater yang paling rendah pressure dan temperaturenya yaitu
LPH 6.
Low Pressure Heater 4 pada TK 4 mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut :
No Name Unit Shell Side Tube Side
1 Max. Working Pressure MPa 0,267 2
2 Design Pressure MPa 0,4 2,5
3 Design Temperature C 170 170
5 Heat Surface Area m2 120
6 Safet valve set MPa 0,45 2,5

Low Pressure Heater 5 pada TK 4 mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut :


No Name Unit Shell Side Tube Side
1 Max. Working Pressure MPa 0,18 2,3
2 Design Pressure MPa 0,4 2,5
3 Design Temperature C 150 150
5 Heat Surface Area m2 180
6 Safety valve set MPa 0,5 3,125

Low Pressure Heater 6 pada TK 4 mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut :


No Name Unit Shell Side Tube Side
1 Max. Working Pressure MPa 0,048 2,3
2 Design Pressure MPa 0,4 2,5
3 Design Temperature C 105 105
5 Heat Surface Area m2 180
6 Safet valve set MPa 0,5 3,125

d. Low Pressure Drain Pump


Low Pressure Drain Pump berfungsi untuk memompa steam yang terkondensasi menjadi
air pada tangki Low Pressure Heater. Air hasil kondensasi ini di alirkan menuju saluran
condensate make up to deaerator setelah Low Pressure Heater nomor 6 namun sebelum
memasuki Low Pressure Heater nomor 5. Terdapat 2 pompa, 1 beroperasi dan 1 stand-
by.

Adapun spesifikasi Low Pressure Drain Pump sebagai berikut :


Kapasitas : 46 T/H

I.4 Boiler Feed Water System


Merupakan peralatan untuk menukar panas dimana energi panas yang dihasilkan dari
pembakaran diserap oleh air sehingga terbentuk uap dengan temperatur dan tekanan yang
tinggi. Bahan bakar yang digunakan adalah batu bara dengan low calorie. Namun tetap
memerlukan solar untuk start dan stop boiler.

a. Boiler Feed Water Pump


Boiler Feed Water Pump adalah pompa yang digunakan untuk mengirimkan boiler
feed water dari deaerator menuju economizer.
Boiler feed water pump pada TK 4 mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut :
Gear Box
Power : 2013 kW
RPM out : 4527
RPM in : 1490
Pump
Flow : 473 T/H
Head : 1246 m
RPM : 4423

Motor
Volt : 33000 v
Power : 2500 kW
RPM : 1490

b. High Pressure Heater

High Pressure Heater merupakan alat pemanasan feed water (condensate) yang
memanfaatkan steam dari ekstrasi 1 dan 2 turbin sebagai pemanas. High Pressure Heater
merupakan langkah untuk meningkatkan efisiensi dalam sebuah power plant. Yaitu
regenerative heating dari ekstraksi turbine sehingga berdampak pada pengurangan
penggunaan bahan bakar dalam boiler. Semakin besar nomor ekstraksi maka semakin
kecil temperatur dan tekanan nya. Untuk pemanasan dimulai dari High Pressure Heater
yang paling rendah pressure dan temperaturenya yaitu HPH 2.
High Pressure Heater 1 pada TK 4 mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut :
No Name Unit Shell Side Tube Side
1 Design Pressure MPa 3.3 18
2 Design Temperature Skirt : 410
C 265
Cylinder : 245
3 Heat Surface Area m2 250
4 Safet valve set MPa 3,2 17,4
High Pressure Heater 2 pada TK 4 mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut :
No Name Unit Shell Side Tube Side
1 Design Pressure MPa 2,2 18
2 Design Temperature Skirt : 385
C 240
Cylinder : 220
3 Heat Surface Area m2 400
4 Safet valve set MPa 3,13 17,4
Beberapa pengaruh level air yang terkondensasi di dalam HPH tank terhadap operasional
adalah sebagai berikut :
HHH : 600 mm (Trip)
HH : 350 mm (emergency drain open)
H : 200 mm (Alarm)
Normal : 0 mm
L : -200 mm (Alarm)
LL : -400 mm (drain valve close)

c. Economizer

Economizer Upper

Economizer Lower

Merupakan peralatan untuk memproses pemanasan air umpan yang berasal dari
high pressure heater sehingga mencapai temperatur jenuh yang mendekati temperatur
steam drum. Pemanasan ini dilakukan dengan memakai gas buang pembakaran yang
bertemperatur cukup tinggi. Economizer ini terdiri dari 2 tingkat, yaitu Lower
Economizer dan Upper Economizer.

d. Steam Drum
Merupakan peralatan untuk proses pemisahan uap jenuh dari air mendidih sehingga
dihasilkan uap jenuh untuk di proses lebih lanjut di superheater. Air yang tersisa di steam
drum di sirkulasikan kembali ke water wall boiler dengan melalui pipa down comer.
Level steam drum ini harus selalu di jaga antara 450-700. Dalam steam drum ini juga di
injeksikan pospat untuk menjaga ph air di steam drum.
e. Boiler water wall
Merupakan proses pemanasan air yang berasal dari steam drum. Air di dalam pipa
menyerap kalor hasil pembakaran bahan bakar di furnace boiler sehingga dihasilkan
campuran dua fase yaitu antara air dan uap yang kemudian di sirkulasikan kembali ke
steam drum secara alami.

f. Superheater
Merupakan peralatan unutk proses pemanasan lanjut bagi uap yang berasal dari
steam drum sehingga terbentuk uap pemanasan lanjut / superheated steam yang akan di
gunakan sebagai uap penggerak turbin. Dalam super heater ini ada beberapa taham
pemanasan yaitu primary superheater, division panel superheater, platen superheater, dan
finishing superheater. Untuk mengatur temperatur, dilakukan desuperheater antara Steam
Drum dan platen superheater, antara platen superheater dan finishing superheater. Setelah
keluar dari finishing superheater, steam siap digunakan untuk menggerak turbin dan
keperluan yang lainnya.
Platen S/H

Finishing S/H
Division
Panel S/H

Primary S/H

I.5 Boiler Desuperheater System


Desuperheater merupakan salah satu peralatan yang terdapat didalam PLTU.
Desuperheater 1st class tempatnya berada didalam boiler diantara primary superheater
dan division panel superheater sedangkan desuperheater 2nd class tempatnya berada
didalam boiler diantara platen superheater dan finishing superheater . Desuperheater
merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan uap panas yang berasal dari
Superheater supaya temperatur dapat dikontrol sesuai dengan kondisi sistem yang di
butuhkan.
BAB II
Boiler Combustion System

II.1 Combustion Air and Gas System

Fan digunakan dalam peningkatan efisiensi pembangkit karena fan dapat


memaksimalkan tenaga dorong pada saluran inlet bahan bakar, menghemat bahan bakar dan
membantu pembakaran agar prosesnya sempurna. Karena tanpa adanya fan, akan sulit
didapatkan efisiensi thermal dalam boiler.
Selain itu, setelah proses pencampuran serbuk batubara dan udara yang dilakukan oleh
fan dan dibantu oleh Dumper tetap yaitu pengatur pengaduk udara, akan dapat menimbulkan
turbulensi yaitu gerakan yang dapat menyempurnakan pencampuran serbuk batubara dan
udara.
Kebutuhan turbulensi untuk melakukan pencampuran bahan bakar secara sempurna
atau memenuhi kebutuhan akan oksigen untuk pembakaran sempurna tidak hanya di dapat
dari udara primer saja, melainkan juga di dapat dari udara sekunder. Oleh karena itu
dibutuhkan PA Fan, FD Fan, dan ID Fan, untuk memasok udara primer dan sekunder guna
proses pembakaran di dalam boiler.

Primary Air Fan (PA Fan)


PA Fan terletak di bagian Pulverizer (bagian yang berfungsi sebagai penggerus
batubara kasar yang disuplai oleh Coal Feeder menjadi serbuk batubara yang sangat halus
sebelum disalurkan ke burner) dan berfungsi sebagai penghasil udara primer (Primary Air)
yang digunakan sebagai udara pengangkut serbuk batubara dari Pulverizer menuju Burner
untuk dibakar di Furnace Boiler (ruangan yang berisi pipa-pipa boiler yang digunakan untuk
tempat pembakaran). Mula-mula PA Fan yang bekerja pada tekanan rendah mengambil
udara dari luar untuk dijadikan sebagai udara primer, lalu PA Fan akan bekerja pada tekanan
tinggi untuk menyalurkan serbuk batubara dari Pulverizer ke furnace boiler yang dibantu
oleh Seal Air Fan (penghasil udara bertekanan). Sebelum masuk ke boiler, udara primer
dinaikkan suhunya terlebih dahulu oleh Primary Air Heater yang berfungsi sebagai pemanas
awal udara primer yang dihasilkan oleh PA Fan sebelum disalurkan pada Pulverizer.
Primary air fan ini dibagi menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu cold primary air
system dan hot primary air system. Cold primary air system terletak pada salauran sebelum
air heater, sedangkan hot primary air system terletak setelah melewati air heater.
Force Draft Fan (FD Fan)

FD fan terletak pada bagian ujung saluran air intake boiler dan digerakkan oleh motor
listrik. Fan ini bekerja pada tekanan tinggi dan berfungsi menghasilkan udara sekunder
(Secondary Air) yang akan dialirkan ke dalam boiler untuk mencampur udara dan bahan
bakar dan selanjutnya digunakan sebagai udara pembakaran pada furnace boiler. Udara yang
diproduksi oleh Force Draft Fan (FD Fan) diambil dari udara luar. Dalam perjalananya
menuju boiler, udara tersebut dinaikkan suhunya oleh secondary air heater (pemanas udara
sekunder) agar proses pembakaran bisa terjadi di boiler. FD Fan dan PA Fan bekerja sama
untuk membuat campuran antara udara dan serbuk batubara agar terjadi pembakaran
sempurna. Bercampurnya udara dan serbuk batubara dibantu oleh Dumper tetap yaitu
pengatur pengaduk udara sehingga menimbulkan turbulensi yang memungkinkan terjadinya
pembakaran yang efisien. Turbulensi mengacu pada gerakan udara didalam Furnace,
gerakan ini perlu karena dapat menyempurnakan pencampuran udara dan bahan bakar.

Gas Air Heater


Merupakan peralatan untuk proses pemanasan udara dari FD Fan dan PA Fan dengan
memanfaatkan sebagian energy/ kalor yang tersisa di dalam gas hasil pembakaran sebelum
dibuang ke atmosfer.

Induced Draft Fan (ID Fan)


ID Fan dipasang di dekat chimney (cerobong pembuangan gas hasil pembakaran
batubara) dan electrostatic precipitator (penangkap abu batubara jenis Fly Ash yang
beterbangan sehingga dapat mengurangi polusi udara yang akan dikeluarkan melalui
cimne). ID Fan berfungsi untuk mempertahankan pressure pada furnace boiler dan bekerja
pada tekanan atmosfir rendah karena digunakan untuk menghisap gas dan abu sisa
pembakaran pada boiler untuk selanjutnya dibuang melalui chimney. Sebelum gas dan abu
sisa pembakaran dibuang, terlebih dahulu dilewatkan pada electrostatic precipitator agar
bisa mengurangi prosentase polusi udara yang dihasilkan dari sisa pembakaran tersebut.
Hal – hal yang harus diperhatikan terhadap ID fan sama dengan FD fan, tetapi yang
membedakan adalah kinerja ID fan di suhu yang tinggi karena ID fan mensirkulasikan gas
hasil pembakaran dan FD fan hanya bekerja di suhu atmosfer biasa, sehingga ID fan
mempunyai sistem pendinginan dengan air dan radiator untuk mencegah overheating.
TK 4 dilengkapi dengan 2 ID fan yang dipasang secara paralel, jika salah satu ID fan
bermasalah maka fan yang satu dapat memenuhi kebutuhan untuk produksi steam boiler
75% (sesuai design) dari maksimum load (BMCR)

Cooling Air Fan (CA Fan)


Berfungsi sebagai udara pendingin untuk peralatan yang ada pada furnace seperti oil
gun, scanner, kamera, sensor dll. Terdapat 2 unit CA fan yang mana 1 beroperasi dan 1 unit
lagi stanby back up (jika salah satu CA fan mengalami masalah maka fan yang stanby start)
dengan demikian kelangsungan operasional berjalan lancar.

Electrostatic Precipitator
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah sistem pembantu yang berfungsi untuk
menangkap ash/abu dari hasil proses pembakaran dengan cara memberikan muatan negatif
kepada abu-abu tersebut melalui perangkat elektroda (discharge electrode). Selanjutnya abu
tersebut akan bergerak ke dalam sebuah kolom yang terbuat dari plat yang memiliki muatan
lebih positif (collecting electrode), sehingga secara alami abu tersebut akan tertarik dan
menempel pada plat-plat tersebut. Setelah abu terakumulasi pada plat tersebut, sebuah
sistem rapper khusus akan membuat abu tersebut jatuh ke bawah dan ditampung untuk
selanjutnya dikirim ke ash silo melalui pneumatic transmitter tank.

Stack/Chimney
Stack atau chimney atau cerobong udara adalah peralatan yang berfungsi sebagai
media transfer flue gas menuju ke udara atmosfer. Pada dasarnya chimney juga berfungsi
sebagai induced draft yaitu dengan menggunakan perbedaan tekanan udara antara sisi inlet
(yang berada di permukaan tanah) dengan udara di sisi outlet (yang berada lebih tinggi di
ujung cerobong asap) sehingga udara akan secara natural mengalir dari tekanan yang tinggi
ke daerah yang bertekanan lebih rendah.
II.2 Boiler Fuel System

Solid Fuel / Pulverizer System

Pulverizer atau mill adalah alat bantu pada boiler dengan bahan bakar batubara yang
berfungsi sebagai penggiling batubara kasar agar menjadi halus atau serbuk (coal finesses)
dengan ukuran 200 mesh masuk keruang bakar (furnace) untuk digunakan pada proses
pembakaran. Tujuan penghalusan batubara ini adalah agar batubara lebih mudah terbakar
sehingga pembakaran sempurna dapat tercapai. Batubara yang digunakan baik batubara
yang baru datang ataupun yang sedang diproses untuk pembakaran di boiler harus dianalisa
terlebih dahulu. Di divisi CO GEN ini terdapat tiga tipe pulverizer yaitu ball mill, roll mill
dan bowl mill. Pada unit empat tipe yang digunakan yaitu tipe bowl mill.

Bowl Mill
Tipe jenis ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Ball maupun Roll Mill, hanya
jenis penumbukannya yang berbeda. Penumbukan pada bowl mill berbentuk kerucut dan
classifier yang berbentuk kerucut juga. Demikian juga wadah atau driving ring disesuaikan
dengan bentuk penumbuk. Hasil dari penggilingan 75 sampai 85% lolos 200 mesh. Tipe
penggilingan ini memungkinkan untuk diatur untuk menghasilkan persentase kehalusan.

Bagian-bagian Pulverizer System

1. Coal Handling
Meliputi proses dan pengendalian penanganan awal batubara dari tempat/ lapangan
penimbunan batu bara hingga menjadi serbuk batubara (pulverized coal) pada department
co generation power plant.
• Coal Yard
Merupakan tempat penimbunan batubara secara terbuka dengan kapasitas 40.000 ton
batubara.
• Coal Shed
Merupakan tempat penimbunan batubara yang memiliki atap pelindung dengan
kapasitas 20.000 ton batubara.

2. Belt Conveyor
Merupakan sarana pengiriman batubara dari coal yard atau coal shed hingga ke coal
bunker.
Catatan
Keseluruhan proses coal handling terdiri dari belt conveyor no 1-5 yang masing masing
terbagi menjadi 2 sisi A dan B

3. Transfer Tower
Merupakan menara penghubung/peralihan belt conveyor.

4. Magnetic Separator
Merupakan peralatam yang berfungsi sebagai pemisah biji besi / logam dari dalam
timbunan batubara dengan memakai sistem elektro-magnetik.

5. Through – Cute
Merupakan peralatan yang berfungsi sebagai pemindah batu bara dari conveyer sisi A ke
sisi B dan sebaliknya.
6. Screening Crushing
Merupakan proses penghancuran batubara sehingga menjadi berukuran kecil seperti
krikil.

7. Coal Bunker
Merupakan bak penyimpanan batubara kasar yang akan diproses lebih lanjut menjadi
batubara serbuk ( pulverized coal). Level coal bunker antara 2 – 9 m.

Catatan :
Seluruh proses pengoprasian dari belt conveyor hingga coal bunker dikendalikan oleh
operator dari coal handling room.

8. Coal Feeder
Merupakan alat untuk mengumpulkan batubara ke bowl mill dan mengatur jumlah
pemasukan batu bara dengan mengatur kecepatan feeder. Juga dilegkapi alat untuk
menghitung jumlah batubara yang diisikan per satuan waktu. Capasitas max flow dari
coal feeder ini adalah 36 t/h.

9. Bowl mill

Merupakan proses penghancuran batubara menjadi batubara halus disertai dengan


pengeringan oleh udara panas dari PA Fan. Capasitas max flow dari bowl mill ini adalah
32,45 t/h.
Perhatikan:
• Temperature outlet ball mill dikontrol < 65 0C
• Bila bowl mill stop maka periksa kondisi inlet bowl mill dan kondisi oli pelumas gear.

10. Primary Air Fan (PA Fan)

Untuk memberikan tarikan/hisapan pada pulverizing system sekaligus sebagai


pendorong bahan bakar batubara ke furnace. Fungsi lainnya adalah mensirkulasikan
batubara serta mengeringkan batubara. PA Fan sendiri terdapat dua macam Hot PA Fan
dan Cold PA Fan.
Catatan
Untuk setiap unit boiler di perlengkapi dengan 2 unit PA Fan A dan B

11. Seal Air Fan (SA Fan)


Fungsi seal air fan adalah untuk mencegah serbuk batubara keluar pulverizer dan
mencegah serbuk batubara mengotori oli pelumas pada grinding roll assemblies. Tekanan
seal air fan sedikit lebih tinggi daripada tekanan udara primer.

Catatan
Untuk setiap unit boiler di perlengkapi dengan 2 unit SA Fan A dan B
12. Hydraulic
Merupakan suatu system pemindah tenaga dengan menggunakan zat cair atau fluida
sebagai perantara. Dimana tenaga mekanik dari pompa diubah menjadi tenaga hydraulic.
Fungsi hydraulic pada mill yaitu sebagai penggerak grinding roll pada mill dengan gerakan
naik dan turun (force dan unforce) untuk proses penumbukan batubara didalam mill.

13. Lubrication Oil


Pelumasan pada mill berfungsi untuk melumasi komponen-komponen yang bergesakan

dan mencegah berkaratnya bagian–bagian mill yang bergerak tranlasi maupun rotasi seperti
gear yang ada di mill. Tujuannnya untuk mempertahankan umur dan daya tahan komponen
sesuai dengan umur ekonomisnya.

14. Glas Emision Box


Berfungsi sebagai tempat reject, jadi kotoran yang terbawa oleh batubara atau benda yang
masuk kedalam mill yang tidak dapat dihaluskan (batu dan besi) nantinya akan dikeluarkan
melalui glas emission box.
Prinsip Kerja Pulverizer
Batubara masuk ke pulverizer melalui pipa batubara mentah (raw coal pipe) yang
terletak di tengah bagian atas pulverizer. Batubara jatuh ke bawah oleh gaya gravitasi dan
mengalir secara radial ke bagian tepi grinding table akibat adanya gaya sentrifugal.
Mekanisme reduksi ukuran partikel batubara adalah adanya gesekan antar partikel yang
berada di antar grinding ring dan tire. Mekanisme penggilingan semacam ini menghasilkan
tingkat keausan elemen penggiling yang rendah. Nosel-nosel yang berada pada bagian
bawah grinding ring menyemburkan udara primer (primary air) kedalam pulverizer. Aliran
udara primer akan membawa partikel-partikel batubara ke atas dan memasuki sudu-sudu
classifier. Partikel yang lembut akan lolos dari clasiffier dan ikut terbawa udara primer
menuju burner. Sementara itu, partikel-partikel yang lebih besar dan berat akan kembali ke
bawah dan mengalami penggilingan kembali.

Fuel Oil System

Merupakan proses penyediaan dan pengendalian solar sebagai bahan bakar cadangan
di boiler. Bahan bakar minyak atau fuel oil digunakan untuk pembakaran awal pada boiler,
saat beban rendah dan pendukung keandalan saat gangguan. Hal ini dikarenakan bahan
bakar minyak lebih cepat tebakar, dibanding dengan bahan bakar batubara. Setelah sudah
menghasilkan api, burner bahan bakar solar dimatikan dan diganti dengan burner batubara.
Proses aliran bahan bakar batubara berawal dari fuel oil supply, kemudian di tampung
ke fuel oil tank, dengan kapasitas tampung 30000 ton. Bahan bakar solar pada fuel oil tank
selanjutnya di pompa ke boiler melalui fuel oil pipe, selanjutnya dilewatkan ke fuel oil
burner untuk di kabutkan untuk mempercepat proses pembakaran. Pada burner terdapat
ignitor yang fungsinya untuk pematik.

Unloading Pump
Merupakan pompa yang berfungsi untuk memompakan minyak solar dari mobil
pengangkut ke tangki penampungan solar. Solar terlebih dulu melewati check valve untuk
menghindari aliran balik dari pompa ke mobil pengangkut saat pompa stop, kemudian
masuk ke dalam separator untuk penyaringan material padat ataupun endapan yang berada
pada cairan, terdapat satu separator pada proses unloading. Setelah melewati separator solar
dipompakan menuju storage tank untuk penyimpanan. Terdapat 2 unit pompa unloading
pump.
Tangki Solar
Merupakan tangki penampungan minyak solar untuk menjamin kebutuhan persediaan
bahan bakar solar. Tersedia 2 unit tangki solar dengan kapasitas masing-masing 30000
Ton/unit.

Drain Pump / Transfer Pump

Merupakan pompa yang berfungsi untuk mengirimkan bahan bakar solar ke burner di
boiler (pada saat boiler mempergunakan pembakaran dengan minyak solar). Dan juga
sebagai sirkulasi bahan bakar dari tangki solar ke burner dan sebaliknya (pada saat boiler
mempergunakan pembakaran batubara sepenuhnya). Tersedia 2 unit pompa berkapasitas
besar untuk pembakaran di burner.

Oil Burner
Oil burner atau oil gun merupakan alat untuk menyemburkan bahan bakar solar ke
ruang bakar boiler dan dilengkapi dengan pemantik ( high energy ignitor) untuk penyalaan
awal.
II.3 Mill and coal feeder operation
II.4 Diesel oil fuel system
II.5 Boiler purging
II.6 Oil leak test
II.7 Burner cooling fan system
II.8 Boiler water sealing system
BAB III
Turbine Operation

Turbin Uap
Turbin uap adalah mesin tenaga yang berfungsi untuk mengubah energi thermal (energi
panas yang terkandung dalam uap) menjadi energi poros (putaran). Sebelum energi thermal
(enthalpi) diubah menjadi energi poros, energi tersebut diubah dulu menjadi energi kinetik.
Alat untuk mengubah menjadi energi kinatik tersebut adalah nozzle. Uap dengan tekanan dan
temperatur tinggi diarahkan menggunakan nozzle untuk mendorong sudu-sudu turbin yang
dipasang pada poros sehingga poros turbin berputar. Pada waktu uap melewati celah antara
sudu-sudu gerak, uap mengalami perubahan momentum sehingga menurut hukum Newton II,
dibangkitkan gaya yang bekerja pada uap tersebut. Dari hukum Newton III, sudu menerima
gaya yang besarnya sama dengan gaya tersebut, tetapi arahnya berlawanan. Akibat melakukan
kerja di turbin, tekanan dan temperatur uap yang keluar turbin menjadi turun sehingga menjadi
uap basah. Uap ini kemudian dialirkan ke kondensor, sedangkan tenaga putar poros yang
dihasilkan digunakan untuk memutar generator.

Prinsip Kerja Turbin Uap


Suatu turbin dapat terdiri dari satu dua atau banyak silinder yang merupakan mesin rotasi
berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi mekanik. Tiap silinder memiliki sebuah
rotor yang disangga oleh bantalan-bantalan. Rotor-rotor tersebut disambung menjadi satu
termasuk rotor generator. Ruang diantara rotor dengan rumah turbin (casing) terdiri dari
rangkaian sudu-sudu tetap dan sudu-sudu gerak yang dijajarkan berselang-seling. Sudu-sudu
tetap dipasang disekeliling bagian dalam rumah turbin, sedang rangkaian sudu gerak dipasang
pada rotor. Bila kedalam turbin dialirkan uap, maka energi panas yang dikandung uap akan
diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Mula-mula energi panas dalam
uap diubah terlebih dahulu menjadi energi kinetik (kecepatan) dengan cara melewatkan uap
melalui nosel-nosel. Uap berkecepatan tinggi kemudian diarahkan ke sudu-sudu sehingga
menghasilkan putaran poros turbin dimana energi mekanik ini selanjutnya dapat digunakan
untuk menggerakkan generator, pompa dan sebagainya. Perubahan energi panas menjadi
energi kinetik terjadi didalam nosel (sudu diam) turbin, sedangkan perubahan energi kinetik
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor turbin terjadi pada sudu jalan turbin. Jadi
didalam turbin, uap mengalami proses ekspansi yaitu penurunan tekanan dan mengalir secara
kontinyu. Akibat pengurangan tekanan uap didalam rangkaian sudu-sudu, maka kecepatan uap
meningkat sangat tinggi. Kecepatan aliran uap tersebut akan bergantung pada selisih
banyaknya panas uap sebelum dan sesudah ekspansi. Selisih banyaknya panas uap sebelum
dan sesudah ekspansi didalam turbin dinamakan penurunan panas / heat drop.
Jenis-jenis Turbin Uap
Terdapat banyak variasi, susunan, karakteristik dan konstruksi turbin yang diterapkan di
unitunit PLTU. Oleh karena itu turbin dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok
yaitu:
1. Dari segi tekanan akhir uap.
- Turbine tekanan lawan (back pressure turbine)
- Turbine Kondensasi
2. Dari segi arah aliran Uap.
- Turbin aksial.
- Turbin radial.
- Turbin tangensial
3. Dari segi azas tekanan uap.
- Turbin impuls
- Turbin reaksi
4. Dari segi pembentukan tingkat uap.
- Turbin tekanan bertingkat (reteau)
- Turbin kecepatan bertingkat (turbine curtis)
5. Dari segi aliran Uap dan Casingnya.
- Turbin reheat dan Non-Reheat
- Turbin ekstraksi dan Non-ekstraksi
- Turbin single casing dan Multi casing
6. Exhaust flow

Jenis Turbin Yang Ditinjau Dari Tekanan Uap Akhir


- Turbin Tekanan Lawan (Back Pressure Turbine)
Turbin tekanan lawan (back pressure turbine) adalah turbin yang tekanan akhirnya diatas
tekanan atmosfir karena uap keluaran akhir dari turbin tersebut tidak dikondensasikan

- Turbine Kondensasi (Condensation Turbine)


Turbin kondensasi adalah turbin yang mana uap keluaran sudu terakhirnya
dikondensasikan, tekanan akhir dari turbin kondensasi ini dibuat vaccum, sehingga
temperature kondensasinya sedikit diatas temperatur air pendingin yang tersedia.
Jenis Turbin Yang Ditinjau Dari Segi Arah Aliran Uap
- Turbine Aliran Radial
Konstruksi Turbin aliran Radial yang dikembangkan oleh Ljungstrom Turbin ini terdiri dari
dua rotor dengan blades dipasang bersilangan. Kedua rotor berputar dengan arah saling
berlawanan, dan masing-masing rotor dikopel terhadap dua generator terpisah. Turbin satu
poros juga ada yang arah aliran uapnya radial (tegak lurus menjauhi poros) oleh karena itu
dinamakan Turbin aliran Radial.

- Turbin Aliran Tangensial


Jenis turbin ini memiliki konstruksi yang kokoh akan tetapi efisiensinya sangat rendah.
Pancaran uap dari Nosel diarahkan untuk menghembus buckets yang dipasang melingkar
pada rotor. Arah hembusan uap adalah tangensial (pada garis singgung putaran bucket) oleh
karenanya turbin ini dinamakan Turbin Aliran Tangensial.

- Turbin Aliran Aksial


Merupakan tipe turbin yang paling populer dan sangat cocok untuk kapasitas besar. Turbin
ini dapat merupakan tipe Reaksi maupun tipe Impulse. Arah aliran uap sejajar dengan
poros.
Ditinjau Dari Segi Azas Tekanan Uap.
Berdasarkan azas tekanan uap yang digunakan untuk menggerakkan roda/rotor turbin
sebelum masuk dan setelah keluar dari sudu-sudu yang terpasang pada roda tersebut, maka
dikenal sudu impuls dan sudu reaksi. Turbin uap untuk pembangkit listrik saat ini umumnya
terdiri dari kombinasi kedua macam sudu tersebut.

- Turbin Impulse
Turbin impulse pertama kali dibuat oleh Branca pada tahun 1629, konstruksinya
diperlihatkan pada Gambar 1.8 dan 1.9. Dimana pancaran uap yang keluar dari Nosel
menghembus daundaun rotor (disebut blades) sehingga rotor berputar. .
- Sudu Impuls
Sudu impuls juga disebut sudu aksi atau sudu tekanan tetap, adalah sudu dimana uap
mengalami ekspansi hanya dalam sudu-sudu tetap. Sudu-sudu tetap berfungsi sebagai nosel
(saluran pancar) sehingga uap yang melewati akan mengalami peningkatan energi kinetik.
Uap dengan kecepatan tinggi selanjutnya akan membentur (impuls) sudu-sudu gerak.
Benturan antara uap dengan sudu gerak ini menimbulkan gaya yang mengakibatkan poros
turbin berputar. Setelah memutar sudu gerak, selanjutnya uap diarahkan masuk ke dalam
sudu tetap baris berikutnya. Selama melintasi sudu gerak tekanan dan entalpi uap tidak
berubah. Dengan demikian pada sudu impuls penurunan tekanan dan energi panas uap
hanya terjadi pada sudusudu tetap atau nosel.
- Turbin Reaksi
Turbin ini dirancang pertama oleh Hero, 120 tahun sebelum Masehi. Reaksi dari pancaran
uap yang keluar dari ujung pipa yang disebut Nosel atau Nozzle (lihat Gambar 1.8 dan 1.9
mendorong rotor sehingga berputar.
- Sudu Reaksi
Dalam suatu turbin yang terdiri dari 100 % sudu-sudu reaksi, maka sudu-sudu gerak juga
berfungsi sebagai nosel-nosel sehingga uap yang melewatinya akan mengalami peningkatan
kecepatan dan penurunan tekanan. Peningkatan kecepatan ini akan menimbulkan gaya
reaksi yang arahnya berlawanan dengan arah kecepatan uap.

Gaya reaksi pada sudu gerak inilah yang akan memutar poros turbin. Uap selanjutnya
dialirkan ke sudu tetap yang berfungsi untuk mengarahkan uap ke sudu gerak baris
berikutnya. Sudut dan profil sudu-sudu dibuat sedemikian rupa sehingga apabila turbin
berputar pada kecepatan rancangannya uap akan mengalir dengan mulus melewati sudu-
sudu tersebut sehingga dapat menurunkan erosi sampai pada tingkat minimum. Pada sebuah
roda/poros turbin sudu-sudu yang terpasang pada roda tersebut bisa terdiri dari satu baris
sudu atau beberapa baris sudu. Setiap baris sudu terdiri dari sudu yang disusun melingkari
roda turbin masing-masing dengan bentuk dan ukuran yang sama. Turbin dengan hanya satu
baris sudu yang terpasang pada rotornya dinamai turbin bertingkat tunggal. Sedangkan
turbin dengan beberapa baris sudu-sudu yang terpasang pada rotornya dinamai turbin
bertingkat banyak (multi stages).

Jenis Turbin Yang Ditinjau Dari Segi Pembentukan Uap Bertingkat


- TurbinTekanan Bertingkat (Rateau)
Turbin tekanan bertingkat (rateau) adalah jenis turbin yang mana kondisi tekanan uap
yang mengalir di dalamnya bertingkat sedangkan kecepatannya tetap.
- Turbin Kecepatan Bertingkat (Turbin Curtis)
Turbin kecepatan bertingkat (curtis) adalah jenis turbin yang mana kecepatan aliran uap
yang mengalir di dalamnya bertingkat sedangkan tekanannya tetap.

Jenis Turbin di tinjau dari Aliran Uap dan Casingnya.


- Turbin Reheat dan Non Reheat
Sirkit uap
Salah satu karakteristik yang dapat dipakai untuk mengklasifikasikan turbin adalah reheat dan
non reheat. Turbin reheat terdiri lebih dari satu silinder dan uap mengalami proses pemanasan
ulang di reheater boiler. Pada turbin reheat, uap yang keluar dari Turbin Tekanan Tinggi (HP)
dialirkan kembali kedalam ketel. Didalam ketel, uap ini dipanaskan kembali pada elemen
pemanas ulang (reheater) untuk selanjutnya dialirkan kembali melalui saluran reheat ke Turbin
Tekanan Menengah dan Turbin Tekanan Rendah. Secara umum, ada dua keuntungan yang
dapat diperoleh dari proses pemanasan ulang uap ini yaitu : meningkatkan efisiensi siklus
termodinamika dan mengurangi proses erosi pada sudusudu turbin tingkat akhir karena kualitas
uap keluar dari LP turbin menjadi lebih kering.
III.1 Turbine Oil System
III.1 Condensor And Vacuum System
III.2 Turbine Lub Oil System
III.3 EH Oil System
III.4 Turbine Shaft Sealing Sistem
III.5 Turbine Extraction System
III.6 Cooling Tower and Dozing System
III.7 Circulating Water System
III.8 Service Water System

Anda mungkin juga menyukai