Fullpapers Kmnts41cba42624full
Fullpapers Kmnts41cba42624full
PENDIDIKAN ANAK
(Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja)
ARTIKEL
Disusun Oleh:
(NIM. 071114070)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai pengambilan keputusan
pada suami yang tidak bekerja dan istri yang bekerja dalam menentukan
pendidikan anaknya. Secara spesifik, penelitian ini dilakukan di daerah Pesapen
Kali, Kalisosok, Kembang Jepun, Kalimas Barat, dan Kalimati. Daerah tersebut
dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan lokasi yang cukup strategis
dengan pusat-pusat perindustrian, dengan demikian peluang bagi para pencari
kerja khususnya para suami akan jauh lebih besar.
Subyeknya adalah suami yang tidak bekerja dan istri yang bekerja. Teori
yang digunakan, yaitu: teori pengambilan keputusan dari George R. Terry, John
D. Millett, Prajudi dan teori peran dari Denrich Suryadi, Mansur Faqih, Mayling
OG, Tapi Omah Ihromi, Ratna Saptari dan Brigitte Holzer. Dengan teknik
pengambilan informan secara “purposive” dan data-data yang digunakan adalah
“kualitatif”. Sehingga dari penelitian ini diperoleh informan sebanyak lima orang
dengan latar belakang yang berbeda.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa: Pertama suami yang tidak bekerja
lebih dominan dalam menentukan pendidikan anaknya, karena ada campur tangan
orang tua suami yang memiliki tingkat ekonomi lebih besar daripada istri,
walaupun mereka tidak satu rumah dengan keluarga inti. Kedua penghasilan istri
yang lebih tinggi dari suami membuat istri lebih dominan dalam menentukan
pendidikan anaknya. Ketiga pendidikan dan pengetahuan suami yang lebih rendah
dari istri akan mempengaruhi hasil komunikasi keluarga, sehingga istri lebih
dominan dalam menentukan pendidikan anaknya. Keempat menunjukkan bahwa
peran seorang suami dapat digantikan oleh istri, ketika suami tidak mampu
menjalankan kewajibannya sebagai seorang kepala keluarga serta tidak dapat
menganalisis suatu permasalahan yang sedang dihadapi.
Kata kunci: pengambilan keputusan, hubungan peran.
Abstract
This study aimed to examine the decision-making husband and wife who
does not work that work in determining their children's education. Specifically,
the study was conducted in the area Pesapen Kali, Kalisosok, Kembang Jepun,
Kalimas Barat, and Kalimati. The area was chosen as a place to study because it is
a strategic location with industrial centers, thus the opportunities for job seekers,
especially the husband will be much greater.
The subject is not working and the husband and wife working. The theory
is used, namely: decision-making theory of George R. Terry, John D. Millett,
Prajudi and the theory of the role of Denrich Suryadi, Mansur Faqih, Mayling OG,
Tapi Omah Ihromi, Ratna Saptari and Brigitte Holzer. By making techniques
informants are "purposive" and the data used is "qualitative". So the informant
obtained from this study as many as five people with different backgrounds.
In this study it was found that: First husband who does not work more
dominant in determining their children's education, because there is interference
husband's parents who have the economic level greater than wives, although they
are not a single house with a nuclear family. The second wife of a higher income
than the husband makes the wife is more dominant in determining their children's
education. Third husband's education and knowledge which is lower than the wife
will affect the outcome of family communication, so the wife is more dominant in
determining their children's education. The fourth indicates that the role can be
replaced by a husband and wife, when the husband is not able to perform its
obligations as a family head and not be able to analyze the problems being faced.
Keywords: decision making, relationship roles.
PENDAHULUAN
yang berkualitas dan baik, maka pengambilan keputusan tersebut harus memiliki
sifat-sifat yang relevan dan efisien. Artinya pengambilan keputusan tersebut harus
ada hubungannya dengan permasalahan yang akan diselesaikan secara tepat dan
sesuai.
tujuan tersebut, orang tua tidak akan sembarangan dalam memutuskan pendidikan
Namun dewasa ini, fenomena peran ganda yang terjadi pada istri semakin
meningkat, hal tersebut dapat dilihat ketika seorang istri yang menjadi ibu rumah
tangga dan pencari nafkah (berperan ganda) harus memenuhi tugas dan
hubungan peran yang terjadi antara suami dan istri, sehingga hal tersebut dapat
sesungguhnya.
penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.
yang dimiliki oleh seseorang tentang bahasanya sendiri. Yaitu pengetahuan sistem
suara dari bahasa itu dan bagaimana suara seseorang untuk membentuk kata-kata,
perlu dilakukan oleh orang tua, baik untuk kepentingan dirinya maupun anggota
keluarganya.
arti yang sangat besar bagi seorang suami, karena pekerjaan yang mapan akan
kebutuhan hidup.
Penelitian ini menarik benang merah bahwa masalah tersebut akan berdampak
pada proses komunikasi pasangan suami istri yang dapat mengancam hubungan
seorang istri dalam menentukan segala keputusan keluarga dan suami menjadi
tidak dianggap.
dalam menentukan pendidikan anak yang dilakukan oleh suami yang tidak bekerja
benar. Sebab kemampuan yang terbatas akan mempengaruhi hasil dari keputusan
itu sendiri, sementara suami yang tidak bekerja akan menjadikan sang istri merasa
tidak tenang dan hilang kepercayaan kepada suaminya dalam menentukan masa
keputusan yang dilakukan oleh suami yang tidak bekerja dan istri yang bekerja
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui interaksi antara suami yang tidak bekerja dan istri yang
bekerja dalam menentukan pendidikan anak.
Manfaat Akademis
sosiologi, terutama pada bidang sosiologi keluarga. Melalui studi ini akan
Manfaat Praktis
fungsinya masing-masing.
KAJIAN TEORITIK
alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih. Sementara menurut Siagian,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang
keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh
Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah,
baik secara individual maupun secara kelompok.
Pria pada umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan cepat dalam
mengambil keputusan dan wanita umumnya relatif lebih lambat dan sering
ragu-ragu.
Keterbatasan Kemampuan
berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk
Problema
Situasi
Kondisi
Tujuan
ini merupakan kerangka dasar, sehingga setiap tahap dapat dikembangkan lagi
berikut:
1. Penemuan Masalah
2. Pemecahan Masalah
3. Pengambilan Keputusan
hukum, keagamaan, maupun yang lainnya. Namun kajian tentang gender masih
Indonesia yang belum memahami persoalan ini dan masih banyak terjadi berbagai
ketidakadilan gender.
lembut, anggun, keibuan, emosional, dan lain sebagainya. Baik di dunia timur
maupun barat, perempuan digariskan untuk menjadi istri dan ibu. Sejalan dengan
kehidupan ini, sifat yang dikenakan pada perempuan adalah makhluk yang
emosional, pasif, lemah, dekoratif, tidak asertif, dan tidak kompeten kecuali untuk
Peran ganda adalah dua peran atau lebih yang dijalankan dalam waktu
yang bersamaan. Dalam hal ini peran yang dimaksud adalah peran seorang
perempuan sebagai istri bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya, dan peran sebagai
perempuan yang memiliki karir di luar rumah. Peran ganda ini dijalani bersamaan
dengan peran tradisional kaum perempuan sebagai istri dan ibu dalam keluarga,
sesuai dengan bakat yang telah dimilikinya. Profil wanita Indonesia saat ini dapat
digambarkan sebagai manusia yang harus hidup dalam situasi dilematis. Di sisi
lain wanita Indonesia dituntut untuk berperan dalam semua sektor, tetapi di sisi
lain muncullah tuntutan lain agar wanita tidak melupakan kodrat mereka sebagai
istri bertugas mengurus rumah tangga, tetapi dengan tumbuhnya kesempatan bagi
wanita bersuami untuk bekerja, maka pola kekeluargaan segera berubah dan
muncul apa yang disebut sebagai dualisme karir. Nilai-nilai tradisional yang ada
dalam masyarakat memang dapat menjadi tekanan sosial. Seorang wanita jawa
dari kalangan bangsawan akan tetap mengingat tentang 3M, yaitu masak, macak,
Fenomena wanita yang bekerja di luar rumah oleh banyak pihak masih
dianggap sebagai suatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena
“kaca pembesar” dan langsung menilai pantas atau tidaknya berdasarkan nilai-
nilai yang berlaku (Mayling OG, 1996: 218). Dengan meningkatkan peran wanita
sebagai pencari nafkah keluarga dan kenyataan bahwa mereka juga berperan
membutuhkan waktu, tenaga, dan perhatian, sehingga kalau peran yang satu
dilakukan dengan baik, maka yang lain terabaikan sehingga timbullah konflik
peran.
Seorang istri yang menjadi ibu rumah tangga dan pencari nafkah
(berperan ganda) harus memenuhi tugas dan kewajibannya sebagai ibu rumah
tangga dan diharapkan dapat menjalankan peranannya sebagai seorang istri dan
pencari nafkah (Tapi Omah Ihromi, 1990: 3). Apa yang dikaitkan dengan
gambaran soal kerendahan hati dan ketaatan seorang wanita. Dikatakan bahwa
sifat ini diinternalisasikan oleh kaum wanita melalui sosialisasi dalam keluarga.
Ciri lain yang banyak dikaitkan dengan wanita adalah soal keterampilan
tangannya dan diajarkan pula dalam rumah. Banyak literatur tentang kerja wanita
jenis pekerjaan yang diberikan padanya (Ratna Saptari dan Brigitte Holzer, 1997:
98).
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu
ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama
2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan
Maglaya, 1978).
3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan RI, 1988).
Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Fungsi Keluarga
dan digantikan oleh orang atau lembaga lain tetapi karena masyarakat sekarang ini
hidayat, 2012: 154) dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang
2. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas
pada keluarga.
yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Keluarga inti pada dasarnya terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak yang belum menikah. Pendapat lain juga menjelaskan
bahwa keluarga inti (nuclear family) adalah unit dasar yang terdiri atas ayah, ibu,
dan anak-anak yang belum berdiri sendiri. Sementara itu keluarga merupakan
rumah dan membentuk keluarga sendiri. Dan keluarga mempunyai sistem jaringan
ayah, ibu, dan anak, maupun anak dengan anak (Susanto, 1995: 177).
Pengertian Pendidikan
masuk ke bangku sekolah. kata pendidikan sudah tidak asing lagi di telinga,
karena semua manusia yang hidup pasti membutuhkan pendidikan, agar tujuan
pendidikan secara umum berasal dari kata "didik" dengan mendapatkan imbuhan
"pe" dan akhiran "an", yang berarti cara, proses atau perbuatan mendidik. Kata
pendidikan secara bahasa berasal dari kata "pedagogi" yakni "paid" yang berarti
anak dan "agogos" yang berarti membimbing, jadi pedagogi adalah ilmu dalam
proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia atau peserta didik melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
dan masyarakat.
karakter diri, dan mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha yang bertujuan untuk menyiapkan
peserta didik dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran, bimbingan, dan
intensif, efektif, dan efisien menurut ruang dan waktu yang telah ditentukan.
keluarga. Maka dari itu, sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta
memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari
a) anak didik belajar bergaul dengan sesama anak didik, antara guru
dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan
guru (karyawan).
oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa betapa penting dan besar
Anak
setiap anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
berpengaruh terhadap masa depan mereka. Oleh karena itu, setiap orang tua
dengan minat dan bakatnya. Selain itu, orang tua juga dituntut untuk dapat
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
merupakan suatu hal yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan
primer yang paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-
laki dan perempuan. Hubungan ini berlangsung sangat lama guna menciptakan
dirinya maupun anggota keluarganya. Selain itu, keterlibatan orang tua bukanlah
suatu hal yang baru di lingkungan pendidikan dan telah memainkan peran yang
nyata. Pendidikan secara umum mempunyai arti sebagai suatu proses kehidupan
intensif, efektif, dan efisien menurut ruang dan waktu yang telah ditentukan.
keluarga.
untuk anaknya, karena pendidikan anak akan sangat berpengaruh terhadap masa
depan mereka. Sehingga dalam menentukan lembaga pendidikan yang tepat bagi
mengutamakan visi dan misi dari sekolah tersebut. Sebab dari visi misi itulah
karakter sang anak akan terbentuk, hal tersebut juga harus diimbangi dengan
fasilitas yang memadai pula. Namun berbeda dengan sang istri, menurutnya lokasi
sekolah merupakan tahap penentuan paling awal dalam menentukan sekolah anak.
Menurut sang suami, semua sekolah pada hakikatnya sama. Hanya saja
lembaga pendidikan swasta. Tentu dalam segi biaya sangat terlihat mencolok,
dalam menentukan pendidikan untuk sang anak. Sebab kedua hal tersebut akan
sejak kecil, sehingga anak-anak akan memiliki kepribadian yang baik bagi
kehidupannya kelak. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan yang baik adalah yang
mampu menjadikan anak didiknya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya
Diakui NP bahwa sang istri selalu ikut terlibat dalam pemilihan sekolah
pendidikan agama merupakan bekal yang sangat penting yang harus diberikan
oleh para orang tua kepada anaknya. Selain sekolah yang lebih menekankan ilmu
tersebut. Kedua hal tersebut diyakini NP akan menjadi pertimbangan para orang
Berbeda dengan HPP, dalam pemilihan sekolah untuk anak justru sang
istrilah yang lebih berperan dalam rumah tangganya. Meski mereka berdua masih
mengenai biaya yang nantinya akan dikeluarkan. Meski dia tidak ikut membiayai
sekolah anak-anaknya, setidaknya agar beban yang ditanggung oleh istrinya tidak
terlalu berat. HPP mengakui bahwa dia tidak terlalu mengutamakan masalah
fasilitas sekolah, baginya sang anak dapat merasakan bangku sekolah saja sudah
cukup.
Pendapat sang istri pun berbeda dengan HPP, menurut sang istri selain
biaya pendidikan, fasilitas sekolah juga merupakan salah satu kriteria yang harus
diperhatikan sebelum sang anak masuk ke dalam sekolah tersebut. Tanpa adanya
fasilitas belajar yang mampu mendukung, maka kegiatan belajar mengajar tidak
perkembangan pendidikan pada saat ini, dia tidak mengetahui kriteria-kriteria apa
saja yang akan diperlukan dalam menentukan sekolah yang terbaik untuk sang
anak. SW pun mengakui bahwa jenjang pendidikan yang ditempuh hanya sampai
pada SD saja, oleh sebab itulah SW kurang berpengalaman dalam mengenal dunia
pendidikan.
dalam lingkungan sekolah yang salah. Tetapi menurut pengakuan sang istri,
masalah biaya merupakan hal yang paling utama sebelum menentukan pendidikan
untuk anaknya.
Salah satunya adalah dalam menentukan masa depan sang anak, BS bersama istri
kualitas sekolah yang bagus akan menghasilkan putra-putri yang bagus pula untuk
ke depannya. Karena moral anak juga perlu dibangun dengan baik, mengingat
pada saat ini keadaan anak-anak sudah sangat mengkhawatirkan. Tetapi peran
orang tua juga harus tetap memantau perkembangan anak setiap harinya. Sebab,
meskipun orang tua sudah memberikan pendidikan yang terbaik untuk sang anak,
tapi hal tersebut belum menjadi jaminan bahwa sang anak akan bersikap baik
juga. Sependapat dengan suami, sang istri pun menyetujui bahwa pendidikan
jawab kita kepada keluarga yang harus dijalankan. Oleh karena itu, kondisi
ekonomi sebuah keluarga tentu menjadi salah satu faktor penting terhadap masa
depan sang anak, mengingat biaya pendidikan sekolah yang semakin mahal.
Namun pada saat ini fenomena peran ganda yang terjadi pada istri semakin
meningkat, peran ganda adalah dua peran atau lebih yang dijalankan dalam waktu
yang bersamaan. Pandangan seperti ini akan mempengaruhi pola komunikasi dan
hubungan peran yang terjadi pada suami istri, sehingga hal tersebut dapat
sesungguhnya.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa setiap anggota keluarga mempunyai
pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga, dan juga sebagai anggota
rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga
sebagai pelaku psiko-sosial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan
spiritual.
Misalnya pada informan RA, sang istri merasa sangat khawatir dengan
mengandalkan biaya hidup keluarganya dari kedua orang tua saja. Sehingga istri
memutuskan untuk berjualan kue, hal tersebut ia lakukan demi menyambung
Istri dari informan pertama ini pada awalnya merasa terbebani akan dua
peran yang dilakukannya sekaligus. Selain menjadi ibu rumah tangga yang
mengatur segala keperluan anak dan keluarganya, ia harus menjadi pencari nafkah
juga. Meskipun hal itu bukan merupakan paksaan dari sang suami yang
mengharuskannya untuk bekerja mencari biaya hidup. Sang istri juga menuturkan
bahwa pada hakikatnya seorang istri itu hanya mengurus segala keperluan rumah
keluarganya kepada orang tua dan kakaknya, membuat sang istri berinisiatif untuk
membantu dalam mencari biaya tambahan keluarganya. Hingga kini aktivitas istri
dari NP selain menjadi seorang istri dan ibu, ia harus mencari nafkah di luar
Berbeda dengan kondisi ekonomi HPP. Sang istri membantu suami yang
aktivitas sang istri dalam kesehariannya hanya berjualan jus buah di daerah dekat
rumahnya.
Sementara istri dari SW, sudah sejak lama menjalani pekerjaannya sebagai
memasak, dari situlah istri SW mulai berpikir untuk membuka warung nasi.
Pekerjaan tersebut rela dilakukannya demi memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarganya.
Bahkan menurutnya, ia pasrah akan takdir yang sedang dilaluinya saat ini.
Mempunyai seorang suami yang sudah tidak bisa lagi diandalkannya itulah yang
membuat ia harus rela mati-matian mencari uang seorang diri untuk mencukupi
hidup anak dan keluarganya. Hal tersebut yang membuat sang istri tidak ingin
yang sangat berat, menurutnya hal ini tidak sepantasnya dilakukan oleh istri.
Tetapi melihat kondisi ekonomi keluarga yang seperti ini, mengharuskan untuk
hadapan orang lain dan setiap individu meyakini bahwa kehormatan adalah
sebaliknya.
Ditemukan pada informan pertama bahwa RA merupakan seorang pria
muda yang hanya lulusan SMA, tetapi dia cukup mengetahui akan pendidikan
yang baik untuk sang anak. Meski kini RA tidak bekerja, namun dia masih
mempunyai peran yang cukup tinggi dalam menentukan pendidikan yang akan
dalam memutuskan setiap masalah yang terjadi pada keluarganya. Tentunya hal
itu juga terjadi dalam pemilihan lembaga pendidikan untuk sang anak, sebab hal
tersebut yang akan menentukan karakter anaknya pada masa depan kelak.
Berbeda dengan informan HPP. Kali ini justru sang istrilah yang lebih
dikarenakan sang istri sebagai pencari nafkah dan memang pantas untuk mengatur
kepada sang istri, sebab dia mengakui apabila kemampuannya dalam mencari
salah satu bentuk kekuasaannya dalam menentukan masa depan sang anak.
untuk sang anak. Sehingga ia dapat lebih mudah dalam mengambil keputusan.
Peran Suami Istri dalam Keluarga
kemampuannya. Sedangkan peran istri adalah sebagai ibu rumah tangga yang
sebaik-baiknya.
Berikut adalah peran suami sebagai seorang kepala keluarga, antara lain:
2. Memberikan contoh atau tauladan agar putra dan putrinya mampu hidup
mandiri dan mengenalkan pengalaman-pengalaman tentang objek yang
ada di lingkungan sekitar, sebagai bagian dari proses belajarnya.
Arti peran ini sudah jelas bahwasannya seseorang yang memiliki tugas
namun adapula seseorang yang menjalankan dua peran sekaligus walaupun itu
sebenarnya bukan kewajibannya. Peran ganda yang seperti ini juga dijalankan
oleh seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki suami, di dalam
keluarganya dia memiliki peran ganda sebagai seorang istri atau ibu untuk suami
sekaligus anak-anaknya (ibu rumah tangga) dan juga sebagai seorang pekerja
dalam kehidupannya. Namun fenomena wanita yang bekerja di luar rumah oleh
banyak pihak masih dianggap sebagai suatu yang relatif baru bagi masyarakat
menjadi tekanan sosial, seperti pernyataan tentang 3M: masak, macak, manak
hanyalah suami, akan terlihat adanya pemisahan antara pekerjaan dan keluarga.
Tetapi di dalam kelompok masyarakat lain di mana istri juga ikut mencari nafkah,
perlengkapan rumah tangga yang lebih baik, bahkan cenderung bersifat mewah.
Di dalam keluarga seperti ini peranan istri mirip dengan peranan suami dalam
keluarga kelas menengah (S.R Parker dan R.K Brown, 1992: 60).
Namun kenyataannya seringkali seorang suami tidak mampu memenuhi
segala kebutuhan hidup keluarganya. Akibatnya dari peran suami yang tidak
maksimal inilah banyak istri yang menginginkan ikut berperan dalam memenuhi
kebutuhan hidup bagi keluarganya. Banyak istri yang terjun ke dunia kerja dan
meniti karir di perusahaan, bahkan kadang karir wanita jauh melampaui seorang
Pada masa sekarang ini keterlibatan wanita dalam sektor produksi sudah
biasa, ada wanita yang full bekerja di luar rumah sama dengan laki-laki. Ada juga
sebagian yang lain memilih kerja paruh waktu atau menjadikan rumah tinggal
mereka sebagai pusat dari kegiatan wanita mencari nafkah, seperti berjualan.
Bekerja paruh waktu atau penuh, berarti wanita sudah ikut berperan sebagai
produksi tidak berdampak pada perlakuan yang sama untuk suami dalam
Tugas domestik tetap dianggap kerja istri, suami jarang sekali yang terlibat
mengurus rumah tangga dan anak-anaknya secara intens. Saat ini banyak wanita
yang berpenghasilan lebih tinggi dari suaminya dan tetap dominan dalam
mengurus keluarganya. Tidak jarang dalam kondisi lelah sepulang kerja wanita
masih harus memasak untuk makan malam keluarga dan membantu mengerjakan
wanita yang sudah menikah, dan adanya gerakan emansipasi telah berhasil
industri dan membatasi gerak-gerik wanita sebatas rumah tangganya. Akan tetapi
tradisi ini masih berlaku untuk pekerjaan pekerjaan kasar, misalnya pekerjaan di
sendiri akan kurang tergantung pada suaminya dibandingkan dengan wanita yang
tidak bekerja. Persamaan posisi istri dan suami dalam bidang pekerjaan akan
menyamakan hak istri dan suami dalam pengambilan keputusan dalam keluarga
kerja di kantor dan juga pabrik tetap akan dijalaninya dua peran ganda tersebut
untuk memenuhi maupun untuk membantu suami dalam pencarian nafkahnya, tak
peduli pekerjaan itu sulit atau mudah tetap saja dilakoninya. Bagi wanita (sebagai
istri/ibu rumah tangga) bekerja merupakan tujuan yang paling utama dalam
merangkap peran menjadi ibu rumah tangga adalah salah satu faktor untuk
pekerja adalah laki-laki dan wanita boleh memilih “mau kerja atau tidak”. Meski
demikian makin banyak wanita yang menghabiskan waktu mereka bekerja di luar
rumah (Peter Worsley, 1992: 27). Dengan turut sertanya wanita dalam pekerjaan
dan kewajiban seorang wanita (sebagai ibu rumah tangga seperti memasak,
yang berperan tunggal dan yang berperan ganda (1990: 3) dengan meningkatkan
peran perempuan sebagai pencari nafkah keluarga dan kenyataan bahwa mereka
peran yang satu dilakukan dengan baik, yang lain akan terabaikan dan dapat
menimbulkan konflik peran. Masalah ini timbul terutama bila yang bekerja adalah
ibu rumah tangga yang punya anak-anak dan masih membutuhkan pengasuhan
fisik maupun rohaniah. Masalah lain yang timbul adalah akibat adanya perubahan
pola hubungan suami istri. Seorang istri yang menjadi ibu rumah tangga dan
menjadi pencari nafkah (berperan ganda) harus memenuhi tugas sebagai ibu
2004: 124).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan proses analisis data dan analisis teoritis yang telah dilakukan,
suami yang tidak bekerja dan istri yang bekerja dalam menentukan pendidikan
1. Latar belakang ekonomi orang tua suami memiliki dampak yang sangat
besar terhadap peran suami dalam mengambil keputusan, walaupun
mereka tidak satu rumah dengan keluarga inti. Di mana suami yang tidak
bekerja pun tidak akan kehilangan perannya sebagai kepala rumah tangga,
sementara suami dengan kondisi ekonomi orang tua yang cenderung pas-
pasan akan lebih mudah kehilangan perannya dalam menentukan segala
keputusan yang terjadi pada rumah tangganya.
2. Istri yang mempunyai penghasilan lebih besar dari suami pun juga akan
menggeser peran suami, sehingga istri menjadi lebih dominan dalam
menentukan segala keputusan rumah tangganya, termasuk dalam hal
penentuan sekolah anak.
Saran
keputusan. Hasil dari penelitian ini memberikan wawasan baru terhadap teori
tersebut, yaitu:
2. Studi ini mampu memperkaya studi sosiologi yang berkaitan dengan isu-
isu sosial seperti pengambilan keputusan pada suami yang tidak bekerja
dan istri yang bekerja dalam menentukan pendidikan anak.
Secara umum, studi ini dapat memberikan gambaran atau wawasan baru
kepada masyarakat luas mengenai arti penting dari sebuah fungsi dan peran suami
istri dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang kepala keluarga dan ibu rumah