Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
Persalinan merupakan proses alamiah, dimana terjadi dilatasi serviks,
lahirnya bayi, dal plasenta dalam Rahim ibu, sejumlah perubahan-
perubahan fisiologis dan psikologis terjadi pada ibu selama proses
persalinan. Sangat penting bagi bidan untuk memahami perubahan-
perubahan ini agar dapat mengartikan tanda-tanda dan gejala persalinan
normal dan abnormal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa perubahan sistem integumen ibu bersalin pada kala 1?
2. Apa perubahan sistem muskuloskeletal ibu bersalin pada kala 1?
3. Apa perubahan psikologis ibu bersalin pada kala 1?
4. Apa dukungan yang diberikan bidan pada proses adaptasi psikologis
ibu bersalin kala 1?
C. Tujuan
1. Memahami perubahan sistem integumen ibu bersalin pada kala 1
2. Memahami perubahan sistem muskuloskeletal ibu bersalin pada kala 1
3. Memahami perubahan psikologi ibu bersalin pada kala 1
4. Mengetahui apa dukungan yang diberikan bidan pada proses adaptasi
ibu bersalin kala 1
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita , pigmentasi pada daerah tersebut akan
menetap. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul
mungkin memudar, tetapi tidak hilang seluruhnya.
Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmer, dan
epulis biasanya berkurang sebagai respon terhadap penurunan kadar estrogen
setelah kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita spider nevi menetap.
Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasanya akan
menghilang setelah wanita melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbul sewaktu
hamil biasanya akan menetap. Konsistensi dan kekuatan kuku akan kembali pada
keadaan sebelum hamil.
Diaphoresis ialah perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.
2
berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi
pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari
kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
a. Pada kala 1 ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak
kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi.
b. Setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul
ditimbulkan oleh bagian depan anak, oleh bagian depan yang maju
tersebut dasar panggul direnggang menjadi saluran dengan dinding yang
tipis.
c. Waktu kepala sampai divulva, lubang vulva menghadap ke depan atas .
dari luar, peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang
menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus semkin terbuka.
d. Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh
darah pada bagian vagina dan dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut
robek, akan menimbulkan perdarahan yang banyak.
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan
penurunan hormone progesterone yang menyebabkan keluarnya hormon
oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri dan terus menyebar ke depan
3
dan ke bawah abdomen, gerak his dengan masa yang terpanjang dan sangat sangat
kuat pada fundus adalah sumber dari timbulnya kontraksi pada pace maker.
Pada kala 1 fase laten, Kontraksi biasanya ringan sampai sedang, semakin
tdak nyaman, dan kadang menyakitkan. Kontraksi menjadi teratur dan lebih rapat
ketika persalinan maju, akhirnya mencapai tiap 5 menit atau lebih dan biasanya
berlangsung selama 45 detik. Serviks mulai membuka dan melunak, bergerak dari
posterior ke anterior dan dilatasi serviks antara 0 sampai 4 cm.
4
mereka menolak nasihat-nasihat dari luar. Sikap yang berlebihan ini pada
hakikatnya merupakan ekspresi dari mekanisme melawan ketakutan.
Selanjutnya, proses kesakitan saat menjelang kelahiran ini disertai banyak
ketegangan batin dan rasa cemas atau ketakutan yang berlebihan, atau
disertai kecenderungan yang sangat kuat untuk lebih aktif dan mau
mengatur sendiri proses kelahiran bayinya, maka dapat terjadi hal sebagai
berikut.
a. Proses kelahiran bayi menyimpang dari yang normal dan spontan.
b. Prosesnya akan sangat terganggu dan dapat terjadi kelahiran abnormal.
Sebaliknya, jika wanita yang bersangkutan bersikap sangat positif atau
menyerah dan keras kepala, serta tidak bersedia memberikan partisipasi
sama sekali, maka sikap ini bisa memperlambat proses pembukaan dan
pendataran serviks, dan mengakibatkan his menjadi sangat lemah bahkan
berhenti secara total, sehingga proses kelahiran menjadi sangat terhambat
dan harus diakhiri dengan pembedahan (SC).
3. Wanita mungkin menjadi takut dan khawatir jika dia berada pada
lingkungan yang baru atau asing, diberi obat. Lingkungan RS yang tidak
menyenangkan, tidak mempunyai otonomi sendiri, kehilangan identitas
dan kurang perhatian. Beberapa wanita menganggap persalinan lebih tidak
realistis sehingga mereka merasa gagal dan kecewa.
4. Pada multigravida, sering terjadi kekhawatiran atau cemas terhadap anak-
anaknya yang tinggal dirumah, dalam hal ini bidan bisa berbuat banyak
untuk menghilangkan kecemasan ini.
Suami atau pasangan dapat memberikan parhatian dan menjadi tempat
untuk berbagi. Banyak hal yang memengaruhi pasangan dalam
memberikan perhatian diantaranya status sosial atau gender.beberapa
wanita bisa menjadi kuat dan mampu untuk melalui proses persalinan
dengan support dari pasanagan. Perhatian pasangan merupakan tingkatan
paling dasar yang menjadi kebutuhan seorang wanita dalam proses
persalinan. Pendekatan dan motivasi pada pasangan bisa dilakukan oleh
bidan sejak Antenatal Care (ANC), dilakukan untuk membangun kekuatan
5
untuk mengungkapkan perhatian yang merupakan kebutuhan dari seorang
wanita dalam menghadapi persalinan. Hal ini akan sangat berpengaruh
terhadap apa yang mereka lakukan dan terbaik juga bagi bayinya.
Pada fase ini, biasanya merasa lega dan bahagia karena masa
kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal persalinan,wanita
biasanya gelisah, gugup, cemas, dan khawatir berhubungan dengan rasa
tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya ingin berbicara, perlu ditemani,
tidak tidur, ingin berjalan-jalan, dan menciptakan kontak mata. Pada
wanita yang dapat menyadari bahwa proses ini wajar dan alami, maka ia
akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut.
a. Pengkajian ibu dirumah sakit saat persalinan dini lebih baik dari
pengkajian dirumah sakit, karena mengurangi waktu untuk mengurangi
intervensi yang dilakukan mengakibatkan pengurangan augmentasi,
mengurangi penggunaan analgesic (termasuk epidural), dan
mengurangi kemungkinan section caesarea. Ibu juga melaporkan
perbaikan pengalaman melahirkan dan perbaikan perasaan control.
6
b. Observasi, dengarkan, akui kegembiraan ibu, dan berikan pandangan
relistis mengenai stadium dini persalinan. Mungkin ini merupakan
kontak pertama ibu dengan bidan merupakan kesempatan sempurna
untuk mendiskusikan harapan, perasaan, dan rencana kelahirannya.
c. Ringankan ketidaknyamanan. Ibu pada fase laten mungkin tidak akan
mengalami kemajuan ke persalinan sebenarnya sampai beberapa hari
dan kontraksinya hilang timbul. Terangkan dengan lembut kepada ibu
bahwa ia belum sampai pada tahap persalinan sebenarnya, bila malam
hari, anjurkan untuk mencoba berendam air hangat dan berusaha tidur
(atau beristirahat bila ia terlalu bergairah atau tidak nyaman tidur).
Selama siang hari, ibu berusaha rileks, menyamankan diri dengan
mandi air hangat, atau mencoba mengalihkan perhatian seperti
berbelanja, berjalan-jalan, atau nonton film.
d. Bila ibu telah mencari bantuan langsung dan setelah diketahui hasil
pemeriksaan fisik normal, sebaiknya ibu dibiarkan berada dirumah
(atau dipulangkan bila sudah berada dirumah sakit) sampai persalinan
sebenarnya. Ibu dianjurkan untuk makan dan minum dengan bebas,
juga mencoba untuk tidak memusatkan perhatian pada persalinan dan
teknik koping terlalu dini, sebaiknya ia harus mencoba kembali
melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Fase aktif
Menurut Ockenden (2001) dalam chapman (2003) pada persalinan
stadium dini, ibu masih tetap makan dan minum atau tertawa dan ngobrol
dengan riang diantara kontraksi. Begitu persalinan maju, ibu tidak punya
keinginan lagi untuk makan atau mengobrol, dan ia menjadi pendiam dan
bertindak lebih didasari naluri.
Ketika persalinan semakin kuat, ibu menjadi kurang mobilitas memegang
sesuatu saat kontraksi, berdiri mengangkang dan menggerakkan
pinggulnya. Ketika persalinan semakin maju, ia akan menutup matanya
dan pernafasannya berat dan lebih terkontrol (Burvil, 2002).
7
Bila ibu berbicara biasanya singkat, seperti “air” saat ingin minum
atau “punggung” saat minta seseorang menggosok punggungnya. Bukan
saat yang tepat untuk berbicara dengannya, atau meninggalkannya. Bidan
biasanya mahir membaca petunjuk dari ibu, tidak seperti mereka yang
tidak mengenal tingkah laku khas wanita dalam persalinan. Penunggu lain
mungkin perlu penjelasan dan panduan supaya tidak menggannggu ibu,
terutama selama kontraksi.
Stadium transisi (akhir kala I persalinan) dianggap sebagai yang
paling nyeri dan tentu paling menyakitkan bagi ibu.hormon stress dalam
persalinan berada pada puncaknya, Odent (1999) menganggap memiliki
efek fisiologis positif pada persalinan, dan ibu akan mengalami letupan
energy yang diperlukan untuk mendorong bayi keluar.
Ibu yang mengalami “nyeri ekstrim” pada transisi tidak memiliki
kemampuan mendengar atau berkonsentrasi pada segala sesuatu kecuali
melahirkan (Leap, 2000) dalam Chapman (2006). Ibu menjadi terus
terang dan jujur mengemukakan kebenciannya dan kejujurannya “tidak
terbelenggu pada kesopanan”. Tidak boleh disalah artikan sebagai
penolakan atau kekasaran oleh bidan atau pasangan.
Mengatasi tingkat kecemasan ibu dan keluarga, bisa dilakukan
seperti menganjurkannya untuk jalan-jalan, pergi kekamar mandi,
mengubah posisi, atau mencoba memusatkan pada pernapasannya serta
melakukan pemantauan baik ibu dan janin.
Sedangkan menurut Briliana, (2011) beberapa keadaan dapat
terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama pada ibu yang pertama kali
melahirkan sebagai berikut :
a. Perasaan tidak enak
b. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c. Sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
d. Menganggap persalinan sebagai percobaan
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya
8
f. Apakah bayinya normal atau tidak
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya
h. Ibu merasa cemas
9
1. Komunikasi dan pemberian informasi.
2. Penatalaksanaan nyeri, tempat melahirkan.
3. Dukungan sosial serta dukungan pasangan.
4. Dukungan dari pemberi asuhan.
10
Seorang wanita yang sedang dalam masa persalinan mengalami perubahan-
perubahan fisiologis dan psikologis yang bermacam-macam, bidan perlu
mengetahui perubahan emosi dan psikososial wanita selam persalinan agar dapat
memberikan asuhan yang tepat pada ibu bersalin, sehingga akan mempermudah
dan memperlancar proses persalinan tersebut.
Sekarang disadari bahwa penyakit dan komplikasi obstetric tidak semata mata
disebabkan oleh gangguan organik. Beberapa diantaranya di timbulkan atau di
perberat oleh gangguan psikologis. Latar belakang timbulnya penyakit dan
komplikasi dapat dijumpai dalam berbagai tingkat ketidakmatangan dalm
prkembangan emosiaonal dan psikosesksusal dalam rangka kesanggupan
seseorang dalam menyesuikan diri dgn situasi tertentu yang sedang dihadapi,
dalam hal ini khususnya kehamilan , persalinan dan nifas.
Oleh karena rasa nyeri dalam persalinan sudah menjadi pokok pembicaraan
diantara wanita sejak jaman dahulu, banyak calon ibu mengahadapi kehamilan
dan kelahiran anaknya dalam perasaan takut dan cemas. Tidak mudah untuk
menghilangkan rasa takut yang sudah berakar , akan tetapi dokter dan bidan dapat
berbuat banyak dengan membantu para wanita yang dihinggapi perasaan takut dan
cemas.
11
Melibatkan orang terdekat atau pendamping persalinan dari pihak
keluarga dalam kegiatan ini akan sangat membantu efektifitas asuhan.
Pada saat awal persalinan, pasien masih beradaptasi dengan rasa sakit
akibat kontraksi yang intensitasnya semakin lama semakin meningkat.
Biarkan ia memilih untuk melakukan gerakan atau aktivitas serta posisi
yang ia rasa paling bisa mengurangi rasa sakitnya atau tawarkan beberapa
alternative; misalnya mandi dengan air hangat, jongkok, duduk di atas
balon besar sambil membaca novel kesukaannya, dan lain-lain.
12
tidak berubah-ubah. Yakinkan pasien bahwa dengan berdiri atau berjalan-
jalan justru akan mempercepat proses pembukaan jalan lahir sehingga
deritanya akan segera berakhir.
Memberi minumam yang manis seperti jus buah segar, the herbal,
atau sirup dapat menyamankan pasien sekaligus menjaga kadar gula darah
tidak turun.
c. Kala 1 akhir
Pada tahap ini bidan kembali meyakinkan kemampuan pasien
untuk melahirkan bayinya dengan melakukan flash back keberhasilan yang
telah berhasil dicapai pasien sejauh ini. Bantu pasien untuk menentukan
posisi melahirkan melahirkan yang ia rasa paling nyaman dan bekerja
sama dengan pendamping atau suami pasien.
Berikan bimbingan cara mengatur napas dan meneran dengan
benar, hindari instruksi yang berulang-ulang mengenai hal ini karena akan
membuat pasien sepertin orang yang sangat bodoh dan merasa sebagai
objek saja. Jika ada tenaga kesehatan lain dalam proses ini, misalnya
mahasiswa atau praktikum, hindari suasana yang membuat pasien seolah-
olah menjadi tontonan atau objek pembelajaran. Jelaskan mengenai
keberadaan mereka dan upayakan agar mereka memperkenalkan diri
kepada pasien sambil melibatkan diri dalam aktifitas asuhan ( tidak hanya
pasif mengamati kemajuan persalinan saja yang berarti hanya mengamati
bagian paling pribadi dari pasien ), karena tidak semua pasien merasa
nyaman dengan kondisi ini. Jika selain bidan dan asistennya ternyata ada
praktikan yang bukan wanita, minta persetujuan terlebih dahulu dari
pasien dan keluarga, apakah keduanya berkenan dengan keberadaannya.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kami berharap agar teman-teman dapat mengerti materi yang telah kami
sampaikan. Seorang bidan sebaiknya menguasai perubahan-perubahan selama
menjelang persalinan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
14
DAFTAR PUSTAKA
15