Pengeringan Karet Remah Berbasis Sumber Energi Biomassa: Warta Perkaretan October 2014
Pengeringan Karet Remah Berbasis Sumber Energi Biomassa: Warta Perkaretan October 2014
net/publication/310436827
CITATION READS
1 1,124
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Development of green product base on natuural rubbet : green road & green roof cases View project
All content following this page was uploaded by Afrizal Vachlepi on 02 August 2018.
Diterima tgl 11 Februari 2014/Direvisi tgl 28 Juni 2014/Disetujui tgl 11 Agustus 2014
Abstrak Abstract
Produksi karet alam Indonesia terbesar Indonesia's largest production of natural rubber
berupa karet remah yang mencapai 93,4%. is in the form of crumb rubber reaching 93.4%.
Pengeringan merupakan kritikal proses yang Drying is a critical process that determines the final
menentukan mutu akhir produk dan salah satu product quality of the crumb rubber, and it is one of
tahapan yang memerlukan energi cukup besar. the stages that requires lot of energy. The energy used
Energi yang digunakan dalam industri in the crumb rubber industries is generally from fossil
umumnya bersumber dari energi fosil. fuels. Unfortunately the availability of fossil energy
Sayangnya ketersediaan sumber energi dari sources has decreased. Therefore, the alternative
fosil semakin lama cenderung menurun. Oleh energy sources such as biomass from waste of
karena itu perlu sumber energi alternatif yaitu agricultural product processing industry are needed.
biomassa dari limbah industri pengolahan One example is palm oil processing industry.
produk pertanian. Salah satu contohnya Biomass from this industry are in the form of empty
adalah industri pengolahan kelapa sawit. fruit brunches around 4.8 million tons, shell
Biomassa dari industri ini berupa tandan approximately 1.5 million tons and 1.8 million tons
kosong sawit (TKS) sebesar 4,8 juta ton, of fibers. In the crumb rubber drying, biomass is
cangkang 1,5 juta ton dan sekitar 1,8 juta ton converted into heat energy by gasification techniques
berupa serabut. Dalam pengeringan karet in the drying unit system. Heat of combustion
remah, biomassa dikonversi menjadi sumber products are transferred to an air as medium dryers.
energi panas dengan teknik gasifikasi dalam The advantage of using biomass as an energy
sistem unit pengering. Panas dari hasil resources are reducing the production cost, more
pembakaran dipindahkan ke media pengering environmentally friendly, and more available. The
berupa udara panas. Keuntungan meng- cost of biomass fuel in the drying process of crumb
gunakan biomassa sebagai sumber energi rubber is around Rp 78 per kg of dry rubber.
adalah dapat mengurangi biaya produksi, lebih
ramah lingkungan, dan tersedia dalam jumlah Keywords : biomass, energy, crumb rubber and
yang banyak sehingga lebih terjamin dalam drying
keberlangsungannya. Biaya penggunaan
biomassa sebagai bahan bakar pengeringan Pendahuluan
karet remah sekitar Rp78 per kg karet kering.
Produksi karet alam Indonesia tahun 2012
Kata kunci: biomassa, energi, karet remah dan sebesar 2,44 juta ton dengan produk terbesar
pengeringan berupa karet remah (crumb rubber) mutu SIR 20
mencapai 93,4% (Gapkindo, 2013). Jumlah
produksi ini dihasilkan oleh sekitar 126 pabrik
103
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112
karet remah yang tersebar di beberapa provinsi menyikapi permasalahan energi yang ke
penghasil karet di Indonesia seperti Sumatera depannya akan semakin bernilai. Tulisan ini
Selatan, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, diharapkan dapat menjadi informasi bagi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan industri karet alam di Indonesia khususnya
(Gapkindo, 2011). Dalam pengolahan karet pabrik pengolahan karet remah sehingga
remah, pengeringan merupakan tahapan ketergantungan akan bahan bakar fosil dapat
proses yang kritis dan sangat menentukan diminimalisasi dengan memanfaatkan potensi
mutu akhir karet remah. Pengeringan bahan bakar biomassa yang berlimpah.
m e r u p a k a n s a l a h s a t u p r o s e s ya n g
memerlukan konsumsi energi cukup besar. Jenis Material Biomassa
Energi yang digunakan dalam industri
umumnya bersumber dari energi fosil. Tidak seperti sumber energi yang berasal
Sayangnya, ketersediaan cadangan energi fosil dari fosil, energi yang berasal dari biomassa
semakin menipis (Elinur et al, 2010). Oleh memiliki banyak jenis dan karakteristik yang
karena itu perlu dimaksimalkan penggunaan berbeda-beda (Tabel 1). Jenis dan karakteristik
energi alternatif bersifat terbarukan (renewable ini sangat menentukan penanganan dan
energy) seperti biomassa; sinar matahari/surya pemanfaatannya sebagai sumber energi.
(Sugiyono, 2010); dan angin (Syahrul, 2008). Bentuk biomassa yang umumnya digunakan
Sumber energi alternatif yang potensial untuk sebagai sumber bahan bakar antara lain pallet,
dikembangkan adalah biomassa yang juga chip, dan serbuk. Potensi produksi dan energi
dikenal dengan bioenergi atau energi hijau. dari limbah biomassa.
Sebagai negara yang mengandalkan sektor Contoh industri pengolahan pertanian yang
pertanian, sumber biomassa di Indonesia potensial menghasilkan biomassa sebagai
sangat berlimpah terutama limbah pada hasil sumber energi adalah industri pengolahan
perkebunan. kelapa sawit. Sebagai salah satu negara
Tu l i s a n i n i m e m b a h a s t e k n o l o g i produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia
pengeringan karet remah menggunakan (Mariati, 2009), di Indonesia potensi biomassa
sumber energi berbasis biomassa. Teknologi dari industri ini sangat berlimpah. Peta
ini dapat dijadikan salah satu alternatif bagi penyebaran luas lahan dan produksi kelapa
industri pengolahan karet remah dalam sawit di Indonesia disajikan pada Gambar 1.
104
Pengeringan karet remah berbasis sumber energi biomassa
4,0% 41,88%
25,93%
4,9%
17,1%
22,25%
27,7%
1,10%
5,46%
24,8% 5,6%
7,8%
4,36% 7,9% 0,09%
8,6%
3,7% 0,80%
5,0%
1,8% 1,63%
17,37%
2,6% 1,6%
1,15%
0,69% 14,94%
8,77%
1,90%
=CPO, Produksi th 2004=10,4 juta ton = Minyak goreng sawit, kap izin th 2004=9,7 juta ton = Luas kebun sawit th 2004=4.251 rb Ha
Gambar 1. Peta penyebaran luas lahan dan produksi kelapa sawit di Indonesia
(Sumber: Kementerian Perindustrian, 2007).
Total produksi CPO Indonesia tahun 2011 Ketiga biomassa ini memiliki karakteristik
mencapai 21,96 juta ton (Badan Pusat yang berbeda-beda. Hasil penelitian
Statistik, 2011). Singh, et al (1990) menyatakan menunjukkan bahwa nilai kalor cangkang
bahwa setiap pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (4.115 kkal/kg) lebih besar
menjadi CPO menghasilkan produk samping dibandingkan serabut yang hanya sekitar 3.500
(by product) berupa tandan kosong sawit (TKS) kkal/kg (Harris et al, 2013). Biomassa dengan
sekitar 22 %, cangkang sebesar 7 % dan juga jumlah sebesar ini sangat potensial dapat
serabut (fiber) sekitar 8 %. Dengan demikian dioptimalkan pemanfaatannya sebagai sumber
berarti tersedia biomassa berupa TKS sebesar energi untuk berbagai industri, termasuk
4,8 juta ton, cangkang 1,5 juta ton dan sekitar industri pengolahan karet remah. Biomassa
1,8 juta ton berupa serabut. dari limbah padat pengolahan kelapa sawit
ditampilkan pada Gambar 2.
(a) (b) ( c)
Gambar 2. Limbah padat pengolahan kelapa sawit (a) cangkang, (b) serabut dan (c) tandan kosong sawit.
105
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112
Mesin Pengering Karet Remah berupa udara (Vachlepi, 2012). Udara panas
dialirkan ke dalam ruang pengering yang akan
Dalam pengolahan karet remah, salah satu dilalui karet remah basah. Contoh mesin
t a h a p a n ya n g s a n g a t p e n t i n g a g a r pembakaran (burner) berbahan bakar biomassa
menghasilkan karet bermutu baik adalah yang terdapat di salah satu pabrik pengolahan
proses pengeringan. Pengeringan adalah karet remah di Kalimantan Barat, ditampilkan
proses penghilangan kadar air dengan tujuan pada Gambar 3 dan saluran/pipa udara
mengawetkan, memudahkan pengangkutan, pengering dari mesin pembakaran dapat
dan mempersiapkan bahan untuk proses dilihat pada Gambar 4.
berikutnya. Proses ini juga dapat menentukan
kualitas akhir karet karena tanpa pengeringan Proses Konversi Biomassa
tidak dapat dihasilkan karet dengan mutu yang menjadi Energi Panas
memenuhi persyaratan spesifikasi teknis
sesuai yang diperlukan (Maspanger et al, Dalam aplikasinya biomassa ini dapat
1999). dikonversi menjadi bioenergi (Muryanto,
Pada tahap ini, air yang terkandung di 2008) berupa biobriket, biofuel, dan biogas
dalam karet dikeluarkan melalui pemanasan sebagai sumber energi panas. Teknik yang
yang biasanya menggunakan udara panas. dapat dipilih untuk mengkonversi biomassa
Suhu pengeringan yang umumnya digunakan menjadi energi panas adalah gasifikasi.
berkisar 110-120 °C (Vachlepi, 2007). Udara Gasifikasi merupakan teknologi konversi
panas yang digunakan dalam pengeringan teknologi thermal, dimana bahan bakar padat
dihasilkan oleh peralatan berupa mesin diubah menjadi gas yang mudah terbakar
pengering. Sumber energi yang umum dengan memberikan persediaan oksigen
digunakan masih bahan bakar yang berasal (Syahputra, 2013). Pada proses pembakaran
dari fosil. Tetapi seiring semakin mahalnya biomassa dengan udara terkontrol di dalam
biaya penggunaan bahan bakar fosil, beberapa alat gasifikasi (gasifier) maka akan dihasilkan
pabrik pengolahan karet remah sudah produk gas, yaitu CO, H2, CO2, H2O dan CH4.
mengganti bahan bakarnya menggunakan Komposisi produk gasifikasi terdiri dari 85%
biomassa berupa cangkang kelapa sawit. gas, 10% arang dan 5% cairan berupa tar
Biomassa cangkang kelapa sawit dibakar di (Suwardin, 2011). Reaksi utama selama proses
dalam mesin pembakar secara langsung (direct gasifikasi biomassa dapat dilihat pada Tabel 2.
combustion). Energi panas yang dihasilkan Keunggulan dari teknologi gasifikasi biomassa
pembakaran biomassa ini digunakan untuk adalah mampu menghasilkan produk gas yang
memanaskan media pengering, biasanya konsisten dan lebih bersih. Pembakaran gas
Gambar 3. Mesin pembakaran (burner) berbahan Gambar 4. Saluran/pipa udara panas pada mesin
bakar biomassa untuk pengeringan pembakaran untuk pengeringan karet.
karet remah.
106
Pengeringan karet remah berbasis sumber energi biomassa
Tabel 2. Reaksi utama yang terjadi selama proses gasifikasi biomassa berlangsung.
Proses devolatilisasi primer (primary devolatilization)
Tar primer (CHxOy)
Biomassa CO, CO2, CH4, C2H4, H2O (1)
Karbon
Proses pemecahan dan reformasi tar (tar cracking and reforming).
Tar sekunder
Tar primer (2)
CO, CO2, CH4, C2H4, H2
Reaksi fase gas homogen (homogenous gas phase reaction) H
Tar sekunder C, CO, H2 (3)
H2 + 0,5 O2 H2O -242 (4)
CO + 0,5 O2 CO2 -283 (5)
CH4 + 0,5 O2 CO + 2 H2 -110 (6)
CH4 + CO2 2 CO + 2 H2 +247 (7)
CH4 + H2O CO + 3 H2 +206 (8)
CO + H2O CO2 + H2 -40,9 (9)
Reaksi heterogen (heterogenous reaction)
C + O2 CO2 -393,5 (10)
C + 0,5 O2 CO -123,1 (11)
C + CO2 2 CO +159,9 (12)
C + H2O CO + H2 +118,5 (13)
C + 2 H2 CH4 -87,5 (14)
Keterangan: Reaksi 4: Pembakaran/combustion (oksidasi/oxidation) H2
Reaksi 5: Pembakaran/combustion (oksidasi/oxidation) CO
Reaksi 6: Pembakaran/combustion (oksidasi/oxidation) Ch4
Reaksi 7: Reaksi reformasi kering/dry reforming reaction
Reaksi 8: Metanisasi reformasi uap/steam reforming methanisation
Reaksi 9: Reaksi perubahan gas-air (water-gas shift reaction)
Reaksi 10: Oksidasi karbon (oxidation of carbon)
Reaksi 11: Oksidasi parsial (partial oxidation)
Reaksi 12: Kesetimbangan Boudoard (Boudoard equilibrium)
Reaksi 13: Reaksi reformasi uap (steam reforming reaction)
Reaksi 14: Reaksi produksi metan (methane production reaction)
Sumber : IEABioenergy, 2014.
hasil proses gasifikasi yang bersih akan lebih yang umumnya berkisar 1 jam (Bergman et al.
sempurna sehingga udara buangan juga lebih 2005). Penelitian Chen et al. (2011)
bersih atau dengan kata lain rendah polutan. menggunakan tiga temperatur berbeda yang
Gasifikasi biomassa juga dapat digunakan masing-masing didefinisikan sebagai torefaksi
sebagai alternatif penghasil panas ringan (220°C), torefaksi lunak (250°C), dan
konvensional (Syahputra et al, 2013). torefaksi berat (280°C). Temperatur ini jauh
Teknik atau metode lain yang dapat lebih rendah dari rentang yang biasa dipakai
digunakan untuk mengubah biomassa untuk pirolisis atau gasifikasi (900°C ke atas).
menjadi energi panas adalah torefaksi. Torefaksi merupakan pilihan yang dapat
To r e f a k s i a d a l a h m e t o d e p e r l a k u a n meningkatkan sifat umpan biomassa dalam
termokimia yang dilakukan pada rentang h a l p e m b a k a r a n k a i t a n n ya d e n g a n
temperatur 200-300 °C, tekanan atmosfer 1 peningkatan nilai kalor. Karakteristik
atm, dan tanpa oksigen. Proses ini ditandai biomassa hasil proses torefaksi akan berubah
dengan laju pemanasan rendah (<50 seperti kandungan oksigen akan berkurang,
°C/menit) dengan waktu tinggal relatif lama kandungan hemiselulosa berkurang, sifat
107
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112
108
Pengeringan karet remah berbasis sumber energi biomassa
109
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112
Gambar 7. Unit pembakaran biomassa cangkang sawit. (a) motor penggerak untuk menyuplai bahan bakar,
(b) pipa/saluran input bahan bakar ke dalam ruang pembakaran dan (c) ruang pembakaran
110
Pengeringan karet remah berbasis sumber energi biomassa
Tabel 3. Konsumsi bahan bakar biomassa cangkang sawit dalam pengeringan karet remah.
Tabel 4. Perbandingan biaya konsumsi bahan bakar menggunakan cangkang sawit dan solar*).
Konsumsi (per ton Biaya**) (Rp Biaya Produksi Biaya Produksi
Bahan Bakar
karet kering) per kg/liter) (Rp/ton) (Rp/kg)
Cangkang sawit 123,8 kg 625 77.375 77,4
Solar industri 25 liter 11.000 275.000 275
*) studi kasus pabrik karet remah di Kalimantan Barat tahun 2013.
**) biaya/harga bahan di pabrik pengolahan karet remah
111
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112
112