Anda di halaman 1dari 31

UNIVERSITAS AZZAHRA

TEORI ASSET

Nama Kelompok :

1.    Fitri Ramdhani
2.    Sariati
3.    Siti Sarahadi

1. 1.      Latar Belakang
 Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi
keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset
merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk
menyediakan barang dan jasa.

Terdapat beberapa sumber dari definis aset, diantaranya adalah menurut FASB. FASB
mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. 25) sebagai manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh
suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Hampir sama dengan itu
IASC juga mendefinisi aset sebagai suatu sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan
sebagai hasil kejadian masa lalu yang mana manfaat ekonomis masa depan diharapakan
didapatkan oleh perusahaan. Sumber lain, yaitu AASB, mendefinisi aset sebagai potensial
jasa atau manfaat ekonomis yang dikendalikan oleh pelaporan entitas sebagai hasil
transaksi masa lalu atau kejadian masa lalu lainnya. APB No. 4 membedakan aset menjadi
sumber ekonomik dan nonsumber ekonomik. APB No. 4 merinci aset yang digolongkan
sebagai sumber ekonomik yaitu: sumber produktif, produk yang merupakan keluaran
kesatuan usaha, uang Klaim untuk menerima uang, hak kepemilikan atau investasi pada
perusahaan lain.

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus memiliki manfaat ekonomik di masa
datang yang cukup pasti. Manfaat ekonomik ini ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas
yang melekat padanya sebagai yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat
dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendapatkan pendapatan melalui
kegiatan ekonomik. Disamping manfaat ekonomik, suatu objek bisa dikatakan sebagai aset,
objek tersebut tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Artinya,
untuk memiliki aset harus terdapat proses yang disebut dengan transfer kepemilikan.
Krtieria lain yang merupakan penyempurnaan dalam pendefinisian objek sebagai aset
adalah aset merupakan akibat transaksi atau kejadian masa lalu.

Selain beberapa karakteristik yang telah disebutkan, FASB menyebutkan beberapa


karakteristik pendukung yaitu melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan
berkekuatan hukum. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan
adanya aset tetapi tiadanya karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk
memenuhi syarat sebagai aset.

 2.         Identifikasi Masalah

1. Menyebutkan dan menjelaskan karakteristik asset.


2. Mengukur dan mentukan kos aset pada saat perolehan.
3. Menyebutkan dan menjelaskan berbagai dasar atribut penilaian aset.
4. Menjelaskan konsep penilaian aset.
A.    Pengertian Aktiva

FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6, prg
25):

Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a perticular entity as
a result of past transactions or events.

(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh atau
dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu.)

Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut:

An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and from which
future economic benefits are expected to flow to the enterprise.

Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard Board


(AASB) mendefinisi aset sebagai berikut:

Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity as
a result of past transaction or other past events.

Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset dinilai
mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai
sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis
sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.
AKTIVA ATAU ASSET adalah semua harta atau kekayaan yg dimiliki perusahaan .
Kekayaan yang dimiliki perusahaan tentu jumlahnya cukup banyak, oleh karena aktiva
dapat dikelompokan lagi kedalam pos-pos seperti berikut ini .

1. Aktiva Lancar (Current Asset) adalah harta yg berupa uang tunai, yg cepat menjadi uang atau
yg cepat menjadi biaya dalam waktu kurang dari satu tahun.
Contoh :

-Kas

-Surat surat berharga

-Piutang Dagang

-Piutang wesel

-Persediaan barang dagang

–Pendapatan yang masih harus di tagih

–Biaya dibayar dimuka :

a.Sewa dibayar dimuka

b.Iklan dibayar dimuka

c.Assuransi dibayar dimuka

–Perlengkapan : Kertas, Pencil,Penggaris,dll

2. Aktiva Tetap adalah harta yg dimiliki oleh perusahan yang dapat dipakai lebih dari setahun.
Aktiva tetap ada 3 macam :

a. Investasi jangka panjang

-Investasi dalam saham

– Investasi dalam obligasi

b. Aktiva tetap berwujud

–Tanah-Gedung/Bangunan
-Mesin-Peralatan

-Truk Pengangkutan

C. Aktiva tak berwujud

–Goodwill

-Patent

-Merk dagang

1. B.     Karakteristik Aktiva
Karakteristik aktiva berkaitan dengan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan
apakah transaksi tertentu diakui sebagai elemen aktiva dalam laporan keuangan.
Karakteristik tersebut berhubungan dengan definisi aktiva.

Karakteristik umum aktiva sebagai berikut :

1. Adanya karakteristik manfaat dimasa mendatang

2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva

3. Berkaitan dengan entitas tertentu

4. Menunjukkan proses akuntansi

5. Berkaitan dengan dimensi waktu

6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran

FASB mendefinisikan aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa

mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat

transaksi atau peristiwa masa lalu.

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki 3 karakteristik

utama:

1. Memiliki Manfaat Ekonomi Dimasa Mendatang


Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat atau potensi jasa yang cukup
pasti dimasa mendatang. Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik secara
individu maupun bersama-sama dengan aktiva lain untuk menghasilkan aliran kas masuk
dimasa mendatang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

SFAC No 6 menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari


aktiva. Artinya aktiva harus memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk ditukar dengan
sesuatu yang lain yang memiliki nilai, atau digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang
bernilai atau digunakan untuk melunasi hutang. Jadi manfaat ekonomi masa mendatang
yang melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan
sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada
perusahaan. Manfaat ekonomi masa mendatang dapat juga berhubungan dengan sumber-
sumber ekonomi. Ada dua karakteristik utama yang dapat digunakan untuk menunjukkan
sumber-sumber ekonomi yaitu kelangkaan dan kemanfaatan. APB dalam statement No 4
memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai berikut:

1. Sumber-sumber ekonomi yang produktif


1. Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang digunakan dalam
produksi.

2. Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha lain seperti
hak guna bangunan dsb.

1. Produk yaitu barang yang siap untuk dijual/ barang yang masih dalam proses produksi.
2. Uang
3. Klaim untuk menerima uang
4. Hak pemilikan pada perusahaan lain
Dikuasai Oleh Suatu Unit Usaha Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha
tertentu dapat menggunakan manfaat aktiva tersebut dan menguasainya sehingga dapat
mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva tersebut. Jadi penguasaan terhadap suatu
manfaat merupakan faktor yang sangat penting agar suatu unit usaha dapat menghalangi
akses pihak lain terhadap pemakaian aktiva. Penguasaan dan pengendalian terhadap
suatu ativa dapat diperoleh suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, Penemuan,
perjanjian, produksi, penjualan, dan pertukaran. Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan
merupakan kriteria utama untuk mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan
dengan dokumen-dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini
disebabkan akuntansi tidak memusatkan pada masalah hukum. Akuntansi lebih
memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi
keuangan/ hasil usaha suatu perusahaan. Pemilikan hanya merupakan karakteristik
pendukung untuk mengakui aktiva karena ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya.
Bentuk fisik bukan faktor penentu dari aktiva

1  Hasil Dari Transaksi Masa Lalu

Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi transaksi atau peristiwa
lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat
dari aktiva tersebut. Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima secara umum, banyak
kritik yang ditujukan. Hal ini disebabkan dalam definisinya, FASB mengabaikan faktor
exchangeability. Mac Neal mengatakan bahwa suatu barang kehilangan faktor
exchangeability berarti kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak
memungkinkan untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat padabarang
tersebut. Meskipun demikian, FASB menolak ise tersebut karena pada dasarnya manfaat
dari suatu aktiva tidak terbatas pada unsur dapat saling dipertukarkan.

1. Mengukur dan Menentukan Kos Aset pada saat perolehan

KOS : Jumlah rupiah yang disepakati untuk barang dan jasa yang diperoleh  atau untuk
surat surat berharga yang diterbitkan dalam transaksi keuangan antara dua pihak yang
bebas (independen)

Dalam transaksi tunai, kos ditentukan berdasarkan jumlah rupiah tunai pada saat trasaksi,
dalam transaksi kredit, kos ditetukan berdasarkan jumlah rupiah tunai yang disepakati
seandainya transaksi kredit tersebut dilakukan secara tunai (implied cash cost)

Bila penghargaan (jumlah rupiah yang disepakati) tidakk berupa kas tetapi berupa barang
atau surat berharga yang nilainya tidak dapat ditentukan secara pasti, dasar
pengukurannya adalah jumlah rupiah  setara tunai (cash equivalent) barang atau surat
berharga yang terlibat (yang diserahkan) dalam transaksi tersebut.

Standar/norma akuntnasi tentang kos berlaku untuk pasiva maupun untuk aktiva, jumlah
rupiah sebagai dasar untuk mencatat pertama kali utang atau modal adalah jumlah rupiah
tunai atau setara tunai (dalam hal transaksi nonkas) yang ditanamkan atau disetor,
bukannya jumlah nominal utang pada saat jatuh tempo atau jumlah nilai nominal modal.

TAHAPAN PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP KOS :

1. Pengukuran, pengakuan dan pengklasifikasian pertama kali pada saat terjadinya


2. Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran proses pemecahan dan penggabungan
untuk kepentingan intern
3. Pembebanan terhadap pendapatan untuk periode berjalan atau periode yang akan datang
KOS = Jumlah rupiah kesepakatan = Q (kuantitas) x P (harga satuan)

Aktiva MONETER (kas, surat berharga dan piutang) kedudukannnya sebagai kos tidak
berbeda dengan aktiva lainnya sebagai suatu potensi jasa untuk menghasilkan.

Dasar pengukuran kos : Jumlah rupiah uang tunai yang seharusnya dibayarkan pada saat
transaksi.

TRANSAKSI KHUSUS / ISTIMEWA :


1. Barang/jasa bersifat khusus / nonstandar : harga yang disepakati dalam tawar menawar yang
bebas antara dua pihak yang berdiri sendiri.
2. Transaksi sepihak : harga yang terjadi ddapat diterijma begitu saja sebagai pengukur kos
3. Transaksi nonkas : jumlah rupiah uang tunai yang akan diperoleh seandainya barang atau
kekayaan itu dijual dulu secara tunai kepada umum.
4. Saham sebagai penghargaan : Jumlah rupiah uang tunai yang akan diterima oleh perusahaan
seandainya perusahaan menerbitkan saham yang digunakan untuk penghargaan di atas.
5. Penentuan kos dalam reorganisasi : didasarkan atas keadaan seakan-akan perusahaan baru
berdiri.
6. Hadiah/hibah : nilai tunai implisitnya
7. Temuan (mis: exploitasi sumber alam): jumlah rupiah uang tunai yang pasti diperlukan untuk
memperoleh sumber alam atau teknik pemrosesan tersebut seandainya sumber tersebut sudah
dalam keadaan siap pakai atau dalam status siap dipasarkan atau dikomersialkan.
KOS DALAM TRANSAKSI KREDIT

1. Potongan tunai & keringanan : harga tunai netto (net cash priced)
2. Pembelian kredit dengan kontrak utang : jumlah rupiah uang yang akan diperoleh bila surat
tanda utang yang dipakai untuk pembelian tersebut ditunaikan.
KOS HIPOTESIS :

Jumlah rupiah yang timbul bukan karena transaksi yang pasti dan jelas dan oleh karenanya
tidak mempunyai dasar penentuan kos yang objektif dan dapat diterima umum.

Bunga hipotesis : dikurangkan terhadap pendapatan, alasannya :


1. bunga adalah merupakan biaya produksi, maka harus dikurangkan terhadap pendapatan untuk
menghitung laba bersih
2. pengakuan faktor bunga hipotesis sangat penting dalam pengambilan keputusan dan
perumusan kebijakan yang bersangkutan dengan operasi perusahaan
DASAR PENILAIAN

RELEVANSI

ALIRAN DANA (KAS) MASA DEPAN

NILAI KELUARAN

(OUTPUT VALUES)

NILAI MASUKAN

(INPUT VALUES)
KONSEP PENILAIAN AKTIVA :

Nilai keluaran : dasar penilaian ini digunakan jika aliran dana dapat diukur dengan cukup
pasti atau jelas

Nilai masukan : dasar penilaian ini digunakan jika aliran dana dapat diukur dengan cukup
pasti atau jelas

HUBUNGAN DASAR PENILAIAN DAN TRANSAKSI PERTUKARAN DALAM UNIT USAHA


:

OBJEKTIVITAS PENILAIAN

NILAI PERTUKARAN

PENJUALAN

PEMEROLEHAN

NILAI KELUARAN

(OUTPUT VALUES)

NILAI MASUKAN

(INPUT VALUES)

INPUT

AKTIVA /

SUMBER EKONOMIK

OUTPUT

NILAI KELUARAN (EXCHANGE OUTPUT VALUES) :


Didasarkan atas jumlah rupiah atau penghargaan lainnya (nonkas) yang diterima suatu unit
usaha apabila suatu aktiva atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha karena
suatu pertukaran.

Dasar penilaiannya :

1. Penerimaan kas atau potensi jasa di masa mendatang diskontoan (discounted future cash
receipts/service
      potentials)

Digunakan jika : harapan penerimaan kas atau setaranya cukup pasti dan senggang waktu
sampai penerimaan cukup panjang tapi saat atau tanggal penerimaan pasti.

Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : investasi dalam obligasi, piutang
wesel jangka panjang, dan deposito berjangka.

1. Harga jual sekarang (Current output price)


      Digunakan jika : harga jual pada saat pelaporan mencerminkan harga di masa
mendatang bila pos bersangkutan keluar dari unit usaha.

Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : surat berharga dan beberapa jenis
persediaan barang tertentu.

1. Nilai setara Tunai (Current cash equivalent)


Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah kas yang dapat direalisasi dengan cara menjual setiap
jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan yang normal.

Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva berwujud.

1. Nilai Likuidasi (Liquidation Values)


Digunakan jika : unit usaha kemungkinan besar tidak akan dapat menjual produk atau
aktiva dalam saluran penjualan yang normal, syaratnya :
1. bila produk /potensi jasa lainnya telah berkurang manfaat normalnya, usang, atau tidak laku
lagi dipasarkan.
2. Bila unit usaha merencanakan untuk menutup usaha dalam waktu dekat sehingga tidak dapat
menjual seluruh potensi jasa unit usaha dalam pasar yang normal
NILAI MASUKAN (EXCHANGE INPUT VALUES) :

Didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan /dikorbankan untuk memperoleh
aktiva atau objek jasa tertentu yang menjadi masukan dalam unit usaha.

Dasar penilaiannya :

1.   Kos Historis (Historical Costs)


Kos menunjukkan harga pertukaran pada saat terjadinya.

Keunggulan : dapat diuji (verifiable), dapat diandalkan (reliable)

Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva tetap berwujud.

2.   Kos masukan sekarang (Current input costs)

      Digunakan jika : ada bukti pendukung yang kuat untuk verifikasi.

Istilah lain : kos ganti (replacement cost)

Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : persediaan barang dan aktiva
lainnya.

3.    Kos masa mendatang diskontoan (discounted future costs)

Nilai ini menunjukkan nilai sekarang pengorbanan ekonomik di masa mendatang


seandainya potensi jasa tertentu tidak diperoleh/dibeli sekaligus pada saat sekarang.

Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva berwujud.

4.   Kos standar (Standar costs)

Digunakan jika : jika kos tersebut menggambarkan kos pada saat sekarang dalam kondisi
perusahaan yang normal, yaitu pada tingkat efisiensi dan kapasitas yang normal.

Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : fasilitas fisik yang dibangun sendiri.

1. Menyebutkan dan menjelaskan berbagai dasar atau atribut penilaian asset.


Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena adanya
asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna ekonomik
(economic attribute) suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya digunakan dalam
akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk objek
pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk proses penentuan
jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen keuangan pada
saat penyajian.
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut
dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.
Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat
membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas
bersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan.

FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan dengan
aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai berikut:

a. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan


sediaan dilaporkan atas dasar kos* historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah
bagian yang telah didepresiasi atau diamortisasi.

b. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau
penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset
tertentu diperoleh sekarang.

c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar
nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan
usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan
dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku
dijual dibawah nilai bukunya.

d. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang
disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan
diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang
diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.

e. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang
disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai piutang
terlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin
diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

E. KONSEP PENILAIAN SUATU ASET

1.  Nilai Likuidasi (Liquidity Value)


Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika aktiva atau sekelompok aktiva dijual secara
terpisah dari organisasi operasionalnya.

1. Nilai berkesinambungan (Going Concern Value)


Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika perusahaan dijual sebagai suatu bisnis
operasi yang berkesinambungan.

c.  Nilai buku dari aktiva (Book Value)

Nilai akuntansi dari aktiva dikurangi akumulasi penyusutan. Terdapat dua jenis nilai buku,
yaitu:

1.  Nilai buku dari perusahaan


Total aktiva perusahaan dikurangi kewajiban dan saham preferen yang tertera dalam
neraca.

1. Nilai pasar dari aktiva


Harga pasar dimana aktiva diperdagangkan pada dasar pasar bebas. Bagi perusahaan,
nilai pasar terkadang dipandang sebagai nilai tertinggi dibandingkan nilai likuiditas atau nilai
berkesinambungan.

c.   Nilai intrinsik sekuritas

Harga sekuritas yang seharusnya, jika dihargai secara benar berdasarkan faktor – faktor
penunjang penilaian aktiva, pendapatan, prospek masa depan, manajemen, dll atau
berdasarkan fakta – fakta yaitu nilai sekarang (Present Value) dari arus kas yang
disediakan untuk investor, didiskontokan pada tingkat pengembalian yang ditentukan
sesuai dengan jumlah resiko yang menyertainya.

KESIMPULAN

1. Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi
keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset
merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk
menyediakan barang dan jasa.
2. Dalam praktiknya, pemerolehan aset merupakan proses yang tidak terjadi begitu saja selesai
dalam satu kegiatan tetapi terdiri atas serngkaian kegiatannya misalnya, menempatkan order,
menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang, mencoba barang, menyimpan
atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan barang tersebut. Kos yang melekat
pada suatu objek ditentukan oleh batas kegiatan pemerolehan dan jenis penghargaan.
Secara konseptual, pembentuk kos suatu aset adalah semua pengeluaran (pengorbanan
sumber ekonomik) yang terjadi atau yang diperlukan akibat kegiatan pemerolehan suatu
aset sampai tia ditempatkan dalam kondisi siap dipakai atau berfungsi sesuai dengan
tujuan pemerolehannya.

1. Dasar penilaian asset dapat terdiri dari: Historical cost, Current (replacement) cost, Current
market value, Net realizable value dan Present (or discounted) value of future cash flows.
1. Konsep Penilaian asset terdiri dari : Nilai Likuidasi (Liquidity Value), Nilai
berkesinambungan (Going Concern Value) dan Nilai buku dari aktiva (Book Value)
PSAK TENTANG AKTIVA

l  PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan


l  PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi
l  PSAK 14 Persediaan
l  PSAK 15 Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi
l  PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain
l  PSAK 17 Akuntansi Penyusutan
l  PSAK 19 Aktiva Tak Berwujud
l  PSAK 26 Kapitalisasi Biaya Pinjaman
l  PSAK 48 Penurunan Nilai Aktiva
l  PSAK 43 Akuntansi Anjak Piutang
l  PSAK 50 Akuntansi Investasi Efek Tertentu
 
PSAK 16 Aktiva Tetap Dan Aktiva Lain-Lain (Fixed Assets and Other  Assets)
Pengakuan Aktiva tetap

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva
tetap bila:

(a) besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang
yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan; dan
(b) biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.

Pengakuan Awal Aktiva tetap

Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan
dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya
perolehan.

Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan
nilai wajar masing-masing aktiva yang bersangkutan.

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu
aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam itu diukur pada nilai
wajar aktiva yang dilepas atau yang diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen
dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas
atau setara kas yang ditransfer.

Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau
harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun Modal yang Berasal dari Sumbangan.

Pengeluaran Setelah Perolehan (Subsequent Expenditures)


Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan
datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan.

Pengakuan Berikutnya (Subsequent Measurement) terhadap Pengakuan Awal

Aktiva tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi
penyusutan.

Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena
Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau
harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan
ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai
penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh
daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara
nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun modal
dengan nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap .

Penyusutan

Jumlah dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap harus dialokasikan secara
sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode penyusutan harus mencerminkan pola
pemanfaatan ekonomi aktiva (the pattern in which the asset’s economic benefits are
consumed by the enterprise) oleh perusa-haan. Penyusutan untuk setiap periode diakui
sebagai beban untuk periode yang bersangkutan, kecuali termasuk sebagai jumlah tercatat
aktiva lain.

Masa manfaat suatu aktiva tetap harus ditelaah ulang secara periodik dan, jika harapan
berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya, beban penyusutan untuk periode
sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan.

Metode penyusutan yang digunakan untuk aktiva tetap ditelaah ulang secara periodik dan
jika terdapat suatu perubahan signifikan dalam pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan
dari aktiva tersebut, metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola
tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu perubahan
kebijakan akuntansi dan dilaporkan sesuai dengan PSAK No.25 dan beban penyusutan
untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan.
Apabila manfaat keekonomian suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar jumlah tercatatnya
maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat
keekonomian yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tetap tersebut dilaporkan
sebagai kerugian.

Penghentian dan Pelepasan


Suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aktiva secara
permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat keekonomian masa yang
akan datang diharapkan dari pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghen-tian atau pelepasan suatu aktiva tetap
diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi.

Pengungkapan

Laporan keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan dengan setiap jenis aktiva
tetap:

(a) dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto. Jika lebih dari
satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap kategori harus
diungkapkan;
(b) metode penyusutan yang digunakan;
(c) masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

(d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;

(e) suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan:

(i) penambahan;
(ii) pelepasan;
(iii) akuisisi melalui penggabungan usaha;
(iv) revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah;
(v) penurunan nilai tercatat sesuai dengan paragraf 66;
(vi) penyusutan;
(vii) perbedaan pertukaran neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan suatu
entitas asing; dan
(viii) setiap pengklasifikasian kembali.

Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:

(a) eksistensi dan batasan atas hak milik, dan aktiva tetap yang dijaminkan untuk hutang;
(b) kebijakan akuntansi untuk biaya perbaikan yang berkaitan dengan aktiva tetap; dan
(c) jumlah pengeluaran pada akun aktiva tetap dalam konstruksi; dan
(d) jumlah komitmen untuk akuisisi aktiva tetap.

Jika aktiva tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali hal berikut harus diungkapkan:

(a) dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva;


(b) tanggal efektif penilaian kembali;
(c) nama penilai independen, bila ada;
(d) hakekat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;
(e) jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap;
(f) surplus penilaian kembali aktiva tetap.

Aktiva lain-lain

Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap, dan juga tidak
dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/penyertaan maupun aktiva tak berwujud,
seperti: aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kepada pemegang saham, beban yang
ditangguhkan dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain.

Penyusutan (depresiasi) merupakan salah satu konsekwensi atas penggunaan aktiva tetap,
dimana aktiva tetap akan mengalami ke-aus-an atau penurunan fungsi.

Apa Itu Penyusutan (depresiasi) aktiva tetap ?

Logika umum : Penyusutan merupakan cadangan yang nantinya digunakan untuk membeli
aktiva baru untuk menggantikan aktiva lama yang sudah tidak produktif lagi .

Bandingkan dengan yang dibawah ini :

Logika Akuntansi : Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang
di alokasikan ke dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat penggunaan
aktiva tetap tersebut, atau ; Cost/Exepenses yang diperhitungkan (dibebankan) dalam
Harga Pokok produksi atau biaya operasional akibat pengunaan aktiva di dalam proses
produksi dan operasional perusahaan secara umum.

Pencatatan (Jurnal) Atas Penyusutan :

Bentuk Jurnalnya :
[-Debit-]. Depreciation = xxxx
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = xxxx

Saat pencatatan :
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (entah : akhir bulan, akhir kwartal,
akhir tahun buku).

Besar-nya :
Dicatat sebesar nilai penyusutannya, tergantung berbagai faktor (lebih rincinya, lanjutkan ke
sub pokok bahasan berikut ini…).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan

1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)


Harga Perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan.
Mengenai “Harga Perolehan” telah kita bahas secara rinci pada artikel sebelumnya, yang
belum membaca, silahkan [-baca-]
2. Nilai Residu (Salvage Value)
Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat
penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu
aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya
alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah
bagusnya jika di daur ulang.
3. Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)
Sebagian besar, aktiva tetap memiliki 2 jenis umur, yaitu :
– Umur fisik : Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva dikatakan
masih memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik
(walaupun mungkin sudah menurun fungsinya).
– Umur Fungsional : Umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam
penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva
tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva
masih dalam kondisi sangat baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional.
Bisa saja aktiva tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang
dihasilkan, kondisi ini biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan
untuk membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman (not
fashionable), kondisi ini biasanya terjadi pada jenis aktiva yang bersifat dekoratif (misalnya :
furniture/mebeler, hiasan dinding, dsb).Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan
bahan perhitungan adalah umur fungsional yang biasa dikenal dengan umur ekonomis.
4. Pola Penggunaan Aktiva
Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat ke-aus-an aktiva, yang mana untuk
mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang paling sesuai.
Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena
aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan besi tua, hingga habis
terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang.

Metode-metode Penyusutan (Depreciation Method)

Ada berbagai metode penyusutan, hanya beberapa metode saja yang biasa dipergunakan.

Berikut adalah 2 metode penyusutan yang paling banyak dipergunakan, karena paling
mudah dan paling relevan dengan perlakuan akuntansi.

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Konsep dasarnya :
Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa
fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat
penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aktiva diarik dari
penggunaannya.

Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”,
metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak
terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan,
peralatan kantor.

Formula :

Atau dengan menggunakan rate prosentase, dengan formula :

2. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Konsep Dasarnya :

Aktiva tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa
penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di
periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva
tersebut.

Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya
tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.

Formula :

Pertanyaan

1. Sesi Pertama
1. Apabila masa manfaat suatu aktiva telah habis, apakah masih diakui sebagai aktiva?
contohnya gedung jika sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi bagaimana cara
penilaiannya? (Melisa)
Jawaban:

Ya, masih bisa diakui sebagai aktiva.

Sesuai kebijakan perusahaan. Yang bisa menilai asset perusahaan :

1. Penilai Asset (Appraisal)


2. Management
1. Apakah Bank termasuk aktiva lancar? (Aldi)
Jawaban :
Ya, Bank termasuk Aktiva Lancar.

1. Jelaskan Konsep Penilaian Asset : Going Concern! (Aishah)


Jawaban :

Nilai berkesinambungan (Going Concern Value)

Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika perusahaan dijual sebagai suatu bisnis
operasi yang berkesinambungan.

1. Sesi Kedua
1. Bagaimana peranan aktiva tetap dalam memperbaiki citra perusahaan (Maysi)

Jawaban :

Aktiva sangat berpengaruh dalam memperbaiki citra perusahaan. Contohnya jika fasilitas
yang ada ditonjolkan yang bagus maka akan terlihta bonafit & terkenal misalnya PT. Kereta
Api, produk yang ditonjolkan KRL AC bukan yang Ekonomi

2. Bagaimana cara menilai asetnya untuk bangunan yang belum 100% jadi akibat bangkrut
(Indah)
Jawaban :

Bangunan, tanah, upah & material, modal yang sudah dikeluarkan dihitung. Dan dinali
aktivanya 80%, jika tidak bisa diuangkan maka yang dijual aktiva tanahnya saja. Bisa
dengan dijual ke pihak lain

3. Bagaimana jurnal aktiva untuk penerimaan hadiah (Nurzarahadian)


Jawaban :

Untuk perusahaan nirlaba/yayasan

Kendaraan

Pendapatan hadiah

Untuk perusahaan masuknya ke modal sumbangan

4. Bagaimana pengakuan perusahaan untuk rumah milik sendiri yang digunakan sebagai tempat
usaha (Hayatul Hasanah)
Jawaban :
Dalam prinsip entitas bisnis, harta harus dipisahkan secara tegas dan jelas antara harta
pemilik dan perusahaan. Sehingga biaya-biaya yang timbul menjadi jelas. Jadi
pencatatannya harus dipisahkan.

TAMBAHAN MATERI

1. Aktiva lancar
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila aktiva tersebut memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

a)      Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka
waktu siklus operasi normal perusahaan; atau

b)      Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan
direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau

c)      Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi

Beberapa contoh aktiva yang dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar:

a)      Kas

Kas terdiri dari saldo kas (cash on-hand) dan rekening giro. Sementara setara kas
didefinisikan sebagai investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan. (kurang dari tiga bulan)

b)      Piutang dagang

Aktiva ini timbul sebagai akibat perusahaan menjual barang/jasa secara kredit.

c)      Persediaan

Persediaan ini diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah.
Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konvesi dan biaya lain yang
timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau
dipakai.

d)     Surat berharga / efek (investasi jangka pendek)


Hal yang membedakan investasi jangka pendek dan jangka panjang adalah pada tujuan
dilakukannya investasi tersebut. Investasi jangka pendek bertujuan untuk memanfaatkan
dana yang menganggur. Sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk menguasai
perusahaan lain.

Investasi diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai
terendah antara biaya dan nilai pasar.

Investasi jangka panjang

Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar harus dicatat dalam neraca
berdasarkan biaya perolehan, kecuali jik aharga pasar ivestasi jangka panjang
menunjukkan penurunan nilai di bawah biaya perolehan secara signifikan dan permanen,
perlu dilakukan penyesuaian atas nilai investasi tersebut. Penilaian dalam hal ini dilakukan
untuk masing-masing investasi secara individual.

Contoh aktiva yang dapat dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang adalah
penyertaan.

1. Aktiva tidak lancar


Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar apabila aktiva tersebut tidak
memiliki ciri seperti yang disebut pada aktiva lancar. Aktiva tidak lancar ini dibedakan
menjadi dua yaitu aktiva tidak lancar berwujud dan aktiva tidak lancar tidak berwujud.

Contoh aktiva yang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar antara lain:

a)      Kendaraan

b)      Bangunan

c)      Mesin

d)     Peralatan

e)      Tanah

f)       Hak paten

g)      Goodwill

h)      Aktiva yang masih dalam pembangunan

i)        Beban yang ditangguhkan


1. 1.        PENILAIAN AKTIVA TAK BERWUJUD
Pendekatan Penilaian Aset tak berwujud
1. Pendekatan Perbandingan Data Pasar
Nilai aset merupakan nilai aset yang sebanding di pasar.

Multiple
Multiple adalah multiple yang diperoleh dari pembagian harga transaksi dari aset dengan
parameter keuangan, seperti misalnya turnover atau profit historikal atau proyeksi pada
level tertentu. Beberapa multiple yang digunakan antara lain:

– turnover yang dihasilkan dari aset tak berwujud

– profit setelah diurang biaya-biaya seperti biaya marketing

– EBIT atau EBITDA

2. Pendekatan Kapitalisasi Pendapatan


Diperlukan proyeksi untuk data keuangan sebagai berikut:

– turnover

– laba kotor, laba operasi dan laba bersih

– laba sebelum dan sesudah pajak

– arus kas sebelum atau sesudah bunga bank dan/atau pajak

– sisa masa manfaat

Dalam pendekatan ini terdapat 3 metode yaitu:

– Relief from royalty method

– Premium profit method

– Excess earning method

Setiap metode di atas menggunakan Discounted Cash Flow (DCF) Method

a. Relief from Royalty Method


Metode ini menentukan nilai aset tak berwujud dengan mengkapitalisasi nilai aktiva tak
berwujud dengan megkapitalisasi penghematan nilai yang diperoleh dari pembayaran
royalti hipotetis dengan cara memiliki atau menyewa. Metode ini dengan gagasan entitas
induk sebagai pemilik merek, meminjamkan merek kepada entitas anak. Jumlah yang
dibayarkan entitas anak kepada entitas induk dinyatakan sebagai tarif royalti.

Selanjutnya nilai pendapatan royalti bayangan masa depan didiskon dengan discount rate
yang mempertimbangkan ukuran, pasar internasional, reputasi dan brand rating-nya.
Discount rate dihitung dengan pendekatan Weighted Cost of Capital yang
memperhitungkan biaya utang, biaya saham dan rasio utang dibanding saham.

Langkah terakhir adalah men-net present value-kan semua aliran keuntungan masa depan
menjadi masa kini dengan memakai pendekatan Discounted Cash Flow. Hasil akhir inilah
yang menjadi nilai.

b. Premium Profits Method


Metode ini membandingkan proyeksi aliran pendapatan atau arus kas pada suatu bisnis
yang menggunakan aset tak berwujud dengan bisnis yang tidak menggunakan aset tak
berwujud. Kemudian aliran pendapatan atau arus kas tersebut dikapitalisasikan dengan
tingkat diskonto atau tingkat kapitalisasi yang sesuai dan layak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

 Proyeksi aliran pendapatan atau arus kas mendatang yang diharapkan dari suatu bisnis
yang menggunakan aset tak berwujud

 Proyeksi aliran pendapatan atau arus kas mendatang yang diharapkan dari suatu bisnis
yang tidak menggunakan aset tak berwujud

 Tingkat kapitalisasi atau tingkat diskon yang sesuai untuk mengkapitalisasi aliran
pendapatan atau arus kas mendatang

Formula yang dapat digunakan


Projected revenue from licensed asset

x royalty rate

= royalty savings

-taxes

= after tax royalty savings

x present value factor

= present value of asset


c. Excess Earning Method
Metode ini menentukan nilai aktiva tak berwujud sebagai nilai kini dari arus kas yang
dihasilkan oleh aktiva tak berwujud tersebut setelah dikurangi arus kas yang dihasilkan oleh
aktiva lainnya.

Arus kas yang tidak terkait dengan aktiva tak berwujud karena adanya kontribusi aktva lain
disebut Contributory Asset Charges (CAC), dan arus kas tersebut wajib dikurangkan
termasuk goodwill.

Identifikasi CAC mempunyai langkah-langkah:

 Mengidentifikasi kontribusi tiap aset terhadap arus kas

 Mengukur nilai dan imbal balik wajar tiap aset

 CAC dapat dibebankan langsung, misalnya dengan tarif royalti wajar

Historical Cost
Dunia usaha pada umumnya selalu mendasarkan diri pada historical cost yaitu asumsi
adanya stable monetary unit yang mengakibatkan semua transaksi yang terjadi dicatat atas
dasar nilai historis atau nilai yang didapat saat terjadi transaksi. Di sisi lain disadari pula
bahwa stable monetary unit tersebut pada kenyataannya tidak ada, apalagi pada Negara
yang menganut ekonomi terbuka seperti Indonesia.

Penggunaan historical cost dalam akuntansi finansial disebabkan karena beberapa alasan:

1.    Relevan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Bagi manajer dalam membuat
keputusan masa depan diperlukan data transaksi masa lalu.

2.    Nilai historis yang berdasarkan data obyektif dapat dipercaya, dapat diaudit dan lebih
sulit untuk memanipulasi bila dibandingkan dengan nilai yang lain seperti current
cost ataupun replecement cost.

3.   Karena telah disepakati berlakunya prinsip akuntansi pada penggunaan historical


cost memudahkan untuk melakukan perbandingan baik antara industri maupun antar waktu
untuk suatu industri.

Kelemahan penggunaan nilai historis antara lain:  


1.   Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal
tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang
yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya
tersebut.
2.   Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di samping itu juga
terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing
yang dikuasai perusahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs
yang tepat

3.    Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan
mengakibatkan laba dihitung terlalu besar.

4.    Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada
asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan
perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung.

5.    Adanya stable monetary unit. Perusahaan tidak akan mempertahankan real capital-nya
dan ada kecenderungan terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan
pembayaran pajak perseroan dan pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya.

6.    Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidak sama


dijumlahkan menjadi satu.

7.    Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan
apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi

Fair Value
Nilai wajar didefinisikan dalam IFRS sebagai, “the amount for which an asset could be
exchanged between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction.” Nilai
wajar ini digunakan untuk mengukur:

1.  Satu aset

2. Sekelompok aset

3. Satu liabilitas

4. Sekelompok liabilitas

5.  Konsiderasi bersih dari satu atau lebih aset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait

6. Satu segmen atau divisi dari sebuah entitas

7. Satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas

8. Satu keseluruhan entitas


Yang dimaksud dengan pengukuran di atas bukan merupakan pengukuran awal. Untuk
pengukuran awal (saat aset diakuisisi atau liabilitas muncul), entitas tetap menggunakan
dasar harga pada saat terjadinya transaksi. Setelah pengukuran awal (biasa disebut
sebagai pengukuran setelah pengukuran awal), yaitu saat pelaporan keuangan (dan untuk
pelaporan seterusnya, selama aset masih dikuasai), entitas boleh memilih model harga
(berdasar historical cost) atau model revaluasi (berdasar nilai wajar) untuk mengukur pos-
pos laporan keuangannya.

·Kebaikan Menggunakan Fair Value


a)        Relevance.

Banyak orang percaya bahwa standard akuntansi historical cost telah banyak kehilangan


relevansinya karena kegagalannya mengukur realitas ekonomi. Hampir semua orang setuju
bahwa peristiwa ekonomi – yaitu, kejadian yang mengubah waktu kapan arus kas diterima
dan jumlahnya yang akan datang – harus tercermin (terungkap) dalam laporan keuangan
lembaga. Akan tetapi, seringkali model historical cost hanya mengukur transaksi sudah
selesai dan gagal mengakui adanya perubahan nilai riil lain yang dapat terjadi.

b) Reliability.

Masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari adalah bahwa model akuntansi
berdasarkan historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai bersifat ekonomis, dan
cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya
perubahan tersebut. Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan, dan
memperburuk kompromi kenetralan dan dipercayainya informasi keuangan.

· Keburukan Menggunakan Fair Value


a)  Fair value berusaha menyediakan informasi yang transparan dengan menilai aset pada
tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi-sehingga sangat sensitif terhadap
pasar.

b) Akuntansi fair value bekerja melalui akuntansi mark-to-market (MTM),

Yaitu aset dicantumkan pada harga pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka.
Menggunakan akuntansi mark-to-market akan berakibat perubahan yang terus-menerus
pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan
serta laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah
laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh
perubahan yang terjadi di pasar

Klasifikasi Aset Lancar Sesuai IFRS

Suatu aset diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset lancar” apabila memenuhi salahsatu
kriteria berikut ini:
 Dalam bentuk kas atau setara-kas yang penggunaannya tidak dibatasi (untuk menyelesaikan
laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan); atau
 Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal laporan posisi
keuangan (=tanggal neraca); atau
 Diharapkan dapat direalisasikan, baik digunakan/dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual
kepada pihak lain, dalam “siklus operasi normal” perusahaan; atau
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan
Jika tak satupun dari keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu aset diklasifikasikan ke
dalam kelompok “aset tak lancar”.

Kiranya perlu disadari bahwa, yang dimaksud dengan “siklus operasi normal” pada
salahsatu kriteria di atas adalah: RENTANG WAKTU sejak perolehan (=pembelian) aset,
diproses (jika ada), hingga dapat direalisasikan atau diubah ke dalam bentuk bentuk kas
atau setara kas (bahasa awamnya = terjual).
Note: PSAK 1 menambah bahwa, “ketika siklus operasi normal entitas tidak dapat
diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama 12 bulan.”

Itu sebabnya mengapa “persediaan” dan “piutang” masuk kelompok aset lancar, meskipun
belum tentu dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal laporan.

Khusus untuk aset lancar yang tidak bisa direalisasikan dalam jangka 12 bulan setelah
tanggal pelaporan, IAS 1 memandatkan agar nilai (=amount) yang diperkirakan baru bisa
direalisasika di tahun buku berikutnya, dijelaskan lebih rinci di dalam “penjelasan laporan
keuangan”—istilahnya “disclosed”.

Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok aset
lancar adalah item-item berikut ini:

1. Kas dan Setara Kas

Kunci pemahamannya sederhana: apapun yang BISA DITABUNG DI BANK dan BISA
DITARIK DALAM WUJUD KAS SEWAKTU-WAKTU, dianggap “KAS“.Misalnya: uang
kertas, koin, check yang belum diuangkan, termasuk kas yang sudah tersimpan di bank.
Sedangkan sertifikat deposito, BUKAN KAS, sebab ada pembatasan jangka waktu
penarikan.

Untuk bisa diklasifikasikan sebagai “aset lancar” kas harus tersedia untuk digunakan.
Menurut IAS 1, kas yang disimpan tidak untuk digunakan dalam periode ini atau
penggunaannya dibatasi dan belum akan boleh digunakan dalam siklus operasional
normal, TIDAK diklasifikasikan sebagai aset lancar.

Sedangkan yang diklasifikasikan ke dalam pos “Setara Kas” (cash equivalents), menurut  
IAS 7 (PSAK no.02), adalah investasi jangka-pendek bersifat likuid yang (1) siap diuangkan
dengan nilai pasti; dan (2) sudah mendekati masa jatuh tempo pencairan (biasanya
memiliki jangka waktu pencairan 3 bulan atau kurang), tidak memiliki risiko perubahan nilai
yang signifikan—akibat perubahan suku bunga. Misalnya:treasury bills, commercial paper,
dan reksadana pasar uang.
2. Investasi Jangka-Pendek Untuk Diperdagangkan

Insrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka pendek—guna
memperoleh keuntungan—masuk kelompok “aset lancar”. Masuk kelompok ini antara lain:
efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang dibeli untuk maksud diperjualbelikan. Aset
derivative keuangan, rata-rata masuk dalam kelompok ini, kecuali yang dimaksudkan untuk
tujuan pemagaran

3. Piutang Dagang (Piutang)

“Piutang Dagang” atau “Piutang” saja (accounts receivable), adalah sejumlah tagihan
kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan.

Masuk dalam kelompok ini antara lain: piutang pada pelanggan (piutang usaha), piutang
pada perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif). Jika ada
cadangan piutang atau penurunan nilai piutang akibat adanya diskon, retur penjualan, dan
piutang tak tertagih, harus dirinci dalam “penjelasan laporan keuangan”.

4. Persediaan

“Persediaan” (inventory), menurut IAS 2, (PSAK 14) adalah aset tersimpan, entah untuk
digunakan sendiri (misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain
(misal: persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal perusahaan.
Dasar penentuan nilai persediaan—yang saat ini dibatasi hanya dalam metode FIFO dan
metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average cost)—harus disebutkan dengan jelas
dalam “penjelasan laporan keuangan”. Khusus di perusahaan manufaktur, bahan baku,
barang dalam proses, dan barang juga harus disclosed secara terpisah, entah itu di catatan
kaki atau dalam “penjelasan laporan keuangan”.

5. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka)

Sederhananya, “Uang Muka Biaya” (prepaid expenses) adalah aset yang timbul akibat
pembayaran muka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu periode.
Bisa juga disebut “Biaya Dibayar Dimuka.” Misalnya: sewa dibayar dimuka, asuransi
dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.

Klasifikasi Aset Tak Lancar Sesuai IFRS

Seperti PSAK 1, IAS 1 juga menggunakan istilah “tak lancar” (noncurrent) untuk aset
berwujud dan tak berwujud—baik itu aset keuangan dan operasional—yang digunakan
dalam jangka panjang. Baik PSAK 1 maupun IAS 1, sama-sama tidak mematok
penggunaan istilah ini secara pasti. Artinya, entitas diperkenaankan untuk menggunakan
istilah lain (“aset tetap/fixed asset” misalnya), sepanjang jelas dan lumrah digunakan,
sehingga bisa dipahami oleh pengguna laporan keuangan.

Masuk ke dalam klasifikasi “Aset Tak Lancar’ antara lain:

1. Investasi Bersifat “Held-to-maturity”

Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga jatuh tempo,
yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalnya: efek hutang (debt securities), efek
ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh pihak lain (istilahnya “redeemed
preferred shares“). Investasi jenis ini diukur pada biaya teramortisasi.

2. Property Investasi

Yang dimaksud dengan “Property Investasi” (investment property) adalah property (=tanah,
bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan dalam operasional perusahaan
secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan tertentu, misalnya: dengan cara
disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.

Property investasi, awalnya, diukur sebesar nilai perolehannya. Selanjutnya, seiring waktu,
property investasi diukur entah dengan menggunakan metode fair value atau model
pengukuran berdasarkan biaya perolehan.

Penggunaan property investasi bisa disebakan penggunaan tanah atau bangunan di


daerah tertentu atau dalam kondisi tertentu bukan di anggap sebagai aktiva tetap atau fix
asset. Penggunaan asset ini akan habis sejalan periode waktu (dengan ijin tertentu)

3. Tanah, Bangunan, Mesin dan Peralatan

Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan, yang digunakan dalam
operasional perusahaan guna menghasilkan barang/jasa, memiliki umur ekonomis lebih
dari satu tahun buku.

Masuk dalam kelompok ini, antara lain: tanah, bangunan/gedung, mesin, peralatan,
furniture, dan kendaraan.

Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tak lancar ini harus disajikan dalam laporan
keuangan atau di catatan kaki atau di bagian penjelasannya. Misalnya:

 Bangunan                                                = xxx
 Dikurangi akumulasi penyusutan = (xxx)
 Nilai buku bangunan                          = xxx     Atau
 Bangunan (net dari akumulasi Rp xxx) = xxx
Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di bagian
“penjelasan laporan keuangan”.

Hal ini penting dijelaskan dalam laporan keuangan, karena perubahan metode penyusutan
yang sering atau dalam kondisi perusahaan tertentu tanpa dijelaskan alasan yang real, di
khawatirkan merupakan satu bentuk kebijakan manajemen dengan tujuan earning
manajemen.

4. Aset Tak Berwujud

“Aset Tak Berwujud” (intangible assets) adalah aset tak lancar perusahaan yang tidak
memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat—baik di masa
kini maupun di masa yang akan datang.

Masuk dalam klasifikasi ini adalah:

•           Aset tak berwujud yang bisa diidentifikasi (misal: goodwill); dan

•           Aset tak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal: merk dagang, patent,
copyrights, dan biaya oragnisasional).

IAS 38  atau PSAK 19 mengharuskan perusahaan untuk mengamortisasi aset tak berwujud.


Seperti halnya aset berwujud, akumulasi amortisasi aset tak berwujud-pun harus
dinyatakan dengan jelas dalam laporan keuangan atau dicatatan kaki atau di bagian
penjelasannya.
Aset takberwujud (Inggris: intangible asset) adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa
wujud fisik. Yaitu hak-hak istimewa, atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan
pendapatan. Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, hak eksplorasi dan
eksploatasi, paten, merek dagang, rahasia dagang, dan goodwill. Aset jenis ini mempunyai
umur lebih dari satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode
pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun. (wikipedia)

5. Aset Dimiliki Untuk Dijual

Sedikit mirip dengan property investasi, hanya saja “aset dimiliki untuk dijual” tidak harus
direncanakan sejak awal. Jika perusahaan berencana untuk menjual sekelompok aset,
mesikpun tadinya digunakan untuk operasional, maka aset tersebut harus diklasifikasikan
sebagai “aset dimiliki untuk dijual”.

Menurut IFRS 5, “aset dimiliki untuk dijual” diukur sebesar nilai buku yang lebih rendah atau
nilai wajar dikurangi ongkos penjualan.
Contohnya perusahaan real estate, yang menjual tanah dan rumah, apartement dan
sebagainya
6. Aktiva Lain-lain

Segala aset tak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi di atas, masuk ke
kelompok ini. Misalnya: “Uang Muka” yang baru akan habis dibiayakan dalam jangka waktu
lama (panjang), “Aset Pajak Tangguhan” yang waktu pemulihannya lama atau tidak pasti.

Klasifikasi Liabilitas Jangka Pendek Sesuai IFRS

Suatu liabilitas (=kewajiban), menurut IAS 1, masuk klasifikasi “Jangka Pendek” (atau
Lancar) apabila:

 Diharapkan bisa diselesaikan (=dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu operasional normal


perusahaan; atau
 Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan posisi
keuangan (=tanggal neraca); atau
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau
 Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas selama
sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai “liabilitas jangka panjang”.

Anda mungkin juga menyukai