Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH
Disusun oleh:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Guru Profesional............................................................................5
B. Mengembangkan Layanan Belajar................................................6
C. Prinsip-Prinsip Dalam Pembelajaran.............................................7
D. Pelayanan terhadap perbedaan individu..........................................8
E. Ukuran kelas jumlah peserta yang ideal………………………….9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................12
B. Saran..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pemimpin
yang dapat menciptakan suasana belajar yang menarik, aman, nyaman dan
kondusif di kelas, atau bahasa umumnya gauru harus dapat menciptakan
pembelajaran PAIKEM ( Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan
menyenangkan ), keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan
suasana kejenuhan, kekakuan, kebosanan siswa dalam belajar. Lingkungan
belajar yang aman, nyaman dan tertib dengan fasilitas sarana prasaran
yang memadai, serta proses pembelajaran yang berkualitas merupakan
iklim yang membangkitkan gairah belajar, menambah semangat, optimis
belajar.
Proses pembelajaran yang berkualitas sangat ditentukan oleh
kesesuaian guru dalam memilih metode/ model pembelajaran dan
pemanfaatan sumber dan media pembelajaran yang optimal sehingga
pembelajaran sangat menarik bagi siswa dan membuat guru itu sendiri
bergairah untuk mengajar, maka kehadiran guru sangat dirindukan
(dinantikan) oleh siswanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud guru profesional ?
2. Bagaimana mengembangkan layanan belajar?
3. Apa prinsip-prinsip dalam Pembelajaran?
4. Bagaimana pelayanan terhadap perbedaan individu?
5. Bagaimana ukuran kelas jumlah peserta yang ideal?
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Guru Profesional
Kata profesional identik dengan ahli dalam bidangnya, maka
seorang guru profesional adalah suatu pekerjaan keahlian yang
membutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan, keahlian dan
ketelatenan untuk menciptakan perta didik memilki prilaku sesuai yang
diharapkan.
Profesi guru yang begitu banyak tuntutan keahliannya sehingga
usaha keras tersebut sangatlah wajar bila mendapatkan kompensasi yang
adil berupa gaji, tunjangan yang besar, fasilitas yang memadai
dibandingkan dengan tugas struktural.
Guru sebagai profesional tidak hanya ahli dalam bidangnya akan
tetapi dia harus bisa hidup layak dari profesinya artinya dapat terpenuhi
segala kebutuhan primer maupun sekunder dari hasil profesi sebagai guru
atau seorang guru tidak harus mencari tambahan penghasilan diluar
profesinya sebagai guru.
Tugas guru sebagai pendidik, pembimbing, pelatih dan pengajar
yang merupakan pekerjaan berat, mereka harus memeras otak, mental dan
fisik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mereka diberi kesempatan
sebanyak mungkin untuk mengembangkan diri seperti, mengikuti kursus,
pelatihan, penataran, melanjutkan pendidikan yang , kemudian diberi
kesempatan menduduki jabatan apapun di negeri ini sesuai dengan
keahlian ilmu yang dimilikinya, dalam arti bahwa profesi guru sama
kedudukannya dengan profesi lainnya.
Banyak sekali syarat-syarat menjadi guru profesional, tidak hanya
sebagaimana dibayangkan oleh sebagian orang, dengan bermodalakan
penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal
ini belumlah dapat dikatakan sebagai guru profesional karena guru
profesional harus memiliki berbagai ketrampilan, kemampuan khusus,
mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik profesi guru dan lain
sebagainya. Demikian pula seorang guru profesional, dia memiliki
5
keahlian, ketrampilan dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantoro, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri
handayani.1
B. Mengmbangkan Layanan Belajar.
Guru profesional mampu menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif dan menyenangkan melalui:
1. Memberikan perhatian bagi peserta didik yang lambat maupun
yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Pilihan dan
pelayanan individual bagi peserta didik, terutama bagi yang lambat
belajarnya akan membangkitkan semangat belajar sehingga
membuat mereka senang di sekolah
2. Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang
kurang berprestasi atau berprestasi rendah. Dalam pembelajaran
klasikal sebagaian peserta didik akan untuk memberikan
pembelajarn remedial.
3. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, aman,
nyaman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara
optimal. Maksudnya penyediakan bahan ajar yang menarik dan
menantang bagi peserta didik serta pengelolan kelas yang tepat,
efektif dan efisien.
4. Menciptakan kerjasama saling menghargai baik antar peserta didik
maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola
pembelajaran lain. Maksudnya bahwa setiap peserta didik
mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengemukakakn pandangannya tanpa ada rasa takut mendapatkan
sangsi atau hukuman.
5. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan
pembelajaran.Guru harus mampu memposisikan dirinya sebagai
pembimbing dan narasumber dan keterlibatab siswa dalam
perencanaan pembelajaran akan membuat dia bertanggung jawab
terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
1
Yamin Martinis, “Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP”, (Jakarta : Gaung Persada
Press, 2007 ), hlm.12.
6
Dengan bentuk-bentuk pelayanan di atas akan mampu menciptakan
suasana belajar yang kondusif, menarik, aman dan nyaman, tenang serta
menyenangkan, sehingga pembelajaran yang dilakukan menimbulkan
gairah, semangat, dan kemauan belajar peserta didik.
7
kegiatan pembelajaran diurutkan secara sistimatis baik deduktif
maupun induktif, sehingga siswa dapat memperoleh informasi
lebih banyak dan diingat lebih lama serta memberi makna dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Partisipasi aktif
Keberhasilan belajar harus dilakukan siswa dengan partisipasi
aktif, dan fungsi utama guru adalah mengorganisasikan dan
menyajikan bahan dalam proses pembelajaran secara optimal.
2
Mulyasa, “Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK”, (Bandung : Penerbit Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 112.
8
a. Akselerasi, yaitu pelayanan pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk mempercepat proses
pembelajaran berupa kenaikan kelas satu atau dua tingkat
sekaligus.
b. Program tambahan, yakni memberi tugas tugas tambahan pada
setiap tingkatan kelas, siswa diberi pengalaman yang lebih luas
dan memahami kurikulum lebih mendalam dibanding
kurikulum biasa. Caranya diberikan secara individual dalam
kelompok biasa atau kelompok berdasarkan kemampuan atau
dalam pembelajaran kelas khusus.
2. Anak yang lambat (kurang cerdas) dapat diselenggarakan kelas
remedial yang bertujuan untuk mengadakan perbaikan, baik bagi
siswa dalam satu mata pelajaran maupun lamban dalam beberapa
mata pelajaran.
3. Penyelenggaraan kelas khusus bagi siswa yang cerdas dilakukan
pada awal tahun pelajaran berdasarkan hasil test IQ atau pada akhir
tahun berdasarkan UAS.
4. Pengelompokan siswa berdasarkan kompetensi, menjadi kelompok
kurang, kelompok sedang, dan kelompok pandai.Pembagian
kelompok ini harus berdasarkan hasil test yang obyektif sehinggal
tepat sebagaimana yang diharapkan.3
E. Ukuran Kelas Jumlah Peserta Didik Yang Ideal
Suatu permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan di
Indonesia yang belum terpecahkan secara tuntas adalah keseragaman besar
kelas dan jumlah siswa yang ideal. Pada umumnya sekola-sekolah
memiliki kelas-kelas yang berukuran besar yang dapat menampung siswa
dalam jumlah yang banyak, hal ini dapat kita temukan di sekolah-sekolah
negeri maupun sekolah swasta yang favorit, menerima jumlah siswa yang
banyak setiap tahunnya dan sudah menjadi fenomena, walaupun ada
batasan bahwa setiap sekolah menerima siswa baru rata-rata 40 siswa per
kelas, namun batasan ini tidak dapat menjadi kesepakatan, akhirnya
3
Nasution S, “Berbagai pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar”, (Bandung : Bumi Aksara,
1982), hlm 87-88.
9
membuat kebiijakan jumlah siswa rata-rata perkelas 45 siswa bahkan
banyak ditemukan denganjumlah lebih dari 45 siswa per kelas.
Kenyataan ini secara psikologis guru akan menemui kesulitan
dalam melaksanakan proses pembelajaran yang optimal dan berkualitas
karena interaksi tidak sempurna dan sulit melakukan pengelolaan kelas,
dan masih banyak kesulitan lainnya seperti; kurangnya kontrol kecakapan
siswa, kurangnya partisipasi masing-masing individu dalam pembelajaran
dan sangat sulit mencapai tujuan pembelajaran.
Kendala lain yang dihadapi sekolah-sekolah adalah menggunakan
kursi kayu yang banyak memakan ruangan kelas, area yang ditempati
bangku lebih besar dibanding area yang digunakan oleh siswa, sehinggal
siswa tidak bebas berkresi, kelas sulit untuk di modifikasi, metode yang
mendukung proses pembelajaran optimal tidak bisa berjalan, maka
konsep-konsep pembelajaran aktif, inovativ, kreatif, efektif dan
menyenangkan tidak berjalan.
Di negara maju secara umum sudah menerapkan jumlah besarnya
kelas dan jumlah daya tampung siswa atau mahasiswa perkelas. Untuk
perguruan tinggi dengan pengkajian materi sulit atau berat dengan jumlah
mahasiswa antara 11 mahasiswa sampai dengan 15 mahasiswa, sementara
untuk kajian materi yang sedang maupun ringan dengan jumlah
mahasiswa sampai dengan 20 mahasiswa atau lebih. Untuk Sekolah Dasar
dengan jumlah siswa rata-rata 40 siswa dan untuk sekolah menengah baik
tingkat SMP dan SMA/SMK dengan jumlah siswa rata-rata 30 siswa.
Menurut Ivor K. Devis ( Martinis Yamin, 2007) dalam menentukan
kelas dan kelompok belajar ada bebrapa pertimbangan Dampak tersebut
berhubungan dengan tugas dan relasi antar anggota kelompok. Dampak
terhadap tugas antara lain; produktivitas kelompok maupun pengetahuan
pribadi tentang hasil. Dampak terhadap relasi antar kelompok adalah
perselisihan kelompok, rasa harga diri individu dsb. Apabila kelompok
belajar semakin besar maka berbagai masalah akan terjadi antara lain:
Sumber daya kelompok bertambah diperluas, dalam hal pengetahuan,
10
pengalaman dan pendekatan masalah, dimana partisipasi siswa tidak bisa
dimanfaatkan secara efektif.
Kelompok menjadi kurang mampu memanfaatkan semua sumber
daya yang ada, sebab waktu diskusi terbatas, sumbangan fikiran sulit
diperoleh dari setiap siswa, sukar bagi anggota untuk tahu sumbangan
fikirannya pada waktu yang tepat, sebelum fikiran tersebut hilang bagi
kelompok diskusi.
Kepuasan akan mutu sumbangan pikiran cenderung menurun. Ini
disebabkan oleh semakin sukarnya mengikuti jalannya diskusi, sementara
fikiran yang kan disampaikan masih difikirkan dan juga karena adanya
perasaan bahwa tidak mungkin kita menyepakati suatu masalah dalam
sebuah kelompok besar. Perbedaan individu antara anggota semakin
tampak, karena itu semakin sulit mencapai konsensus dan kemungkinan
besar umlah angggota terpecah kedalam sub sub kelompok yang saling
bertentangan. Lebih banyak siswa terpaksa dibiarkan menunggu sementara
yang lainnya mengejar mereka belajar dan bila dalam kelompok kecil
siswa lebih gampang dipasang-pasangkan.
Banyak siswa/mahasiswa merasa enggan berpartisipasi dalam
diskusi akibatnya kelompok cenderung didominasi oleh hanya beberapa
orang saja. Banyak para ahli telah mengadakan penelitian tentang
perbedaan antara kelas besar dan kelas kecil dan mebuktikan bahwa kelas
kecil lebih efektif, optimal serta menyatakan bahwa tidak ada ukuran kelas
yang optimal dan cocok untuk semua situasi pembelajaran. Ukuran kelas
yang baik dan optimal harus disesuaikan dengan kompetensi belajar yang
diharapkan atau yang akan dicapai.
BAB III
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan kelas yang dapat mendukung terciptanya atmosfir belajar
yang kondusif yaitu: kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi,
keluesan, penekananan pada hal-hal yang positif, dan penanaman disiplin.
Iklim kelas yang dapat mendorong proses pembelajaran yang efektif,
yaitu: menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan, menguatkan,
menghidupkan, dan memberi kebebasan.
Guru sebagai profesi adalah tenaga profesional dan
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada Perguruan
Tinggi. Ketrampilan dalam pekerjaan profesi sangat didukung oleh teori-
teori yang telah dipelajari mencakup (1) Penguasaan materi pelajaran /
penguasaan bahan ajar, konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang
dijarkan (2) Penguasaan dan penghayatan terhadap landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan (3) Penguasaan proses-proses kependidikan,
keguruan dan pembelajaran siswa. (4) Kemampuan mengembangkan
layanan belajar (5) Bertanggung jawab dalam memfasilitasi pembelajaran.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
12
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta : Gaung
Persada Press, 2007.
13