Oleh :
Mentor:
DEPARTEMEN UROLOGI
RS HASAN SADIKIN
2020
Abstrak
Latar Belakang : Pembesaran prostat jinak atau lebih dikenal sebagai BPH (benign
prostatic hyperplasia) merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel
stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.1 BPH dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas
usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. 2
BPH merupakan salah satu keadaan yang menyebabkan gangguan miksi yaitu retensio urin
yang mengakibatkan supersaturasi urin, sehingga rentan untuk terbentuknya batu buli.
Laporan Kasus : Seorang laki-laki 70 tahun dengan keluhan tidak dapat BAK sejak 7 bulan
lalu. Sebelumnya pasien mengeluhkan BAK harus mengedan, bak terputus-putus, pancaran
lemah, dan terbangun malam hari untuk BAK sebanyak 8x per malam. Pasien juga
mengeluhkan bak berhenti secara tiba2 dan lancer Kembali setelah ada perubahan posisi.
Pasien lalu dipasang kateter dan diberikan harnal oral selama 2 minggu dan dicoba lepas
selang kateter, dan pasien bisa BAK spontan. 2 bulan selanjutnya pasien mengeluhkan tidak
dapat BAK Kembali dan dipasang selang kateter hingga sekarang, rutin ganti setiap 2
minggu. Pasien memiliki Riwayat BAK batu diakui 5 bulan lalu sebesar biji papaya berwarna
putih kecoklatan. Riwayat bak pasir, keruh, dan merah disangkal oleh pasien. Riwayat lemah
badan, sesak napas, penurunan kesadaran, bengkak pada tungkai disangkal oleh pasien.
Produksi urin harian 2000 cc / 24 jam kuning jernih. Pasien telah mendapatkan terapi
allopurinol 1x300 mg sejak 1 bulan lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
komposmentis, nadi 88x/menit regular, laju pernapasan 20x/menit, tekanan darah 123/81
mmHg, dan suhu afebris. Pada status generalis dalam batas normal. Pada tanggal 08 pasien
terpasang kateter urine ukuran 18F. Di dalam urine bag, terdapat 300 cc urine berwarna
kuning jernih dan tidak terlihat adanya darah. Dari rectal toucher didapatkan tonus sphincter
ani kuat, mukosa rektum licin, tidak ada massa, ampulla recti intak, serta teraba postat 40-
60cc, batas atas teraba, konsistensi kenyal, permukaan licin, nodul tidak ada, dan nyeri tekan
tidak ada, tidak ada darah dan feses pada handscoen. Pada pemeriksaan darah lengkap
didapatkan leukosit 6.550/uL. Pemeriksaan USG urologi menunjukkan adanya vesikolithiasis
disertai cystitis, pembesaran prostat disertai protusio ke intraluken vesikaurinaria,
pelvokaliektasis ginjal kiri disertai pelebaran ureter proksimal kiri, dan simple cyst ginjal
kanan. Pemeriksaan CT-Scan menunjukkan adanya simple cyst ginjal kanan, ureterolithiasis
kanan, multiple vesikolithiasis disertai cystitis dengan ukuran terbesar 30x13 mm terkecil 8x8
mm, dan pembesaran prostat. Dalam kasus ini pasien didiagnosis Benign Prostatic
Hyperplasia dengan retensio urine dan multiple vesicolithiasis. Pasien direncanakan
dilakukan tindakan vesicolithototomy + open prostatectomy
Simpulan: Benign prostatic hyperplasia adalah suatu keadaan dimana terjadi hiperplasia sel -
sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Benign prostatic hyperplasia ini dapat dialami
oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria
berusia di atas 80 tahun. Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah untuk
memperbaiki keluhan miksi, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi obstruksi intravesika,
mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu urin
setelah miksi, dan mencegah progesifitas penyakit. Hal ini dapat dicapai dengan cara
medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang minimal invasif. Pada
beberapa kasus yang ekstrim, batu kandung kemih yang besar atau prostat, lebih masuk akal
untuk melakukan operasi terbuka melalui suprapubik dengan keunggulan dan kerugian yang
tetap diperhatikan.
BAB I
PENDAHULUAN
Stasis pada saluran urine, seperti benign prostatic hyperplasia (BPH) atau gangguan
neurogenic bladder, adalah penyebab utama terjadinya batu pada buli. Kebanyakan batu
tersebut terbentuk pada kandung kemih, meskipun beberapa lagi dapat muncul pada ginjal
dapat berupa batu ataupun lumpur di papilla. Batu yang berasal dari ginjal berukuran kecil
sehingga cukup melewati ureter dengan mudah walaupun terdapat disfungsi kandung kemih
atau obstruksi saluran keluar. Batu akan menetap di kandung kemih dan membentuk lapisan-
Secara umum, laki-laki dewasa dengan BPH dan batu kandung kemih memiliki
riwayat nephrolithiasis, gout, pH saluran kemih yang asam, dan tingkat magnesium pada
salurn kemih yang rendah. Munculnya infeksi pada saluran kemih dan pembesaran
intravesikal dari prostat adalah tanda klinis yang umum berhubungan dengan berkembangnya
Pada orang dewasa, kasus batu kandung kemih paling banyak mengandung asam urat,
dimana jumlahnya hanpir 50% dari seluruh kasus. Kebanyakan pasien dengan batu asam urat
pada kandung kemih tidak memiliki riwayat gout ataupun hiperuricemia. Bahan kimia lain
yang dapat membentuk batu kandung kemih seperti calcium oxalate, calcium phosphate,
triple phosphate atau batu struvite dan sering berhubungan dengan infeksi). Pasien yang
rentan terhadap bakteriuria kronis dan infeksi saluran kencing, seperti pada mereka yang
memiliki trauma pada tulang belakang atau kandung kemih yang hipotonik berat, memiliki
BAB II
LAPORAN KASUS
Pasien
Umur : 70 tahun
Pekerjaan :-
Pekerjaan : Pedagang
2.2 Pemeriksaan
Keluhan utama :
Anamnesa Khusus :
Pasien mengluhkan tidak dapat BAK sejak 7 bulan lalu. Sebelumnya pasien mengeluhkan BAK harus
mengedan, bak terputus-putus, pancaran lemah, dan terbangun malam hari untuk BAK sebanyak 8x
per malam. Pasien juga mengeluhkan bak berhenti secara tiba2 dan lancer Kembali setelah ada
perubahan posisi. Pasien lalu dipasang kateter dan diberikan harnal oral selama 2 minggu dan dicoba
lepas selang kateter, dan pasien bisa BAK spontan. 2 bulan selanjutnya pasien mengeluhkan tidak
dapat BAK Kembali dan dipasang selang kateter hingga sekarang, rutin ganti setiap 2 minggu. Pasien
memiliki Riwayat BAK batu diakui 5 bulan lalu sebesar biji papaya berwarna putih kecoklatan.
Riwayat bak pasir, keruh, dan merah disangkal oleh pasien. Riwayat lemah badan, sesak napas,
penurunan kesadaran, bengkak pada tungkai disangkal oleh pasien. Produksi urin harian 2000 cc / 24
jam kuning jernih. Pasien telah mendapatkan terapi allopurinol 1x300 mg sejak 1 bulan lalu.
Riwayat DM (–)
Riwayat Operasi urologi : riwayat insisi drainage + ND ai abses scrotum (Juni 2020, RSHS)
Riwayat Keluarga :
Pemeriksaan Fisik :
Status Generalis :
Status Urologi:
RT : TSA ( + ) Kuat, ampula tidak Kolaps, mukosa licin, teraba postat 40-60cc
Nodul ( - ), simetris, konsistensi kenyal, BCR ( + ) normal
Laboratorium 18-9-2020
Hemoglobin 12.5
Hematokrit 36.3
Leukosit 6.550
Trombosit 287.000
GDS 107
Na / K 143/3.3
Ur / Cr 26/1.04
Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, parenkim normal, central echo complex jelas, tampak
pelebaran system pelvokalises. Tidak tampak lesi hyperechoic dengan posterior acoustic shadow.
Ginjal kiri : bentuk dan ukuran normal, parenkim normal, central echo complex jelas, tampak
pelebaran system pelvokalises, tidak tampak lesi hyperechoic dengan posterior acoustic shadow.
VU : Buli terisi penuh, dinding menebal, tepi irregular, tampak lesi hyperechoic dengan posterior
acoustic shadow. Tampak prostat ukuran 42.6 cc dengan protrusi 1.5cm
Kesimpulan
Ginjal kanan : tampak lesi hipodens bulat, batas tegas, tepi regular diameter 3cm pada pole atas ginjal
kanan
VU : tampak lesi hiperdens ukuran terbesar 30x13 mm terkecil 8x8 mm pada rongga pelvis
Kesimpulan
Ureterolithiasis kanan
Pembesaran prostat
Tampak konkramen opak multiple ukuran terbesar 30x13 mm dan ukuran terkecil 8x8 mm pada
rongga pelvis
2.5 Diagnosis
Retensi urin ec suspek BPH Vol TAUS 48 cc + multiple vesicolithiasis ukuran terbesar
30x13 mm terkecil 8x8 mm + simple cyst dextra ukuran 3cm + hiperuricemia + riwayat insisi
PEMBAHASAN
Pembesaran prostat jinak atau lebih dikenal sebagai BPH (benign prostatic
hyperplasia) merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan
sel-sel epitel kelenjar prostat.1 BPH dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun.
Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. 2 BPH merupakan
salah satu keadaan yang menyebabkan gangguan miksi yaitu retensio urin yang
Stasis pada saluran urine, seperti benign prostatic hyperplasia (BPH) atau gangguan
neurogenic bladder, adalah penyebab utama terjadinya batu pada buli. Kebanyakan batu
tersebut terbentuk pada kandung kemih, meskipun beberapa lagi dapat muncul pada ginjal
dapat berupa batu ataupun lumpur di papilla. Batu yang berasal dari ginjal berukuran kecil
sehingga cukup melewati ureter dengan mudah walaupun terdapat disfungsi kandung kemih
atau obstruksi saluran keluar. Batu akan menetap di kandung kemih dan membentuk lapisan-
bisa dikerjakan dengan cystoscopical pada hampir semua jenis batu. Berbagai sumber
disrupsi atau terapi ablasi dapat digunakan, termasuk laser, pneumatic-powered mechanical
Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL) dapat bekerja pada batu kandung kemih tetapi
membutuhkan posisi prone atau kepala lebih rendah pada pasien. Percutaneous suprapubic
cystolitholapaxy adalah pilihan utama pada pengobatan batu kandung kemih pada anak-anak
untuk meminimalkan cidera pada urethra. Instrumen dengan kaliber yang besar dapat
ditempatkan pada suprapubik daripada transurethra, terutama pada kelompok usia anak-anak.
Pada beberapa kasus, kombinasi prosedur antara pendekatan suprapubik dan cystoscopic
digunakan.9
prostate (TURP) direkomendasikan, ketika diindikasikan, secara cepat setelah batu tersebut
Pada beberapa kasus yang ekstrim, batu kandung kemih yang besar atau prostat, lebih
masuk akal untuk melakukan operasi terbuka melalui suprapubik. Tindakan ini
( biasanya pada prostat dengan ukuran lebih dari 75 gr). Keunggulan utama open suprapubic
cystostomy untuk batu kandung kemih adalah mengurangi waktu operasi ( biasanya setengah
dari waktu yang dibutuhkan endoskopik), mudah sangat mengangkat batu yang besar dan
multiple, kemampuan untuk mengangkat batu yang sulit atau keras yang tidak bisa dikerjakan
secara endoskopi, dan kemampuan untuk menangani batu yang terjebak pada tepi kandung
kemih. Kerugian dari tindakan ini adalah waktu rawat inap yang memanjang, tambahan nyeri
post operasi, dan luka operasi dan drain dan kemungkinan komplikasi luka dan perpanjangan
KESIMPULAN
Benign prostatic hyperplasia adalah suatu keadaan dimana terjadi hiperplasia sel - sel
stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Benign prostatic hyperplasia ini dapat dialami oleh
sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria
berusia di atas 80 tahun. Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah untuk
memperbaiki keluhan miksi, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi obstruksi intravesika,
mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu urin
setelah miksi, dan mencegah progesifitas penyakit. Hal ini dapat dicapai dengan cara
medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang minimal invasif. Pada
beberapa kasus yang ekstrim, batu kandung kemih yang besar atau prostat, lebih masuk akal
untuk melakukan operasi terbuka melalui suprapubik dengan keunggulan dan kerugian yang
perlu diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA