Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA

TUBERKULOSIS PARU

Description of Medication Adherence in Pulmonary Tuberculosis Patients

Ni Luh Kadek Fitria Dewi1, Ni Luh Putu Dewi Puspawati2, I Made Sumberartawan3
1
Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Wira Medika Bali, Denpasar, Bali, Indonesia
2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah, STIKES Wira Medika Bali, Denpasar, Bali, Indonesia
3
Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar,Gianyar, Bali, Indonesia
Korespondensi : puspawati.dp@gmail.com

ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang upaya pengendaliannya menjadi
salah satu target dunia yaitu Sustainable Development Goals (SDGs). Kepatuhan minum obat
pada pasien TB paru merupakan kendala yang sering dihadapi oleh pasien. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat pada penderita
Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas I dan III Denpasar Utara. Rancangan penelitian
ini adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebesar 42 orang dengan teknik sampling
purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden memiliki
kepatuhan tinggi yaitu sebanyak 29 orang (69%). Jumlah penderita yang memiliki PMO di
rumah yaitu sebanyak 28 orang (66,7%). Tingginya kepatuhan minum obat pada penelitian ini
karena adanya keinginan untuk sembuh dari diri sendiri dan dukungan keluarga serta informasi
yang lengkap dari petugas kesehatan. Hal ini juga dikarenakan puskesmas memiliki program
khusus untuk menanggulangi TB yaitu P2TB yang melakukan kunjungan rumah setiap
seminggu dua kali. Ada beberapa responden dengan kepatuhan yang rendah disebabkan karena
rendahnya motivasi yang dimiliki oleh responden. Saran kepada pihak puskesmas diharapkan
program Puskesmas terkait TB yaitu P2TB ditingkatkan.

Kata Kunci : tuberkulosis paru, kepatuhan minum obat, pengawas menelan obat

ABSTRACT
Tuberculosis is a infectious disease which becomes one of the target in Sustainable
Development Goals (SDGs). Medication adherence in patients with pulmonary tuberculosis is a
problem often faced by patients. The purpose of this study was to describe medication
adherence in patients with Pulmonary Tuberculosis in the working area of PHC I and III North
Denpasar. Method: The design of this study is descriptive research. Sample size was 42 people
recruited by purposive sampling technique. Result: The results of this study indicate most
respondents have high adherence of 29 people (69%). The number of patients who have Drug
Swallowing Supervisor at home is 28 people (66.7%). Discussion: The high medication
adherence in this study was because of their own motivation, family support and complete
information from health workers. This was also because the PHC has a special programs to
cope with Tuberculosis called P2TB which visits the house twice a week. On the other hand
there are also respondents with low adherence because the patients have low motivation. It is
suggested to improve and maintain P2TB.

Keywords: pulmonary tuberculosis, medication adherence, drug swallowing supervisor

CARING, Volume 3 Nomor 1, Juni 2019 45


Ni Luh Kadek Fitria Dewi: Gambaran Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis
Paru

PENDAHULUAN kombinasi obat yang tidak lengkap, dapat


Tuberkulosis merupakan salah satu menimbulkan kekebalan ganda kuman TB
penyakit menular yang masih menjadi terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau
permasalahan kesehatan di dunia sampai Multi Drug Resistance (MDR). WHO
saat ini. Tuberkulosis juga merupakan (2013) memperkirakan di Indonesia terdapat
penyakit infeksi menular yang upaya 6.800 kasus baru TB dengan Multi Drug
pengendaliannya menjadi salah satu target Resistance (TB MDR) setiap tahun.
dunia yaitu Sustainable Development Goals Menurut Tabrani (2010), strategi
(SDGs). SDGs menetapkan TB sebagai DOTS (Directly Observed Treatment Short
bagian dari tujuan di bidang kesehatan yaitu Course) merupakan prioritas utama dari
mengakhiri epidemic AIDS, Tuberkulosis World Health Organization (WHO) dalam
(Kementrian PPN/Bappenas, 2017). mengontrol angka kejadian TB Paru. Untuk
Data World Health Organization mendukung strategi DOTS, dibutuhkan
(WHO) tahun 2014 menunjukkan jumlah kedisiplinan dari penderita TB itu sendiri
penderita TB Paru pada tahun 2013 di benua dalam pengobatannya. Selain itu untuk
Asia terdapat 56%, Afrika 29%, Regional meningkatkan kepatuhan minum obat pasien
Mediterania Timur 8%, Eropa 4%, dan yang TB Paru dibutuhkan pengawasan langsung
paling kecil beban penderita TB adalah oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
wilayah Amerika 3% dari total jumlah (Netty, 2013). Dari hasil penelitian
penderita TB paru di dunia (WHO, 2014). Pameswari , Halim, & Yustika (2016)
Tuberculosis Paru diperkirakan masih tingkat kepatuhan minum obat pada
menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan penderita Tuberkulosis Paru belum
1,2 juta kematian pada tahun 2014. Data mencapai 100%.
WHO di kawasan` Asia Tenggara Data Dinas Kesehatan Kota Denpasar
menunjukkan bahwa kematian akibat TB menyebutkan bahwa pada tahun 2015
Paru sekitar 2.000 jiwa setiap hari (WHO, jumlah suspek yang berhasil diperiksa
Global Tuberculosis Report, 2015). Kasus dahaknya sebanyak 5304 dan ditemukan
TB Paru di Indonesia pada tahun 2015 BTA+ baru sebanyak 447 (8,5%).
adalah sebanyak 330.910 kasus. Angka ini Sedangkan kasus kambuh/gagal adalah
meningkat bila dibandingkan semua kasus sebanyak 37 (0,7%), BTA negatif Ro”
TB Paru yang ditemukan pada tahun 2014 positif + TB Extra Paru sebanyak 178
yaitu sebesar 324.539 kasus. Laporan (3,4%). Data seluruh puskesmas di kota
menurut Diskes menunjukkan Case Denpasar terdapat 28 suspek TB MDR tahun
Notification Rate (CNR) Provinsi Bali tahun 2015. Terjadinya TB MDR ini disebabkan
2014 secara umum mengalami peningkatan, oleh pasien yang tidak teratur minum obat.
dari tahun 2012 CNR Provinsi Bali sebesar Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan
71 per 100.000 penduduk dan pada tahun di Puskesmas I dan III Denpasar Utara, pada
2014 meningkat menjadi 74 per 100.000 catatan buku register di Puskesmas I
penduduk. Daerah yang memiliki jumlah Denpasar Utara tahun 2016-2017 didapatkan
penderita TB Paru terbanyak adalah kota jumlah penderita TB sebanyak 25 orang.
Denpasar yaitu sebesar 50,76% per 100.000 Sedangkan pada catatan buku register di
penduduk di tahun 2015 (Dinkes Prov. Bali, Puskesmas III Denpasar Utara dari bulan
2015). Januari tahun 2016 sampai bulan Februari
TB Paru adalah penyakit yang dapat 2017 sebanyak 21 orang.
diobati dan disembuhkan dengan Berdasarkan uraian di atas maka perlu
pengobatan selama 6 bulan sampai 1 tahun dilakukan penelitian mengenai “Gambaran
(Info DATIN Kementerian Kesehatan RI, Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita
2016). Apabila penderita menghentikan Tuberkulosis Paru di wilayah kerja
pengobatan maka kuman TB Paru akan Puskesmas I dan III Denpasar Utara“.
mulai berkembang biak lagi. Hal ini berarti
penderita mengulangi pengobatan intensif TUJUAN PENELITIAN
selama 2 bulan pertama (WHO, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk
Pengobatan yang tidak teratur dan mengetahui gambaran kepatuhan minum

CARING, Volume 3 Nomor 1, Juni 2019 46


Ni Luh Kadek Fitria Dewi: Gambaran Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis
Paru

obat pada penderita tuberkulosis paru sedang (6-7) dan kepatuhan rendah (nilai <
serta peran PMO. 6) (Morisky et al., 2008).
Pemilihan sampel dilaksanakan
METODE PENELITIAN melalui kunjungan rumah dengan
Desain mengunjungi penderita TB Paru satu per
Penelitian ini merupakan jenis satu. Selanjutnya dilakukan pendekatan
Penelitian Deskriptif. Rancangan penelitian secara informal dengan calon responden
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian non-eksperimental yaitu penelitian kepada calon responden yang
rancangan penelitian deskriptif. Rancangan diteliti. Jika calon responden menolak untuk
ini mendeskripsikan seperangkat peristiwa dijadikan subjek penelitian, peneliti tidak
atau kondisi populasi saat itu (Hidayat, memaksa dan mengormati hak calon
2014). responden. Tetapi jika bersedia calon
responden menandatangani informed
Populasi dan Sampel consent (persetujuan) sebagai subjek
Populasi pada penelitian ini adalah penelitian. Subjek penelitian mengisi lembar
seluruh penderita tuberculosis paru di karakteristik repsonden dan lembar
wilayah kerja Puskesmas I dan III Denpasar kuisioner MMAS yang terdiri dari 8
Utara. Teknik pengambilan sampel yang pertanyaan tertutup (ya/tidak).
digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonprobability Sampling dengan purposive Analisa Data
sampling. Sampel yang digunakan yaitu Data yang dikumpulkan pada
sebanyak 42 orang dengan kriteria inklusi penelitian ini berupa data primer karena
pasien tuberkulosis paru dalam proses pengumpulan data dilakukan secara
pengobatan tahap lanjutan serta bisa langsung terhadap responden dengan
membaca dan menulis. Kriteria eksklusi menggunakan alat pengukuran atau alat
dalam penelitian ini adalah Pasien pengambilan data langsung pada subjek
Tuberkulosis Paru yang memiliki penyakit sebagai sumber informasi yang dicari
penyerta seperti TB-HIV, obstruksi jalan (Nursalam, 2013). Analisa univariat
nafas, kerusakan parenkim berat. dilakukan pada data karakteristik responden
dan kepatuhan pasien.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah HASIL PENELITIAN
kerja Puskesmas I dan III Denpasar Utara. Adapun gambaran distribusi
Pengambilan data dilakukan selama 1 bulan. responden sebagai berikut :

Instrumen dan Prosedur Pengukuran Tabel 1


Instrumen yang digunakan dalam Karakteristik Responden (n=42)
penelitian ini adalah Instrumen atau alat Variabel n (%)
ukur penelitian yang digunakan dalam Jenis kelamin
penelitian ini adalah Morisky Medication Laki-Laki 28 (67)
Adherence Scale (MMAS). Kuesioner ini Perempuan 14 (33)
dapat mengukur ketidakpatuhan yang Umur
disengaja maupun yang tidak disengaja 15-24 11 (26.2)
antara lain lupa, kecerobohan, menghentikan 25-34 15 (35.7)
pengobatan karena merasa kondisi 35-44 3 (7.1)
memburuk. MMAS memiliki reliabilitas dan 45-54 5 (11.9)
validitas yang tinggi. Nilai kepatuhan 55-64 2 (4.9)
mengkonsumsi obat terdiri 8 skala untuk >64 6 (14.3)
mengukur kepatuhan penggunaan obat Tabel 1 menunjukkan dari 42
dengan rentang nilai 0 sampai 8. MMAS responden pada penelitian ini didapatkan
dikategorikan menjadi 3 tingkat kepatuhan hasil jumlah responden terbanyak pada jenis
obat : kepatuhan tinggi (nilai 8), kepatuhan

CARING, Volume 3 Nomor 1, Juni 2019 47


Ni Luh Kadek Fitria Dewi: Gambaran Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis
Paru

kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 orang hasil bahwa sebagian besar memiliki PMO
(66,7%). PADA penelitian ini didapatkan yaitu sebanyak 28 orang (66,7%) sedangkan
hasil jumlah terbanyak pada usia 25-34 yang tidak memiliki PMO sebanyak 14
tahun sebanyak 15 orang (35.7%) orang (33,3%).

Tabel 2 PEMBAHASAN
Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Hasil penelitian yang sudah dilakukan
Penderita Tuberkulosis Paru (n=42) di wilayah kerja Puskesmas I dan III
Tingkat Kepatuhan n (%) Denpasar Utara dari 42 responden
Tinggi 29 (69) didapatkan jumlah penderita TB Paru yang
Sedang 9 (21.4) memiliki kepatuhan tinggi yaitu sebanyak 29
Rendah 4 (9.6) orang (69%), 9 orang (21,4%) memiliki
Total 42 (100) tingkat kepatuhan sedang dan 4 orang
(9,5%) memiliki kepatuhan rendah. Data
Table 2 menjelaskan hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
kepatuhan diperoleh hasil sebagian besar responden memiliki tingkat kepatuhan
responden memiliki kepatuhan tinggi yaitu tinggi. Tingkat kepatuhan tinggi salah
29 orang (69%) satunya dapat dipengaruhi oleh adanya
motivasi. Motivasi dalam meningkatkan
Tabel 3 kesadaran dan keinginan berobat penderita
Distribusi Keberadaan dan Peran PMO sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
Penderita TB Paru Berdasarkan Wawancara pengobatan TBC. Terkadang walaupun
No Pertanyaan Jawaban n (%) gejala penyakit mulai memberat, tetapi
1. Apakah bapak/ibu Ya 28 (66,7)* apabila penderitanya tidak merasa begitu
memiliki PMO Tidak 14 (33,3) sakit, penderita cenderung untuk tidak
dirumah? mencari pengobatan.
2 Apakah PMO Ya 2 (7,1)** Hasil penelitian di atas sejalan dengan
mengetahui semua Tidak 26 (92,9) hasil penelitian yang dilakukan oleh Reza
jenis obat yang Dhiyantari, dkk (2015), berdasarkan
bapak/ibu minum jawaban responden yang telah diteliti
setiap hari? didapatkan tingkat kepatuhan minum obat
3 Apakah PMO Ya 28 (100)** yang tinggi yaitu sebesar 86.67%. Tingginya
selalu Tidak 0 (0) tingkat kepatuhan pengobatan pada
mengingatkan responden dapat disebabkan oleh beberapa
bapak/ibu faktor pendukung, seperti obat-obatan dan
untuk minum layanan diberikan secara gratis, pusat
obat? pelayanan kesehatan yang mudah diakses
4 Apakah PMO juga Ya 21 (75)** oleh masyarakat serta adanya keinginan dari
mengingatkan Tidak 7 (25) dalam diri untuk sembuh.
bapak/ibu Hasil penelitian di atas juga didukung
untuk hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari,
memeriksakan Yuniar, & Syaripuddin (2014), dikatakan
dahak bahwa 92 pasien yang menjadi responden
5 Apakah PMO rutin Ya 23 dalam penelitian masih patuh dalam
untuk mengajak (82,1)** menjalani terapi antituberkulosis terbukti
bapak/ibu Tidak 5 (17,9) dengan tetap menjalani terapi
ke pelayanan antituberkulosis sampai selesai (selama 6
kesehatan seperti bulan) dan tidak terdapat obat sisa setiap
Puskesmas? bulan. Hal ini disebabkan karena adanya
* n = 42; ** n = 28 faktor yang tidak perlu rangsangan dari luar,
Tabel 3 menunjukkan hasil yang berasal dari diri sendiri berupa
wawancara dengan 42 responden didapatkan motivasi, keyakinan, sikap dan kepribadian
dari masing-masing responden. Sedangkan

CARING, Volume 3 Nomor 1, Juni 2019 48


Ni Luh Kadek Fitria Dewi: Gambaran Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis
Paru

faktor yang perlu rangsangan dari luar KESIMPULAN


berupa dukungan sosial dalam bentuk Implikasi
dukungan emosional dari anggota keluarga Pada penelitian ini sebagian besar
yang lain ataupun teman. responden memiliki kepatuhan dalam
Dari hasil wawancara dengan pengobatan pada kategori tinggi. Penderita
penderita TB Paru, didapatkan hasil jumlah TB Paru diharapkan dapat lebih patuh
penderita yang memiliki PMO di rumah terhadap program pengobatan yang sudah
yaitu sebanyak 28 orang (66,7%) sedangkan ditetapkan oleh petugas kesehatan, karena
yang tidak memiliki PMO yaitu sebanyak 14 penyakit Tuberkulosis dapat sembuh secara
orang (33,3%). PMO yang mengetahui total jika penderita patuh minum obat secara
semua jenis obat yang penderita TB Paru tuntas. Peran PMO perlu dimaksimalkan
minum setiap hari hanya 2 orang (7,1%), untuk mendukung kepatuhan minum obat.
PMO mengatakan bahwa mereka sudah
diberikan penjelasan tentang obat beserta Keterbatasan
fungsinya oleh petugas kesehatan saat Peneliti menyadari terdapat
kunjungan rumah. Sebagian besar PMO kekurangan dalam penelitian ini, dimana
tidak mengetahui jenis obat penderita upaya meningkatkan kepatuhan perlu
(92,9%) hal ini disebabkan karena saat dilakukan. Lebih lanjut dapat dikembangkan
petugas kesehatan melakukan kunjungan model intervensi keperawatan sebagai
rumah PMO sedang tidak ada di rumah dan bentuk langkah promotif dalam
ada beberapa PMO yang sedang bekerja. meningkatkan kepatuhan pengobatan TB
PMO yang selalu mengingatkan penderita Paru serta mencegah terjadinya resistensi
TB Paru untuk minum obat mencapai 100%. terhadap obat.
PMO yang mengingatkan untuk
memeriksakan dahak ulang yaitu sebanyak DAFTAR PUSTAKA
21 orang (75%) sedangkan yang tidak selalu Dinkes Prov. Bali. (2015). Profil Kesehatan
mengingatkan sebanyak 25% hal ini Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
disebabkan karena PMO tidak mengetahui Global TB Report (WHO). (2014). 19 Th
bahwa penderita harus memeriksakan dahak Edition Global, WHO Press.
ulang. Sebagian besar PMO (82,1%) sudah Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian
rutin mengajak penderita TB Paru ke Keperawatan dan Teknik Analisis
pelayanan kesehatan. Data. Jakarta: Salemba Medika.
Menurut Kemenkes RI (2014) untuk Info DATIN Kementerian Kesehatan RI.
menjamin keteraturan pengobatan maka (2016). Tuberkulosis : Temukan
diperlukan adanya Pengawasan Menelan Obati Sampai Sembuh. A
Obat (PMO). PMO adalah seseorang yang Kementerian PPN/Bappenas. (2017). Tujuan
ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi Pembangunan Berkelanjutan diakses
dan memantau penderita TB dalam pada tanggal 12 Februari 2017.
meminum obatnya secara teratur dan tuntas. Morisky, D. E., Ang, A., Krousel-Wood, M.,
Hasil wawancara di atas sejalan dengan hasil & Ward, H. J. (2008). Predictive
penelitian yang dilakukan oleh Reza validity of a medication adherence
Dhiyantari, dkk (2015), berdasarkan measure in an outpatient
kepemilikan Pengawas Minum Obat (PMO), setting. Journal of clinical
dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa hypertension (Greenwich, Conn.), 10
94,4% responden memiliki pengawas (5), 348–354.
minum obat. Tujuh belas orang responden Netty, E. (2013). Hubungan Peran Keluarga
yang memiliki PMO menyatakan bahwa dengan Kepatuhan Minum Obat Pada
PMO selalu mengingatkan untuk minum Pasien Tuberkulosis di Puskesmas
obat, selalu mengingatkan untuk mengambil Kecamatan Jagakarsa. Health Quality,
obat dan mengecek dahak tepat waktu, serta 4(2),82.
menegur responden apabila lupa minum Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
obat. Metodologi Penelitian Ilmu

CARING, Volume 3 Nomor 1, Juni 2019 49


Ni Luh Kadek Fitria Dewi: Gambaran Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis
Paru

Keperawatan, Jakarta: Salemba


Medika.
Pameswari, P., Halim, A., & Yustika, L.
(2016). Tingkat Kepatuhan
Penggunaan Obat pada Pasien
Tuberkulosis di Rumah Sakit Mayjen
H. A Thalib Kabupaten
Kerinci.. JSFK (Jurnal Sains Farmasi
& Klinis), 2(2), 116-121.
Reza Dhiyantari, N., First Trasia, R., Dewi
Indriyani, K., & Aryani, P. (2015).
Gambaran Kepatuhan Minum Obat
Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bebandem,
Karangasem. E-Jurnal Medika
Udayana, 3(10) .
Sari, I., Yuniar, Y., & Syaripuddin, M.
(2014). Studi Monitoring Efek
Samping Obat Antituberkulosis FDC
Kategori 1 Di Provinsi Banten Dan
Provinsi Jawa Barat. Media Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan,
24(1), 28-35.
Tabrani, R. 2010. Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta: Trans Info Media.
World Health Organization. (2013a).
Definition and Diagnosis of
Pulmonology Tuberculosit.
World Health Organization. (2015b). Global
Tuberculosis Report.

CARING, Volume 3 Nomor 1, Juni 2019 50

Anda mungkin juga menyukai