Anda di halaman 1dari 10

Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 3, September 2019

EFEKTIFITAS ASUHAN GIZI TERHADAP KEPATUHAN ASUPAN NATRIUM DAN PROTEIN


PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK
DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Ismi Ningtyas*, Meilany Purnamasari Sudardjo*, Nabilahasna Nafisah*, Sukarlin**,


Inggita Kusumastuty* 

Abstrak

Asuhan gizi adalah kegiatan yang dilakukan oleh ahli gizi berupa pemberian diet dan edukasi/
konseling gizi serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang dapat membantu dalam menunjang
proses penyembuhan pasien. Asuhan gizi pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik di RSUD Dr.
Saiful Anwar ini bertujuan untuk mengetahui apakah asuhan gizi yang diberikan efektif terhadap kepatuhan
asupan natrium dan protein pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik. Desain penelitian ini adalah
rancangan penelitian korelasional dengan jenis pendekatan cross-sectional pada 30 orang responden yang
dipilih secara purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui rekam medis pasien dan food record
selama 3 hari. Analisis data dilakukan menggunakan uji Pearson (asupan protein) dan uji Spearman
(asupan natrium). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asuhan
gizi yang diberikan dengan asupan protein pasien (p = 0,002). Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara asuhan gizi yang diberikan dengan asupan natrium pasien (p = 0,943). Sebanyak 56,7% pasien
memiliki output urin >60% asupan cairannya dan 40% memiliki output urin <60% asupan cairannya. Dapat
disimpulkan bahwa asuhan gizi yang diberikan mempengaruhi asupan protein pasien, namun tidak pada
asupan natrium. Keseimbangan cairan pasien dilihat dari output urin didapatkan sebagian besar lebih
banyak dan atau lebih sedikit dari asupan cairannya.

Kata kunci: asuhan gizi, asupan protein, asupan natrium, hipertensi, keseimbangan cairan, gagal ginjal
kronik.

EFFECTIVITY NUTRITIONAL CARE TO COMPLIANCE NATRIUM INTAKE, PROTEIN INTAKE


OF HYPERTENSIVE PATIENT WITH CHRONIC KIDNEY DISEASE IN RSUD
Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Abstract

Nutrition care is activity which carried out by nutritionist the provision of education or diet and nutrition
counseling and collaboration with other health workers to help in supporting the process of healing
hypertension patients with chronic kidney disease in RSUD dr. Saiful Anwar Malang. This research aims to
find out whether nutrition care is effective towards natrium intake, protein intake, and fluid balance of
hypertensive patients with chronic kidney disease in RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. The design of this
research is correlational research scheme with the type of cross-sectional approach to 30 respondents that
selected through Purposive Sampling. The research data obtained from patient medical records and food
records for 3 days. Data analysis was performed by using the Pearson Test (protein intake), Spearman Test
(natrium intake). The results showed that there was a significant relationship between the nutritional care
provided and patient protein intake (p=0,002). There is no significant relationship between nutritional care
and patient natrium intake (p = 0,943). As many as 56.7% of patients had a urine output> 60% of their fluid
intake and 40% had a urine output <60% of their fluid intake. Therefore, it can be concluded that nutritional
care given affects the patient’s protein intake but not natrium intake. The patient’s fluid balance can be seen
from urine output is found to be mostly more or less than his fluid intake.

Keywords: chronic kidney disease, fluid balance, hypertension, nutritional care, natrium intake, protein
intake.

*Program Studi Profesi Dietisien, Fakultas Kedoktean, Universitas Brawijaya


**Instalasi Gizi, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

E-mail: inggita@ub.ac.id

196
Ningtyas I, et al. Efektifitas Asuhan Gizi Terhadap Kepatuhan Asupan…..

Pendahuluan sebesar 0,29%.


Selain itu, penurunan fungsi ginjal yang
Hipertensi menjadi penyebab kematian progresif salah satunya ditandai dengan
ke-3 setelah stroke dan tuberculosis dengan adanya protein dalam urin dan kenaikan ting-
proporsi 6,7% dari semua populasi kematian kat ureum atau kreatinin (sisa produksi me-
semua umur di Indonesia.1 Prevalensi tabolisme protein) dalam darah. Hal tersebut
hipertensi di Indonesia pada kelompok umur yang menyebabkan perlu adanya pembata-
≥18 tahun adalah sebesar 25,8% dan san asupan protein pada penderita gagal gin-
meningkat menjadi 34,11% pada tahun 2018 jal kronik.7 Kondisi penyakit yang tidak terken-
dan prevalensi di Jawa Timur pada tahun dali dapat disebabkan karena pengetahuan
2013 sebesar 26,2% menjadi 36,32%.2 Di dan kesadaran pasien yang kurang. Penge-
Kota Malang pada tahun 2014 hipertensi tahuan dan sikap pasien mempengaruhi
merupakan salah satu penyakit yang masuk kepatuhan pasien dalam pengendalian pe-
ke dalam sepuluh besar kejadian penyakit nyakit, salah satu kepatuhan pasien dapat
terbanyak dengan 58.046 kasus. Dari 43.855 dilihat dari asupan makan pasien.10 Proses
orang yang melakukan pengukuran tekanan asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi di rumah
darah di pelayanan kesehatan, terdapat sakit dilakukan dengan memberikan interven-
35,92% orang dikategorikan ke dalam si yang sesuai dengan diagnosis gizi ber-
hipertensi.3 Menurut Babatsikou dan dasarkan penyebab masalah yang dialami
Zavitsanou salah satu faktor yang dapat pasien. Intervensi berupa pemberian diet dan
mempengaruhi risiko terjadinya hipertensi edukasi atau konseling gizi sesuai dengan
adalah asupan natrium yang berlebih.4 Natri- kebutuhan pasien, sehingga kepatuhan
um yang tinggi dapat menyebabkan tubuh pasien terhadap asupan dapat dilihat sebagai
meretensi cairan, sehingga meningkatkan monitoring dan evaluasi efektif atau tidaknya
volume darah. Volume darah yang meningkat asuhan gizi yang sudah diberikan.11
menyebabkan jantung memompa lebih keras Berdasarkan pemaparan di atas, penulis
untuk mendorong volume darah yang mening- tertarik untuk meneliti terkait apakah asuhan
kat dan menjadi hipertensi.5 gizi yang diberikan efektif terhadap kepatuhan
Peningkatan tekanan darah yang ber- asupan natrium dan protein pada pasien
langsung kronis pada pembuluh arteriol kecil hipertensi dengan gagal ginjal kronik di RSUD
dan glomeruli dapat menyebabkan sclerosis Dr. Saiful Anwar.
sehingga terjadi nefrosklerosis dan menyum-
Bahan dan Metode
bat pembuluh darah tersebut.6 Penyumbatan
tersebut mengakibatkan glomerulus dan atrofi
Penelitian ini merupakan survei kuantatif
tubulus menjadi rusak, sehingga seluruh ne-
dengan pengambilan data secara cross sec-
fron rusak dan terjadi gagal ginjal kronik.7
tional untuk melihat korelasi atau efektifitas
Hipertensi menjadi penyebab utama kejadian
dari pemberian asuhan gizi terhadap kepatu-
gagal ginjal kronik, yaitu sebesar 34% dan
han asupan natrium dan protein pada pasien
pada tahun 2012 menjadi penyebab gagal
hipertensi dengan gagal ginjal kronik.
ginjal kelima dengan angka sebesar 8,5%.8
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Prevalensi kejadian gagal ginjal kronik pada
pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik
penduduk umur ≥15 tahun di Indonesia tahun
di ruang rawat inap RSUD Dr. Saiful Anwar
2013 sebesar 0,2% dan meningkat menjadi
Malang. Besar sampel dalam penelitian ini
sebesar 0,38% pada tahun 2018. Menurut
sebanyak 30 responden yang diambil dengan
hasil Riskesdas prevalensi kejadian gagal
cara purposive sampling.
ginjal kronik di Jawa Timur pada tahun 2018

197
Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 3, September 2019

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Penelitian ini telah melakukan uji kelaikan etik
pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik pelaksanaan penelitian di RSUD Dr. Saiful
yang berada di ruang rawat inap IRNA I Anwar dengan nomor 400/089/K.3/302/2019.
RSUD Dr. Saiful Anwar ≥3 hari, berusia >25
tahun dan bersedia menjadi subjek penelitian Hasil
dengan menandatangani informed consent.
Kriteria eksklusi adalah pasien rawat jalan Jumlah responden yang memenuhi
atau pasien rawat inap <3 hari dengan cata- kriteria inklusi dan telah bersedia mengikuti
tan dan data laboratorium yang tidak lengkap. penelitian ini adalah sebesar 30 orang
Pada penelitian ini, variabel independen responden. Pada Tabel 1 ditunjukkan
adalah asuhan gizi yang diberikan oleh ahli karakteristik responden.
gizi berupa pemberian diet dan edukasi atau Jenis diet yang diberikan pada pasien
konseling pada pasien hipertensi dengan ga- responden penelitian sebagian besar adalah
gal ginjal kronik. Variabel dependen adalah diet rendah protein, normal protein, diet he-
asupan natrium dan protein pada pasien modialisa (tinggi protein) serta diet rendah
hipertensi dengan gagal ginjal kronik. Alat garam. Bentuk makanan yang diberikan bisa
ukur yang digunakan adalah rekam medis berupa makanan biasa maupun makanan cair
pasien dan formulir food record. Food record yang diasup melalui oral.
dilakukan selama 3x24 jam yang berisi bahan Pada Tabel 2 ditunjukkan hasil analisis
makanan apa saja yang dikonsumsi beserta univariat pada persentase asupan protein
jumlahnya dan input cairan yang diperoleh dan natrium serta keseimbangan cairan
secara peroral serta output urin dengan cara pasien berdasarkan asupan cairan oral dan
mewawancarai pasien. output urin pada Tabel 3. Selain itu, juga
Data yang diperoleh dilakukan analisis ditunjukkan hasil analisis bivariat pada
univariat untuk mengetahui gambaran distri- persentase asupan protein dan natrium
busi frekuensi dari data karakteristik respon- pasien dengan standar diet rumah sakit yang
den (usia, jenis kelamin, pendidikan, peker- diberikan oleh ahli gizi berdasarkan asuhan
jaan, kelas perawatan dan jenis diet) serta gizinya. Untuk keseimbangan cairan tidak
asupan protein yang dikategorikan menjadi dilakukan analisis bivariat dikarenakan belum
kurang (<80%), baik (80-110%) dan berlebih terdapat standar kebutuhan cairan tertulis dari
(>110%), asupan natrium yang dikategorikan asuhan gizi yang diberikan.
menjadi baik (≤standar) dan berlebih Berdasarkan hasil uji normalitas,
(>standar), serta keseimbangan cairan yang dapat diketahui bahwa data asupan pro-
dikelompokan menjadi output urin <60%, sa- tein terdistribusi normal, namun data
ma dengan 60% dan >60% dari asupan asupan natrium tidak terdistribusi normal.
cairan oral. Kemudian dilakukan uji normalitas
Sehingga dari hasil penelitian, didapatkan
Saphiro Wilk dan dilanjutkan dengan analisis
bahwa dengan uji Pearson diperoleh p-
bivariat menggunakan uji korelasi Pearson
untuk asupan protein (data terdistribusi nor-
value -sebesar 0,002, yang menunjukkan
mal) dan uji korelasi Spearman untuk asupan ada hubungan yang signifikan antara
natrium (data berdistribusi tidak normal). Uji asuhan gizi yang diberikan berupa
ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas pelayanan makan dan edukasi gizi
asuhan gizi terhadap kepatuhan asupan natri- berdasarkan standar diet protein RS
um dan protein pada pasien hipertensi (rendah protein, normal protein, dan tinggi
dengan gagal ginjal kronik di ruang rawat inap protein) dengan asupan protein pasien.
IRNA I RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

198
Ningtyas I, et al. Efektifitas Asuhan Gizi Terhadap Kepatuhan Asupan…..

Tabel 1. Distribusi karakteristik responden.


Total Responden
Kategori
n %
Usia
25-59 tahun 23 76,7
≥60 tahun 7 23,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 40
Perempuan 18 60
Pendidikan Terakhir
SD 7 23,3
SMP 8 26,7
SMA 14 46,7
Perguruan Tinggi 1 3,3
Pekerjaan
Tidak bekerja 12 40
PNS/TNI/POLRI 2 6,7
Wiraswasta 4 13,3
Karyawan swasta 11 36,7
Petani/buruh 1 3,3
Kelas Perawatan
Kelas I 8 26,7
Kelas II 9 30
Kelas III 13 43,3
Jenis Diet
Rendah Protein (RP) 3 10
Rendah Protein Rendah Garam (RPRG) 10 33,3
Cair Rendah Protein (C.RP), oral 1 3,3
Makanan Saring I +Cair Rendah Protein 1 3,3
(MS I + C.RP)
Diabetes Melitus Rendah Protein Rendah 1 3,3
Garam (DMRPRG)
Diabetes Melitus Normal Protein Rendah 2 6,7
Garam (DMNPRG)
Hemodialisa I (HD I) 2 6,7
Hemodialisa I Rendah Garam (HD I RG) 7 23,3
Hemodialisa II (HD II) 1 3,3
Hemodialisa II Rendah Garam (HD II RG) 2 6,7

199
Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 3, September 2019

Untuk asupan natrium, didapatkan bahwa makan dan edukasi gizi berdasarkan standar
dengan uji Spearman diperoleh p-value - diet natrium RS (rendah garam 800 mg dan
sebesar 0,943, yang menunjukkan bahwa tidak rendah garam 1200 mg) dengan
tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan natrium pasien. Hasil penelitian ini
asuhan gizi yang diberikan berupa pelayanan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 2. Distribusi frekuensi standar diet RS dengan persentase asupan protein.

Standar Diet Protein RS (Asuhan Gizi)


Rendah Normal Tinggi
Persentase asupan
Protein Protein Protein Total
protein pasien p-value
n = 16 n=9 n=5
n(%) n(%) n(%) n(%)
Kurang 8(26,7) 7(23,3) 2(6,7) 17(56,7)
Baik 7(23,3) 2(6,7) 3(10) 12(40) 0,522
Berlebih 1(3,3) 0(0) 0(0) 1(3,3)

Keterangan: p > 0,05; Chi Square

Tabel 3. Distribusi frekuensi standar diet RS dengan persentase asupan natrium.


Standar Diet Natrium RS (Asuhan Gizi)
Persentase Rendah Garam Tidak Rendah Garam
asupan natrium 800 mg 1200 mg Total
pasien p-value
n = 23 n=7
n(%) n(%) n(%)
Baik 17(56,7) 4(13,3) 21(70)
0,397
Berlebih 6(20) 3(10) 9(30)
Keterangan: p > 0,05; Chi Square
Tabel 4. Distribusi frekuensi keseimbangan cairan.
Persentase Keseimbangan Cairan n(%)
<60% 12(40)
=60% 1 (3,3)
>60% 17 (56,7)

Tabel 5. Hubungan standar diet RS dengan asupan protein dan natrium.


Standar Diet RS (Asuhan Gizi)
Variabel
mean±SD / median(P25-P75) p-value

Asupan Protein 35,2±17 0,002*


Asupan Natrium 824,3(796,7-924,9) 0,943

Keterangan:*terdapat hubungan signifikan dengan nilai p < 0,05; Pearson

200
Ningtyas I, et al. Efektifitas Asuhan Gizi Terhadap Kepatuhan Asupan…..

Pembahasan tinggi.16,17 Oleh karena itu, diperlukan adanya


asuhan gizi agar asupan protein pasien
Hubungan Asuhan Gizi dengan Asupan sesuai dengan kebutuhan.
Protein Asupan protein sangat mempengaruhi
Asupan protein responden diperoleh dari proses penyembuhan dari penderita gagal
hasil wawancara dengan menggunakan form ginjal. Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan
food record selama 3x24 jam yang dianalisis ginjal tidak bisa mengeluarkan produk sisa
menggunakan software nutrisurvey. Asupan hasil metabolisme protein seperti ureum dan
protein dibedakan menjadi 3 kategori yaitu kreatinin.6,18 Penumpukan ureum dan
kurang (<80%) baik (80-110%) dan berlebih kreatinin di dalam tubuh menyebabkan
(>110%). Hasil penelitian menunjukkan gangguan multi sistem termasuk pada organ
bahwa terdapat hubungan yang signifikan gastrointestinal seperti mual dan
antara asuhan gizi yang diberikan dengan muntah. 1,19,20 Berdasarkan hasil observasi
asupan protein pasien. dalam penelitian ini, sebanyak 56,7% asupan
Intervensi yang diberikan dalam asuhan protein kurang dari kebutuhan disebabkan
gizi berupa perencanaan diet, edukasi gizi sebagian besar pasien mengalami penurunan
dan kolaborasi gizi yang disesuaikan dengan nafsu makan akibat rasa makanan yang
diagnosis yang ditegakkan berdasarkan akar disediakan tidak sesuai dengan selera serta
masalah yang ditemukan dalam adanya mual dan muntah. Penelitian
assessment. Pemberian makan di rumah
11 Sumiasih menunjukkan bahwa adanya
sakit merupakan salah satu bentuk intervensi hubungan antara asupan protein hewani
yang diberikan oleh ahli gizi, asupan yang dengan kadar ureum dan kreatinin pada
tidak sesuai dengan kebutuhan (berlebih atau penderita gagal ginjal kronik.21
kurang) dapat meningkatkan risiko komplikasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terhadap penyakit dan mempengaruhi status sebanyak 3,3% asupan protein pasien
gizi pasien selama di rumah sakit.12 berlebih. Berdasarkan hasil observasi dalam
Berdasarkan hasil penelitian Kusumayanti, di penelitian ini asupan protein berlebih
beberapa rumah sakit pasien yang menderita disebabkan karena pasien mengkonsumsi
penyakit noninfeksi masuk rumah sakit dalam makanan luar rumah sakit. Hal ini
keadaan malnutrisi sebanyak 68,57% menggambarkan kurang patuhnya pasien
diakibatkan karena faktor asupan energi dan terhadap diet yang diberikan. Penelitian
protein yang tidak adekuat.13 Salah satu Yunita menyebutkan bahwa pasien yang
faktor yang menyebabkan asupan protein mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit
tidak adekuat adalah pasien belum disebabkan karena pasien tidak diberikan
mengetahui secara pasti jumlah protein yang edukasi secara rutin oleh ahli gizi, sehingga
harus dipenuhi.14 Berdasarkan hasil penelitian tidak termotivasi untuk mematuhi diet yang
Handayani menunjukkan bahwa adanya diberikan.22
peningkatan asupan menjadi good diet pada
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Hubungan Asuhan Gizi dengan Asupan
Sidoarjo setelah diberikan asuhan gizi.15 Natrium
Kebutuhan protein untuk penderita gagal Asupan natrium responden
ginjal tanpa hemodialisa 0,6-0,8 g/kgBBI/hari, didapatkan dari hasil wawancara dengan
dengan hemodialisa sebesar 1,2-1,4 g/kgBBI/ menggunakan formulir food record
hari, dengan CAPD 1,2-1,5 g/kgBBI/hari dan selama 3x24 jam. Proses wawancara
dianjurkan sebesar 50% asupan protein dilakukan selama pasien mendapatkan
berasal dari pangan yang bernilai biologis asuhan gizi yang diberikan oleh ahli gizi
saat rawat inap.

201
Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 3, September 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada apabila pasien tidak diberikan diet rendah
hubungan yang signifikan antara asuhan gizi garam maka pasien diberikan natrium sesuai
yang diberikan dengan asupan natrium dengan diet rendah garam 3 yaitu 1000–1200
pasien. mg natrium.
Hasil penelitian ini bertolak belakang Konsumsi natrium yang tinggi dapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh mengecilkan diameter arteri sehingga jantung
Hendriyani yaitu terdapat hubungan yang harus bekerja lebih keras agar mampu
bermakna antara pengetahuan, sikap dan menyalurkan darah yang menyebabkan
praktek pemilihan makanan tinggi natrium tekanan darah meningkat.29 Selain itu,
dengan asupan natrium seseorang.24 Namun, meningkatnya cairan ektraseluler karena
penelitian yang dilakukan oleh Kamran komposisi natrium dalam cairan ektraseluler
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan meningkat menyebabkan meningkatnya
yang bermakna antara pengetahuan dan volume darah dan berpengaruh terhadap
persepsi penyakit pada pasien hipertensi terjadinya hipertensi.30
dengan asupan natrium.25 Hal tersebut Penelitian ini didapatkan bahwa asuhan
disebabkan karena beberapa individu tidak gizi yang diberikan yaitu edukasi gizi dan
memiliki informasi yang cukup terkait asupan intervensi gizi tidak berpengaruh terhadap
garam setiap harinya.26 asupan natrium pasien. Sejalan dengan hasil
Pengetahuan yang kurang inilah yang penelitian Kamran yang menunjukkan bahwa
dapat meningkatkan asupan natrium pada tidak ada hubungan antara pengetahuan dan
pasien. Selain itu, perbedaan tingkat persepsi penyakit pada pasien hipertensi
pengetahuan pada pasien dapat dengan asupan natrium.25
menyebabkan pasien menerima informasi
yang salah seperti hipertensi tidak boleh Keseimbangan Cairan
mengkonsumsi garam.27 Selain tingkat Keseimbangan cairan dianalisis
pengetahuan, dukungan keluarga juga dapat menggunakan uji univariat yang dilihat dari
berkontribusi dalam asupan natrium pasien asupan cairan peroral pasien yang
hipertensi, apabila dukungan keluarga baik dibandingkan dengan output urin selama 3x24
maka asupan natrium pasien dapat terkontrol jam yang diperoleh dari hasil wawancara
begitu sebaliknya apabila dukungan keluarga menggunakan form food record. Berdasarkan
tersebut rendah maka asupan natrium pasien hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian
akan berlebih karena pasien dapat dengan besar pasien memiliki output urin <60% dan
bebas mengkonsumsi makanan yang >60% asupan cairannya.
diinginkan.28 Berdasarkan hasil penelitian sebesar
Pada dasarnya asupan natrium pada 40% responden output urin <60%. Hal ini
penderita hipertensi dapat digolongkan disebabkan karena terganggunya fungsi ginjal
menjadi 3 yaitu diet rendah garam 1 (200 – dalam mengeluarkan cairan melalui urin.6,18
400 mg natrium), diet rendah garam 2 (600 – Pada penyakit gagal ginjal, tubulus akan
800 mg natrium) dan diet rendah garam 3 mengalami kehilangan kemampuan secara
(1000- 1200 mg natrium). Namun, dalam progresif, sehingga ginjal tidak mampu untuk
penelitian kali ini, asupan responden mengeluarkan urin yang cukup dan
dibandingkan dengan diet rendah garam 2 menyebabkan terjadinya edema atau
yaitu 800 mg natrium. Hal tersebut penumpukan cairan atau oliguria, yaitu
disebabkan karena diet rendah garam 2 terganggunya fungsi ginjal dalam
merupakan standar diet Rumah Sakit Dr. mempertahankan homeostasis cairan tubuh
Saiful Anwar Malang yang digunakan dalam dengan kontrol volume cairan.31
pemberian intervensi rendah garam. Namun,

202
Ningtyas I, et al. Efektifitas Asuhan Gizi Terhadap Kepatuhan Asupan…..

Penelitian yang dilakukan Tovvazi dan matuhi diet yang diberikan. Asuhan gizi belum
Mazzoni menunjukkan bahwa sebanyak 35% diberikan secara optimal pada keseluruhan
responden mengalami peningkatan berat pasien yang ditangani hal ini disebabkan ka-
badan hingga mencapai 2,4 kg yang rena tidak imbangnya ahli gizi dengan jumlah
disebabkan karena terjadi penumpukan pasien yang ada. Tidak optimalnya
cairan dalam tubuh.32 Hal ini diperkuat pemberian edukasi/konseling gizi pada
dengan hasil penelitian Istanti yang pasien dan keluarga pasien menyebabkan
menyebutkan bahwa 60-80% pasien gagal keluarga pasien memberikan makanan dari
ginjal yang menjalani hemodialisa meninggal luar rumah sakit yang membuat pasien
akibat kelebihan cairan.33 mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan dengan diet yang dianjurkan. Selain itu,
sebanyak 56,7% pasien memiliki output urin keluarga yang bergantian menjaga pasien
>60% dari total asupan cairan secara peroral. membuat beberapa anggota keluarga tidak
Hal ini disebabkan karena intake cairan mengetahui anjuran diet yang sudah
pasien secara peroral kurang dari kebutuhan. disampaikan ahli gizi dan tidak adanya
Kebutuhan cairan untuk pasien hemodialisa keinginan untuk berubah dari pasien
adalah 1000 + urin, sedangkan kebutuhan membuat pasien tetap mengkonsumsi
cairan untuk pasien yang belum melakukan makanan yang tidak sesuai dengan anjuran
hemodialisa tidak terbatas apabila produksi
urin normal.16 Oleh karena itu, diperlukan Kesimpulan
adanya edukasi gizi terkait cairan yang
dibutuhkan pasien gagal ginjal tanpa dan Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-
dengan hemodialisa. Keluarga dapat menjadi kan bahwa asuhan gizi yang diberikan
faktor yang berpengaruh terhadap asupan mempengaruhi asupan protein pasien, namun
cairan pasien. Berdasarkan hasil penelitian tidak mempengaruhi asupan natrium pasien.
Setia menunjukkan bahwa asupan cairan Keseimbangan cairan pasien dilihat dari
pasien dapat dipengaruhi oleh adanya output urin didapatkan sebagian besar lebih
dukungan keluarga, sehingga edukasi dapat banyak dan atau lebih sedikit dari asupan
diberikan kepada keluarga pasien.34 cairannya.
Penelitian ini belum mampu
membuktikan bahwa asuhan gizi memiliki Saran
hubungan dengan keseimbangan cairan pada
pasien gagal ginjal karena tidak memiliki p Memberikan motivasi kepada pasien
value pada uji statistik. Hal ini disebabkan dan keluarga melalui edukasi atau konsel-
karena keterbatasan data yang diperoleh dan ing gizi, sehingga pasien dapat mematuhi
waktu pelaksanaan penelitian. Namun, diet yang telah diberikan ahli gizi sesuai
penelitian ini memberikan gambaran bahwa dengan kebutuhannya selama di rumah
sebanyak 40% responden memiliki output urin sakit sampai dengan pasien keluar dari
<60% dan sebanyak 56,7% responden rumah sakit. Perlu adanya data terkait
output urin pasien di rekam medik. Selain
memiliki output urin >60% asupan cairannya.
itu, perlu adanya data input cairan pasien
Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-
peroral dan parenteral sebagai monitoring
kan bahwa asuhan gizi yang diberikan dapat
dan evaluasi keseimbangan cairan
berkontribusi dalam penyediaan diet yang pasien.
tepat dan pemberian edukasi/konseling gizi
agar pasien dan keluarga pasien dapat me-

203
Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 3, September 2019

Daftar Pustaka 2000; 1001(13):16–22.


13. Kusumayanti I, Hadi H, Susetyowati.
1. Kemenkes. Pemberantasan Penyakit Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Menular dan Penyehatan Lingkungan. Kejadian Malnutrisi Pasien Dewasa di
Kemenkes RI. 2013. Ruang Rawat Inap. J Gizi Klin Indones.
2. Riskesdas. Badan Penelitian dan 2004; 1(1):9–17.
Pengembangan Kesehatan Kementerian 14. Irma I, Isti S, Elza I. Hubungan Asupan
Kesehatan RI. Jakarta: Riskesdas RI. Protein dengan Kadar Ureum dan
2013. Kreatinin pada Pasien Gagal Ginjal
3. Dinkes Kota Malang. Profil Kesehatan Kronik yang sedang Menjalani
Kota Malang. Malang: Depkes Malang. Hemodialisa di Unit Hemodialisa RS PKU
2014. Muhammadiyah Yogyakarta. J Nutr.
4. Babatsik ou F, Zavi tsanou A. 2017; 19(1):1–6.
Epidemiology of Hypertension In The 15. Handayani D, Astuti P, Nurwati Y,
Elderly. Health Sci J. 2010; 4(1):24-30. Marselina AM. Efektifitas
5. Mulki R. Hubungan Antara Asupan Penatalaksanaan Proses Asuhan Gizi
Natrium, Asupan Kalium, Rasio Asupan Terstandar Terhadap Perbaikan Asupan
Natrium: Kalium dengan Tekanan Darah Pasien Sindrom Metabolik di RSUD
pada Pasien Puskesmas Pasir Kaliki Sidoarjo. 2017.
Kecamatan Cicendo Kota Bandung. 16. Cano N. ESPEN Guidelines on Enteral
Bandung: Politeknik Kesehatan Nutrition: Adult Renal Failure. Clin Nutr.
Kemenkes. 2014. 2006; 25:295–310.
6. Guyton A, Hall J. Buku Ajar Fisiologi 17. Almatsier S. Penuntun Diet. Jakarta:
Kedokteran. Edisi ke-12. Jakarta: EGC. Gramedia Pustaka Utama. 2010.
2014. 18. Sherwood. Fisiologi Manusia dari Sel ke
7. Budiyanto C. Hubungan Hipertensi dan Sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC. 2012.
Diabetes Mellitus terhadap Gagal Ginjal 19. Levey A, Bosch J, Lewis J, Greene T. A
Kronik. Kedokteran Islam. 2009. More Accurate Method To Estimate
8. PERNEFRI. 5th Annual Report of IRR. Glomerular Filtration Rate From Serum
Pehimpunan Nefrologi Indonesia. 2012. Creatinine: A New Prediction
9. Pasticci F, Fantuzzi A, Pegoraro M. Equation,Modification of Diet in Renal
Nutritional Management Stage 5 of DiseaseStudy Group. Ann Int Med. 2011;
Chronic Kidney Disease. J Ren Care. 130:461–70.
2012; 38(1).50-8. 20. Martini. Hubungan Tingkat Asupan
10. Busari O. Impact of Patients Knowledge, Protein dengan Kadar Ureum dan
Attitude and Practice on Hypertension on Kreatinin Darah pada Pederita Gagal
Compliance with Antihypertensive Drugs Ginjal Kronik di RSUD Dr. Moewardi
in a Resource-poor Setting. TAF Prev Surakarta. [Surakarta]: Fakultas Ilmu
Med Bull. 2010; 9(2):87–92. Kesehatan Universitas Muhammadiyah
11. Sumapradja M, Fayakun Y, Widyastuti D. Surakarta. 2010.
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). 21. Sumiasih. Hubungan Asupan Protein
Abadi Publ Dan Print. 2011. Hewani dan Nabati dengan Kadar Ureum
12. Braunschweig C, Gomez S, Sheean P. dan Kreatinin Pasien Penyakit Gagal
Impact of Decline in Nutrition Status of Ginjal Kronik Hemodialisa di RSUD
Outcome in Adult Patient Hospitalized for Tugurejo Semarang. 2012.
More Than 7 Days. J Am Diet Assoc.

204
Ningtyas I, et al. Efektifitas Asuhan Gizi Terhadap Kepatuhan Asupan…..

22. Yunita, Husein A, Susetyowati. Muhammadiyah. 2018; 3(1).


Pelaksanaan Proses Asuhan Gizi 29. Darmawan H. Asupan Natrium dan Status
Terstandar (PAGT) Terhadap Asupan Gizi Terhadap Tingkat Hipertensi pada
Gizi dan Kadar Glukosa Darah Pasien Pasien Rawat Jalan di RSUD Kota
Diabetes Mellitus Tipe 2. J Gizi Klin Makassar. Media Gizi Pangan. 2018; 25.
Indones. 2013; 10(2):82–91. 30. Atun L. Asupan Sumber Natrium, Rasio
23. Dwijayanthi L. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Kalium Natrium, Aktivitas Fisik dan
Mudah, Nutrition Made Incredible Easy. Tekanan Darah pada Pasien. MGMI.
Edisi ke-2. Jakarta: EGC. 2011. 2014; 6.
24. Hendriyani. Perilaku Pemilihan Makanan 31. Black J, Jane H. Keperawatan Medikal
Tinggi Natrium Berpengaruh Terhadap Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil
Asupan Natrium Penderita Hipertensi di yang Diharapkan. Jakarta: Salemba
Kota Semaran. Gizi Indones. 2014; 37 Medika; 2014.
(1):41–50. 32. Tovazzi M, Mazzoni V. Personal Paths of
25. Kamran A, Azadbakht L. Sodium Intake, Fluid Restriction in Patients on
Dietary Knowledge and Illness Perception Hemodialysis. Nephrol Nurs J. 2012; 39
of Controlled and Uncontrolled Rural (3):207–15.
Hypertensive Patients. Int J Hypertens. 33. Istanti Y. Hubungan Antara Masukan
2014. Cairan dengan INterdialytic Weight Gains
26. Zhang J, Xu A, Ma J. Dietary Sodium (IDWG) pada Pasien Chronic Kidney
Intake: Knowledge, Attitudes and Disease di Unit Hemodialisa RS PKU
Oractices in SHandong Province, China. Muhammadiyah Yogyakarta.
PloS ONE. 2013; 8(3). [Yogyakarta]: Universitas Muhammadiyah
27. Grimes C, Riddel L, Nowson C. Yogyakarta; 2014.
Consumer Knowledge and Attitudes to 34. Setia R, Rahmalia S, Dewi AP. Hubungan
Salt Intake and Labelled Salt Information. Antara Dukungan Keluarga Terhadap
Appetite. 2010; 53(2):189–94. Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan
28. Palimbong S. Keefektifan Diet Rendah Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gagal
Garam 1 pada Makanan Biasa dan Lunak Ginjal Kronik dengan Hemodialisa. Riau:
Terhadap Lama Kesembuhan Pasien Univ Riau. 2013.
Hipertensi. J Keperawatan

205

Anda mungkin juga menyukai