Kelompok A-5
Pembimbing
JAKARTA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Alamat : Jalan Rambutan No. 85 – 86 RT 7 RW 11, Jatiasih, Bekasi
Pendidikan : SMA
Agama :Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Mahasiswa
Tanggal pemeriksaan : 14 Desember 2020
Tanggal home visit : 14 Desember 2020
1. Keluhan Utama
Gangguan tidur insomnia
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan gangguan tidur insomnia. Hal tersebut pasien rasakan
hampir setiap hari selama 2 bulan terakhir. Pasien mengatakan ia membutuhkan waktu >2
jam untuk bisa terlelap, dan biasanya tidur paling cepat jam 12 malam. Apabila pasien dapat
tidur lebih cepat, pasien mengeluhkan dirinya terbangun setiap jam sehingga menurunkan
kualitas tidur pasien dan pasien tidak bisa beristirahat dengan baik. Saat ini pasien
mengonsumsi obat Clobazam, Depram, dan telah melakukan terapi hypnotherapy atas saran
psikiater. Saat ini, menurut pasien, gangguan tidur tersebut dapat kembali kambuh apabila
ada pencetus (trigger) seperti masalah yang ia pikirkan terus-menerus.
Kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh perasaan kurang enak badan sehingga pasien
mengira terinfeksi COVID-19. Namun, hasil swab pasien negatif. Pada saat diperiksa, pasien
terdiagnosis hipertensi usia muda oleh dokter (Sistol 143). Oleh dokter tersebut pasien
diberikan obat Amlodipine. Pada malam hari, pasien mencoba untuk mengecek kembali TD
dan menunjukkan angka sistol 160 dan pasien khawatir dapat mengganggu sistem organnya.
Pasien sempat berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung lewat aplikasi daring dan dokter
menyarankan pasien untuk melakukan observasi tekanan darah dengan melihat apakah lebih
banyak kondisi hipertensi atau tekanan darah normal selama seminggu. Apabila TD
hipertensi lebih sering terjadi selama beberapa waktu dibandingkan TD normal, maka pasien
disarankan untuk EKG untuk melihat perbesaran jantung. Apabila ada perbesaran jantung
maka pasien disarankan untuk minum obat seumur hidup. Setelah diobservasi, ternyata TD
pasien lebih banyak yang normal dibandingkan dengan TD hipertensi sehingga hanya
disarankan diet hipertensi saja. Pasien mengatakan, setelah diet hipertensi, TD kembali
normal (sistol 125).
Pada hari kedua diet, pasien merasa lemas dan saat mengecek gula darah, gula darah
pasien 60. Pasien mengaku diet secara berlebihan. Pada malam hari setelah kejadian tersebut,
pasien mengalami pusing berputar (vertigo) yang memberat sampai rasanya ingin pingsan
dan mual. Pasien berkonsultasi ke dokter umum, dan diberikan obat-obatan namun tidak
kunjung sembuh. Lalu pasien mencoba berkonsul ke dokter umum lainnya dan diberikan
obat yang serupa namun tidak menunjukkan perubahan gejala yang dialami pasien. Keluhan
lain juga muncul berupa ganguan tidur, bahkan pasien pernah insomnia hingga 2 hari
berturut-turut. Pasien juga mengeluhkan gejala ini mengganggu kesehariannya, contohnya
seperti saat pasien mencoba untuk istirahat, pasien merasa cemas dan merasa seperti “di
ujung jurang” sehingga tidak bisa beristirahat dengan baik.
Setelah itu pasien berkonsultasi dengan dokter saraf namun setelah diperiksa tidak
ada kelainan. Pasien diberikan obat vertigo. Namun setelah 5 hari konsumsi, ternyata tidak
ada perubahan apapun, sehingga pasien kembali berkonsultasi kepada dokter spesialis saraf.
Dokter menaikkan dosis obat vertigo pasien. Setelah penggunaan 3-5 hari, gejala pasien tidak
berkurang. Karena tak kunjung membaik, pasien sempat berpikir gejala yang ia alami
bukanlah karena fisik (karena hasil pemeriksaan fisik neurologi baik).
Dua bulan kemudian, pasien mencoba untuk berkonsultasi ke psikiater dan
mendiagnosis gangguan cemas menyeluruh post traumatic disease. Pasien diberikan
beberapa obat seperti Depram, Clobazam dan vitamin B kompleks. Namun, keluhan pasien
tidak kunjung berkurang setelah 3-5 hari. Pasien disarankan untuk mencoba hipnoterapi dan
pasien merasa keluhan berkurang setelah seminggu terapi. Saat ini pasien merasa tidak ada
keluhan namun masih meminum obat Depram dan Clobazam (tapering off).
Saat ini Tn. N masih berkuliah. Sebelum pandemi terjadi, pasien mengaku memiliki
gaya hidup sedentary life dimana setelah kuliah pasien lebih sering bermain game dan
tidur. Pola makan pasien 4x sehari dengan banyak karbohidrat. Pasien hanya berolahraga
seminggu sekali setiap Sabtu dengan berjalan santai atau bersepeda. Pasien tidak
mengonsumsi rokok. Semenjak pasien terdiagnosis hipertensi usia muda, pasien rajin
berolahraga dengan sepeda statis selama 15-30 menit setiap pagi atau sore. Pasien juga
mulai mengubah gaya hidupnya menjadi pola hidup sehat. Hubungan pasien dengan
keluarga baik-baik saja tidak ada masalah.
6. Review Sistem
Bentuk keluarga Tn. N adalah keluarga inti (Nuclear family) yang terdiri dari bapak dan anak
Keluarga Tn. N berada pada tahap 6 pada siklus kehidupan keluarga (Families as
launching center) dimana semua anak pada keluarga tersebut sudah dewasa.
Aktifitas Fisik
Sebelum terdiagnosa, Tn. N jarang melakukan olahraga rutin. Tn. N hanya melakukan
olahraga jalan kaki atau bersepeda seminggu sekali. Setelah terdiagnosa hipertensi usia muda oleh
dokter, Tn. N sudah membiasakan olahraga setiap hari menggunakan sepeda statis minimal 15-30
menit. Tn. N juga melakukan angkat beban selama 30 menit.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium =
GDS = 60
2. Radiologi = -
3. Lainnya = -
I. DIAGNOSIS BANDING
J. DIAGNOSIS HOLISTIK
Diagnosis Holistik
Aspek Personal:
- Keluhan utama pasien ialah gangguan tidur insomnia
- Pasien khawatir akan kondisi kesehatannya yang tidak kunjung membaik
- Pasien memiliki persepsi bahwa gejala yang ia rasakan terjadi bukan karena kelainan pada
fisik, namun dipengaruhi oleh pikirannya, sehingga pasien tidak puas saat berobat ke
berbagai dokter umum dan spesialis saraf dan mendorong pasien untuk konsultasi ke
psikiater
- Pasien beranggapan gejala yang ia rasakan merupakan cobaan untuk menghapus dosa-
dosa pasien terdahulu dengan demikian mendorong pasien untuk lebih sering beribadah
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
- Pasien memiliki harapan untuk kembali seperti semula
Aspek Klinis :
- Gangguan cemas menyeluruh post traumatic disease
- Hipertensi usia muda
Tn. N datang ke dokter keluarga karena khawatir gangguan tidur insomnianya kembali
tercetus. Hal ini menyebabkan pasien juga khawatir akan kondisi kesehatannya yang tidak
kunjung membaik sehingga pasien memiliki persepsi bahwa penyakit gangguan cemas ini
terjadi bukan karena kelainan pada fisik, namun dipengaruhi oleh pikirannya. Kondisi
tersebut cukup mengganggu sehingga skala fungisonal sosial pasien 4. Karena kondisi ini,
pasien beranggapan jika penyakit ini merupakan cobaan untuk menghapus dosa-dosa pasien
terdahulu dengan demikian mendorong pasien untuk lebih sering beribadah dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri.
Sebelumnya, Tn. N terdiagnosis hipertensi usia muda. Hal ini diduga akibat gaya hidup
sedentary life semenjak Tn. N masuk perkuliahan. Pola makan Tn. N juga kurang baik karena
jumlah karbohidrat cukup banyak dan jarang melakukan aktivitas olahraga. Karenanya, Tn. N
mencoba diet hipertensi atas saran dokter. Perhitungan diet hipertensi yang salah
menyebabkan Tn. N mengalami hipoglikemi. Akibat kejadian tersebut, pasien mengalami
gejala gangguan cemas berupa tidur insomnia dan vertigo sepanjang hari. Selain kejadian
tersebut, pasien tidak memiliki masalah lain yang dapat menyebabkan pasien cemas. Kedua
orang tua pasien cukup khawatir sehingga membawa pasien ke berbagai dokter, salah satunya
ke seseorang psikiater. Psikiater mendiagnosis Tn. N sebagai gangguan cemas menyeluruh
post traumatic disease. Ayah Tn. N memiliki riwayat hipertensi. Keluarga Tn. N memiliki
kebiasaan minim berolahraga dan jarang melakukan aktivitas untuk melepas kejenuhan.
Pasien berharap keadaan pasien bisa kembali normal seperti sedia kala.
K. PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
1. Patient-Centered
a. Edukasi terkait penyakit
Edukasi terhadap diagnosis penyakit dan komplikasi:
1. Edukasi terkait gangguan cemas dan dampaknya terhadap kualitas hidup
2. Edukasi terkait sleep hygiene untuk mencegah gangguan tidur. Misalkan seperti
menjauhi handphone sebelum tidur.
3. Edukasi pasien mengenai manajemen stress
4. Edukasi terkait hipertensi dan komplikasi
5. Edukasi terkait pentingnya kontrol tekanan darah secara rutin
c. Kuratif
Terapi Farmakologi : -
- Obat-obatan cemas Depram 10mg 1X sehari (sudah jalan 2 bulan), Clobazam 0,25
mg 1X sehari (jalan sudah 1 bulan setegah dan sudah mulai tapering off), vitamin B
kompleks (sudah jalan 2 bulan)
d. Rehabilitative
- Konseling Psikiatri oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (Psikiatri)
- Hipnoterapi oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (Psikiatri)
Family-Focused (Family Wellness Plan)
3. Tn.B sehat TD - - -
BMI
4.
5.
Note : yang sudah dilakukan, bukan usulan tata laksana
3. Community-Oriented:
-
1. Kondisi Rumah
Rumah yang ditinggali oleh Tn. N dan keluarga merupakan rumah pribadi. Pasien
bertempat tinggal di Jalan Rambutan No. 85 – 86 RT 7 RW 11, Jatiasih, Bekasi dengan luas
tanah ± 1250 m2 dan luas bangunan ± 500 m2. Dinding dirumah ini terbuat dari tembok dan
lantainya terbuat dari keramik. Penghuni rumah sebanyak 6 orang yang terdiri atas Tn. N,
Tn. W sebagai ayah dari Tn.N, Tn. B sebagai saudara kandung dari Tn. N, dua orang asisten
rumah tangga, dan seorang supir pribadi. Rumah keluarga Tn. N memiliki sarana air bersih
sendiri dan memenuhi syarat kesehatan. Keluarga Tn. N memiliki jamban pribadi berbentuk
leher angsa dengan tutup dan memiliki septic tank. Sarana pembuangan air limbah dari
keluarga Tn. N dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut. Sampah
juga dibuang kedalam tempat sampah yang bertutup dan kedap air. Pencahayaan dirumah
keluarga Tn. N terang dan tidak silau. Rumah keluarga Tn. N memiliki jendela dan
ventilasinya >10% luas lantai.
I KOMPONEN 31
RUMAH
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan 1
kecelakaan
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2 2
2 Dinding a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman 1
bambu/ilalang)
b. Semi permanen/setengah 2
tembok/pasangan bata atau
batu yang tidak diplester/papan yang
tidak kedap air.
c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata 3 3
yang diplester)
papan kedap air.
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan 1
tanah/plesteran
yang retak dan berdebu.
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah 2 2
panggung).
4 Jendela kamar a. Tidak ada 0
tidur
b. Ada 1 1
5 Jendela ruang a. Tidak ada 0
keluarga
b. Ada 1 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari 1
luas lantai
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas 2 2
lantai
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari 1 1
luas lantai dapur
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari 2
luas lantai dapur
(asap keluar dengan sempurna) atau ada
exhaust fan
atau ada peralatan lain yang sejenis.
8 Pencahayaan a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan 0
untuk membaca
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas 1
untuk membaca
dengan normal
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat 2 2
dipergunakan untuk
membaca dengan normal.
25
II SARANA
SANITASI
1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0
(SGL/SPT/PP/KU/ b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak 1
PAH). memenuhi syarat kesh.
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi 2
syarat kesh.
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 3 3
kesh.
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi 4
syarat kesh.
2 Jamban (saran a. Tidak ada. 0
pembua-
ngan kotoran). b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, 1
disalurkan ke
sungai / kolam
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 2
disalurkan ke sungai
atau kolam
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic 3
tank
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 4
3 Sarana a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak 0
Pembuangan teratur di halaman
Air Limbah b. Ada, diresapkan tetapi mencemari 1
(SPAL) sumber air (jarak
sumber air (jarak dengan sumber air <
10m).
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari 3
sumber air (jarak
dengan sumber air > 10m).
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup 4 4
(saluran kota) untuk
diolah lebih lanjut.
4 Saran Pembuangan a. Tidak ada 0
Sampah/Tempat b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada 1
Sampah tutup
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3 3
III PERILAKU 44
PENGHUNI
1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0
Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2 2
2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0
Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1 1
c. Setiap hari dibuka 2
3 Mebersihkan a. Tidak pernah 0
rumah
dan halaman b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari 2 2
4 Membuang tinja a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam 0
bayi sembarangan
dan balita ke b. Kadang-kadang ke jamban 1
jamban
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 2
5 Membuang a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam 0
sampah sembarangan
pada tempat b. Kadang-kadang dibuang ke tempat 1
sampah sampah
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2 2
TOTAL HASIL PENILAIAN 1180
Keterangan :
Hasil Penilaian : Nilai x Bobot
Total hasil Penilaian Kriteria Rumah Sehat : 1180
Kriteria
• Rumah Sehat : 1068 – 1200
• Rumah Tidak Sehat : < 1068
Berdasarkan Penilaian Kriteria Rumah Sehat menurut Kementerian Kesehatan 2002, Rumah
Tn. N dan keluarga termasuk kedalam golongan rumah yang sehat.
Batas kanan dan kiri dari rumah Tn. N berbatasan dengan rumah tetangga. Pada seberang
depan rumah keluarga Tn. N terdapat ruang terbuka hijau.
3. Lingkungan Pekerjaan
-
P. Prognosis
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad functionam : ad bonam
c. Ad sanationam : ad bonam
Q. Lampiran
-
R. Dokumentasi
Pertemuan 1
Pertemuan 2