Anda di halaman 1dari 22

STUDI KASUS

DIAGNOSTIK HOLISTIK PADA PENDERITA GANGGUAN CEMAS


MENYELURUH POST TRAUMATIC DISEASE

Kelompok A-5

Ketua : Harry Raihan Alzikri (1102017102)


Sekretaris : Bilqish Karidza (1102017050)
Anggota : Dwi Alma Salsabilla (1102017075)
Imam Rahmatullah Maulana Pasha (1102017107)
Intan Minati Rahmatia Bintahir (1102017112)
Khafifah Puja Atmalia (1102017124)
Nanda Enggar Kusumo (1102017166)
Rindra Diandra Hendrastya (1102017197)
Shafira Herowati Febriyanti (1102017213)
Yusri Fadila (1102017248)

Pembimbing

dr. Yusnita, M.Kes, Dipl-DK

BLOK KEDOKTERAN KELUARGA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA
A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. N
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Alamat : Jalan Rambutan No. 85 – 86 RT 7 RW 11, Jatiasih, Bekasi
Pendidikan : SMA
Agama :Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Mahasiswa
Tanggal pemeriksaan : 14 Desember 2020
Tanggal home visit : 14 Desember 2020

B. ANAMNESIS PENYAKIT (DISEASE)

1. Keluhan Utama
Gangguan tidur insomnia
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan gangguan tidur insomnia. Hal tersebut pasien rasakan
hampir setiap hari selama 2 bulan terakhir. Pasien mengatakan ia membutuhkan waktu >2
jam untuk bisa terlelap, dan biasanya tidur paling cepat jam 12 malam. Apabila pasien dapat
tidur lebih cepat, pasien mengeluhkan dirinya terbangun setiap jam sehingga menurunkan
kualitas tidur pasien dan pasien tidak bisa beristirahat dengan baik. Saat ini pasien
mengonsumsi obat Clobazam, Depram, dan telah melakukan terapi hypnotherapy atas saran
psikiater. Saat ini, menurut pasien, gangguan tidur tersebut dapat kembali kambuh apabila
ada pencetus (trigger) seperti masalah yang ia pikirkan terus-menerus.

Kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh perasaan kurang enak badan sehingga pasien
mengira terinfeksi COVID-19. Namun, hasil swab pasien negatif. Pada saat diperiksa, pasien
terdiagnosis hipertensi usia muda oleh dokter (Sistol 143). Oleh dokter tersebut pasien
diberikan obat Amlodipine. Pada malam hari, pasien mencoba untuk mengecek kembali TD
dan menunjukkan angka sistol 160 dan pasien khawatir dapat mengganggu sistem organnya.
Pasien sempat berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung lewat aplikasi daring dan dokter
menyarankan pasien untuk melakukan observasi tekanan darah dengan melihat apakah lebih
banyak kondisi hipertensi atau tekanan darah normal selama seminggu. Apabila TD
hipertensi lebih sering terjadi selama beberapa waktu dibandingkan TD normal, maka pasien
disarankan untuk EKG untuk melihat perbesaran jantung. Apabila ada perbesaran jantung
maka pasien disarankan untuk minum obat seumur hidup. Setelah diobservasi, ternyata TD
pasien lebih banyak yang normal dibandingkan dengan TD hipertensi sehingga hanya
disarankan diet hipertensi saja. Pasien mengatakan, setelah diet hipertensi, TD kembali
normal (sistol 125).

Pada hari kedua diet, pasien merasa lemas dan saat mengecek gula darah, gula darah
pasien 60. Pasien mengaku diet secara berlebihan. Pada malam hari setelah kejadian tersebut,
pasien mengalami pusing berputar (vertigo) yang memberat sampai rasanya ingin pingsan
dan mual. Pasien berkonsultasi ke dokter umum, dan diberikan obat-obatan namun tidak
kunjung sembuh. Lalu pasien mencoba berkonsul ke dokter umum lainnya dan diberikan
obat yang serupa namun tidak menunjukkan perubahan gejala yang dialami pasien. Keluhan
lain juga muncul berupa ganguan tidur, bahkan pasien pernah insomnia hingga 2 hari
berturut-turut. Pasien juga mengeluhkan gejala ini mengganggu kesehariannya, contohnya
seperti saat pasien mencoba untuk istirahat, pasien merasa cemas dan merasa seperti “di
ujung jurang” sehingga tidak bisa beristirahat dengan baik.

Setelah itu pasien berkonsultasi dengan dokter saraf namun setelah diperiksa tidak
ada kelainan. Pasien diberikan obat vertigo. Namun setelah 5 hari konsumsi, ternyata tidak
ada perubahan apapun, sehingga pasien kembali berkonsultasi kepada dokter spesialis saraf.
Dokter menaikkan dosis obat vertigo pasien. Setelah penggunaan 3-5 hari, gejala pasien tidak
berkurang. Karena tak kunjung membaik, pasien sempat berpikir gejala yang ia alami
bukanlah karena fisik (karena hasil pemeriksaan fisik neurologi baik).
Dua bulan kemudian, pasien mencoba untuk berkonsultasi ke psikiater dan
mendiagnosis gangguan cemas menyeluruh post traumatic disease. Pasien diberikan
beberapa obat seperti Depram, Clobazam dan vitamin B kompleks. Namun, keluhan pasien
tidak kunjung berkurang setelah 3-5 hari. Pasien disarankan untuk mencoba hipnoterapi dan
pasien merasa keluhan berkurang setelah seminggu terapi. Saat ini pasien merasa tidak ada
keluhan namun masih meminum obat Depram dan Clobazam (tapering off).

3. Riwayat Penyakit Dahulu (beserta Pengobatan)

- Pada saat pasien kecil, pasien memiliki riwayat penyakit campak.


- Pasien juga memiliki riwayat alergi obat antibiotik golongan sulfa, pertama kali terkena
alergi wajah pasien mengalami angioedema (semasa pasien SMP). Oleh dokter
diberikan obat pil.
- Riwayat lain pasien pernah mengalami dislokasi dan terapi dilakukan di bengkel tulang.
- Selain itu pasien juga memiliki riwayat operasi ganglion 3 tahun yang lalu di lengan kiri
pasien. Dokter mengatakan hal tersebut dikarenakan lengan pasien terus menerus
melakukan aktivitas yang sama.
- Pasien belum pernah melakukan medical check up untuk screening.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi


- Almarhumah ibu pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan kanker payudara.
- Kedua orang tua Tn. N tidak memiliki riwayat hepatitis, penyakit ginjal, penyakit
jantung, dan tidak ada gangguan psikiatri
- Kakak Tn. N tidak memiliki riwayat penyakit apapun
5. Riwayat Personal Sosial

Saat ini Tn. N masih berkuliah. Sebelum pandemi terjadi, pasien mengaku memiliki
gaya hidup sedentary life dimana setelah kuliah pasien lebih sering bermain game dan
tidur. Pola makan pasien 4x sehari dengan banyak karbohidrat. Pasien hanya berolahraga
seminggu sekali setiap Sabtu dengan berjalan santai atau bersepeda. Pasien tidak
mengonsumsi rokok. Semenjak pasien terdiagnosis hipertensi usia muda, pasien rajin
berolahraga dengan sepeda statis selama 15-30 menit setiap pagi atau sore. Pasien juga
mulai mengubah gaya hidupnya menjadi pola hidup sehat. Hubungan pasien dengan
keluarga baik-baik saja tidak ada masalah.
6. Review Sistem

- Sistem Respirologi : tidak ada kelainan


- Sistem Kardiovaskular : hipertensi
- Sistem Neuropsikiatri : gangguan cemas menyeluruh, gangguan tidur
(insomnia), dan vertigo
- Sistem Reproduksi : tidak ada kelainan
- Sistem Gastrointestinal : tidak ada kelainan
- Sistem Panca Indera : tidak ada kelainan
- Sistem Dermatologi : tidak ada kelainan
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
C. ANAMNESIS PENGALAMAN SAKIT (ILLNESS)

Pengalaman Sakit Pasien


    Saat mengalami vertigo dan insomnia, pasien khawatir akan kondisi
kesehatannya yang tidak kunjung membaik dan merasa bahwa dirinya seperti “di ujung jurang”
dimana dalam kondisi ini ia tidak tahu harus berbuat apa dengan keluhannya. Menurut persepsi
pasien, ia merasa gejala ini bukan karena kelainan pada fisik, namun dipengaruhi oleh
pikirannya sehingga pasien tidak puas saat berobat ke berbagai dokter umum dan spesialis
saraf sehingga pasien berinisiatif untuk konsultasi ke psikiater. Pasien beranggapan gejala yang
ia rasakan merupakan cobaan untuk menghapus dosa-dosa pasien terdahulu dengan demikian
mendorong pasien untuk lebih sering beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Perasaan cemas akan kesehatan dirinya juga terus muncul sehingga cukup mengganggu
keseharian pasien, seperti tidak dapat kuliah dengan fokus, tidak nyaman saat beristirahat, dan
tidak nafsu makan (mual). Pasien mengatakan belum pernah mengalami hal seperti ini
sebelumnya.  Pasien memiliki harapan untuk dapat kembali seperti semula.

D. INSTRUMEN PENILAIAN KELUARGA (FAMILY ASSESMENT TOOLS)


1.Genogram Keluarga (Family Genogram)
2. Bentuk Keluarga (Family Structure)

Bentuk keluarga Tn. N adalah keluarga inti (Nuclear family) yang terdiri dari bapak dan anak

3. Tahapan Siklus Kehidupan Keluarga (Family Life Cycle)

Keluarga Tn. N berada pada tahap 6 pada siklus kehidupan keluarga (Families as
launching center) dimana semua anak pada keluarga tersebut sudah dewasa.

4. Peta Keluarga (Family Map)


5. APGAR Keluarga (Family APGAR)
[Adaptability-Partnership-Growth-Affection-Resolve]
(Isilahi instrumen APGAR berikut sebagai skrining awal untuk melihat adanya disfungsi
keluarga)

APGAR Keluarga Hampir Kadang- Hampir


selalu kadang tidak pernah
(2) (1) (0)
1. Saya merasa puas karena saya dapat meminta √
pertolongan kepada keluarga saya ketika saya
menghadapi permasalahan
2. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya √
membahas berbagai hal dengan saya dan
berbagi masalah dengan saya.
3. Saya merasa puas karena keluarga saya √
menerima dan mendukung keinginan-
keinginan saya untuk memulai kegiatan atau
tujuan baru dalam hidup saya.
4. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya √
mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi
perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan,
kesedihan dan cinta.
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya √
dan saya berbagi waktu bersama.
Skor Total 10 (Keluarga sangat fungsional)

Skala pengukuran: Skor: Contoh:


Hampir selalu = 2 8-10 = Sangat fungsional Jumlah = 7 poin.
Kadang-kadang = 1 4-7 = Disfungsional Keluarga disfungsional sedang
sedang
Hampir tidak pernah = 0 0-3 = Disfungsional berat

6. SCREEM Keluarga (Family SCREEM)


(Social-Cultural-Religious-Educational-Economic-Medical)

Aspek Kekuatan ( di contoh tercantum sbg Kelemahan patologi


SCREEM sumber)
Social Pasien bersosialisasi dengan baik antar -
keluarga, teman, dan tetangga
Cultural Pasien dan keluarga bersuku Jawa dan dulu Karena lebih memilih terapi
sebelum pasien masuk fakultas kedokteran, tradisional, pasien pernah ke
keluarga pasien lebih memprioritaskan bengkel tulang untuk terapi
terapi pengobatan tradisional dislokasi yang kurang diketahui
keamanannya.
Religious Pasien sering ikut kajian dan selalu shalat 5 -
waktu.
Educational Semenjak pasien masuk fakultas -
kedokteran, pasien menjadi lebih paham
mengenai penyakit dan obat-obatan yang
digunakan.
Economic Kebutuhan pasien dan keluarga tercukupi -
dengan baik
Medical Akses untuk konsultasi ke klinik layanan -
primer maupun rumah sakit mudah karena
jumlahnya cukup banyak disekitar rumah
pasien

7. Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)

Tahun Usia Life Events/ Crisis Severity of Illness


(Tahun)
2017 18 Pasien mengalami dislokasi pada Pada awalnya dapat
bagian tungkai akibat bermain sembuh dengan
futsal sendirinya, namun
diskolasi yang kedua
cukup sakit sehingga
Tn.N ke bengkel tulang
2018 19 Pasien menjalani operasi Tidak ada gejala yang
ganglion dirasakan pasien,
pasien hanya takut
ganglion tersebut
menjadi parah sehingga
pasien memilih untuk
dioperasi
2020 21 Pada saat Tn. N menjadi Tidak ada gejala
mahasiswa, Tn. N terdiagnosis
hipertensi usia muda
2020 21 Pasien pernah mengalami Gejala yang dirasakan
keadaan hipoglikemi, dan berupa vertigo dan
kejadian tersebut merupakan gangguan tidur
awal mula pasien mengalami insomnia yang
gangguan cemas mengganggu
keseharian pasien
E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum = Sehat


2. Kesadaran = Composmentis (GCS 15)
3. Tanda Vital
- Tekanan Darah : 121/79 mmHg
- Nadi : 77 x/menit
- Respirasi : 16 x/menit
- SpO2 : 98 %
- Suhu : 36,1 C
4. Antropometri
- Tinggi Badan : 167 cm
- Berat Badan : 81 kg
- Lingkar Pinggang: 88 cm
- Lingkar Panggul : 92 cm
- Lingkar Lengan Atas : 33 cm
- IMT : 29 kg/m2
- Waist-Hip Ratio : 0,95 (low)
- Status Gizi : Overweight (berat badan lebih)
5. PemeriksaanUmum
Kepala : Bentuk oval, simetris, tidak terdapat tanda inflamasi, tidak terdapat sikatriks
- Rambut : tumbuh lebat berwarna hitam
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor
- Hidung : Septum tidak deviasi, tidak terdapat sekret, tidak terdapat massa ataupun
tanda inflamasi
- Telinga : Tidak terdapat sekret, tidak terdapat massa ataupun tanda infamasi
- Mulut : Bibir tidak sianosis, tidak terdapat tanda inflamasi, lidah tidak kotor, gigi utuh
Leher :
Tidak teraba pembesaran KGB, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat tanda
inflamasi
Thoraks :
Pulmo
Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, sonor di kedua lapang paru, peranjakan
paru-hati (+)
Cor
Iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba di costae ke- V linea midclavicula sinistra,
batas jantung normal
Abdomen
Cembung simetris, tidak terdapat spider nevi, tidak terdapat tenda inflamasi tidak ditemukan
sikatriks, tidak terdapat nyeri tekan epigastrium, tidak teraba massa, hepar dan lien tidak
teraba pembesaran, timpani pada empat kuadran abdomen, undulasi (-), shifting dullnes (-),
ballotement (-)
Anogenital:
Keadaan normal
Ekstremitas:
Akral hangat, tidak didapatkan tanda inflamasi, edema (- ), sianosis (-), terdaapat sikatrik
bekas operasi ganglion pada pergelangan tangan kiri.
F. PEMERIKSAAN KHUSUS
-

G. STATUS NUTRISI DAN PENILAIAN AKTIFITAS FISIK


Food Recall
24 Hour
    Food Recall    
Carbohydrate Protein Lipid Fibre Dairy Product
Pagi Susu Kotak Uht
Nasi Sambel Terong
Pukul 7 Ultra Coklat
Ikan Goreng
Gorengan Sop Sayur
Cabe
Air
Putih
Siang Nasi Timun
Pukul 11.30 Ayam Goreng Gorengan Kol Putih
Tahu
Tempe
Air
Putih
Sore Thai Tea (Ada
Nasi Goreng Ayam Goreng Jeruk
Susu)
Pukul 17.00 Dimsum Isi Sosis Goreng Gorengan
Baso Goreng
Isi Dimsum:
Ikan/Ayam
Air
Putih
Bebek Madura
Nasi Timun
Malam Goreng
Pukul 21.00 Gorengan Kol Putih
Air
Putih

Aktifitas Fisik

Sebelum terdiagnosa, Tn. N jarang melakukan olahraga rutin. Tn. N hanya melakukan
olahraga jalan kaki atau bersepeda seminggu sekali. Setelah terdiagnosa hipertensi usia muda oleh
dokter, Tn. N sudah membiasakan olahraga setiap hari menggunakan sepeda statis minimal 15-30
menit. Tn. N juga melakukan angkat beban selama 30 menit.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium =
GDS = 60

2. Radiologi = -

3. Lainnya = -
I. DIAGNOSIS BANDING

- Gangguan cemas menyeluruh


- Gangguan panik
- Gangguan depresi
- Hipertensi primer
- Hipertensi sekunder

J. DIAGNOSIS HOLISTIK

Diagnosis Holistik
   
Aspek Personal:
- Keluhan utama pasien ialah gangguan tidur insomnia
- Pasien khawatir akan kondisi kesehatannya yang tidak kunjung membaik
- Pasien memiliki persepsi bahwa gejala yang ia rasakan terjadi bukan karena kelainan pada
fisik, namun dipengaruhi oleh pikirannya, sehingga pasien tidak puas saat berobat ke
berbagai dokter umum dan spesialis saraf dan mendorong pasien untuk konsultasi ke
psikiater
- Pasien beranggapan gejala yang ia rasakan merupakan cobaan untuk menghapus dosa-
dosa pasien terdahulu dengan demikian mendorong pasien untuk lebih sering beribadah
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
- Pasien memiliki harapan untuk kembali seperti semula

Aspek Klinis :
- Gangguan cemas menyeluruh post traumatic disease
- Hipertensi usia muda

Aspek Risiko Internal:


- Tn. N memiliki pengalaman berada dalam kondisi hipoglikemi akibat salah melakukan
diet hipertensi yang mendorong Tn. N menjadi cemas dan mengalami gejala gangguan
cemas berupa gangguan tidur insomnia dan vertigo
- Tn. N tidak memiliki gangguan lain yang dapat menyebabkan kecemasan
- Tidak ada riwayat gangguan psikiatri dalam keluarga
- Ayah dari Tn. N memiliki riwayat hipertensi
- Gaya hidup Tn. N sebelum terdiagnosis hipertensi usia muda ialah sedentary lifestyle
- Pola makan pasien kurang baik karena terlalu banyak karbohidrat
- Sebelum terdiagnosis hipertensi usia muda, Tn. N hanya melakukan olahraga jalan kaki
atau bersepeda seminggu sekali
- Setelah terdiagnosis hipertensi usia muda, Tn. N lebih rajin berolahraga dengan sepeda
statis sehari sekali minimal selama 15-30 menit dan angkat beban selama 30 menit

Aspek Risiko Eksternal :


- Keluarga Tn. N jarang melakukan liburan untuk melepaskan kejenuhan
- Keluarga Tn. N ikut khawatir akan kondisi pasien serta membantu pasien dengan
memfasilitasi ke berbagai pelayanan kesehatan
- Keluarga Tn. N minim melakukan olahraga. Olahraga hanya dilakukan seminggu sekali
dengan intensitas ringan.

Aspek Derajat Fungsional:


- Aspek derajat fungsional pasien berskala 4, dimana pasien mengalami beberapa kesulitan,
namun perawatan diri masih bisa dilakukan dan pasien dapat melakukan kerja ringan

Uraian Diagnosis Holistik

Tn. N datang ke dokter keluarga karena khawatir gangguan tidur insomnianya kembali
tercetus. Hal ini menyebabkan pasien juga khawatir akan kondisi kesehatannya yang tidak
kunjung membaik sehingga pasien memiliki persepsi bahwa penyakit gangguan cemas ini
terjadi bukan karena kelainan pada fisik, namun dipengaruhi oleh pikirannya. Kondisi
tersebut cukup mengganggu sehingga skala fungisonal sosial pasien 4. Karena kondisi ini,
pasien beranggapan jika penyakit ini merupakan cobaan untuk menghapus dosa-dosa pasien
terdahulu dengan demikian mendorong pasien untuk lebih sering beribadah dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri.
Sebelumnya, Tn. N terdiagnosis hipertensi usia muda. Hal ini diduga akibat gaya hidup
sedentary life semenjak Tn. N masuk perkuliahan. Pola makan Tn. N juga kurang baik karena
jumlah karbohidrat cukup banyak dan jarang melakukan aktivitas olahraga. Karenanya, Tn. N
mencoba diet hipertensi atas saran dokter. Perhitungan diet hipertensi yang salah
menyebabkan Tn. N mengalami hipoglikemi. Akibat kejadian tersebut, pasien mengalami
gejala gangguan cemas berupa tidur insomnia dan vertigo sepanjang hari. Selain kejadian
tersebut, pasien tidak memiliki masalah lain yang dapat menyebabkan pasien cemas. Kedua
orang tua pasien cukup khawatir sehingga membawa pasien ke berbagai dokter, salah satunya
ke seseorang psikiater. Psikiater mendiagnosis Tn. N sebagai gangguan cemas menyeluruh
post traumatic disease. Ayah Tn. N memiliki riwayat hipertensi. Keluarga Tn. N memiliki
kebiasaan minim berolahraga dan jarang melakukan aktivitas untuk melepas kejenuhan.
Pasien berharap keadaan pasien bisa kembali normal seperti sedia kala.
K. PENGELOLAAN KOMPREHENSIF

1. Patient-Centered
a. Edukasi terkait penyakit
 Edukasi terhadap diagnosis penyakit dan komplikasi:
1. Edukasi terkait gangguan cemas dan dampaknya terhadap kualitas hidup
2. Edukasi terkait sleep hygiene untuk mencegah gangguan tidur. Misalkan seperti
menjauhi handphone sebelum tidur.
3. Edukasi pasien mengenai manajemen stress
4. Edukasi terkait hipertensi dan komplikasi
5. Edukasi terkait pentingnya kontrol tekanan darah secara rutin

b. Edukasi terhadap pola makan dan aktifitas fisik

Saran diet atau pola makan terkait hipertensi:


Edukasi:
- Penurunan berat badan. Berdasarkan meta-analisis, setiap penurunan BB 1 kg akan
menurunkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik sebanyak kurang lebih 1
mmHg
- Penurunan asupan garam. Dianjurkan tidak melebihi 2 gram dalam setiap harinya
- Diet rendah lemak, tinggi serat (buah dan sayur tiap hari)

Saran aktivitas fisik:


Edukasi:
- Olahraga 30 menit dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat selama 3 hari dalam
seminggu, sudah cukup memberi manfaat bagi kesehatan mental
- Olahraga selama 30 menit per hari minimal seminggu 3x. Olahraga dan gaya hidup
yang aktif dapat menurunkan tekanan darah
- Jika dalam kesibukan maka dapat dengan gaya hidup aktif yaitu, berjalan kaki,
bersepeda, menaiki tangga dalam aktifitas rutin dapat diterapkan

Beberapa pilhan jenis olahraga yang diperbolehkan :


- Olahraga Aerobik: senam
- Bersepeda
- Jalan kaki, Jogging

c. Kuratif
Terapi Farmakologi : -
- Obat-obatan cemas Depram 10mg 1X sehari (sudah jalan 2 bulan), Clobazam 0,25
mg 1X sehari (jalan sudah 1 bulan setegah dan sudah mulai tapering off), vitamin B
kompleks (sudah jalan 2 bulan)

d. Rehabilitative
- Konseling Psikiatri oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (Psikiatri)
- Hipnoterapi oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (Psikiatri)
Family-Focused (Family Wellness Plan)

- Edukasi kepada keluarga mengenai pengetahuan mengenai gangguan cemas peran


keluarga dalam mendampingi pasien dengan gangguan cemas menyeluruh post traumatic
disease
- Edukasi kepada keluarga mengenai pengetahuan mengenai hipertensi dan bagaimana cara
mencegah hipertensi lewat perubahan pola hidup sehat
- Edukasi kepada keluarga mengenai diet rendah lemak, tinggi serat (buah dan sayur tiap
hari), dan penurunan asupan garam
- Edukasi kepada keluarga mengenai aktifitas fisik 30 menit dengan intensitas sedang per
hari minimal seminggu 3x

No. Nama Status Skrining Konseling Imunisasi Kemoprofi


Kesehatan laksis
1. Tn. N sehat TD Konseling mengenai - - Diet hipertensi
BMI diet hipertensi dan - Hipnoterapi
konseling psikiatri
mengenai tatalaksana
gangguan cemas
2. Tn.W sehat BMI - - -

3. Tn.B sehat TD - - -
BMI
4.
5.
Note : yang sudah dilakukan, bukan usulan tata laksana
3. Community-Oriented:
-

L. DATA ANGGOTA KELUARGA INTI (KELUARGA ASAL)

No. Nama Jenis Kelamin TglLahir/ Pekerjaan No.HP Status


Umur Kesehatan
1. Tn.W Laki-laki 21/05/1968 Wiraswasta 08128394017 Sehat
2. Tn.B Laki-laki 24/01/1994 Wiraswasta 089672639522 Sehat
3. Tn.N Laki-laki 21/07/1999 Mahasiswa 081388993085 Sehat
M. RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR

1. Kondisi Rumah

Rumah yang ditinggali oleh Tn. N dan keluarga merupakan rumah pribadi. Pasien
bertempat tinggal di Jalan Rambutan No. 85 – 86 RT 7 RW 11, Jatiasih, Bekasi dengan luas
tanah ± 1250 m2 dan luas bangunan ± 500 m2. Dinding dirumah ini terbuat dari tembok dan
lantainya terbuat dari keramik. Penghuni rumah sebanyak 6 orang yang terdiri atas Tn. N,
Tn. W sebagai ayah dari Tn.N, Tn. B sebagai saudara kandung dari Tn. N, dua orang asisten
rumah tangga, dan seorang supir pribadi. Rumah keluarga Tn. N memiliki sarana air bersih
sendiri dan memenuhi syarat kesehatan. Keluarga Tn. N memiliki jamban pribadi berbentuk
leher angsa dengan tutup dan memiliki septic tank. Sarana pembuangan air limbah dari
keluarga Tn. N dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut. Sampah
juga dibuang kedalam tempat sampah yang bertutup dan kedap air. Pencahayaan dirumah
keluarga Tn. N terang dan tidak silau. Rumah keluarga Tn. N memiliki jendela dan
ventilasinya >10% luas lantai.

Form Penilaian Rumah Sehat (Menkes 2002)

NO KOMPONEN KRITERIA NILAI BOBOT


RUMAH YG (N) (B)
DINILAI

I KOMPONEN   31
RUMAH
     
     
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
    b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan 1
kecelakaan
    c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2 2
     
2 Dinding a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman 1
bambu/ilalang)
    b. Semi permanen/setengah 2
tembok/pasangan bata atau
    batu yang tidak diplester/papan yang
tidak kedap air.
    c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata 3 3
yang diplester)
    papan kedap air.
     
3 Lantai a. Tanah 0
    b. Papan/anyaman bambu dekat dengan 1
tanah/plesteran
    yang retak dan berdebu.
    c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah 2 2
panggung).
     
4 Jendela kamar a. Tidak ada 0
tidur
    b. Ada 1 1
5 Jendela ruang a. Tidak ada 0
keluarga
    b. Ada 1 1
     
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
    b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari 1
luas lantai
    c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas 2 2
lantai
     
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0
    b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari 1 1
luas lantai dapur
    b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari 2
luas lantai dapur
    (asap keluar dengan sempurna) atau ada
exhaust fan
    atau ada peralatan lain yang sejenis.
     
8 Pencahayaan a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan 0
untuk membaca
    b. Kurang terang, sehingga kurang jelas 1
untuk membaca
    dengan normal
    c. Terang dan tidak silau sehingga dapat 2 2
dipergunakan untuk
    membaca dengan normal.
      25
II SARANA  
SANITASI
     
1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0
  (SGL/SPT/PP/KU/ b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak 1
PAH). memenuhi syarat kesh.
    c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi 2
syarat kesh.
    e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 3 3
kesh.
    d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi 4
syarat kesh.
     
2 Jamban (saran a. Tidak ada. 0
pembua-
  ngan kotoran). b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, 1
disalurkan ke
    sungai / kolam
    c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 2
disalurkan ke sungai
    atau kolam
    d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic 3
tank
    e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 4
3 Sarana a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak 0
Pembuangan teratur di halaman
  Air Limbah b. Ada, diresapkan tetapi mencemari 1
(SPAL) sumber air (jarak
    sumber air (jarak dengan sumber air <
10m).
    c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
    d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari 3
sumber air (jarak
    dengan sumber air > 10m).
    e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup 4 4
(saluran kota) untuk
    diolah lebih lanjut.
     
4 Saran Pembuangan a. Tidak ada 0
  Sampah/Tempat b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada 1
Sampah tutup
    c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2
    d. Ada, kedap air dan bertutup. 3 3
III PERILAKU   44
PENGHUNI
     
1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0
  Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1
    c. Setiap hari dibuka 2 2
     
2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0
  Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1 1
    c. Setiap hari dibuka 2
     
3 Mebersihkan a. Tidak pernah 0
rumah
  dan halaman b. Kadang-kadang 1
    c. Setiap hari 2 2
     
4 Membuang tinja a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam 0
bayi sembarangan
  dan balita ke b. Kadang-kadang ke jamban 1
jamban
    c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 2
     
5 Membuang a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam 0
sampah sembarangan
  pada tempat b. Kadang-kadang dibuang ke tempat 1
sampah sampah
    c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2 2
         
    TOTAL HASIL PENILAIAN    1180

Keterangan :
Hasil Penilaian : Nilai x Bobot
Total hasil Penilaian Kriteria Rumah Sehat : 1180
Kriteria
• Rumah Sehat : 1068 – 1200
• Rumah Tidak Sehat : < 1068

Berdasarkan Penilaian Kriteria Rumah Sehat menurut Kementerian Kesehatan 2002, Rumah
Tn. N dan keluarga termasuk kedalam golongan rumah yang sehat.

Denah Rumah Tn. N


2. Lingkungan Sekitar Rumah

Batas kanan dan kiri dari rumah Tn. N berbatasan dengan rumah tetangga. Pada seberang
depan rumah keluarga Tn. N terdapat ruang terbuka hijau.

3. Lingkungan Pekerjaan
-

N. INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

No. Indikator PHBS Jawaban


Ya Tidak
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan v
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan v
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan v
4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan v
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun v
6. Menggunakan jamban sehat v
7. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan v
Lingkungannya sekali seminggu
8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari v
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga v
10 Tidak merokok di dalam rumah v
Kesimpulan: Pasien menerapkan hampir seluruh perilaku hidup bersih dan sehat.
O. CATATAN TAMBAHAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Nomor Tanggal Catatan, Kesimpulan dan Rencana Tindak Lanjut


Kunjungan
1. 14 - Pasien telah diberikan edukasi mengenai diet dan aktivitas fisik
Desember yang disarankan untuk mencegah hipertensi dan gangguan
2020 cemas

- Rencana tindak lanjut: Intervensi kembali dan mengingatkan


bahwa penting mengatur pola hidup sehat dengan menjaga pola
makan dan melakukan aktivitas fisik yang sesuai untuk
hipertensi.

P. Prognosis
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad functionam : ad bonam
c. Ad sanationam : ad bonam

Q. Lampiran
-

R. Dokumentasi

Pertemuan 1
Pertemuan 2

Foto Rumah Keluarga Tn. N

Anda mungkin juga menyukai