Anda di halaman 1dari 19

Materi ke 13

DRAINASE PERKOTAN
(Perencanaan Master Plan Drainase Perkotaan)

Udien Yulianto, ST., M.Tech.

Prodi Teknik Sipil – FTSP


Institut Teknologi Budi Utomo
PEMBAHASAN
1. Pendahuluan
a. Lingkup Kegiatan
b. Keluaran
2. Survey Dan Inventarisasi
a. Gambaran Umum
b. Kondisi Eksisting Sistem Drainase Kota
c. Kejadian Banjir/Genangan
d. Penyebab Banjir/Genangan.
3. Analisis Dan Perhitungan
a. Analisis Hidrologi
b. Analisis Debit Rencana
c. Analisis Dimensi Saluran
4. Perencanaan Master Plan Drainase Perkotaan
a. Sistim Master Plan Drainase Perkotaan
b. Sistim Drainase Primer Lokasi Studi
c. Perencanaan Master Plan
Sumber:
Penyusunan Master Plan Dan Ded Drainase Perkotaan
Kota Bekasi (Paket Pjd-02) Pt. Arkonin Engineering
Manggala Pratam
PENDAHULUAN
a. Lingkup Kegiatan
1. Pembuatan peta kontur, peta digital Skala 1 : 5000,dan 1 :
1.000, dengan luas
2. Peta kondisi sistem drainase eksisting yang mencakup sistem
alamiah dan sistem buatan.
3. Melakukan review terhadap sistem drainase eksisting dan
survey lapangan/penelitian
4. Melakukan pemetaan udara skala 1 : 1.000 dan 1 : 5.000,
5. Melakukan survey topografi potongan memanjang (skala 1 :
1,000) dan melintang (skala 1 : 100)
6. Melakukan pengukuran situasi dan pembuatan profil
memanjang dan melintang saluran pada lokasi perencanaan.
7. Penyusunan konsep sistem penyaluran drainase.
b. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah dokumen
Master Plan dan DED yang terdiri dari:
1. Laporan Teknis.
2. Gambar Teknis
3. Daftar Kuantitas Barang dan Pekerjaan
4. Rencana Anggaran Biaya.
Survey dan Inventarisasi
a. Gambaran Umum

Letak Geografis dan Topografi


 Letak geografi (Bujur Timur dan
Lintang Selatan)
 Elevasi lokasi kajian (ketinggian
rata-rata dari permukaan laut
(dpl)

Tata Guna Lahan


• tata guna lahan daerah penelitian
diidentifikasikan ke dalam jenis
penggunaan lahan,

Data Curah Hujan


• Data curah hujan diperoleh dari
stasiun pengamatan curah hujan
Data Pos Duga Air
• Data pengamatan ketinggian muka air
sunga-sungai di lokasi studi

Pemotretan Udara
• Persiapan
administrasi dan
teknis.
• Pemasangan tugu
dan premark.
• Pemotretan Udara.
KONDISI EKSISTING SISTEM DRAINASE

1. Saluran Primer Skema Aliran Sungai di Lokasi Studi

• Sungai-sungai utama (besar)


yang lewat dilokasi studi

2. Saluran Sekunder
• Saluran Sekunder yang
sebagian merupakan anak
sungai dari ke tiga Saluran 3. Saluran Sistem Drainase Lokal
Primer tersebut • survey dan inventarisasi
saluran didaerah permukiman
Kecamatan desa diwilayah
studi.
BANJIR/GENANGAN
• Survey dan inventarisasi lokasi
banjir/genangan wilayah Kecamatan
yang meliputi Kelurahan.
• Data yang dihasilkan termasuk hasil
wawancara dengan penduduk serta
aparat desa.

PENYEBAB BANJIR/GENANGAN
Banjir dan genangan yang terjadi di Kota
Bekasi disebabkan oleh beberapa faktor
yang teridentifikasi yaitu antara lain:
• Adanya hambatan saluran air dari arah
selatan ke utara
• Faktor alamiah pendangkalan dan
sedimentasi yang mengakibatkan
penyempitan dimensi saluran
drainase.
• Faktor pola perilaku masyarakat
• Adanya pengembangan wilayah kota
yang mengubah tata guna lahan,
PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
Perhitungan Dimensi Saluran
Drainase Untuk menghitung
dimensi saluran kita gunakan :
A=Q/V
Dimana
A= Luas Penampang basah (m2 )
Q = Debit (m3 /dt)
V = Kecepatan aliran
Kecepatan aliran dapat dihitung
dengan rumus Manning :
V = (1/n) R2/3 S½
Koefisien kekasaran menurut manning
PERMASALAHAN DRAINASE POLA PENANGANAN DRAINASE PERKOTAAN.
Permasalahan drainase yang terjadi : 1. Perbaikan saluran dan bangunan yang
1. Beberapa jalan penghubung antara rusak dan pengangkatan lumpur akibat
kecamatan ada sebagian besar yang sedimentasi.
belum mempunyai saluran samping, 2. Pembangunan jaringan drainase
2. Drainase yang sudah ada kurang 3. Normalisasi Kali dengan melakukan
pemeliharaan. normalisasi penampang melintangnya
3. Belum tersusunnya program master 4. revitalisasi bantaran sungai (perapihan
plan untuk penanganan drainase baik bantaran sungai, pembuatan taman
untuk jangka menengah maupun dan pembuatan siring)
jangka panjang, sehingga 5. menjamin kondisi sanitasi yang sehat di
penanganan drainase masih belum kawasan permukiman.
terarah. 6. Pembangunan polder – polder
4. Masih belum ada bagian/seksi khusus didaerah tertentu yang terpilih
sturktur kelembagaan pemda disesuaikan dengan topografi medan.
Perencanaan Master Plan Drainase Perkotaan
(Case Study)
a. Sistim Master Plan Drainase Perkotaan
Masalah banjir dan genangan yang terjadi di Kota Bekasi dapat terjadi akibat:
1. Banjir kiriman: aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di luar kawasan yang
tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi di daerah hulu menimbulkan
aliran banjir yang melebihi kapasitas sungainya atau banjir kanal yang ada,
sehingga terjadi limpasan. Banjir kiriman yang besar tercatat pada tahun 2002,
2007, 2009.
2. Banjir lokal: genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah itu
sendiri, hal ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebihi kapasitas sistem
drainase yang ada. Banjir lokal, ketinggian genangan air antara 0.2- 0.7 m, lama
genangan antara 1-8 jam. Terdapat pada daerah rendah, wilayah yang sering
tergenang biasanya berada di daerah cekungan.
3. Banjir back water (rob) akibat meluapnya Kali Bekasi dan Kali Sunter: banjir yang
terjadi baik akibat aliran langsung air pasang akibat banjir dari Kali Bekasi (Kali
Sunter), dan/atau air balik dari saluran drainase anak sungai Kali Bekasi akibat
terhambat oleh air pasang. Banjir pasang, merupakan banjir rutin akibat Kali
Bekasi meluap (banjir kiriman dari Kabupaten Bogor) yang terjadi pada wilayah
sepanjang aliran Kali Bekasi maupun Kali Sunter. Ketinggian genangan antara 0,20-
0,70 m dengan lama genangan antara 3 hingga 6 jam.
b. Sistim Drainase Primer Lokasi Studi
Berdasarkan hasil indentifikasi saluran yang ada
di Kota Bekasi ada 18 (delapan belas) saluran,
namun setelah dilakukan analisa dan evaluasi
sistim drainase Kota Bekasi terdapat 11
(sebelas) aliran sungai yang mengalir dari
selatan ke utara, yaitu:
1. Kali Buaran
2. Kali Jati Keramat
3. Kali Bojong Rangkong
4. Kali Cakung
5. Kali Jati Luhur atau Kali Baru, Kali Kapuk
6. Kali Bolevard/Galaxy/BSK dan Kali Pekayon
Kecil
7. Kali Rawa Tembaga (asalnya saluran irigasi
namun berubah fungsi menjadi saluran
pembuang).
8. Kali Pekayon
9. Kali Alam Galur, Kali Blencong
10. Kali Abang Tengah
11. Kali Rawa Rotan atau Kali Rorotan
Tiga sungai penyumbang banjir
terbesar di Kota Bekasi adalah:
Kali Bekasi, Kali Cikeas, dan Kali
Sunter rutin menyumbang banjir
tahunan di wilayah berikut ini:
1. Kecamatan Pondok Gede
(Perumahan Bina Lindung)
2. Kecamatan Pondok Melati
(Perumahan Chandra RW 15,
Perumahan Pondok Melati
Indah, Perumahan Nyai Putu
Bawah).
3. Kecamatan Bekasi Selatan
(Perumahan Jaka Kencana) 4
4. Kecamatan Jati Asih (Pondok
Mitra Lestari, Jati Asih Indah,
Kemang IFI Graha, Pondok
Gede Permai, Villa Jati Rasa,
Perumahan Mandosi).
5. Kecamatan Jati Sampurna
(Perumahan Citra Grand).
c. Perencanaan Master Plan
Alur Sungai Secara sederhana alur utama
sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu:
a. Bagian hulu Bagian hulu merupakan
daerah sumber erosi sungai melalui
daerah pegunungan, perbukitan atau
lereng gunung api yang kadang-kadang
mempunyai cukup ketinggian dari muka
laut. Alur sungai di bagian hulu ini
biasanya mempunyai kecepatan aliran
yang lebih besar dari pada bagian hilir,
sehingga pada saat banjir material hasil
erosi yang diangkut tidak saja partikel
sedimen yang halus akan tetapi juga pasir,
kerikil bahkan batu.
b. Bagian tengah Merupakan daerah peralihan dari bagian hulu dan hilir. Kemiringan
dasar sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatip lebih kecil dari pada bagian
hulu. Umumnya penampang sungai berbentuk V sehingga daya tampung masih
mampu menerima aliran banjir.
c. Bagian hilir Biasanya melalui daerah pedataran yang terbentuk dari endapan pasir
halus sampai kasar, lumpur, endapan organik dan jenis endapan yang lainnya yang
sangat labil. Alur sungai yang melalui daerah pedataran mempunyai kemiringan dasar
sungai yang landai sehingga kecepatan alirannnya lambat, keadaan ini memungkinkan
terjadi proses pengendapan.
1. Penataan DAS / Saluran Primer

Contoh : KALI SUNTER


1. Kali Sunter pengelolaan dan penanganannya di bawah
kewenangan BBWS Ciliwung-Cisadane
2. Kali Sunter merupakan wilayah perbatasan antara
Kota Bekasi dengan walikota Jakarta Timur (Propinsi
DKI Jakarta), memiliki panjang sungai 20,0 km.
(panjang sungai sepanjang wilayah Kota Bekasi, bukan
panjang total Kali Sunter).
3. Slope saluran dasar sungai rata-rata adalah S =
0,00209
4. Luas tangkapan air yang mengalir dari wilayah Kota
Bekasi adalah 1.358 Ha.
5. Wilayah pelayanan Kali Sunter (Daerah Tangkapan Air
di wilayah Kota Bekasi) meliputi: Kelurahan Jati
Cempaka-Kec. Pondok Gede, Kelurahan Jati Rahayu-
Kec. Pondok Melati, Kelurahan Jati Warna-Kec. Pondok
Melati, Kelurahan Jati Melati-Kec Pondok Melati,
Kelurahan Jati Raden-Kec Jati Sampurna.
6. Aliran Kali Sunter di bagian hilir masuk ke sistim
saluran Banjir Kanal Timur (BKT)
2. Penataan Drainase Sekunder dan Tertier

Tipe konstruksi yang akan


digunakan pada Bandar Udara
Mutiara adalah :
• Saluran terbuka berbentuk
trapesium;
• Gorong-gorong
• Box culvert
Pola Perencanaan
Pola penanganan penataan sungai / saluran Drainase di Kota Bekasi bisa di bagi dalam beberapa
program kegiatan, antara lain :
1. Pemeliharaan jaringan Drainase, program ini dilaksanakan untuk daerah atau jalan yang sudah
ada jaringan saluran drainasenya sehingga pekerjaan berupa perbaikan saluran yang rusak
dan penggalian endapan Lumpur/tanah akibat sedimentasi.
2. Pembangunan saluran Drainase, program ini dilakukan pada jalan atau daerah yang belum ada
jaringan drainasenya sehingga diperlukan pembangunan saluran Drainase.
3. Normalisasi Sungai (pembersihan endapan lumpur, perapihan/pembenahan bantaran siring
yang rusak dan pembuatan siring penahan tanah), program ini dilakukan pada sungai-sungai
yang mengalami pendangkalan sehingga memerlukan pengerukan untuk tetap memperlancar
aliran sungai.
4. Revitalisasi bantaran sungai (perapihan bantaran sungai, pembuatan taman dan pembuatan
siring), program ini dilakukan untuk melindungi bantaran sungai agar tidak tergerus oleh aliran
air dan membatasi wilayah sungai agar tidak ada bangunan yang masuk ke wilayah sungai
dengan membangun siring.
5. Pada prinsipnya penanganan drainase yang akan dilakukan adalah dengan menjamin kondisi
sanitasi yang sehat di kawasan permukiman dengan adanya pergantian air yang bisa dilakukan
pada saat terjadi pasang dan surut.
6. Sistim pompanisasi, program ini dilakukan karena secara geografis Daerah Bekasi
dikecamatan-kecamatan Bekasi Utara, Medan Satria,Bekasi Barat, Bekasi Selatan relatif datar
dengan kemiringan lahan 0 -2%, sehingga apabila terjadi musim penghujan dan bersamaan
dengan air pasang maka air hujan lambat keluar dari daerah permukiman sehingga harus
dipompakan. Dengan catatan bahwa daerah yang dilayani dengan pompanisasi ini harus
sudah dilakukan pembangunan polder
Skala Prioritas
Tahap 1 – Pusat kota dan jalan protokol Yaitu
pusat kota (Kecamatan Bekasi Barat dan
Bekasi Selatan), sepanjang jalan di wilayah
Perumnas Bekasi I, Jalan diwilayah
perkantoran Pemerintah Kota
Tahap 2 – Permukiman tengah kota Yaitu
permukiman penduduk yang sudah ada dan
berkembang bersama perkembangan kota.
Kebanyakan perumahan yang dibangun Untuk penentuan wilayah target, digunakan angka-angka
secara perorangan. Jalan kurang tertata scoring sebagai berikut:
dengan baik dan sebagian tampak kumuh. a. Wilayah Pusat Kota, nilai : 5, pinggir kota : 1
Tahap 3 – Permukiman pinggiran kota b. Wilayah Pusat Pemerintah an Perdagangan, nilai : 5
Merupakan permukiman yang baru c. Wilayah yang sering tergenang, nilai : 5
berkembang saat ini. Sebagian besar adalah d. Wilayah yang masih kurang saluran drainase, nilai : 5
komplek perumahan yang dibangun oleh
developer. Jalan-jalan sudah tertata dengan
Penetapan score berdasarkan dua dimensi, yaitu kondisi dan
baik, tetapi untuk sarana drainase saat ini
tingkat urgensinya sebagai contoh diantaranya:
belum tersedia,seperti Jl.Perjuangan di
a. Urgensi fisik (5) dan kondisi genangan permanen (5);
Kelurahan Teluk Pucung dan kalaupun ada
genangan >4 jam (4); kondisi saluran tidak berfungsi (5)
tidak bisa berfungsi dengan baik.
b. Urgensi tata guna lahan dan kepadatan (4) dan kondisi
Tahap 4 – Daerah pinggiran kota Merupakan
kawasan insutri (5) perdagangan (4); kepadatan >50
daerah pesisir kota yang saat ini sebagian
org/ha (5), 100 s/f 200 org/ha (4)
besar adalah lahan terbuka/ lahan pertanian.
c. Urgensi sarana dan prasarana umum (3) dan kondisi jalan
Seperti Kecamatan Pondok Melati dan
rusak (5); kawasan kantor (4); rumah sakit (4); sekolah (4)
Kecamatan Jati Sampurna.Diperkirakan lahan
d. Urgensi lingkungan (2) dan kondisi; kawasan kumuh (5)
ini nantinya juga akan menjadi kawasan
aluran saluran septik (4); saluran disposal sampah (4).
pemukiman.
Contoh Kawasan A:
a. Urgensi fisik; genangan permanen;
kondisi saluran rusak;
maka nilai score = {5} x (4+5) = 45
b. Urgensi lahan: kawasan padat,
nilai score = {4} x (5) = 20
c. Urgensi sarana publik: saluran rusak
5; bangunan sekolah 4,
nilai score {3} x (5+4) = 18
d. Urgensi lingkungan: kawasan kumuh
5; aliran drainase septik 5; penuh
sampah 5,
nilai score = 2 x (5+5+5)= 30
Total score kawasan A = 45+20+16+30 =
112, jadi harus dibanding sscore
kawasan lain melihat tingkat
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai