Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah dan juga dikenal
sebagai kota santri. Kota ini adalah pusat perkembangan agama Islam pada abad pertengahan. Hal ini
dapat dilihat dari adanya tiga makam wali/sunan, yaitu Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kedu.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kudus adalah dataran rendah. Di sebagian wilayah utara
terdapat pegunungan (yaitu Gunung Muria), dengan puncak Puncak Saptorenggo (1.602 m
dpl), Puncak Rahtawu (1.522 m dpl), dan Puncak Argojembangan (1.410 m dpl). Sungai terbesar
adalah Sungai Serang yang mengalir di sebelah barat, membatasi Kabupaten Kudus dengan Kabupaten
Demak. Kudus dibelah oleh Sungai Gelis di bagian tengah sehingga terdapat istilah Kudus
Barat dan Kudus Timur. Kabupaten Kudus adalah kabupaten dengan wilayah terkecil di Jawa Tengah.
Soto Kudus
Lentog Tanjung
Garang Asem
Sate Kerbau Kudus
Sego Jangkrik
Pindang Kerbau
Opor Bakar Sunggingan
2. Tradisi Dandangan
Sebuah proses jual beli terbesar dan terlama di kota Kudus. Ini adalah sebuah tradisi untuk
menyambut datangnya bulan ramadhan / Bulan Puasa yang dilakukan di area antara simpang 7 Kudus
hingga Menara Kudus. Bagi anda yang datang ke Kudus saat menjelang puasa, tidak ada salahnya
untuk menengok di jalan tersebut (dijamin tidak akan rugi)
3. Tradisi Kupatan
Mungkin kegiatan ini hampir sama dengna di tempat kalian. Di kota Kudus sendiri perayaan kupatan
dilakukan 1 minggu setelah Lebaran / Idul Fitri.
Dalam acara kupatan akan ada gunung yang terbuat dari ketupat yang mana akhirnya akan menjadi
direbutkan oleh masyarakat setempat. Ini adalah acara puncak dan meriah saat kupatan di kota Kudus.
Di kudus sendiri saat kupatan akan ramai menyembelih entok untuk dimakan bersama keluarga
ataupun dibagikan di warga setempat
Sebagai ucapan syukur kepada Tuhan, maka masyarakat setempat mengadakan acara slamatan di
tengah-tengah lahan kebun kopi mereka.
Sang mandor memiliki sifat yang berbeda-beda terkadang dia terlihat seram / galak, namun juga
terlihat sumeh / murah senyum kepada para buruh mbatil.
9. Rebo Wekasan
Masyarakat Jawa menganggap ada di suatu hari yang penuh dengan makna religi yaitu di bulan Safar.
Di kota Kudus sendiri pempercayai bahwa Rabo Wekasan atau rabu terakhir pada bulan itu adalah hari
yang tepat.
Dipercayai bahwa di hari rabu terakhir bulan Safar ini akan ada 320 musibah yang turun ke dunia, dan
disinilah peran manusia untuk lebih banyak memohon ampun, belas kasihan, bertobat, serta
bersedekah.
Acara tradisi budaya ini demeriahkan juga dengan festival arak-arakan dengan menggunakan pakaian
adat jawa seperti surjan, pangeran yang menunggang kuda, prajurit, dll.
Tradisi ini dilakukan di Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kec. Jekulo, Kab Kudus.
Tradisi ini ada dilatar belakangi ketika Sunan Muria menegur warga yang masih bekerja ketika malam
hari saat Ramadhan tiba. Tidak mengindahkan teguran dari dari Sunan Muria, maka warga terebut
berubah menjadi para bulus.
acara ini juga dimeriahkan dengan adanya berbagai pameran pakaian bernuansa binatang seperti bulus,
kupu-kupu, burung, dll dari warga kudus.