Anda di halaman 1dari 14

1

PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING EFEKTIFITAS


TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP
KECEMASAN ANAK DENGAN HOSPITALISASI
Carennina Clara Dita1, Rokhaidah2
1
Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan
2
Program Studi DIII Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Kampus II Jl. Raya Limo Depok 16515, Indonesia
Email: rokhaidah@upnvj.ac.id

Abstrak

Hospitalisasi pada anak dapat menimbulkan kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Salah satu
upaya untuk menurunkan kecemasan yaitu terapi bermain mewarnai gambar.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui adanya pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap kecemasan pada anak
hosptalisasi. Penelitian ini menggunakan metode quasy eksperimen dengan rancangan one group pretest
posttest. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HAR-S.
Penentuan sample menggunakan purposive sampling dengan jumlah 24 responden . Hasil statistik uji
paired sample t-test didapatkan hasil p value 0,000 (p value < α 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan pada anak hospitalisasi. Penelitian ini
menyarankan pemberian terapi mewarnai gambar pada anak dengan hospitalisasi sebagai cara yang
efektif untuk menurunkan kecemasan.
Kata Kunci : Anak , Kecemasan, Terapi Terapeutik, Terapi mewarnai gambar, Hospitalisasi

Abstract

Hospitalization in children can cause anxiety and stress at all age levels. One of the
efforts to lower the anxiety play therapy colouring pictures. This research aims to
know the existence of the play therapy influences colouring pictures against anxiety
in children hospitalization. This research method using quasy experiments with one
group pretest posttest design. Data collection using the questionnaire Hamilton
Rating Scale for Anxiety (HAR-S) the determination of the sample using a purposive
sampling with a total of 24 respondents. The results of the statistical test for paired
samples t-test p value 0.000 results obtained (p value < α 0.05) so that it can be
concluded that there is a therapeutic influence drawing against anxiety in children
hospitalization. The study suggested granting therapy colouring pictures in children
with hospitalization as an effective way to decrease anxiety.
Keywords : Children, Anxiety, Therapeutic treatment , Therapy coloring pictures,
Hospitalisas

1
2

Pendahuluan terhadap orang asing yang tidak


dikenalnya dan pekerja rumah sakit,
Anak adalah individu yang sedang
perpisahan dengan orang terdekat,
dalam proses tumbuh kembang,
kehilangan kendali, ketakutan tentang
mempunyai kebutuhan spesifik (fisik,
tubuh byang disakiti, dan nyeri (Potter,
psikologi, sosial, dan spiritual) yang
2013). Reaksi-reaksi tersebut
berbeda dengan orang dewasa.
dipengaruhi oleh usia perkembangan;
Kebutuhan fisik/biologis anak
pengalaman sebelumnya dengan
mencakup makan, minum, udara,
penyakit, perpisahan, atau hospitalisasi;
eliminasi, tempat berteduh dan
keterampilan koping yang dimiliki;
kehangatan. Secara psikologis anak
keparahan diagnosis; dan sistem
membutuhkan cinta dan kasih sayang,
pendukung yang ada (Hockenberry &
rasa aman atau bebas dari ancaman
Wilson, 2013)
(Supartini, 2004). Kondisi anak yang
baik/sakit yang mengharuskan seorang
Dampak negatif dari efek hospitalisasi
anak rawat inap di rumah sakit akan
sangat berpengaruh terhadap upaya
membuat anak dan orang tua tidak
perawatan dan pengobatan yang sedang
hanya dihadapkan pada masalah
dilakukan terhadap anak. Reaksi yang
kesehatan fisik anak saja tetapi juga
ditimbulkan anak akan berbeda antara
psikologis karena baik anak maupun
satu dengan lainnya. Pada anak yang
orang tua harus beradaptasi dengan
pernah mengalami perawatan di rumah
lingkungan yang asing.
sakit tentu akan berbeda bila
dibandingkan dengan anak yang baru
Hospitalisasi pada anak dapat
pernah. Anak yang pernah dirawat di
menimbulkan kecemasan dan stress
rumah sakit memiliki pengalaman akan
pada semua tingkatan usia (Ambarwati,
kegiatan yang ada di rumah sakit.
2012). Hospitalisasi jangka pendek,
pembedahan, ataupun hospitalisasi
Terapi bermain adalah suatu aktivitas
jangka panjang dari suatu penyakit yang
bermain yang dijadikam sarana untuk
kronik sering kali menjadi krisis
menstimulasi perkembangan anak,
pertama yang harus dihadapi anak,
mendukung proses penyembuhan dan
terutama selama tahun-tahun awal. Hal
membantu anak lebih kooperatif dalam
ini sering menimbulkan stres karena
program pengobatan serta perawatan.
anak akan mengalami ketakutan

2
3

Bermain merupakan kegiatan yang fungsi yang dapat merangsang


dilakukan secara sukarela untuk pertumbuhan sensori dan motorik anak
memperoleh kesenangan atau kepuasan. sehingga dengan bermain anak bisa
Bermain merupakan cerminan mendapatkan stimulus untuk
kemampuan fisik, intelektual, berkembang dalam masa tumbuh
emosional, dan sosial, dan bermain kembangnya sesuai dengan usia anak.
merupakan media yang baik untuk Salah satu permainan yang cocok
belajar karena dengan bermain, anak- dilakukan untuk anak usia prasekolah
anak akan berkata- kata yaitu mewarnai gambar, dimana anak
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan mulai menyukai dan mengenal warna
diri dengan lingkungan melakukan apa serta mengenal bentuk-bentuk benda di
yang dapat dilakukannya dengan sekelilingnya (Suryanti, 2011). Manfaat
mengenal waktu, jarak, serta suara mewarnai gambar adalah sebagai media
(Wong, 2009). Anak yang bermain berekspresi, membantu mengenal
dapat mengekspresikan pikiran, perbedaan warna, media terapi, melatih
perasaan, fantasi, serta daya kreasi kemampuan koordinasi, membantu
dengan tetap mengembangkan menggenggam pensil, membantu
kreatifitasnya dan beradaptasi lebih kemampuan motorik, melatih
efektif terhadap bebagai sumber stress konsentrasi, ,melatih anak mengenal
serta bermain juga dapat membuat anak garis bidang, dan sebagai alat
belajar dan mampu menyesuaikan diri komunikasi. Dalam otak manusia,
dengan lingkungannya, bermain, waktu terdapat struktur yang mengelilingi
dan orang (Riyadi dan Sukarmin, 2013). otak, yaitu sistim limbik. Didalam
Selain itu, Suparti (2004) sistim limbik tersebut terdapat
mengemukakan fungsi utama bermain amiglada, yang berfungsi sebagai bank
adalah merangsang perkembangan memori emosi otak, tempat menyimpan
sensorik-motorik perkembangan, semua kenangan baik tentang kejayaan
intelektual, perkembangan sosial, dan kegagalan, harapan dan ketakutan,
perkembangan kreativitas, kejengkelan dan frustasi struktur otak
perkembangan kesadaran diri, lainnya adalah hippocampus dan
perkembangan moral dan bermain neocortex. Dalam ingatan, amiglada
sebagai terapi. Wong (2009) juga dan hippocampus bekerja bersama -
menyatakan bahwa bermain mempunyai sama, masing – masing menyimpan dan

3
4

memunculkan kembali informasi khusus kita kembali merasa bahagia, dam


secara mandiri, bila hippocampus membangkitkan masa – masa indah
memunculkan kembali informasi maka yang pernah kita alami bersama orang-
amiglada menentuka apakah informasi orang yang kita cintai. Melalui aktivitas
mempunyai nilai emosi tertentu. (Potter, mewarnai gambar, emosi dan perasaan
2013) yang ada didalam diri bisa dikeluarkan,
sehingga dapat menciptakan koping
Sakit dan di rawat dirumah sakit yang positif. Koping yang positif ini
merupakan pengalaman yang tidak ditandai dengan prilaku dan emosi yang
menyenangkan bagi anak pada saat itu, positif. Keadaan tersebut akan
data yang masuk melalui lima panca membantu dalam mengurangi stress
indra (penglihatan, penciuman, yang dialami anak.
pengecapan, pendengaran, dan
sentuhan) semua masuk melalui otak Kecemasan adalah perasaan takut yang
tengah (thalamus) dan direkam, tidak jelas dan tidak didukung oleh
disimpan secara tidak sadar oleh situasi. Individu yang cemas merasa
hippocampus dan muatan emosi tidak nyaman atau takut atau mungkin
tersimpan di amiglada. (Potter, 2009). memiliki firasat akan ditimpa
Melalui mewarnai gambar seorang malapetaka padahal ia tidak mengerti
dapat menuangkat simbolisasi tekanan mengapa emosi yang mengancam
atau kondisi traumatis yang dialaminya tersebut terjadi. Tidak ada objek yang
kedalam coretan dan pemilihan warna. dapat diidentifikasi sebagai stimulus
Dinamika secara psikologis ansietas (Videbeck, 2008). Berdasarkan
menggambarkan bahwa individu dapat penelitian Kartinawati, dkk, (2011)
menyalurkan perasaan – perasaan yang menyatakan bahwa sebelum diberikan
tersimpan dalam bawah sadarnya dan terapi bermain sebagian besar
tidak dapat dimunculkan kedalam responden mengalami cemas sedang 11
realita melalui gambar. Melalui (73.33%) anak dan cemas berat 4
mewarnai gambar, seseorang secara (26.66%) anak, setelah diberikan terapi
tidak sadar telah mengeluarkan muatan bermain anak hasil menunjukan cemas
amigladanya, yaitu mengekspresikan ringan 13 (86.6%) anak dan sedang 2
rasa sedih, tertekan, stress, menciptakan (13.3%) anak. Tujuan bermain di rumah
gambaran – gambaran yang membuat sakit pada prinsipnya merupakan suatu

4
5

aktivitas dimana anak dapat melakukan Metode Penelitian


atau mempraktikkan keterampilan, Evidence Based Nursing (EBN)
memberikan ekspresi terhadap didefinisikan sebagai sintesis dan
pemikiran, menjadi kreatif, serta penggunaan temuan ilmiah (hasil
mempersiapkan diri untuk berperan penelitian) dari suatu penelitian
dalam berprilaku dewasa (Aziz. A, randomized control trial. Sakeett, et al
2009) (2009) mengatakan bahwa EBN sebagai
sesuatu sintesis dan penggunaan temuan
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh ilmiah dari berbagai jenis penelitian
peneliti mengacu pada permasalahan termaksud randomized control trial,
yang ada di ruang Marwah Lt. 2 RS. penelitian deskriptif, informasi dari
Bhineka Bakti Husada 80% anak usia laporan kasus dan pendapat pakar.
pra sekolah (3-6 tahun) yang mengalami Dharma (2011) mendefinisikan EBN
hospitalisasi. Hospitalisasi yang terjadi sebagai suatu integrasi dari bukti hasil
pada anak usia pra sekolah (3-6 tahun) penelitian terbaik yang telah melalui
ruang Marwah Lt. 2 RS. Bhineka Bakti tahap telaah dan sintesis yang
Husada disebabkan dari beberapa digunakan sebagai dasar dalam praktik
faktor, salah satunya adalah kecemasan keperawatan dan memberikan manfaat
saat anak di rawat di rumah sakit bagi penerima layanan keperawatan.
mereka cenderung merasa ditinggalkan Tujuan Evidance Based Nursing
oleh keluarganya dan sulit untuk adalah:
beradaptasi sehingga berengaruh a. Memberikan landasan yang objektif dan
terhadap upaya perawatan dan rasional dalam praktek keperawatan.
pengobatan yang sedang dilakukan Salah satu ciri khas metode ilmiah
terhadap anak. Berdasarkan fenomena adalah objektif yang artinya pembuktian
diatas maka peneliti ingin mengetahui terhadap suatu kebenaran dilakukan
Pengaruh terapi bermain mewarnai berdasarkan fakta empirik. Hasil
gambar terhadap kecemasan anak penelitian akan menghasilkan intervensi
dengan hospitalisasi di ruang Marwah yang bersifat objektif dan
lt. 2 RS. Bhineka Bakti Husada. rasional.dalam praktek keperawatan
ditemukan fenomena dari pengalaman
klinik yang harus dibuktikan
kebenarannya secara ilmiah dan fakta

5
6

ilmiah inilah yang kemudian dijadikan d. Sebagai salah satu ciri keperawatan
dasar dalam praktik keperawatan EBN. professional setiap tindakan praktek
Tindakan keperawatan yang dilakukan keperawatan professional selalu
atas dasar fakta ilmiah akan berlandaskan pada bukti ilmiah, bukan
menghasilkan suatu asuhan keperawatan berdasarkan kebiasaan. Sebagai
yang berkualitas. professional dibidang kesehatan maka
b. Memberikan bukti bahwa praktik sudah seharusnya melandasi setiap
keperawatan dilandasi oleh penerapan tindakan berdasarkan fakta ilmiah dari
prinsip-prinsip ilmiah yang relevan dan hasil penelitian yang dilakukan dengan
terkini (up to date). Dengan benar dan terbukti memberikan manfaat
menerapkan evidence based nursing bagi pasien.
atau praktik keperawatan dilandasi bukti e. Meningkatkan kualitas pelayanan
ilmiah, memberikan bukti bahwa keperawatan. Indikator dari peningkatan
praktik keperawatan dilandasi oleh ini adalah meningkatnya kepuasan
dasar ilmu pengetahuan yang kuat yang pasien, berkurangnya hari perawatan
didapat melalui penelitian. praktik dan berkurangnya biaya perawatan.
keperawatan dilandasi oleh prinsip Indikator-indikator ini dapat dicapai
tindakan yang telah terbukti efektifitas dengan menerapkan prosedur
dalam mengatasi masalah-masalah yang keperawatan yang telah terbukti efektif
dialam oleh pasien. secara ilmiah.
c. Melatih kemampuan perawat untuk
berfikir kritis dan rasional terhadap Sebagai dasar untuk menyusun
suatu fenomena atau masalah. pertanyaan peneliti berikutnya.
Penerapan EBN secara tidak langsung Efektifitas penerapan hasil penelitian
akan melatih kemampuan berfikir kritis dalam praktek keperawatan diketahui
dan rasional seorang perawat dalam melalui evaluasi proses dan evaluasi
menghadapi masalah atau fenomena hasil. Hasil evaluasi dijadikan sebagai
untuk menemukan solusi yang tepat. landasan untuk menyusun pertanyaan
Sumber ilmiah merupakan solusi untuk penelitian berikutnya untuk topik yang
mengatasi masalah tersebut, yang salah relevan. Sehingga ilmu keperawatan
satunya adalah hasil penelitian akan semakin berkembang.
terdahulu.

6
7

Teknik pengambilan sampel dengan Pelaksanaan Evidence Based Nursing


teknik purposive sampling yang Practice
didasarkan pada suatu pertimbangan Pelaksanaan
tertentu yang dibuat oleh peneliti Subjek dalam penelitian ini adalah 24
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat responden anak usia prasekolah (3-6
populasi yang sudah diketahui tahun) yang mengalami hospitalisasi,
sebelumnya (Notoadmojo 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Rumah
Peneliti mengambil sampel berdasarkan Sakit Bhineka Bakti Husada pada bulan
kriteria sampel meliputi kriteria inklusi Desember 2016.
dan kriteria ekslusi, dimana kriteria
tersebut menentukan dapat tidaknya Prosedur
sampel tersebut digunakan sebagai a. Persiapan EBN
bahan peneliti. Penelitian ini ingin Penelitian ini menggunakan Metode
menguji perbedaan rata-rata sebelum Quasi Experimental tanpa kelompok
dan sesudah intervensi, oleh sebab itu kontrol, dengan rancangan One
uji yang digunakan adalah uji hipotesis GroupPre-TestPost-Test tanpa
beda rata-rata berpasangan. kelompok pembanding atau kontrol
Rumusnya yang digunakan adalah dengan menggunakan metode teknik
(Swarjana, 2015) terapi mewarnai gambar terhadap
kecemasan anak dengan hospitalisasi.
Adapun tahap persiapannya adalah :
Meminta surat izin pada bagian institusi

Keterangan : pendidikan Fakultas Ilmu-Ilmu


n : besar sampel Kesehatan UPN “Veteran” Jakarta.
Z abel Z pada
tertentu) Setelah mendapatkan surat perizinan
Z : kesalahan tipe 2 (tabel Z pa penelitian peneliti meminta perizinan
tertentu)
Sd : simpangan baku / standar deviasi penelitian melalui surat yang ditunjukan
(didapat dari pustaka) kepada RS. Bhineka Bhakti Husada.
d: selisih mean dua kelompok yang
bermakna b. Pelaksanaan EBN
1) Peneliti melakukan seleksi calon
responden.
2) Peneliti memberikan penjelasan terlebih
dahulu kepada orang tua/ keluarga

7
8

tentang tujuan penelitian dan jaminan Tabel. 2 Distribusi frekuensi karakteristik


anak dengan hospitalisasi berdasarkan Jenis
kerahasiaannya dengan memberikan kelamin

informed consent. variabel katagori Frekuensi Presentase


(n) (%)
3) Melakukan observasi tingkat kecemasan
responden sebelum diberikan perlakuan Jenis Laki-laki 14 58,3
(O1). kelamin
perempuan 10 41,7
4) Memberikan perlakuan berupa aktifitas total 24 100

mewarnai gambar (X). Tabel. 3 Distribusi frekuensi tingkat


kecemasan sebelum dan sesudah diberikan
5) Mengobservasi kembali tingkat terapi bermain mewarnai gambar
kecemasan responden setelah selesai
Tingkat Frekuensi sebelum Frekuensi setelah
mewarnai gambar (O2). kecemasam diberikan terapi diberikan terapi

6) Aturan bermain mewarnai gambar: jumlah prosentase jumlah prosentase


Tidak ada 0 0% 14 58,4%
a) Anak diberikan buku mewarnai dan kecemasan
Kecemasan 6 25% 8 33,3%
pensil warna/crayon ringan
Kecemasan 12 50% 2 8,3#
b) Anak diperkenalkan dan ditanya sedang
gambar-gambar apa saja yang ada Kecemasan 6 25% 0 0%
berat
dalam buku gambar. total 24 100% 24% 100%

c) Anak diminta menyebutkan dan Tabel. 4


Rata-rata skor kecemasan pada anak usia
mengenali bagian-bagian gambar pra sekolah sebelum dan sesudah diberikan
d) Anak harus menyelesaikan tindakan terapi bermain mewarnai gambar

mewarnai dan lengkap dalam waktu 15 variabel mean median SD Min-


max
menit. (Faris, 2009) Kecemasan 24,42 24,99 5,174 17-36
sebelum
terapi
Hasil Penelitian Kecemasan 14,25 13,00 3,651 10-22
sesudah
Tabel. 1 terapi
Distribusi rata-rata karakteristik anak
dengan hospitalisasi berdasarkan usia di RS.
Bhineka Bakti Husada tahun 2016

varia me medi d Mi 95%


bel an an n- LB UB
ma
x
usia 4,7 5,0 1,0 3 - 4,6 5,3
9 0 62 6 71 29

8
9

Tabel. 5 Berdasarkan tabel 2 di atas,


Analisis pengaruh Terapi Bermain
menunjukkan bahwa dari 24 responden
Mewarnai Gambar Terhadap
Kecemasan Pada Anak Hospitalisasi diketahui bahwa anak dengan
hospitalisasi di ruang Marwah Lt. 2 RS.
Variabel mea SD SE P
kecemasa n valu Bhineka Bakti Husada yang berjenis
n e
kelamin perempuan berjumlah 10
Kecemasa 24,4 5,17 1,05 0,00
n sebelum 2 4 6 responden (41.7%), sedangkan yang
terapi berjenis kelamin laki-laki berjumlah 14
Kecemasa 14,2 3,65 0,73
n sesudah 5 1 8 responden (58.3%). Menurut
terapi Soetjiningsih (2008), anak laki-laki
lebih sering sakit dibandingkan anak
Pembahasan
perempuan, tetapi belum diketahui
Berdasarkan tabel 1 di atas,
secara pasti mengapa demikian.
menunjukkan bahwa dari 24 responden
Meskipun jenis kelamin bukan faktor
diketahui bahwa anak dengan
dominan terhadap munculnya
hospitalisasi di ruang Marwah Lt. 2 RS.
kecemasan, tetapi ada penelitian yang
Bhineka Bakti Husada berusia
mengatakan bahwa tingkat kecemasan
minimum 3 tahun dan maximum 6
yang tinggi terjadi pada wanita
tahun dengan standar defiasi 1,062
dibanding laki-laki yaitu 2:1 (Hawari,
median 5,00 dan mean 4,79.
2004)

Hasil penelitian ini berbanding terbalik


Berdasarkan tabel 3 Distribusi
dengan penelitian Agustina & Puspita
karakteristik frekuensi tingkat
(2010), yang menunjukkan bahwa usia
kecemasan sebelum diberikan terapi
yang paling banyak adalah 4 tahun
bermain mewarnai gambar sebagian
(37,5%). Supartini (2004), reaksi anak
besar responden yang mengalami
terhadap sakit berbeda-beda sesuai
kecemasan ringan sebanyak 6
dengan tingkat perkembangan anak.
responden (25,0%), kecemasan sedang
Semakin muda usia anak semakin sukar
sebanyak 12 responden (50,0%) dan
baginya untuk menyesuaikan diridengan
kecemasan berat sebanyak 6 responden
pengalaman dirawat di rumah sakit
(25,0%), dengan standar deviasi 5,174.
(Elfira, Eqlima, 2011).
Sedangkan distribusi karakteristik
frekuensi tingkat kecemasan setelah

9
10

diberikan terapi bermain mewarnai karena itu anak menimbulkan reaksi


gambar sebagian besar responden yang agresif dengan marah dan berontak,
tidak mengalami kecemasan sebanyak ekspresi verbal dengan mengucapkan
14 responden (58,4%), yang mengalami kata-kata marah, tidak mau bekerja
kecemasan ringan sebanyak 8 sama dengan perawat, dan
responden (33,3%) dan kecemasan ketergantungan pada orang tua.
sedang sebanyak 2 responden (8,3%), (Supartini, 2014). Dalam hal
dengan standar deviasi 3,615. mengurangi kecemasan akibat
hospitalisasi sangat diperlukan karena
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian selain membuat anak menjadi lebih
tim dosen psik stik bina husada (2013). kooperatif juga menunjang proses
Yang menunjukan bahwa dari 36 penyembuhan. Dengan melalui terapi
responden sebelum diberikan terapi bermain dapat meminimalkan atau
bermain mewarnai, rata-rata memilik menurunkan kecemasan pada anak
skor kecemasan sebesar 24,44 dalam selama perawatan dan anak mempunyai
katagori kecemasan sedang dengan nilai koping yang positif sehingga akan
median atau nilai tengah dari skor membantu penyembuhan.
kecemasan nya yaitu 24,00 dalam
kategori kecemasan sedang dan standar Simpulan
deviasi 8,426 selanjutnya terlihat bahwa Penelitian ini terdapat beberapa
skor kecemasan terendah atau nilai simpulan hasil yaitu: a). Karakteristik
minimum adalah 7 dan nilai tetinggi usia, jenis kelamin, dan jenis kanker
atau maksimum adalah 40. Beberapa dari 34 responden adalah: rata-rata usia
bukti ilmiah menunjukan bahwa anak adalah 8,5 tahun dengan mayoritas
lingkungan rumah sakit itu sendiri jenis kelamin adalah laki-laki (58,9%).
merupakan penyebab setres bagi anak Jenis kanker anak mayoritas adalah akut
dan orangtua nya, baik lingkungan fisik limfoblastik leukemia (88,2%).. b).
rumah sakit seperti bangunan atau ruang Hasil gambaran oral mucositis pada
rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian anak kanker yang menjalani kemoterapi
putih petugas kesehatan maupun pada kelompok intervensi saat pretest
lingkungan sosial, seperti sesame pasien adalah derajat 0 (88,23%), derajat 1
anak atau pun interaksi dan sikap ((11,77%), sedangkan pada kelompok
petugas kesehatan itu sendiri oleh kontrol derajat 0 (82,35%) dan derajat 1

10
11

(17,65%). Gambaran oral mucositis gambar adalah 10,167 dengan standar


pada saat posttest kelompok intervensi deviasi 2,599. Hasil uji statistik
untuk derajat 0 (82,35%) dan derajat 1 didapatkan nilai P value = 0,000 (P
(17,65%), kelompok kontrol dengan value< α = 0,05) maka dapat
derajat 0 (47,06%) dan derajat 1 disimpulkan bahwa adanya penurunan
(52,94%). Dalam penelitian ini derajat 0 terhadap tingkat kecemasan anak
dikatagorikan menajdi tidak oral dengan hospitalisasi dari sebelum dan
mucositis dan derajat 1 sebagai oral sesudah dilakukan terapi bermain
mucositis. C). Berdasarkan hasil uji mewarnai gambar di ruang Marwah Lt.
statistik penelitian ini diperoleh nilai 2 RS. Bhineka Bakti Husada.
P=0,013 yang berarti terdapat pengaruh
pemberian madu dalam tindakan oral Permainan yang disukai anak akan
care terhadap kejadian oral mucositis membuat anak merasa senang
akibat kemoterapi pada anak kanker. melakukan permainan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sementara itu, jika anak kurang
Secara klinis madu dapat mencegah menyukai terhadap jenis permaianan
kejadian oral mucositis pada anak tertentu mereka tidak akan menikmati
kanker. permainan yang mereka lakukan.
Selama penelitian, peneliti menemukan
Tabel 5 adalah hasil penghitungan tidak semua anak mengalami penurunan
Paired Sampel T test, dapat dilihat pada skor kecemasan karena mungkin
tabel rata-rata frekuensi kecemasan mereka tidak menikmati permainan
sebelum dilakukan terapi bermain yang dikerjakan. Responden tidak
mewarnai gambar adalah 24,42 dengan mengalami penurunan skor kecemasan
standar deviasi 5,174. Pada frekuensi dapat juga disebabkan oleh kondisi fisik
kecemasan setelah dilakukan terapi anak akibat penyakit yang diderita, pola
bermain mewarnai gambar didapatkan asuh dan dukungan keluarga yang
rata-rata 14,205 dengan standar deviasi kurang. Anak yang terbiasa dimanjakan
3,615. Terlihat nilai mean perbedaan dan jarang diajak bermain dengan teman
pengukuran frekuensi kecemasan sebayanya akan sulit bersosialisasi dan
sebelum dilakukan terapi bermain menerima keberadaan orang lain di
mewarnai gambar dan sesudah sekitarnya. Sementara itu, anak yang di
dilakukan terapi bermain mewarnai rumah kurang diperhatikan akan banyak

11
12

mencari perhatian dengan rewel dan lingkungan dan berinteraiksi dangkal


cenderung bertindak agresif dengan orang lain atau perawat. Pada
(Kholisatun, 2013) hari pertama anak dirawat di rumah
sakit, berarti anak berada pada fase
Intervensi yang penting dilakukan pertama yaitu fase protes. Hal ini
perawat terhadap anak pada prinsipnya mengindikasikan bahwa anak belum
untuk meminimalkan steresor, melewati fase adaptasi untuk mencapai
mencegah perasaan kehilangan, tahap penerimaan, karena tahap
meminimalkan rasa takut terhadap penerimaan ini biasanya terjadi setelah
perlakuan dan nyeri, serta anak dirawat di rumah sakit selama
memaksimalkan manfaat perawatan di bebenapa hari atau dalam iangka waktu
rumah sakit. Hal yang harus di ingat lebih dari dua hari. Karakteristik
adalah bermain merupakan salah satu perkembangan kognitif anak usia
cara yang efektif dalam mengatasi prasekolah juga mempengaruhi
dampak hospitalisasi tersebut (supartini, kecemasan selama dilakukan tindakan
2004). keperawatan. Anak usia prasekolah
cenderung berpikiran magis. Mereka
Kecemasan yang dialami anak selama menganggap bahwa semua prosedur
dilakukan tindakan keperawatan baik yang menimbulkan nyeri atau
dipengaruhi oleh kecemasan tidak, sebagai sesuatu yang akan
hospitalisasi, yang terdiri dari tiga fase. melukai tubuhnya. Dalam hal ini,
Pertama lase protes, dituniukkan dengan metode bermain yang sesuai adalah
reaksi anak seperti menangis, menjerit, terapi bermain mewarnai gambar ,
mencari dan memegang erat orang tua, Terapi bermain mewarnai gambar
menolak bertemu dan menyerang orang dipilih sebagai intervensi yang
yang tidak dikenal. Kedua adalah fase digunakan karena Terapi bermain
putus asa yang ditandai dengan anak mewarnai gambar dapat memberikan
tidak aktif, menarik diri dari orang lain, kesempatan pada anak untuk bebas
sedih, tidak tertarik terhadap berekspresi dan sangat teraupeutik
lingkungan, tidak komunikatif, dan (sebagai permainan/ therapeutic play)
menolak makan atau minum. Pada fase yang membuat anak mengekspresikan
ketiga yaitu fase penerimaan, anak perasaannya, sebagai cara
mulai menunjukkan ketertarikan pada

12
13

berkomunikasi tanpa menggunakan terapi bermain dengan mewarnai


kata. sebagai terapi mandiri yang dapat
dilakukan oleh perawat untuk mengatasi
Simpulan masalah kecemasan pada anak dengan
Pada Analisis pengaruh Terapi Bermain hospitalisasi.
Mewarnai Gambar Terhadap
Kecemasan Pada Anak Hospitalisasi di Daftar Pustaka
Ruang Marwah lt.2 RS. Bhineka Bakti Ambarwati, R.P. & Nasution, N. (2012).
Buku pintar asuhan bayi dan
Husada hasil penghitungan Paired
balita. Yogjakarta: Cakrawala
Sampel T test, yang dapat dilihat pada Ilmu
tabel rata-rata frekuensi kecemasan
Aizah & Wati. (2014). Upaya
sebelum dilakukan terapi bermain Menurunkan Tingkat Stres
Hospitalisasi Dengan Aktifitas
mewarnai gambar adalah 24,42 dengan
Mewarnai Gambar Pada Anak
standar deviasi 5,174. Pada frekuensi Usia 4-6 tahun di Ruang Anggrek
RSUD Gambiran. Kediri
kecemasan setelah dilakukan terapi
bermain mewarnai gambar didapatkan
Dharma, KK. (2011). Setiadi. (2013).
rata-rata 14,205 dengan standar deviasi Konsep dan Praktik Penulisan
Riset Keperawatan, Graha Ilmu.
3,615. Terlihat nilai mean perbedaan
Yogyakarta.
pengukuran frekuensi kecemasan
Elfira, Eqlima. (2011). Pengaruh Terapi
sebelum dilakukan terapi bermain
Bermain Dengan Teknik
mewarnai gambar dan sesudah Bercerita Terhadap Kecemasan
Akibat Hospitalisasi Pada Anak
dilakukan terapi bermain mewarnai
Usia Prasekolah di Ruang
gambar adalah 10,167 dengan standar Perawatan RSUP H Adam Malik
Medan. USU Institutional
deviasi 2,599. Hasil uji statistik
Repository.
didapatkan nilai P value = 0,000 (P http://repository.usu.ac.id/handle/
1234 56789/24484.
value< α = 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat penurunan Hawari, Dadang. 2008. Menajemen
Stres Cemas Dan Depresi.
terhadap tingkat kecemasan anak
Fakultas Kedokteran Universitas
dengan hospitalisasi dari sebelum dan Indonesia: Jakarta.
sesudah dilakukan terapi bermain
Hidayat, Alimul Aziz. (2009). Metode
mewarnai gambar di ruang Marwah Lt.
Penelitian Keperawatan Anak I.
2 RS. Bhineka Bakti Husada. Sehingga Salmemba Medika ; EGC.
Jakarta
peneliti merekomendasikan aplikasi

13
14

Hockenberry, M.J., & Wilson, D.


(2013). Wong’s essentials of Stuart. (2006). Buku Saku
pediatric nursing (9th Ed.). St. Keperawatan jiwa edisi 5.
Louis: Mosby). Jakarta

Supartini. (2004). Konsep Dasar


Kholisatun. (2013). Pengaruh Clay
Keperawatan Anak, Edisi 4,
Therapy Terhadap Kecemasan
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Akibat Hospitalisasi Pada Pasien
Jakarta.
Anak Usia Prasekolah di RSUD
Banyumas.
Suryanti. (2011). Pengaruh Terapi
http://keperawatan.unsoed.ac.id/c
Bermain Mewarnai Dan Origami
onten t/pengaruh-clay-therapy-
Terhadap Tingkat Kecemasan
terhadap kecemasan-akibat-
Sebagai Efek Hospitalisasi Pada
hospitalisasi-padapasien-anak-
Anak Usia Pra Sekolah di RSUD
usia
dr. R. Goetheng Tarunadibrata
Purbalingga. Jurnal Kesehatan
Katinawati. (2011). Pengaruh Terapi
Samodra Ilmu
Bermain Dalam Menurunkan
Kecemasan Pada Anak Usia Pra
Sekolah (3-5 tahun) Yang Sutomo, dkk. (2011). Pengaruh Terapi
Mengalami Hospitalisasi Di Bermain Mewarni Gambar
Rumah Sakit Umum Daerah Terhadap Tingkat Kecemasan
Tugurejo Semarang. Anak Usia Pra Sekolah Yang
http://ejournal.stikestelogorejo.ac Mengalami Hospitalisasi
.id/ej
ournal/index.php/ilmukeperawata Soetjiningsih. 2008. Tumbuh kembang
n/arti cle/view/92 anak. Jakarta: EGC

Ngastiyah (2005). Perawatan Anak Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar


Sakit, Edisi 2. Penerbit Buku keperawatan jiwa.Alih Bahasa:
Kedokteran, EGC. Jakarta. Renata Komalasari, Jakarta:
EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo.
Wowiling, dkk. (2014). Pengaruh
(2010).Metodelogi Penelitian
Terapi Bermain Mewarnai
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Gambar Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Pra
Potter & Perry. (2013).Fundamental Sekolah Akibat Hospitalisasi di
Keperawatan: konsep, proses dan Ruang BLLU di RSUD Kraton.
praktik. EGC: Jakarta. Pekalongan.

Potter & Perry.(2009). Fundamental Wong, D.L., Hockenberry. M., Wilson,


Keperawatan, Edisi 7 Buku 3. D., Winkelstein, M,. & Schwartz,
Salemba Medika, Jakarta. P. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Vol 1.
Jakarta: EGC.
Riyadi, S & Sukarmin. (2013). Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Graha
Ilmu, Yogyakarta

14

Anda mungkin juga menyukai