Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Switched Relutance Motor


Motor SRM (Switched Relutance Motor) merupakan motor listrik yang lama
ditemukan oleh Dr. Ernie Davidson pada tahun 1838, motor ini masih memiliki
kekurangan yang disebabkan oleh teknologi elekronika daya yang belum
memenuhi standart untuk pengembangan motor SRM (Switched Relutance
Motor). Penelitian pada tahun 1971 yang dilakukan oleh Bedford dan Hoft
mengembangkan Switched Relutance Motor menjadi motor modern, selanjutnya
seseorang bernama Hawlett Packard yang pertama menggunakan motor ini ke
dalam aplikasi industri. Penggunaan motor switched reluctance pada dunia
industri seperti pada mobil listrik, sepeda listrik, tangan robot, mesin cnc
(Computer Numerical Control).
Motor SRM (Switched Relutance Motor) adalah suatu teknologi motor
dengan energi listrik menjadi energi mekanik. Motor ini memiliki beberapa jenis
yaitu inner sama outer. Inner adalah bagian dalam yang berputar pada motor
sedangkan outer adalah bagian luar dari motor yang berputar.

Gambar 2.1 Motor Listrik

5
2.2 Prinsip Motor SRM
Prinsip motor SRM telah diketahui pada hokum kaidah tangan kanan :

e=B.l.u (2.1)
Keterangan :

e : tegangan (V)

B : kerapatan fluks (T)

l : panjang kumparan (m)

u : kecepatan gerak (m/s)

2.3 Bagian Desain Motor SRM


Bagian Motor SRM yaitu suatu teknologi desain motor yang mempunyai
suatu cabang yang pokok, seperti :

Gambar 2.2 Desain Motor SRM

2.3.1 Teori Stator


Stator yaitu bagian wadah mengalirkan arus flux. Bagian dalam stator,
terdiri dari sejumlah lilitan kawat tembaga yang berfungsi untuk mengalirkan
aliran fluks, yang terdapat pada bagian teeth (gigi). Ukuran gigi stator akan

6
mempengaruhi seberapa besar aliran flux dapat mengalir. Aliran flux tersebut
memberikan dampak pada output.
Stator mempunyai jenis-jenis teeth tonjol ke arah magnet yaitu stator yoke
[9].
2.3.2 Teori Rotor
Rotor yaitu motor yang bergerak berputar. Tipe rotor yang digunakan
terletak dibagian atas magnet permanen.

(a) (b)
Gambar 2.3 (a) Permanent Magnet, (b) IPM

Rotor terhadap magnet permanen dengan tipe Permanent Magnet


ditunjukkan pada Gambar 2.3. Sebagai perbandingan pada Gambar 2.3 juga
ditunjukkan tipe rotor Inferior Permanent Magnet yaitu berupa tipe rotor yang
terletak didalam magnet permanen.

2.3.3 Teori Coil / Lilitan


Coil atau disebut juga lilitan digunakan untuk menaikkan tegangan seperti
10 volt menjadi 10.000 volt

2.3.4 Teori Magnet Permanen

Magnet permanen atau magnet tetap merupakan magnet yang bisa menjaga
kekuatannya dalam waktu yang sangat lama. Magnet ini dibuat dari bahan
feromagnetik yang sangat kuat sehingga mampu menarik seperti besi, nikel,
kobalt dan gadolinium[12].

7
Gambar 2.4 Magnet permanen

2.3.5 Teori Airgap


Teori ini yakni pemisahan antara stator dan rotor pada bagian motor.
Fungsi airgap yaitu menghindari dari gesekan antara stator dan rotor. Lebar pada
airgap sangat pengaruhi kinerja fluks magnetik [13].

2.3.6 Dimensi Utama Motor


Menentukan dimensi pada motor, menggunakan rumus D2L. D yaitu
diameter dalam stator serta L yakni panjang inti. Berikut rumus D2L :

Q
D2L= 2
1,11. π . Bg . ac . k w . ns . 10−3
(2.2)

Keterangan :

P
Q = Daya Semu (KVA) (Q = )
cos θ

P = Daya output (KW)

Kw = lilitan

ns = Rotasi per detik (Rps)

cos θ = Daya

2.3.7 Mencari Nilai Stator dan Rotor


Berikut mencari nilai ukuran stator serta rotor, dibawah ini:

8
1. Menghitung diameter rotor Dr

D r =D−2. I g (2.3)
2. Derajad slot (θ¿¿ s) ¿


θ s= (2.4)
z

3. Derajat pole (θ p )

(2 π )
θp= (2.5)
2p

4. Slot Pitch (τ s)

Dr
τ s=r si . θ p= θ (2.6)
2 p

5. Coil pitch (τ c)

τ c =coil span . τ s (2.7)

6. Menghitung panjang inti efektif ( Li)

Li=L . k ¿¿ (2.8)
7. Stator Yoke (Y s )


Y s= (2.9)
2. Li . Bts

serta ∅=B g S m

9
Di+ Da 1
(
Bg π
2
.
2p )
. L ; D1=Dr ; Da =D1−Lm

= Bg ¿

8. Stator Pole Pitch (τ p)

π.D
τ p= (2.10)
2p
9. Menghitung rotor pole pitch (τ r)

τ r=τ p . 0,75 (2.11)

10. Menghitung area kutub rotor ( A pr )

A pr =τ r . Li (2.12)

11. Lebar Gigi Stator (W ts )

2 p . Bg . A pr
W ts = (2.13)
Z . Li . Bts

12. Luas Lubang Slot ( A s)

A s=0,5 ((
( π . De )−(W ts . Z) ( π . D c )−(W ts . Z) )) . (
)) + ((
Z ❑

De Dc
− ) (2.14)
2 2
mencari nilai De = Dos−2. Ys
13. Mencari nilai area slot yang sudah terisi dengan belitan ( Ao )

Sf
Ao =A s (2.15)
100

10
(nilai Sf berkisar antara 30% - 50%)
14. Menentukan nilai jumlah belitan yang sudah terisi ( N s )

Ao
Ns= (2.16)
π .¿¿¿

Gambar 2.6 Rancangan Stator

11
Gambar 2.7 Rancangan Rotor
Keterangan :
Dr =Di=¿ Diameter rotor (m)
D=D c =¿Diameter dalam stator (m)
Ig = celah udara (m)
Z = slot
2p = pole atau kutub
r si = Jari rotor (m)
L = Panjang inti
∅ = Flux magnet (webber)
Bts = Kepekatan fluks di teeth stator (T)
Bg = Kepekatan fluks rata-rata (T)
De = Diameter didalam lubang slot (m)
Lm = Ketebalan magnet (m)
Da = Diameter didalam magnet (m)
Dos = Diameter luar stator (m)

2.4 Metode Lebar Gigi pada Stator (Stator Tooth Width)

12
Metode lebar gigi pada stator yaitu suatu metode untuk digunakan mencari
ukuran metode teeth (gigi). Di dalam metode lebar gigi stator mempunyai 4 jenis
ukuran yang berbeda .

2.4.1 Lebar gigi yang serupa (uniform Tooth Widht)


Uniform Tooth Width merupakan pemasangan gigi dengan cara membuat lebar
gigi-gigi seragam yang ditunjukkan pada gambar 2.8

Gambar 2.8 Rancangan Teeth Stator Serupa


Sebelum melakukan lebar teeth serupa maka bisa lihat pada gambar 2.8
yang akan memakai rumus berikut.

2p
n1 = (2.18)
GCD(Z ,2 p)

2.5 Konversi Daya dan Torque Motor Listrik


Motor listrik mempunyai tenaga putar yang sangat kencang, sehingga akan
menentukan motor listrik dengan daya yang besar. Kecepatan putar sangat
pengaruh pada torsi, sehingga semakin besar rpm maka semakin kecil tenaganya
(torsi)
Masukan dan keluaran pada daya yang besar diperoleh motor listrik,
didapatkan rumus, yaitu:
n .2. π
ω= (2.27)
60

P¿ =T . ω (2.28)

13
Pout =V . I (2.29)
Diketahui :
ω = Kecepatan sudut (Radian persecond)
n = Speed (Rpm)
T = Torque
I = Arus (Amp)
P¿ = Daya masukkan (watt)
Pout = daya keluaran (watt)

Dalam keadaan motor listrik beroperasi normal, diperoleh 2 medan magnet


yang terjadi yaitu medan magnet terhadap stator dengan medan magnet terhadap
rotor. Hubungan antara 2 jenis medan magnet itu memperoleh torsi di dalam
motor listrik karena memiliki gaya putar. Dapat dilihat pada gambar 2.10 yaitu
contoh dari distribusi fluks stator dengan satu kumparan kawat yang dipasang
pada rotor.

14
Gambar 2.10 Distribusi Fluks Stator Satu kumparan pada Rotor

Dari ilustrasi pada gambar (2.10) dimana diketahui Bs merupakan kepadatan


fluks tertinggi ketika mengarah output secara radial dari permukaan rotor ke
permukaan stator dengan arah jarum jam. Sehingga diperoleh nilai torsi yang
terbangkitlah rumus sebagai berikut.

τ =2 ( r . F )=2 ril B s sin a (2.30)

15
16

Anda mungkin juga menyukai