Anda di halaman 1dari 12

Peningkatan Pembelajaran Bina ....

(Gigih Putriani) 208

PENINGKATAN UPAYA PEMBELAJARAN BINA DIRI MENGGOSOK


GIGI MELALUI MEDIA VIDEO ANIMASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
KATEGORI SEDANG KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI PEMBINA
YOGYAKARTA

IMPROVING ABILITY ON BRUSHING TEETH IN SELF HELP LEARNING USING


VIDEO ANIMATION FOR4TH GRADE CHILDREN WITH MODERATE INTELLECTUAL
DISABILITY AT SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA

Oleh:
Gigih Putriani
Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta
gigihputriani@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran bina diri menggosok
gigi melalui media video animasi “Kalahkan Monster Makanan dengan Gosok Gigi” di SLB Negeri
Pembina Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dengan subjek berjumlah 2 siswa dengan inisial SA
dan BGS. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode tes, dan metode
dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kuantitatif, yang disajikan dalam bentuk
persentase, tabel, dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan proses pembelajaran bina diri
menggoaok gigi anak tunagrahita kategori sedang kelas IV di SLB negeri Pembina Yogyakarta setelah
menggunakan media video animasi. Proses dapat ditinjau dari pembelajaran dan ketuntasan belajar melalui
media video animasi. Perbedaan siklus I dan siklus II adalah strategi pembelajarannya. Pada siklus I
menggunakan strategi pembelajaran secara klasikal dan pada siklus II menggunakan strategi praktik secara
individual dan pemberian permainan. Oleh karena itu, selama proses pembelajaran siswa lebih aktif, tertarik
dan antusias terhadap pembelajaran praktik menggosok gigi melalui media video animasi. Peningkatan
tersebut ditunjukkan dengan tercapainya persentase yang ditentukan, yakni 75. Terlebih dahulu peneliti
memberikan pra tindakan, adapun nilai pra tindakan yang diperoleh oleh subjek SA yaitu 40 (kurang) dan
subjek BGS 43, 75 (kurang). Pada pasca tindakan I subjek SA memperoleh nilai sebesar 60 (cukup),
sedangkan pada pasca tindakan siklus I subjek BGS memperoleh hasil sebesar 67,5 (baik). Pada pasca
tindakan siklus II subjek SA memperoleh nilai sebesar 81,25 (baik), dan subjek BGS pada pasca tindakan
siklus II memperoleh nilai sebesar 90 (sangat baik). Peningkatan skor tersebut ditunjukkan dengan siswa
mampu melakukan tahapan-tahapan menggosok gigi sesuai dengan contoh yang ada di video animasi.

Kata Kunci: anak tunagrahita, pembelajaran bina diri, media video animasi

Abstract

The purpose of this research was to find out the improvement of the brushing teeth ability as a self
development learning using video animation entitled “Kalahkan Monster Makanan dengan Gosok Gigi” at
SLB Negeri Pembina Yogyakarta.The research was classified as a class action research using quantitative
approach. This research was done in two cycles, with two students who could be initial name SA and BGS as
the subjects. The techniques of data collection used in this research were observation, test, and
documentation. Data analysis technique used was quantitative descriptive which is presented in the form of
percentage, table, and chart.The research finding showed the improvement of theself-treatment learning
process of brushing teeth of grade IV medium-category mentally disabled students in SDLB Negeri Pembina
Yogyakarta after the implementation of video animation as the media. The improvement can be seen from the
learning and the exhaustiveness learning through video animation as the media. The difference between
cycle I and cycle II was the strategy lesson.The cycle of learning strategies I wasused in classical way and
cycle II wasused individuallyin the strategy practice and thegames. Therefore, during the learning process,
the students became more active, interested, and enthusiastic to the practice of brushing teeth learning using
video animation as the media. The improvement was showed by the achievement of the determined
209 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017

percentage, which was 75. The pre-action was given by the researcher before, with the pre-action values
obtained by the subjects were 40 (poor) for the subject SA and 43,75 (poor) for the subject BGS. In post-
action I, the value gotten by SA was 60 (fair), while BGS was 67,5 (good). In post-action II, the value gotten
by SA was 81,25 (good), and BGS was 90 (very good). Those score improvement were showed by the
students’ ability in doing the steps of brushing teeth in accordance with the video animation as the example.

Key words: Intellectual disability, self-development, video animation media.

PENDAHULUAN tepenting dalam komunikasi adalah kesehatan


Anak tunagrahita kategori sedang merupakan gigi dan mulut. Jika gigi yang tidak sehat dan
anak tunagrahita yang memiliki kemampuan menyebabkan bau mulut akan mengganggu
intelegensi dan adaptasi perilaku di bawah anak dalam berkomunikasi khususnya dalam hal
tunagrahita ringan. Namun anak tunagrahita berbicara. Oleh sebab itu, penting bagi anak
kategori sedang masih dapat dididik untuk tunagrahita kategori sedang perawatan gigi
mengurus diri sendiri seperti makan, minum, dengan menggosok gigi itu penting agar gigi tetap
mandi, berpakaian. Anak tunagrahita kategori sehat dan mulut tidak berbau. Seperti yang
sedang dalam mengurus diri sendiri dalam dikemukakan oleh Tranngono (Maria J. Wantah,
kehidupan sehari–hari masih diperlukan 2007: 41) gigi keliatan jelek, berwarna kuning,
pengawasan dari orang tua atau orang terdekat. kotor, ompong, tidak rata atau mulut berbau
Seperti yang diungkapkan oleh Maria J. Wantah karena gigi berlubang dan busuk karena gigi
(2007: 11) “Anak–anak dapat melakukan tersebut kurang perawatan. Maka dari itu,
pekerjaan dan tugas–tugas seperti kegiatan merawat gigi itu sangatlah penting, menyikat
menolong diri sendiri, tetapi memerlukan bantuan gigi dilakukan paling sedikit dua kali dalam
mempelajari keterampilan berkomunikasi, dan sehari, sebaiknya pada waktu pagi dan malam
dapat hidup, serta bergaul di masyarakat atau hari. Anak tunagrahita kategori sedang banyak
lingkungan yang terawasi seperti home group. mengalami masalah pada gigi dan gusi, hal ini
Keterampilan menolong diri sendiri (self help disebabkan karena beberapa hal yaitu anak
skills) dalam kehidupan sehari–hari bagi anak tunagrahita mempunyai mulut dan lidah yang
tunagrahita kategori sedang membutuhkan tidak dapat mengontrol, sehingga makanan
pengajaran dan pemberian stimulus seperti melekat di gigi dan yang tidak dibersihkan oleh
latihan–latihan secara terus menerus khususnya lidah, pemberian makanan yang mengakibatkan
tentang keterampilan menolong diri sendiri. kerusakan gigi, dan sulitnya perawatan gigi anak
Menggosok gigi merupakan faktor terpenting tunagrahita kategori sedang (Werner dalam Maria
dalam kebersihan diri manusia di kehidupan J. Wantah, 2007: 42).
sehari–hari. Kebersihan diri ini dianggap penting Pelatihan menggosok gigi bagi anak
di kehidupan masyarakat karena memiliki fungsi tunagrahita kategori sedang perlu dipelajari
sosial, salah satunya adalah komunikasi. Hal bagian demi bagian dengan perlahan. Dari cara
Peningkatan Pembelajaran Bina .... (Gigih Putriani) 210

memegang sikat gigi, memegang gayung, mencoba menggunakan media lain sebagai
mengambil air dari bak, menuangkan pasta gigi pelengkap. Media yang digunakan belum
ke atas sikat gigi, berkumur, menyikat gigi dari bervariatif karena selama ini hanya menggunakan
bagian depan, kiri, kanan, atas, bawah, berkumur media gambar saja, sehingga anak cepat merasa
membersihkan busa, membersihkan peralatan bosan. Selain itu, siswa tunagrahita kategori
gigi, dan mengembalikannya ketempat semula. sedang memiliki kemampuan intelektual dan
Namun faktanya, anak tunagrahita kategori motivasi belajar yang rendah, sehingga
sedang dalam menggosok gigi banyak yang mempengaruhi pemahaman siswa dalam
hanya menyikat bagian tertentu saja tidak pembelajaran bina diri menggosok gigi. Maka
mengikuti tahapan dengan benar. Sehingga hasil dari itu, anak tunagrahita kategori sedang
yang didapat sering kali kurang bersih dan sisa- membutuhkan media dan metode pembelajaran
sisa makanan masih tertinggal yang bina diri menggosok gigi yang sesuai dengan
mengakibatkan sakit gigi. kemampuan dan karakteristik siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu
wawancara yang dilaksanakan di SLB Negeri adanya suatu upaya untuk mengatasi
Pembina pada siswa tunagrahita kategori sedang permasalahan dalam memahami cara menggosok
kelas IV SDLB diperoleh informasi bahwa siswa gigi pada bagian menyikat gigi, agar pada
kelas IV memiliki hambatan dalam menggosok tahapan tersebut dapat dilakukan dengan baik dan
gigi dengan benar. Hambatan yang dimiliki siswa benar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
yaitu belum memiliki pengetahuan tentang cara dengan pemberian alat atau media. Penggunaan
menggosok gigi dengan benar. Siswa tunagrahita media pada pembelajaran ini dapat
kategori sedang masih merasa kesulitan dalam memvisualisasikan materi yang abstrak menjadi
menggosok bagian-bagian gigi yang letaknya konkret dengan memanfaatkan benda di
berada di dalam seperti gigi bagian kanan dan kiri lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat
serta gigi bagian dalam, siswa hanya mampu memudahkan anak tunagrahita kategori sedang
menggosok bagian tertentu saja seperti bagian dalam memahami bagian–bagian gigi serta
depan dan bagian gigi graham atau gigi mengetahui tahapan–tahapan cara menyikat gigi
pengunyah. Hal ini dikarenakan belum adanya yang baik dan benar.
kegiatan rutin menggosok gigi di sekolah. Media pembelajaran merupakan alat yang
Kegiatan pembelajaran bina diri kelas IV dapat membantu proses belajar mengajar dan
di SLB Negeri Pembina Yogyakarta belum berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang
efektif.Guru masih menggunakan metode disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan
demonstrasi yang membuat anak merasa cepat pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna
bosan dan tahapan yang diajarkan tidak (Cecep Sutandi & Bambang Sutjipto, 2013: 8).
tersampaikan secara sempurna dan belum Sehingga sangat disarankan bagi pembelajaran
mencapai KKM. Hal ini dikarenakan guru belum anak tunagrahita kategori sedang, mengingat
211 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017

kondisi anak tunagrahita yaitu kesulitan dalam karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
berfikir secara abstrak. Hal tersebut dikarenakan penelitian terhadap pengaruh penggunaan media
penggunaan metode demonstrasi belum secara video animasi dalam pengajaran pembelajaran
maksimal dan hasil yang diperoleh siswa belum keterampilan bina diri menggosok gigi pada anak
mencapai KKM, maka dapat dilengkapi dengan tunagrahita kategori sedang kelas III di SLB
penggunaan media video animasi yang bersifat Negeri Pembina Yogyakarta.
semi konkret dapat memudahkan pembelajaran
METODE PENELITIAN
anak dalam mengetahui tahapan–tahapan
Jenis Penelitian
menggosok gigi. Media pembelajaran yang dapat
Penelitian ini menggunakan pendekatan
digunakan pada pengajaran menggosok gigi
penelitian kuantitatif dan jenis penelitian yang
adalah dengan menggunakan media video
digunakan adalah penelitian tindakan kelas
animasi. Melalui media video animasi anak tidak
(Classroom Action Research). Menurut
merasa bosan dengan pembelajaran yang
Suharsimi Arikunto (2014: 3) Penelitian tindakan
diajarkan mengenai menggosok gigi. Melalui
kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
media video dapat menggambarkan suatu objek
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
yang bergerak bersama–sama dengan suara
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat
kelas secara bersama. Tujuan dari penelitian ini
menyajikan informasi, memaparkan proses,
adalah untuk memberikan peningkatan pada
mengajarkan keterampilan, dan mempengaruhi
pembelajaran bina diri menggosok gigi melalui
sikap (Cecep Sutandi & Bambang Sutjipto, 2013:
media video animasi “Kalahkan Monster
64).
Makanan dengan Gosok Gigi” yang ditandai
Pemilihan media video ini terdapat beberapa
dengan hasil belajar siswa yang dapat mencapai
kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan dari
kriteria baik (nilai 75 dari total nilai 100).
media video ini adalah dapat diulangi bila perlu
Peneliti akan mengetahui dan mengevaluasi
untuk menambah kejelasan serta mampu
perubahan hasil belajar siswa sebelum dan
menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan
sesudah menggunakan media video animasi
tujuan dan respon yang diharapkan anak. Selain
“Kalahkan Monster Makanan dengan Gosok
itu kelemahan dari media video ini adalah belum
Gigi”.
menyajikan secara lengkap tentang langkah-
Desain penelitian yang digunakan dalam
langkah menggosok gigi, yaitu tidak adanya tahap
penelitian ini yaitu desain yang dikembangkan
persiapan dan tahap penutup (Yudhi Munadi,
oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu berbentuk
2013:127). Dilihat dari kelebihan–kelebihan yang
siklus, di dalam setiap siklus terdapat empat
terdapat pada media tersebut dan mengingat
tahapan atau langkah-langkah. Tahapan tersebut
kurangnya pemahaman yang dimiliki anak
meliputi perencanaan (planning), tindakan
tunagrahita kategori sedang terhadap
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi
pembelajaran bina diri menggosok gigi. Oleh
Peningkatan Pembelajaran Bina .... (Gigih Putriani) 212

(reflecting).Dari keempat tahapan tersebut waktu yaitu dua jam pelajaran atau 70 menit
peneliti dan guru kelas berkolaborasi melakukan (@35 menit yaitu dengan 20 butir soal.
sebuah tindakan yang dilakukan terkait dalam Perlakuan (treatment)
upaya meningkatkatkan keterampilan bina diri Langkah inti penggunaan media video animasi
menggosok gigi untuk anak tunagrahita kategori dalam pembelajaran bina diri menggosok yaitu
sedang melalui media video animasi.Treatment sebagai berikut:
dilakukan tiga kali pertemuan di setiap siklusnya. 1. Langkah persiapan
Waktu dan Tempat Penelitian Langkah ini merupakan langkah persiapan
Penelitian ini dilaksaakan di SLB Negeri secara teknis yang dilakukan oleh guru dan
Pembina Yogyakarta yang beralamat di Jl. peneliti.
Pramuka No. 224, Desa Giwangan, Kecamatan 2. Langkah pelaksanaan
Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Penelitian ini Langkah ini merupakan tahap penggunaan
memerlukan waktu kurang lebih satu bulan yaitu media video animasi sebagai media
dari tanggal tanggal 12 Agustus – 12 September pembelajaran bagi siswa tunagrahita.
2016. Langkahnya sebagai berikut:
Subjek Penelitian a. Guru bersama siswa menerapkan media
Pada penelitian ini peneliti memilih subjek video animasi dalam pembelajaran bina
penelitian di kelas IV SLB Negeri Pembina diri menggosok gigi.
Yogyakarta. Di kelas tersebut terdapat dua siswa b. Siswa diajak oleh guru untuk mengamati
tunagrahita (SA dan BGS) yang memiliki video animasi “Kalahkan Monster
keterampilan bina diri yang rendah pada kegiatan Makanan dengan Gosok Gigi”.
menggosok gigi. c. Guru menjelaskan isi dari media video
Prosedur Perlakuan animasi tersebut.
Perlakuan atau intervensi yang diberikan d. Guru dibantu dengan peneliti
kepada subyek dalam penelitian ini yaitu berupa mempraktikkan cara menggosok gigi
penggunaan media video animasi “Kalahkan dengan menerapkan media video
Monster Makanan dengan Gosok Gigi” dalam animasi.
pembelajaran bina diri menggosok gigi. Prosedur e. Siswa mempraktikkan langkah-langkah
pelaksanaan penggunaan media video animasi menggosok gigi.
yaitu: f. Guru dan siswa melakukan tanya jawab
Pretest pembelajaran bina diri menggosok gigi mengenai isi dari video animasi terkait
Peneliti melakukan pretest kemampuan materi cara menggosok gigi.
awaldengan melakukan kegiatan menggosok gigi. 3. Langkah tindak lanjut
Guru memberikan tes kemampuan awal berupa Guru melakukan evaluasi hasil belajar
tes tindakan yang dilakukan kepada siswa dengan dengan pemberian tes tindakan secara
individual.
213 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017

Postest pembelajaran bina diri menggosok gigi proses pembelajaran berlangsung antara lain
perhatian dan motivasi siswa, keaktifan siswa
Peneliti melakukan posttest pembelajaran bina
saat proses pembelajaran, serta keterampilan
diri menggosok gigi. Guru memberikan posttest
guru dalam penyampaian pembelajaran
berupa tes tindakan menggosok gigi kepada siswa
dengan menggunakan media video animasi.
dengan waktu yaitu dua jam pelajaran atau 70
3. Dokumentasi
menit (@35 menit) yaitu dengan 20 butir soal.
Suharsimi Arikunto (2014: 231) menyatakan
Teknik Pengumpulan Data bahwa teknik dokumentasi yaitu mencari data
Penelitian ini menggunakan dua teknik mengenai hal-hal variabel yang berupa
pengumpulan data yaitu observasi, dan tes. catatan, transkip, buku surat kabar, majalah,
1. Tes hasil belajar bina diri menggosok gigi prasasti, dan lain sebagainya. Dokumentasi
Menurut Anas Sudjono (2008: 66) tes pada penelitian ini digunakan untuk
merupakan alat atau prosedur yang memperoleh data-data melalui catatan tertulis
digunakan sebagai pengukuran dan penilaian. yang berhubungan dengan data diri siswa.
Metode tes yang digunakan pada penelitian Teknik Analisis Data
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Teknik analisis data pada penelitian ini
awal subjek maupun kemampuan setelah menggunakan teknik analisis data kuantitatif,
diberikan perlakuan dalam hasil belajar yaitu dengan teknik deskriptif kuantitatif. Data-
dalam pembelajaran bina diri menggosok data kuantitatif diperoleh dari skor yang dirubah
gigi. Tes yang diberikan merupakan tes yang menjadi nilai standar dengan menggunakan
berupa tes perbuatan atau tes praktik yang rumus menurut Ngalin Purwanto (2006: 102)
difokuskan pada langkah-langkah adalah sebagai berikut:
menggosok gigi dengan menerapkan media 𝑅
NP = 𝑆𝑀 x 100
video animasi.
2. Observasi Ket:
Menurut Nasution (Sugiyono, 2013:310) NP : Persentasi yang ingin diketahui
menyatakan bahwa observasi merupakan R : Skor kemampuan siswa dalam
dasar semua ilmu pengetahuan. Observasi kemampuan menggosok gigi
yang digunakan oleh peneliti adalah SM :Skor maksimum yang disesuaikan
observasi partisipan yaitu peneliti ikut dengan skor yang diberikan
berpartisipasi langsung dalam proses 100 : Bilangan tetap
pembelajaran. Pengamatan dilakukan untuk Selanjutnya untuk mengetahui persentase
mengamati pelaksanaan tindakan dalam peningkatan kemampuan menggosok gigi
pelatihan keterampilan bina diri. Aspek yang siswa antara pra tindakan (siklus I) dengan
diamati dalam proses pembelajaran pasca tindakan (siklus II), maka dapat
berlangsung antara lain perhatian dalam digunakan rumus sebagai berikut:
Peningkatan Pembelajaran Bina .... (Gigih Putriani) 214

mempersiapkan alat penunjang untuk


Presentase peningkatan
memutarkan video animasi. Ruang kelas
= Nilai Pasca Tindakan-Skor Pra Tindakan X 100
yang bersebelahan dengan kelas lain yang
Nilai Pra Tindakan
membuat siswa kurang konsentrasi, sehingga
guru dan peneliti berinisiatif untuk
HASIL PENELITIAN
mengadakan pembelajaran di luar ruang
Pretest dilaksanakan pada tanggal
kelas atau yang berada di taman sekolah.
19Agustus 2016 pada pukul 07.30-08.40
Siklus pertamadiadakan 3 pertemuan,
bertempat di ruang kelas IV di SLB Negeri
pertemuan I dilaksanakan pada tanggal
Pembina Yogyakarta dengan 2 subjek. Hasil
22Agustus 2016 di ruang kelas IV dan taman
pretest dinyatakan dalam tabel sebagai berikut:
sekolah dengan materi pengenalan media
Tabel 1. Data Hasil Nilai Pretest Pembelajaran Bina Diri
Menggosok Gigi Pada Anak Tunagrahita Kategori Sedang kepada anak dan materi yang terkait dengan
Kelas IV di SLB Negeri Pembina Yogyakarta menggosok gigi serta melakukan praktik
No. Nama Nilai Kriteria Keterangan
Subjek Pretest
menggosok gigi dengan menerapkan media
1 SA 40 Kurang Belum mampu melakukan video animasi. Pertemuan kedua
langkah-langkah
menggosok gigi sesuai
dilaksanakan tanggal 24 Agustus 2016
yang diterapkan pada dilaksanakan di Taman sekolah. Pada
media video animasi
pertemuan ini dilakukannya praktik
2 BGS 43, 75 Kurang Belum mampu melakukan
langkah-langkah menggosok gigi dengan dibantu oleh peneliti
menggosok gigi sesuai
yang mendemonstrasikan langkah-langkah
yang diterapkan pada
media video animasi menggosok gigi, kemudian siswa
Berdasarkan hasil pre test yang di mempraktikkan secara klasikal atau bersama-
tunjukan pada tabel di atas maka dapat diketahui sama. Pada pertemuan ketiga di siklus
bahwa nilai pre test yang diperoleh siswa BGS pertama yang dilaksanakan pada tanggal 29
adalah nilai tertinggi yaitu 43, 75, dari nilai yang Agustus 2016 di Taman sekolah. Kegiatan
diperoleh oleh subjek SA yaitu 40. Namun, nilai yang dilaksankan adalah evaluasi dan refleksi
dari kedua subjek tersebut belum mencapai tindakan siklus I setelah melakukan tindakan
Kategori baik yaitu sebesar 75. di pertemuan pertama dan kedua. Pada siklus
Peneliti kemudian memberikan treatment/ II dilakukan tiga pertemuan dan memiliki
perlakuan. Perlakuan dilaksanakan selama dua langkah pelaksanaan yang sama, yang
minggu dengan tiga kali pertemuan. Rincian dilaksanakan pada bulan September 2016.
kegiatan sebagai berikut: 2. Kegiatan pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I dan II memiliki langkah
1. Kegiatan persiapan
pelaksanaan yang sama, yang membedakan
Pada tahap ini Guru mempersiapkan ruang
adalah metode yang digunakan ketika
praktik dan posisi duduk siswa, serta
pembelajaran berlangsung disetiap
215 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017

pertemuannya. Berikut ini rangkuman kondisi pembelajaran sudah tidak


kegiatan pelaksanaan setiap pertemuan. kondusif. Namun, pada pertemuan
a. Guru menayangkan media video animasi berikutnya subyek menunjukkan sikap
“Kalahkan Monster Makanan dengan yang antusias pada pembelajaran bina
Gosok Gigi”. diri menggosok gigi ini. Subyek
b. Siswa diminta memperhatikkan video menunjukkan sikap yang antusias ketika
yang telah ditayangkan. pembelajaran baik pada pemberian
c. Guru dibantu dengan peneliti materi ataupun praktik menggosok gigi.
mendemonstrasikan langkah-langkah Subjek SA mampu menjawab
menggosok gigi dengan menerapkan pertanyaan dengan benar tanpa bantuan
media video animasi dari cara oleh guru dan peneliti. Sedangkan subjek
memegang sikat gigi dari bagian ujung BGS merupakan subyek yang sangat
dan bulu sikat menghadap ke arah atas, berantusias dengan pembelajaran ini .
menuangkan pasta gigi ke sikat gigi, Namun, karena sifat yang jahil suka
berkumur menggunakan air bersih, mengganggu subjek SA ketika
menggosok gigi bagian depan, bagian pembelajaran berlangsung sehingga
samping kanan dan kiri, bagian gigi menyebabkan pembelajaran menjadi
kunyah/ gigi graham, gigi bagian dalam, tidak kondusif. Namun ketika pertemuan
berkumur dengan menggunakan air berikutnya dengan strategi tempat duduk
bersih hingga busa hilang, yang dibuat antar subyek berjauhan
membersihkan perlatan menggosok gigi pembelajaran bina diri menggosok gigi
dan mengembalikan peralatan berjalan dengan lancar. Subjek BGS
menggosok gigi ke tempat semula. mampu mempraktikkan langkah-langkah
d. Guru meminta siswa mempraktikkan menggosok gigi sesuai dengan media
langkah-langkah menggosok gigi secara video animasi. BGS mampu menjawab
klasikal dengan panduan atau instruktur pertanyaan yang diberikan oleh guru
dari guru. meskipun masih dengan bantuan guru
e. Guru dan siswa bertanya jawab tentang secara verbal. Kedua subyek mengalami
kegiatan yang telah dilakukan yaitu peningkatan dari pertemuan awal hingga
menggosok gigi. Subjek SA belum ke pertemuan akhir.
mampu menjawab pertanyaan dengan 3. Tindak lanjut
sempurna meskipun telah dibimbing Pada tahap ini peneliti dan guru melakukan
oleh guru dan peneliti. Hal ini evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada
dikarenakan subjek SA merasa marah pertemuan sebelumnya dengan memberikan
karena telah dijahili oleh salah satu tes perbuatan yaitu cara menggosok gigi
subyek yang lainnya dan menyebabkan dengan menerapkan media video animasi
Peningkatan Pembelajaran Bina .... (Gigih Putriani) 216

secara mandiri. Evaluasi pembelajaran secara verbal yaitu menggosok bagian-bagian


dilakukan selama satu jam pelajaran yaitu 35 gigi samping kanan dan kiri, bagian depan
menit. dengan cara naik dan turun, dan bagian gigi
dalam dengan cara menyikat memutar ke
Peneliti kemudian melakukan postest
arah luar. Selain itu, ada beberapa langkah
pembelajaran bina diri menggosok gigi. Posttest
yang masih menggunakan bantuan verbal dan
dilaksanakan pada tanggal 29 September 2016
non verbal seperti menggosok bagian lidah
pada pukul 09. 30 -11.00 bertempat di taman
ke arah luar.
sekolah SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Hasil
posttest dijelaskan dalam diskripsi sebagai Peningkatan skor siswa dalam
berikut: pembelajaran bina diri menggosok gigimelalui
media video animasi “Kalahkan Monster Maknan
1. Subjek SA mendapatkan nilai 81,25 dan
dengan Gosok Gigi” dapat dilihat pada tabel
berada pada kategori baik. Siswa mampu
berikut:
melaksanakan kegiatan awal dan akhir dari
langkah-langkah menggosok gigi secara Tabel 2. Data Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test
tentang Menggosok Gigi Anak Tunagrahita Kategori Sedang
mandiri seperti, kegiatan mempersiapkan
Kelas IV SDLB di SLB Negeri Pembina Yogyakarta
peralatan menggosok gigi (sikat gigi, pasta No. Nama Subjek Nilai Nilai Prosentase
gigi, dan gelas), memegang sikat dengan cara Pretest Posttest peningkatan
1 SA 40 81, 25 41, 25%
memegang bagian ujung dengan bulu sikat
2 BGS 43, 75 90 46, 25%
mengahadap ke atas, berkumur menggunakan
air bersih dan membuangnya. Dan ada
Untuk mengetahui perbedaan skor pretest
beberapa langkah menggosok gigi yang
dan postest pada kedua subjek mengenai
masih membutuhkan bantuan secara verbal
pembelajaran bina diri menggosok gigi dapat
dan non verbal oleh peneliti atau guru,
dilihat pada grafik histogram sebagai berikut:
seperti menggosok gigi bagian depan dengan
cara naik dan turun, menggosok bagian gigi
100
samping kanan dan kiri, bagian gigi kunyah
50
dengan menyikat ke arah luar, menyikat
bagian gigi dalam dengan cara menyikat 0
Subjek SA Subjek BGS
memutar ke arah luar, menggosok lidak kea
rah luar. Pra Tindakan Pasca Tindakan I
Pasca Tindakan II
2. Subjek BGS mendapatkan nilai 90 dengan
kategori sangat baik. Pada kegiatan posttest
ini hamper disetiap langkah siswa mampu Gambar 1. Grafik Histogram Hasil Pretest dan
melaksanakannya secara mandiri. Namun, PosttestPembelajaran Bina Diri Menggosok
masih sebagian yang memerlukan bantuan Gigi
217 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017

UJI HIPOTESIS TINDAKAN abstrak, sehingga penggunaan media video


Uji hipotesis tindakan pembelajaran bina animasi yang mendukung pembelajaran bina diri
diri menggosok gigi berdasarkan hasil yang menggosok gigi dengan menggunakan media
dicapai dalam pelaksanaan tindakan dinyatakan video animasi anak mampu melihat secara
berhasil apabila pemberian tes pada pembelajaran langsung cara-cara menggosok gigi dan dibantu
bina diri menggosok gigi pada anak tunagrahita dengan media bantu seperti peralatan menggosok
kategori sedang kelas IV di SLB Negeri Pembina gigi seperti sikat, pasta gigi, air, dan gelas.
dapat meningkat dari sebelum dan sesudah Peralatan tersebut dapat membantu
diberikan tindakan, dan hasil tersebut harus berlangsungnya kegiatan pembelajaran bina diri
memenuhi kriteria keberhasilan sebesar 75 atau menggosok gigi. Selain itu, penggunaan media
75%. video animasi pada pembelajaran ini dapat
Hasil tes pembelajaran bina diri menarik minat dan motivasi belajar siswa
menggosok gigi pada siklus II nilai masing- sehingga menciptakan susasan yang
masing subjek antara lain SA 81,25 dan subyek menyenangkan ketika pembelajaran. Hal tersebut
BGS 90. Berdasarkan hasil tersebut masing- sependapat dengan Nana Sudjana & Ahmad
masing subyek mengalami peningkatan dari hasil Rivai (2007:20) menyatakan video animasi
pra tindakan. Hal tersebut dapat disimpulkan merupakan salah satu media pengajaran yang
bahwa dari kedua subyek tersebut mengalami dapat digunakan untuk menyampaikan bahan ajar
peningkatan lebih dari nilai kriteria yang telah ke anak, dengan gambar yang menarik anak akan
ditentukan. Dengan demikian, hipotesis tindkaan tertuju langsung pada media tersebut sehingga
yang menyatakan bahwa pembelajaran bina diri proses pembelajaran dengan video animasi akan
menggosok gigi anak tunagrahita kategori sedang melahirkan suasana yang menyenangkan bagi
kelas IV sdlb di SLB Negeri Pembina Yogyakarta anak.
dapat ditingkatkan melalui media video animasi Penggunaan media video animasi pada
telah diterima. penelitian ini agar siswa lebih mudah mengingat
PEMBAHASAN penggambaran karakter yang unik, anak lebih
Hasil skor pembelajaran menggosok gigi memahami isi dari pesan yang disampaikan pada
pada penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut, anak mampu melihat
keterampilan menggosok gigi pada anak langsung gambar akibat tidak sering menggosok
tunagrahita kategori sedang kelas IV SDLB di gigi. Selain itu dengan menggunakan media
SLB Negeri Pembina Yogyakarta dapat tersebut, anak merasa tidak cepat bosan, siswa
meningkat setelah dilakukan tindakan siklus I semakin antusias untuk mengikuti pembelajaran,
dan siklus II melalui media video animasi. Hal dan anak dapat menjadi aktif dalam mengikuti
tersebut dirasa sesuai dengan karakteristik anak pembelajaran tersebut. Hal tersebut sependapat
tunagrahita kategori sedang yaitu keterbatasan dengan yang dikemukakan oleh Nana Sudjana &
dalam akademik dan dalam berpikir secara Ahmad Rivai (2007:20) bahwa media video
Peningkatan Pembelajaran Bina .... (Gigih Putriani) 218

animasi merupakan salah satu media pengajaran subjek, maka subjek tersebutlah yang akan
yang dapat digunakan untuk menyampaikan melakukan praktik menggosok gigi terlebih
bahan ajar pada anak, dengan gambar yang dahulu. Kemudian, subyek yang telah mendapat
menarik perhatian anak akan tertuju langsung giliran itu mempraktikkannya secara mandiri
pada media tersebut sehingga proses dari tahap persiapan hingga tahap akhir langkah-
pembelajaran dengan media tersebut akan langkah menggosok gigi. Strategi yang berbeda
melahirkan suasana yang menyenangkan bagi dari siklus I ini bertujuanuntuk menarik
anak. perhatian dan minat anak, selain itu untuk
Selama proses pembelajaran siklus I, peneliti menambah antusias anak pada pembelajaran
menggunakan strategi pembelajaran secara bina diri menggosok gigi. Pembelajaran terlihat
klasikal yaitu, guru memberikan penjelasan lebih bervariatif karena pembelajaran tersebut
mengenai materi menggosok gigi menggunakan tidak tertuju pada guru saja, namun siswa
media bantu yaitu media gambar. Setelah itu, mampu mendemonstrasikan atau mempraktikkan
guru menayangkan media video animasi kegiatan menggosok gigi. Sehingga anak tidak
“Kalahkan Monster Makanan dengan Gosok cepat merasa bosan dengan materi yang
Gigi”. Kemudian guru dibantu oleh peneliti disampaikan oleh guru.
mendemonstrasikan langkah-langkah oleh guru.
menggosok gigi dari tahap persiapan, tahapan
KESIMPULAN DAN SARAN
inti dan tahapan akhir. Setelah itu, guru meminta
Kesimpulan
anak mempraktikkan langkah-langkah
Hasil analisis data dalam penelitian ini
menggosok gigi secara klasikal atau bersama-
dapat disimpulkan dari proses dan hasil dari tes
sama. Karena hasil yang diperoleh pada siklus I
pembelajaran bina diri menggosok gigi. Pada
belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
proses pembelajaran siswa tidak hanya
yaitu sebesar 75, maka akan dilanjutkan pada
mendengarkan penjelasan dari guru saja,
siklus II. Siklus II merupakan perbaikan dari
melainkan siswa dapat melakukan aktivitas
siklus I, tahapan yang dilakukan pada siklus II
seperti mempraktikkan cara menggosok gigi
sama dengan siklus I. Namun, pada siklus II ini
dengan menerapkan langkah-langkah menggosok
menggunakan strategi yang berbeda dari siklus I,
gigi yang ada pada media video animasi. Pada
yaitu menggunakan strategi praktik secara
siklus I menggunakan strategi pembelajaran
individual. Pada pembelajaran siklus II ini guru
secara klasikal, hal tersebut dapat diartikan anak
dan peneliti memberikan permainan kecil
melakukan praktik menggosok gigi secara
dengan menyanyikan sebuah lagu dan membuat
bersama-sama. Sedangkan pada siklus II strategi
sebuah gulungan kertas kecil dan memutarnya
yang digunakan adalah praktik secara individual,
secara berurutan dari subyek satu ke subjek
namun pada siklus ini di diadakan permainan
lainnya. Ketika lagu tersebut berhenti dan
kecil untuk menarik minat anak dalam
gulungan kertas tersebut berhenti di salah satu
219 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017

pembelajaran bina diri menggosok gigi. Selama 2. Bagi Guru


proses penerapan media video animasi siswa- Guru hendaknya mampu menerapkan
siswa menunjukkan sikap aktif pada kegiatan media video animasi sebagai salah satu
menggosok gigi, sehingga siswa mampu alternatif media pada pembelajaran lain.
mempraktikkan langkah-langkah menggosok gigi Agar siswa merasa tidak bosan atau jenuh
berdasarkan video animasi. Selain itu, hasil tes ketika mengikuti pembelajaran. Selain itu,
pembelajaran bina diri menggosok gigi melalui aktif berpartisipasi dalam proses
penerapan media video animasi pada siklus II pembelajaran dan interaksi antara siswa dan
menunjukkan adanya peningkatan. Jika pada guru serta siswa dengan siswa lain dapat
pasca tindakan siklus I subjek SA memperoleh terjalin dengan baik.
nilai 60, pada pasca tindakan II subjek SA .
memperoleh nilai 81,25 sehingga mendapat DAFTAR PUSTAKA
peningkatan sebesar 21,25%. Subjek BGS pada Anas Sudijono. 2008. Pengantar
EvaluasiPendidikan. Jakarta: Raja.
pasca tindakan siklus I memperoleh nilai sebesar
Grafindo Persada.
67,5 dan mendapatkan nilai pada pasca tindakan
Cecep Sutandi & Bambang Sutjipto. 2013. Media
II sebesar 90 sehingga mendapat peningkatan
Pembelajaran: Manual dan Digital.
sebesar 22,5%. Hasil pasca tindakan siklus II Bogor: Ghalia Indonesia.
diketahui bahwa siswa sudah dapat mencapai
Maria J. Wantah. 2007. Pengembangan
KKM sebesar 75 dan didapatkan hasil yang Kemandirian Anak Tunagrahita
Mampu Latih. Bandung: Departemen
memuaskan. Oleh karena itu pemberian tindakan
Pendidikan Nasional,
dapat dihentikan.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2007. Teknologi
Saran Pengajaran. Bandng: Sinar Baru
Algensindo.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka peneliti memberikan beberapa saran Ngalim Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah Suharsimi Arikunto. 2014. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksarai.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kepala sekolah diharapkan
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
menyediakan fasilitas penunjang dalam (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
pembelajaran menggunakan media video
animasi seperti proyektor dan LCD di setiap Yudhi Munadi. 2013. Media Pembelajaran:
Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
kelas, sehingga penggunaan media lebih
Referensi.
bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai