Anda di halaman 1dari 5

Nama : Bella Kurnia

NIM : 1920201059
Kelas : PGMI 02 (2019)
Mata Kuliah : Islam dan Ilmu Pengetahuan
Dosen Pengampu : Drs. Tastin, M.Pd.I

Pertemuan ke-7
UMAT ISLAM DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

PETUNJUK PEMBUATAN TUGAS


1. Tugas dikerjakan secara individual.
2. Baca dan pahami materi pertemuan ke 7 dengan cermat. Untuk memahami materi
tersebut diskusikan dengan teman satu kelompok belajar.
3. Dari hasil diskusi tersebut saudara rumuskan dengan bahasa masing-masing sesuai
dengan point-point di bawah ini.
4. Penjelasan masing-masing point tersebut merupakan TUGAS yang akan di upload
di elearning sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
5. Tugas diketik dengan Komputer.

PENJELASAN DASAR TENTANG ILMU PENGETAHUAN


1. Penjelasan tentang asal mula dan puncak perhatian umat Islam pada ilmu pengetahuan
2. Penjelasan tentang jenis-jenis ilmu pengetahuan
3. Penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
4. Pemahaman/kesimpulan secara keseluruhan yang saudara dapatkan dari bacaan tentang
“POINT 1 SAMPAI 3”.
A. ASAL MULA DAN PUNCAK PERHATIAN UMAT ISLAM PADA ILMU
PENGETAHUAN
Pertama, dari sejak kelahirannya, Islam dengan ajaran utamanya Al-Qur'an dan as-
Sunnah memberikan perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
dapat dilihat antara lain dari lima ayat yang pertama kali diturunkan (surah al-'Alaq ayat 1-5)
yang berkenaan dengan kajian dan penelitian ilmiah; terdapat ratusan ayat yang bertemakan
ilmu pengetahuan, seperti istilah al-'ilm, al-hikmah, al-fikr, al-fiqh, al-fahmi, al-tadris, al-'aql,
dan sebagainya. Kedua, dari sejak zaman Nabi Muhammad hingga mencapai puncaknya di
zaman Khalifah Abbasiyah-al-Makmun bin Harun ar-Rasyid (pertengahan abad ke-9 M),
umat Islam menunjukan perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, di
samping perhatian terhadap agama dan filsafat. Ketiga, di antara jalur transmisi yang paling
efektif dalam pengembangan ilmu pengetahuan tersebut adalah kegiatan penerjemahan yang
disertai dengan kajian yang kritis dan dialektif, yang akhirnya tidak hanya memelihara
warisan Yunani, melainkan juga melakukan penambahan, perubahan, penolakan, bahkan
dengan membuat yang benar-benar baru, orisinal dan autentik, dan berbeda seratus delapan
puluh derajat dengan ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Yunani. Keempat, terjadinya
dinamika politik, aliran dan gerakan sosial lainnya, ternyata tidak menghalangi kegiatan
penciptaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, malah dinamika politik dan aliran tersebut
(lihat Syi'ah Sunni) semakin menambah semarak kegiatan pengkajian dan pengembangan
ilmu pengetahuan. Kelima, keberpihakan kaum penguasa terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan, sangat berpengaruh besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Memudarnya atau hilangnya perhatian umat Islam terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan mulai terjadi sejak Abad Pertengahan (abad ke-13 hingga 18 M) karena sebab-
sebab yang sangat kompleks. Namun mulai di awal abad ke-19 hingga saat ini, perhatian
umat Islam terhadap ilmu pengetahuan mulai tumbuh kembali, walaupun keadaannya belum
merata.

B. JENIS-JENIS ILMU PENGETAHUAN YANG DIKEMBANGKAN


Menurut Harun Nasution bahwa di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
diutamakan dalam Bait al-Hikmah ialah ilmu kedokteran, matematika, optika, geografia,
fisika, astronomi, dan sejarah di samping filsafat. Pada bagian lain, Harun Nasution,
mengatakan bahwa cendekiawan-cendekiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu petahuan
dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, tetapi menambahkan ke dalamnya
hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan
hasil pemikiran mereka dalam lapangan filsafat. Dengan demikian, timbullah ahli-ahli atau
pengetahuan dan filsuf Islam.
Dalam bidang ilmu agama, umat Islam mengembangkan ilmu tafsir hadis, fikih,
teologi, tasawuf, sejarah Islam, dan sastra. Dalam bidang tafsir, antara lain terdapat nama
Tafsir Ibn Abbas, Tafsir Ibn Katsir, Tafsir al-Thabari (839-923 M), dan Tafsir al-Qurthubi.
Dalam bidang Hadis terdapat nama Muslim dan Bukhari (abad IX), dalam bidang fikih
terdapat nama Malik Ibn Anas, Abu Hanifalh, al-Syafi'i dan Ahmad Ibn Hambal, Dalam
bidang ilmu kalam terdapat nama Wasil ibn Ata', Ibn Huzail, al- Allaf, dan lain-lain dari
kalangan Mu'tazilah, serta Abu Hasan al-Asy'ari dan al-Maturidi (abad ke IX dan X) dari
kalangan ahl sunnah. Dalam lapangan tasawuf atau mistisisme terdapat nama Zunnun al-
Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain Ibn Mansur al-Hallaj, dan sebagainya. Dalam bidang
sejarah tercatat nama Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa'ad (abad IX), dan sebagainya. Dalam
bidang sastra terkenal nama Abu al-Farraj al-Isfahani dengan bukunya Kitab al-Agni, dan al-
Jasyiari dengan bukunya Alfu Lailah wa Lailah.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI


Berkembangnya ilmu pengetahuan dan peradaban sebagaimana dikemukakan di atas,
tidak terjadi begitu saja, melainkan karena adanya berbagai faktor yang antara satu dan
lainnya saling memengaruhi. Didin Saefuddin misalnya, menyebutkan ada tujuh faktor, yaitu
kontak dengan peradaban Yunani yang ada di Persia, etos keilmuan para khalifah Abbasiyah,
keluarga Barmak, aktivitas penerjemahan, berkurangnya kegiatan ekspansi dan tidak adanya
pemberontakan, heterogenitas peradaban dan kebudayaan yang ada di Baghdad, serta situasi
sosial Baghdad.
Terkait dengan faktor pertama, sejarah mencatat, bahwa Persia, jauh sebelum
kedatangan Islam telah memainkan peranan penting dalam memasukan filsafat Yunani ke
Timur Tengah.
Selanjutnya, terkait dengan faktor yang kedua, yakni etos keilmuan, yakni di samping para
ulama atau khalifah yang dari sejak awal memiliki etos keilmuan, juga karena pengaruh ayat
Al-Qur'an dan al-Hadis yang menyuruh mempelajari ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, tentang keluarga Barmak yang sengaja dipanggil oleh khalifah untuk
mendidik keluarga istana dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan. Keluarga Barmak ini
turun-temurun menjadi penasibat intelektual khalifalh yang diawali oleh Khalid Ibn Barmak
di masa Harun al-Rasyid. Bahkan keluarga Barmak ini ada yang dipercaya sebagai perdana
menteri.
Selanjutnya, yang terkait dengan aktivitas penerjemahan yang telah dijelaskan dengan
cukup memadai telah menjadi faktor yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan.
Demikian pula berkurangnya kegiatan ekspansi dan tidak adanya pemberontakan,
merupakan faktor penyebab yang mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Karena
berkurangnya kegiatan perluasan wilayah serta tidak adanya pemberontakan menyebabkan
timbulnya suasana yang aman dan damai, serta dapat memanfaatkan sumber daya manusia,
waktu, tenaga, pikiran, biaya dan sarana prasarana lainnya untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban.
Selanjutnya, heterogenitas peradaban dan kebudayaan yang ada di Baghdad juga
menjadi penyebab timbulnya gerakan ilmu pengetahuan. Didin Saefuddin dalam hal ini
misalnya mengatakan: Tidak dapat dihindari bahwa pada keempat kebudayaan tersebut
(Persia, Yunani, Hindu, dan Arab) terjadi proses asimilasi, saling memberi dan menerima,
dan saling memengaruhi satu sama lain serta memberi dampak yang besar dalam
perkembangan intelektual masyarakat pada masa itu.
Abuddin Nata, membagi penyebab terjadinya kemajuan ilmu pengetahuan di dunia
Islam, karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang timbul dari ajaran Islam sendiri sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur'an
dan as-Sunnah sebagaimana telah dijelaskan di atas. Adapun faktor eksternal terdiri dari:
1. Faktor lingkungan, yakni adanya daerah-daerah yang dikuasai Islam yang telah
memiliki tradisi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Faktor kebutuhan pragmatis atau manfaat bagi kehidupan, yakni bahwa untuk
membangun masyarakat diperlukan berbagai keahlian, seperti ahli pertanian, ahli
irigasi, ahli perdagangan, ahli membangun gedung, dan ahli kesehatan.
3. Faktor ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang baik yang memungkinkan mereka
dapat mengembangkan ilmu, kebudayaan, dan peradaban.
4. Faktor politik dan keamanan yang membaik.
5. Faktor asimilasi budaya.
6. Faktor dukungan penguasa.
7. Faktor tradisi ilmiah, antara lain: tradisi meneliti, rihlah ilmiah, menulis, membaca,
dan berdebat.

D. KESIMPULAN
Dunia Islam mencapai kemajuan atau menciptakan peradaban karena ilmu
pengetahuan mendapatkan apresiasi yang tinggi dari umat Islam. Hal itu disemangati oleh
ajaran Islam sendiri sebagaimana yang termuat di dalam kitab suci al-Qur’an. Ayat pertama
kali yang diturunkan kepada Muhammad di Gua Hira’ yaitu iqra’ atau bacalah, mengandung
inti pesan bahwa ilmu pengetahuan hendaklah mendapat tempat yang tinggi bagi orang-orang
Muslim. Dalam ayat lain al-Qur’an menegaskan bahwa orang yang memiliki ilmu
penegetahuan akan mendapatkan derajat yang tinggi di dalam kehidupan. Umat Islam pernah
mengalami masa kejayaan di bidang ilmu pengetahuan. Menarik bahwa keberhasilan dan
kejayaan ini dilandasi oleh semangat kitab suci al-Qur’an. Hal ini tidak saja diakui
kebenarannya oleh umat Islam, tetapi termasuk oleh sejarawan papan atas asal Amerika
Serikat, Marshall Hodgson.
Jenis-jenis ilmu pengetahuan yang diutamakan ialah ilmu kedokteran, matematika,
optika, geografia, fisika, astronomi, dan sejarah di samping filsafat. Dan juga mengharapkan
kepada para cendekiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu petahuan dan filsafat yang
mereka pelajari dari buku-buku Yunani saja, tetapi menambahkan ke dalamnya hasil-hasil
penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil
pemikiran mereka dalam lapangan filsafat. Yang dapat menciptakan para ilmuwan.
Ada tujuh faktor yang mempengaruhi ilmu pengetahuan, yaitu kontak dengan
peradaban Yunani yang ada di Persia, etos keilmuan para khalifah Abbasiyah, keluarga
Barmak, aktivitas penerjemahan, berkurangnya kegiatan ekspansi dan tidak adanya
pemberontakan, heterogenitas peradaban dan kebudayaan yang ada di Baghdad, serta situasi
sosial Baghdad. Sedangkan kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Islam, karena dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari ajaran
Islam sendiri sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah, dan faktor
eksternal yang berupa faktor lingkungan, faktor kebutuhan pragmatis, faktor ekonomi, faktor
politik dan keamanan yang membaik, faktor asimilasi budaya, faktor dukungan penguasa, dan
faktor tradisi ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai