Makalah Pai
Makalah Pai
Oleh :
Subandriya
KELAS XI IPS 2
SMA NEGERI 1 KENDURUAN
TUBAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Tokoh Islam Periode Klasik..................................................................5
2.2. Tokoh Islam Periode Pertengahan.........................................................9
2.3. Tokoh Islam Periode Modern..............................................................14
3.1. Kesimpulan..........................................................................................27
3.2. Saran....................................................................................................27
BAB I
3
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. TOKOH PERIODE KLASIK
1. AL BATTANI
Al-Battani, yang dikenal dengan nama Latin Albategnius, adalah
seorang astronom dan ahli matematika Arab yang lahir pada 858 M di
Harran, negara bagian Battan atau saat ini Turki modern. Dia sering
dianggap sebagai salah satu astronom Islam terbesar. Penemuannya di
bidang astronomi dan trigonometri memainkan peran penting dalam
kemajuan sains di Abad Pertengahan. Al-Battani dulu tinggal di antara
komunitas sekte Sabian, yang merupakan pemuja bintang, atau disebut
dengan Harran. Hal tersebut menimbulkan motivasi bagi masyarakat
untuk mempelajari astrologi dan astronomi. Sabian telah menghasilkan
astronom dan matematikawan hebat, seperti ilmuwan terkenal Thabit
ibn Qurra.
5
dalam kehidupan umat Islam, yang kemudian dapat menghitung dengan
tepat posisi mereka di bumi dan berdoa ke arah Mekah.
Kontribusi Al-Battani
Karya Al-Battani memiliki pengaruh besar pada ilmuwan seperti
Tycho Brahe, Kepler, Galileo dan Copernicus. Bukunya yang terkenal,
Kitab az-Zij (Book of Astronomical tables) diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin dengan nama De Motu Stellarum (On the Motion of the
Stars) oleh Plato dari Tivoli pada tahun 1116. Karyanya diterbitkan
ulang pada tahun 1537 dan 1645. Copernicus dalam bukunya De
Revolutionibus Orbium Clestium mengungkapkan jasa Al-Battani yang
luar biasa, karena Al-Battani mampu menghasilkan pengukuran gerak
matahari yang lebih akurat daripada Copernicus sendiri.
2. IBNU SINA
6
Bagi banyak orang, Ibnu Sina adalah 'Bapak Pengobatan Modern'.
Selain itu, masih banyak lagi sebutan lainnya yang ditujukan padanya,
terutama berkaitan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran.
Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib atau The Canon of
Medicine yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama
berabad-abad.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 H/ 980 M di Afsyanah, sebuah kota
kecil di wilayah Uzbekistan saat ini. Ayahnya yang berasal dari Balkh
Khorasan adalah seorang pegawai tinggi pada masa Dinasti Samaniah
(204-395 H/819-1005 M). Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan
kepandaian yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia telah belajar menghafal
Alquran. Selain menghafal Alquran, ia juga belajar mengenai ilmu-ilmu
agama. Ilmu kedokteran baru ia pelajari pada usia 16 tahun. Tidak
hanya belajar mengenai teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada
orang sakit dan melalui perhitungannya sendiri, ia juga menemukan
metode-metode baru dari perawatan.
Ibnu Sina selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu
agama dan kedokteran, ia juga ahli dalam bidang matematika, logika,
fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Pada usia 18 tahun,
Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan.
7
Tak hanya itu, ia juga mendalami masalah-masalah fikih dan
menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ia banyak menafsirkan ayat-ayat
Alquran untuk mendukung pandangan-pandangan filsafatnya.
8
Ia adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan
fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan saling mendukung. Lebih
khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang
diberi nama pathology dan farma, yang menjadi bagian penting dari
ilmu kedokteran.
Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina
yang tak kalah dahsyatnya pula. Asy-Syifa, begitu judul kitab karya
Ibnu Sina ini. Sebuah kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus
obatnya. Kitab ini di dunia ilmu kedokteran menjadi semacam
ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Dalam bahasan latin, kitab ini
di kenal dengan nama 'Sanatio'.
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 H/1037 M di kota Hamdan, Iran.
Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah
keilmuan umat manusia. Hampir sebelas abad sudah Ibnu Sina
meninggalkan kita, tapi ilmu dan karyanya sampai sekarang masih
berguna.
9
Bayt Al-Hikmah adalah lembaga penerjemahan, pusat penelitian
ilmu pengetahuan, juga sebagai perpustakaan besar yang didirikan oleh
khalifah Harun Al-Rasyid. Tempat tersebut menjadi ruang
berkumpulnya para ilmuwan.
10
Calculation by Completion and Balancing), menjadi pondasi penting
dalam aljabar di era modern. Aljabar, juga menjadi materi yang banyak
dipelajari di dunia sampai saat ini.
11
Bukan hanya Aljabar, Khawarizmi juga mengenalkan konsep
Algoritma, yang pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan
teknologi hari ini. Algoritma adalah ilmu dalam bidang matematika,
yang mengajarkan tentang langkah-langkah logis dalam menyelesaikan
masalah yang disusun secara sistematis. Algoritma, juga jadi
jantungnya ilmu informatika komputer.
2. IBNU KHALDUN
12
Sementara, orang-orang Eropa baru mengetahui karya-karyanya
sejak abad ke-19. Para ilmuwan sosial Eropa begitu terkesan dengan
pemikiran Ibnu Khaldun mengenai sosiologi yang mendahului
zamannya, khususnya dalam Muqaddimah. Sebagai informasi,
istilah sosiologi itu sendiri baru muncul pada abad ke-19 ketika digagas
filsuf Prancis, Auguste Comte.
Keistimewaan Muqaddimah
Muqaddimah merupakan karya yang melejitkan nama Ibnu
Khaldun dalam peta peradaban Islam. Buku ini dianggap sebagai uraian
yang paling sistematis tentang seluk-beluk ilmu sosial. Lantaran itu,
pembacanya dapat memahami secara mendalam situasi dunia Muslim
dalam abad pertengahan.
13
komprehensif dan filosofis mengenai sejarah. Ibnu Khaldun merupakan
filsuf-sejarah yang paling brilian yang pernah dihasilkan Dunia Islam.
Dia termasuk yang paling besar sepanjang sejarah.”
14
murid Abduh, ini terbit dan tersebar ke berbagai belahan dunia Islam
dan Barat. Lewat jurnal inilah gagasan-gagasan pembaruannya tersebar
seluas dan bahkan lebih luas daripada jangkauan distrubusi jurnal itu
sendiri. Belum lagi muncul pula jurnal-jurnal lokal yang
menjadikan al-Manar, seperti al-Imam di Singapura dan al-Munir di
Padang, sebagai rujukan.
15
menyimpang dari agama. Dia yakin bahwa perubahan-perubahan yang
diupayakan gagal karena mengandung di dalamnya hal-hal yang
kontradiktif dengan Islam. Gerakan Wahabi menurutnya dekat pada
pembaruan yang benar, karena ia menyerang problem pada akarnya,
kebutuhan untuk mereformasi moralitas dan doktrin, kembali kepada
fundamen-fundamen Islam. Hanya saja hal fundamental yang ada pada
gerakan Wahabi adalah sedikit doktrin yang bersesuaian dengan
tuntutan nalar manusia. Oleh karena itu ada yang mengklasifikasikan
Muhammad Abduh dalam “Salafisme Progresif”.
16
Risalah Tauhid membahas tentang teologi, sehingga wajar jika dia
menunjuk folosof dan Syiah ekstrem sebagai biang keladi kemunduran.
Tetapi dalam buku kedua hal itu lebih dikaitkan dengan situasi
kontemporer. Hal ini penting karena Abduh sendiri mempelajari filsafat
Ibnu Sina bersama al-Afghani, memberi catatan dan komentar terhadap
kitab logika Al-Bashair al-Nashiriyyah karya Zainuddin ‘Umar bin
Sahlan al-Sawi, dan dia juga mengedit dan memberikan Syarah
terhadap kitab Nahj al-Balaghah yang merupakan kumpulan perkataan
Ali bin Abi Thalib, yang banyak menjadi sumber rujukan orang-orang
Syiah. Juga, Abduh mensyarah kitab Muqtabis al-Siyasah wa Siyaj al-
Riyasah, kitab/surat Ali bin Abi Thalib kepada al-Asytar al-Nakha’i
saat dia menjadi gubernur Mesir, kitab yang menjadi rujukan Syiah
dalam filsafat politik.
18
prinsip-prinsip Islam (Hourani 139). Dengan menunjukkan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi bukan hanya diperbolehkan oleh
Islam, tetapi perubahan-perubahan itu merupakan implikasi dari Islam,
jika ia dipahami dengan baik, dan bahwa Islam dapat menjadi prinsip
perubahan dan sekaligus kontrol yang menghargainya.
Terkait dengan klaim bahwa Islam dapan menjadi dasar moral bagi
masyarakat modern dan progresif, Abduh tentu tidak beranggapan
bahwa Islam menyetujui apa saja yang telah dilakukan atas nama
19
kemajuan, dan bahwa tujuan dari ulama baru adalah hanya untuk
melegitimasi kemajuan itu.
20
misalnya, dikaitkan dengan kegunaan (utility), syura dengan demokrasi
parlementer, ijma` dengan opini publik, dan Islam sendiri identik
dengan peradaban, norma-norma pemikiran sosial abad ke-19.
21
menggunakan hujjah (argumen), yang jika ada pertentangan antara akal
dan naql (wahyu) diambil yang ditunjukkan oleh akal, dan
dalam naql (wahyu) tinggal ada dua jalan: jalan penyerahan kepada
sehatnya manqul dan menyerahkan persoalan kepada Allah dalam ilmu-
Nya. Dan jalan kedua adalah penakwilan (interpretasi) naql (wahyu)
dengan memelihara kaidah-kaidah bahasa, sehingga maknanya
bersesuaian dengan apa yang dimunculkan akal.” (AK 3:279) Bahkan
untuk mengetahui Allah, Abduh meniscayakan penggunaan akal
manusiawi dengan melihat alam, menggunakan qiyas (analogi) yang
benar, hukum sebab akibat, dan sebagainya, yang memungkinkannya
mengenal adanya Tuhan yang mengendalikan semuanya. Keimanan
kepada Allah terlebih dahulu daripada keimanan kepada para Nabi, dan
tidaklah mungkin iman kepada rasul sebelum iman kepada Allah.
Kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah penalaran dan
pemikiran untuk sampai kepasa keyakinan kepada Allah agar beranjak
dari situ kepada iman kepada rasul dan apa yang diturunkan kepada
mereka dari kitab dan hikmah. (IIM, 115-6).
Selain itu, Abduh juga sangat empiris dan percaya pada hukum
sebat-akibat. Dia mengatakan, “dari hukum-hukum kemungkinan
karena dirinya tidak mengada kecuali dengan sebab dan tidak
menghilang kecuali dengan sebab.” (AK 3: 367). Bahkan dalam
memikirkan tentang keberadaan Allah pun memerlukan hukum sebab
akibat.
22
Perpustakaan pribadinya juga menunjukkan perhatiannya pada
peradaban Eropa, selain karya Guizot, terdapat juga Emile karya
Rousseau, Education karya Spencer, karya-karya sastra dan didaktik
“Tolstoy; Life of Jesus” karya Strauss dan karya-karya Renan. Dia
mempunyai kontak dengan beberapa pemikir Eropa, menulis surat
kepada Tolstoy dan pergi ke Brighton untuk bertemu Spencer.
Islam baginya adalah jalan tengah dari dua ekstrem: agama yang
sepenuhnya konsisten dengan klaim-klaim nalar manusia, dan temuan-
temuan sains modern. Namun menjaga transendensi ilahiah yang
adalah satu objek peribadatan yang valid dan dasar kokoh bagi
moralitas manusia. Islam adalah agama yang sesuai dengan hakekat
manusia dan jawaban bagi problem-problem manusia modern.
23
materialisme. Sedangkan, karena Islam adalah agama rasional,
sehingga Muslim dapat mencapai ilmu pengetahuan modern tanpa
menerima materialisme atau menolak agamanya sendiri (IIM, 69-72).
“Tidak ada agama tanpa negara, dan tidak ada negara tanpa
otoritas, dan tidak ada otoritas tanpa kekuatan, dan tidak ada kekuatan
tanpa kemakmuran. Negara tidak memiliki perdagangan atau industri.
Kemakmurannya adalah kemakmuran rakyat dan kemakmuran rakyat
tidak mungkin tanpa perkembangan ilmu-ilmu [modern] ini di kalangan
mereka sehingga mereka mengetahui cara-cara mendapatkan
kemakmuran.” (TMA ii:37)
24
dia tidak terlalu percaya pada politik untuk jalur pembaruan, dan lebih
menekankan pendidikan dan budaya, termasuk media, untuk
membangun kesadaran umat untuk beranjak dari keterpurukan menuju
kepada peradaban maju yang pernah dicapainya.
2. THAHA HUSEIN
Thaha Husein dilahirkan tahun 1889 M. di Izbat al-Kilu. Ketika
berumur dua tahun telah terkena penyakit optualmia (kebutaan),
penyakit yang biasa menyerang anak-anak ketika itu, namun penyakit
tersebut tidak menghalanginya menuntut ilmu. Ia belajar al-Quran dan
dapat menghafalnya pada usia sembilan tahun. Pada tahun 1902, ia
dikirim orang tuanya untuk belajar di al-Azhar dengan harapan agar
kelak Thaha Husein menjadi alim Azhar, memberi palajaran agama
dalam halaqah yang besar. Akan tetapi Thaha Husein keluar dari al-
Azhar, ia kecewa dengan sistem pengejarannya yang sempit dan tidak
berkembang serta materi pelajarannya amat tradisonal dan
menjemukan.
25
Pada tahun 1905, ia mendalami pemikiran Muhammad Abduh, salah
satu yang amat menonjol dari keterpengaruhannya adalah sikapnya
yang menentang praktek tawassul di desanya sehingga dicap sebagai
seorang yang tersesat dan menyesatkan. Pada tahun 1908 bersamaan
dengan dibukanya Universitas Kairo, Thaha Husein mendaftarkan diri,
di sinilah ia berkenalan dengan sederatan orientalis semisal Iguazio
Buidi, Enno Litman, Santillana, Nallino dan Masignon.
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa
banyak sekali tokoh tokoh islam yang memberikan kontribusi ilmu dan
pengetahuannya kepada dunia di berbagai bidang kehidupan..
3.2. Saran
Kami berharap isi makalah ini dapat menjadi tambahan ilmu dan dapat
kita implementasikan dalam kehidupan baik untuk pembuat makalah
maupun pembaca makalah meskipun dalam pembuatan makalah ini jauh
dari sempurna.
27