Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DRAINASE PERKOTAN
(Perencanaan Master Plan Drainase Perkotaan)
Pemotretan Udara
• Persiapan
administrasi dan
teknis.
• Pemasangan tugu
dan premark.
• Pemotretan Udara.
KONDISI EKSISTING SISTEM DRAINASE
2. Saluran Sekunder
• Saluran Sekunder yang
sebagian merupakan anak
sungai dari ke tiga Saluran 3. Saluran Sistem Drainase Lokal
Primer tersebut • survey dan inventarisasi
saluran didaerah permukiman
Kecamatan desa diwilayah
studi.
BANJIR/GENANGAN
• Survey dan inventarisasi lokasi
banjir/genangan wilayah Kecamatan
yang meliputi Kelurahan.
• Data yang dihasilkan termasuk hasil
wawancara dengan penduduk serta
aparat desa.
PENYEBAB BANJIR/GENANGAN
Banjir dan genangan yang terjadi di Kota
Bekasi disebabkan oleh beberapa faktor
yang teridentifikasi yaitu antara lain:
• Adanya hambatan saluran air dari arah
selatan ke utara
• Faktor alamiah pendangkalan dan
sedimentasi yang mengakibatkan
penyempitan dimensi saluran
drainase.
• Faktor pola perilaku masyarakat
• Adanya pengembangan wilayah kota
yang mengubah tata guna lahan,
PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
Perhitungan Dimensi Saluran
Drainase Untuk menghitung
dimensi saluran kita gunakan :
A=Q/V
Dimana
A= Luas Penampang basah (m2 )
Q = Debit (m3 /dt)
V = Kecepatan aliran
Kecepatan aliran dapat dihitung
dengan rumus Manning :
V = (1/n) R2/3 S½
Koefisien kekasaran menurut manning
PERMASALAHAN DRAINASE POLA PENANGANAN DRAINASE PERKOTAAN.
Permasalahan drainase yang terjadi : 1. Perbaikan saluran dan bangunan yang
1. Beberapa jalan penghubung antara rusak dan pengangkatan lumpur akibat
kecamatan ada sebagian besar yang sedimentasi.
belum mempunyai saluran samping, 2. Pembangunan jaringan drainase
2. Drainase yang sudah ada kurang 3. Normalisasi Kali dengan melakukan
pemeliharaan. normalisasi penampang melintangnya
3. Belum tersusunnya program master 4. revitalisasi bantaran sungai (perapihan
plan untuk penanganan drainase baik bantaran sungai, pembuatan taman
untuk jangka menengah maupun dan pembuatan siring)
jangka panjang, sehingga 5. menjamin kondisi sanitasi yang sehat di
penanganan drainase masih belum kawasan permukiman.
terarah. 6. Pembangunan polder – polder
4. Masih belum ada bagian/seksi khusus didaerah tertentu yang terpilih
sturktur kelembagaan pemda disesuaikan dengan topografi medan.
Perencanaan Master Plan Drainase Perkotaan
(Case Study)
a. Sistim Master Plan Drainase Perkotaan
Masalah banjir dan genangan yang terjadi di Kota Bekasi dapat terjadi akibat:
1. Banjir kiriman: aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di luar kawasan yang
tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi di daerah hulu menimbulkan
aliran banjir yang melebihi kapasitas sungainya atau banjir kanal yang ada,
sehingga terjadi limpasan. Banjir kiriman yang besar tercatat pada tahun 2002,
2007, 2009.
2. Banjir lokal: genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah itu
sendiri, hal ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebihi kapasitas sistem
drainase yang ada. Banjir lokal, ketinggian genangan air antara 0.2- 0.7 m, lama
genangan antara 1-8 jam. Terdapat pada daerah rendah, wilayah yang sering
tergenang biasanya berada di daerah cekungan.
3. Banjir back water (rob) akibat meluapnya Kali Bekasi dan Kali Sunter: banjir yang
terjadi baik akibat aliran langsung air pasang akibat banjir dari Kali Bekasi (Kali
Sunter), dan/atau air balik dari saluran drainase anak sungai Kali Bekasi akibat
terhambat oleh air pasang. Banjir pasang, merupakan banjir rutin akibat Kali
Bekasi meluap (banjir kiriman dari Kabupaten Bogor) yang terjadi pada wilayah
sepanjang aliran Kali Bekasi maupun Kali Sunter. Ketinggian genangan antara 0,20-
0,70 m dengan lama genangan antara 3 hingga 6 jam.
b. Sistim Drainase Primer Lokasi Studi
Berdasarkan hasil indentifikasi saluran yang ada
di Kota Bekasi ada 18 (delapan belas) saluran,
namun setelah dilakukan analisa dan evaluasi
sistim drainase Kota Bekasi terdapat 11
(sebelas) aliran sungai yang mengalir dari
selatan ke utara, yaitu:
1. Kali Buaran
2. Kali Jati Keramat
3. Kali Bojong Rangkong
4. Kali Cakung
5. Kali Jati Luhur atau Kali Baru, Kali Kapuk
6. Kali Bolevard/Galaxy/BSK dan Kali Pekayon
Kecil
7. Kali Rawa Tembaga (asalnya saluran irigasi
namun berubah fungsi menjadi saluran
pembuang).
8. Kali Pekayon
9. Kali Alam Galur, Kali Blencong
10. Kali Abang Tengah
11. Kali Rawa Rotan atau Kali Rorotan
Tiga sungai penyumbang banjir
terbesar di Kota Bekasi adalah:
Kali Bekasi, Kali Cikeas, dan Kali
Sunter rutin menyumbang banjir
tahunan di wilayah berikut ini:
1. Kecamatan Pondok Gede
(Perumahan Bina Lindung)
2. Kecamatan Pondok Melati
(Perumahan Chandra RW 15,
Perumahan Pondok Melati
Indah, Perumahan Nyai Putu
Bawah).
3. Kecamatan Bekasi Selatan
(Perumahan Jaka Kencana) 4
4. Kecamatan Jati Asih (Pondok
Mitra Lestari, Jati Asih Indah,
Kemang IFI Graha, Pondok
Gede Permai, Villa Jati Rasa,
Perumahan Mandosi).
5. Kecamatan Jati Sampurna
(Perumahan Citra Grand).
c. Perencanaan Master Plan
Alur Sungai Secara sederhana alur utama
sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu:
a. Bagian hulu Bagian hulu merupakan
daerah sumber erosi sungai melalui
daerah pegunungan, perbukitan atau
lereng gunung api yang kadang-kadang
mempunyai cukup ketinggian dari muka
laut. Alur sungai di bagian hulu ini
biasanya mempunyai kecepatan aliran
yang lebih besar dari pada bagian hilir,
sehingga pada saat banjir material hasil
erosi yang diangkut tidak saja partikel
sedimen yang halus akan tetapi juga pasir,
kerikil bahkan batu.
b. Bagian tengah Merupakan daerah peralihan dari bagian hulu dan hilir. Kemiringan
dasar sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatip lebih kecil dari pada bagian
hulu. Umumnya penampang sungai berbentuk V sehingga daya tampung masih
mampu menerima aliran banjir.
c. Bagian hilir Biasanya melalui daerah pedataran yang terbentuk dari endapan pasir
halus sampai kasar, lumpur, endapan organik dan jenis endapan yang lainnya yang
sangat labil. Alur sungai yang melalui daerah pedataran mempunyai kemiringan dasar
sungai yang landai sehingga kecepatan alirannnya lambat, keadaan ini memungkinkan
terjadi proses pengendapan.
1. Penataan DAS / Saluran Primer