Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering menyerang wanita di

segala usia dan kanker terbanyak kedua didunia. Insidensi kanker payudara di

Amerika Serikat tahun 2016 diperkirakan terdapat 246.660 kasus baru dan

kematian akibat penyakit tersebut sebanyak 40.450 kasus.1 Insidensi kanker

payudara di Indonesia tahun 2012 menurut data dari GLOBOCAN, IARC

(International Agency for Research on Cancer) sekitar 43,3/ 100.000 kasus baru

dan angka kematian oleh penyakit tersebut sekitar 12.9/100.000.2

Salah satu teknik pembedahan kanker payudara yang sering digunakan saat ini

yaitu Modified Radical Masctectomy (MRM) dengan menghilangkan jaringan

payudara, puting susu-areola mammae dan nodus limfatik aksila satu sisi tanpa

menghilangkan otot. Komplikasi umum setelah pembedahan adalah limfedema

dan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) bahu pada masa penyembuhan

setelah operasi. Efek tersebut dapat timbul secara terus menerus bahkan

berlangsung lama sampai beberapa tahun pasca pembedahan dan seringkali

bertambah berat sehingga dapat mengurangi kepercayaan diri dan mempengaruhi

kualitas hidup pasien.3-7

Penelitian prospective study oleh Manouras, dkk (2008) menemukan bahwa

dari 60 pasien yang menjalani mastektomi radikal modifikasi, sekitar 2-50 %

mengalami limfedema.8

1
2

Penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Betty Smoot, dkk (2010)

menyatakan bahwa pasien yang menjalani mastektomi mengalami akumulasi

protein pada jaringan intersitial sebagai akibat gangguan fungsi sistem limfatik

setelah pengangkatan nodus limfatik dan jalur aliran limfatik, yang disebut dengan

limfedema. Definisi limfedema sendiri masih bervariasi, seseorang dikatakan

mengalami limfedema jika terdapat peningkatan volume 16% dari volume

tangannya yang sehat. Definisi lain menyebutkan limfedema jika terdapat

pembengkakan sedikitnya 200 ml atau penambahan lingkar lengan 2 cm

dibandingkan dengan lingkar lengan yang normal. Kerusakan lebih lanjut yang

dapat terjadi sebagai akibat adanya limfedema adalah terdapatnya fibrosis jaringan

ikat yang diperberat setelah inflamasi, infeksi atau radiasi. Fibrosis tersebut

menyebabkan kelenturan jaringan menurun dan menimbulkan kekakuan sehingga

menghambat LGS bahu. Keterbatasan LGS bahu memberikan dampak negatif

terhadap pasien, berupa menghindari kontak sosial bahkan berhenti bekerja karena

rasa tidak percaya diri. Dampak negatif lainnya adalah kesulitan melakukan

aktifitas sehari-hari, seperti berpakaian, berhias, mandi. Penelitian Ahmed dkk

menunjukkan bahwa pasien pasca operasi yang mengalami limfedema dan

keterbatasan LGS mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan

dibandingkan pasien yang tidak mengalami limfedema dan keterbatasan LGS.8-12

Keterbatasan LGS pasca-MRM dapat dicegah dengan melakukan latihan fisik

sedini mungkin pasca-operasi. Hal ini didukung dengan literatur yang menyatakan

bahwa latihan fisik setelah menjalani operasi mastektomi memberikan sejumlah

manfaat di antaranya meningkatkan aliran darah dan limfe, mencegah adhesi


3

jaringan ikat, meningkatkan kekuatan otot, mencegah pemendekan otot, mencegah

kontraktur sendi, dan mempertahankan serta meningkatkan LGS. Penelitian di

Meksiko menyebutkan bahwa program rehabilitasi berupa latihan selama setahun

dapat menjadi intervensi yang efektif untuk mencegah limfedema pada perempuan

pasca diseksi nodus limfa aksila.13,14

Upaya pencegahan morbiditas pasien pasca operasi kanker payudara di RSUP

dr. Hasan Sadikin saat ini telah dilakukan melalui edukasi latihan, namun program

latihan yang diberikan belum terstandarisasi dan tidak disupervisi sehingga masih

ditemukan pasien dengan keterbatasan LGS bahu dan juga limfedema pasca

MRM. Saat ini belum terdapat data mengenai kejadian limfedema dan

keterbatasan lingkup gerak sendi sebagai komplikasi jangka panjang pasca MRM

dan hubungannya dengan latihan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan tema sentral penelitian sebagai

berikut :

Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering menyerang wanita di


segala usia dan kanker terbanyak kedua didunia. Salah satu teknik pembedahan
kanker payudara yang sering digunakan saat ini yaitu MRM dengan
menghilangkan jaringan payudara, puting susu-areola mammae dan nodus
limfatik aksila satu sisi tanpa menghilangkan otot. Pemotongan nodus limfatik
mengakibatkan terjadi akumulasi protein pada jaringan intersitial sebagai akibat
keterbatasan fungsi sistem limfatik sehingga membentuk limfedema. Selanjutnya,
akumulasi protein membentuk fibrosis jaringan ikat yang diperberat setelah
inflamasi, infeksi atau radiasi sehingga menyebabkan kelenturan jaringan
menurun, menimbulkan kekakuan, dan menghambat LGS bahu. Hal ini
mengakibatkan penurunan kualitas hidup yang signifikan. Latihan fisik khusus
pasca operasi sedini mungkin ditujukan untuk meningkatkan aliran darah dan
4

limfe, mencegah adhesi jaringan ikat, meningkatkan kekuatan otot, mencegah


pemendekan otot, mencegah kontraktur sendi, dan mempertahankan serta
meningkatkan LGS.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui efek jangka panjang latihan fisik khusus sejak dini pada pasien pasca

mastektomi radikal modifikasi terhadap kejadian limfedem dan keterbatasan

lingkup gerak sendi serta kualitas hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas yaitu :

1. Apakah terdapat perbedaan kejadian limfedema dan keterbatasan lingkup

gerak sendi bahu antara kelompok pasca MRM yang diberikan latihan fisik

khusus dengan latihan fisik umum jangka panjang?

2. Apakah terdapat perbedaan kualitas hidup antara kelompok pasca MRM yang

diberikan latihan fisik khusus dengan latihan fisik umum jangka panjang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan kejadian limfedema dan keterbatasan lingkup gerak

sendi bahu pada pasien pasca-MRM antara kelompok pasien yang diberikan

latihan fisik khusus dengan latihan fisik umum jangka panjang.

2. Mengetahui perbedaan kualitas hidup antara kelompok pasien yang diberikan

latihan fisik khusus dengan latihan fisik umum jangka panjang


5

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan ilmiah mengenai peran

penting latihan fisik dalam mencegah dan mengurangi terjadinya limfedema dan

keterbatasan lingkup gerak sendi bahu pada pasien pasca-MRM.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Sebagai sumber informasi bagi para praktisi mengenai peran penting

latihan fisik dalam mengurangi angka kejadian limfedema dan

keterbatasan lingkup gerak sendi bahu pada pasien pasca-MRM.

2. Latihan fisik khusus pada pasien pasca-MRM dapat mencegah

terjadinya limfedema dan keterbatasan lingkup gerak sendi bahu

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

3. Latihan fisik khusus diharapkan dapat menjadi clinical pathway pada

pasien pasca-MRM mulai dari fase akut pasca operasi hingga fase

kronis (rawat jalan).

Anda mungkin juga menyukai