Anda di halaman 1dari 27

OLEH

DRA. Hj. MARYATIN, M. Pd


Pengertian, Ruang Lingkup, Metode
Sejarah Pendidikan Islam
 Pengertian spi; 1) tarikh (Arab):ketentuan masa. Menurut istilah keterangan yang telah terjadi
dikalangannya pada masa yang telah lampau atau masih ada. 2) History: pengalaman masa lampau
umat manusia (the past experience of mankind) – Menurut istilah -catatan yang berhubungan dengan
kejadian masa silam yang diabadikan dalam laporan tertulis dan dalam ruang lingkup yang luas. 3)
Sayid Qutub : sejarah bukan merupakan peristiwa-peristiwa melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa
dan pengertian mengenai hub nyata dan tidak nyata yang menjalin seluruh bagian serta memberinya
dinamisme dalam waktu dan tempat. 4) SPI : 1. keterangan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan islam dari waktu ke waktu dari zaman lahirnya Islam sampai masa
sekarang, 2.cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam, baik dari segi ide & konsepsi maupun dari segi institusi &operasionalisasi dari
zaman nabi sampai masa sekarang.
 Obyek : fakta yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam baik
informal, formal atau non formal.
 Metode : 1) deskriptif-analitis : uraian sebagaimana adanya mengenai spi, 2) komparatif : ajaran Islam
dikomparasikan dengan fakta yang terjadi dan berkembang dalam kurun waktu, tempat tertentu
untuk mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam masalah tertentu, 3) analisis-sintesis :
membahas secara kritis, meneliti istilah-istilah, pengertian yang diberikan Islam sehingga diketahui
kelebihan dan kekhasan pendidikan islam-diperoleh kesimpulan yang utuh dan lengkap- tujuan
penulisan sejarah pendidikan islam.
Kegunaan SPI

 Secara umum : kegunaan yang sangat besar bagi manusia- mengandung kekuatan besar
yang dapat menimbulkan dinamisme yang dapat melahirkan nilai-nilai baru bagi
pertumbuhan dan perkembangan mitos yang mencakup segala-galanya.
 Bersifat akademis :
 1) mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam sejak
zaman lahirnya sampai sekarang.
 2) Mengambil manfaat dari proses pendidikan Islam, guna memecahkan problematikan
pendidikan Islam masa kini.
 3) Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan
sistem pendidikan Islam.
 Keteladanan : 1) terdapat dalam surat al Ahzab : 21 (sesungguhnya Rasulullah adalah contoh
yang baik bagi kamu sekalian), 2) Ali Imron:31, 3) Al A’raf :158.
ILMU YANG TERKAIT DENGAN SPI
 Ilmu pokok/dasar : Ilmu pendidikan, Ilmu sejarah. Ilmu agama, Ilmu sosiologi, Ilmu
Antrophologi, Ilmu psikologi, Ilmu Filsatat, Ilmu Bahasa.
 Ilmu bantu/skunder : IAD, IBD, Sains, Ekonomi, Komunikasi, Hukum, Perbandingan
agama dst
 Ilmu yang terkait dengan sejarah pendidikan Islam di atas ada yang spesifik diterapkan
pada fakta sejarah tertentu, tetapi ada juga bahwa suatu fakta bisa direfleksikan kedalam
berbagai ilmu yang terkait.
 Sudut pandang keterkaitan ilmu bantu dalam menelusuri sejarah pendidikan Islam
dihubungkan dengan kerangka metodologis bagaimana mempelajari SPI; metode
deskriptif, komparatif, dan analisis-sintesis.
PERIODISASI SPI
 Dr. Harun Nasution membagi sejarah Islam dalam 3 periode yaitu : klasik, pertengahan,
dan modern. Adapun rinciannya sebagai berikut:
 1) Masa hidupnya nabi Muhammad SAW (571-632 M), 2) Masa khulafaur Rasyidin (632-
661 M), 3)Masa daulah Ummayah (661-750 M), 4) Masa Daulah Abbasiyah (750-1250 M),
5) Masa jatuhnya khalifah di Bagdad sampai sekarang (1250- sekarang).
 Pertumbuhan masa nabi-, perkembangan masa nabi-akhir umayah, kemajuan
Abbasiyah- kehancuran,……..
 Sedangkan sejarah Islam khususnya di Indonesia dibagi dalam beberapa periode yaitu :
 Fase datangnya Islam ke Indonesia, sejarah pengembangan melalui adaptasi, fase
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (proses politik), fase kedatangan orang barat (zaman
penjajahan Belanda & Jepang), fase Indonesia merdeka, dan fase pembangunan-
sekarang.
MASA PERTUMBUHAN PENDIDIKAN ISLAM
(MASA RASULULLAH)

 Sebelum Islam datang penduduk Makkah dan Madinah sudah ada yang bisa baca tulis
tetapi sangat sedikit.
 Tetapi ketika Muhammad diangkat sebagai Rasul/Nabi beliau dalam keadaan ummi.
 Masa pertumbuhan/pembinaan pendidikan Islam ini berlangsung 23 tahun dari 17
Ramadhan/6 Agustus 610 M sampai 12 Rabi’ul Awal/8 Juni 832 M.
 Fase pembinaan pendidikan selama dalam 2 periode yaitu;
 1) Makkah berlangsung 13 th , 3 tahun melalui keluarga dan kerabat dan 10 tahun
pendidikan ditujukan pada masyarakat luas, muncul istilah kuttab dan masjid al pusat
pendidikan ada di rumah sahabat Darul Arqam.
 2) Madinah berlangsung selama 10 tahun adapun langkah yang diambil Rasul al
mendirikan masjid, persaudaraan Islam, konstitusi Madinah, perjanjian damai dengan
non muslim, bela negara, Fathul Makkah.
 Materi pendidikan di Makkah al ; I’tiqad dan keimanan, amal ibadah, akhlak, baca tulis
dan hafalan al Qur’an. (al Alaq 1-7 & al Mudatsir)
 Materi pendidikan di Madinah; kesejahteraan keluarga dan masyarakat, keagamaan
(keimanan & ibadah), akhlak, kesehatan jasmani, syari’at Islam
(hukum perkawinan, waris, perdata, pidana, ekonomi & pemerintahan) dan baca tulis al
Qur’an
LANJUTAN
 Dasar pendidikan islam di Madinah al; Pendidikan ukhuwah Islamiyah,
pendidikan kesejahteraan sosial dan pendidikan keluarga dan masyarakat.
 Lembaga informal pendidikannya meliputi; Darul Arqom, di rumah-rumah
para sahabat, kuttab, masjid, tempat tahanan perang, dan rumah para
mu’alim.
 Perbedaan masa pembinaan;
 Makkah; umat Islam masih sedikit, lemah, dikucilkan dan diblokade secara
ekonomi oleh para penentang Islam,
 Madinah; umat Islam banyak dan berkualitas, mengeliminasi Islam dengan
keesaan Allah, syari’at sebagai landasan perbaikan hidup masyarakat dan
aturan perang juga kedamaian .
 Pendidikan yang diajarkan; Islam datang untuk melengkapi (al Qur’an),
untk meluruskan kembali ajaran yang sudah ada, ajaran yang bertentangan
dengan ajaran sebelumnya, budaya yang ada tetap dipertahankan
(ekonomi dsb), mendatangkan ajaran baru untuk meningkatkan
kesejahteraan umat.
MASA PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
(MASA KHULAFAUR RASYIDIN & Bani Umayyah)
 Dasar Pendidikan Islam di Madinah ; (1) Ukhuwah Islamiyah, (2)
Kesejahteraan sosial, (3) Kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
 Materi Pendidikan (surat al Lukman 13-19) ; tentang pendidikan tauhid,
shalat, adab dan sopan santun dalam keluarga, masyarakat dan pendidikan
tentang pertahanan dan keamanan.
 Pengajaran al Qur’an meliputi; (1) cara baca/ilmu tajwid, (2)meneliti cara
baca/ilmu qira’at, (3)memberi tanda baca, (4) penjelasan tentang maksud
dan pengertiannya.
 Pada masa ini al Qur’an mulai dikumpulkan, di tulis dan digandakan
menjadi empat mushaf pada masa Usman bin Affan.
 Tempat pendidikan antara lain adalah; kuttab/maktab, masjid, masjid
khan madrasah/madrasah khusus di kalangan kerajaan dan anak pejabat.
 Ada 3 pola pikir pada masa ini; (1) Skolastik;terikat pada dogma dan
berfikir dalam rangka pembenaran dogma, (2)Rasional; pola pemikiran
yang lebih mengutamakan akal fikiran, (3)Batiniyah dan intuitif; pola
pemikiran kehidupan para sufisme.
MASA KEJAYAAN PENDIDIKAN ISLAM
(MASA BANI UMAYYAH)
 Jenis lembaga;
 1) kuttab; yang berfungsi mengajarkan tulis baca dengan teks dasar puisi arab & sebagian
gurunya non muslim. Jenis kedua kuttab berfungsi sebagai pengajaran al-Qur’an dan dasar-
dasar agama Islam. Pada abad pertengahan kurikulum berkembang karena penghafal al-
Qur’an telah banyak al; tulis-baca, puisis, al-Qur’an, gramatika, bahasa arab, aritmatika dll.
Dilihat dari usia anak untuk masuk kuttab 5 tahun (ibnu Hazm) atau diatasnya.
 Perbedaan materi 1)Al-Maghrib(Maroko) Al-Qur’an dengan pendekatan ontografi; mengenali
satu bentuk kata dalam hubungannya dengan bunyi bacaan), 2) Spanyol; menulis dan
membaca- ahli kaligrafi yang dapat membaca dan menyalin al-Qur’an tanpa menghafal, 3)
Afrika; al-Qur’an dengan tekanan khusus pada variasi bacaan (qira’at), 4)Timur/Timur tengah
dengan kurikulum campuran dengan al-Qur’an sebagai inti sehingga tulisan tidak begitu baik.
 2) Masjid/Masjid jami’, masjid Khan
 Merupakan pendidikan level menengah dan tinggi (Syalabi) setelah kuttab, setiap individu
atau mahasiswa bebas mengikuti halaqah sesuai dengan level intelektualnya. Klasifikasi
mahasiswanya adalah pemula (mubtadi’), menengah (mutawassith), dan akhir (muntahi).
Mahasiswa tingkat di atasnya disebut shahib atau mulazim (pasca sarjana) yang dekat dengan
Syaykhnya.
 Fungsi masjid pada waktu itu sebagai rumah ibadah dan sebagai lembaga pendidikan; contoh
masjid Al-Syafi’I, masjid Al-Syarmaqani, masjid Abu Bakar Al-Syamsi dll.
Lanjutan!
 Masjid; didirikan oleh sekelompok muslim/individu untuk memenuhi kebutuhan khusus satu lokasi tertentu atau
kelompok tertentu. (pendirian tidak butuh perijianan, pengelolaan, pembiayaan mandiri, wakaf, sedekah atau
natural).
 Masjid Jami’; masjid yang digunakan sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat jum’at, didirikan langsung oleh para
penguasa (kholifah/Sultan) atau oleh orang lain dengan izin resmi dari pemerintah. Perawatan, pembiayaan, fungsi
sosial, politik, gaji stafnya semua diurus oleh pemerintah dan berfungsi sebagai tempat menyampaikan pesan-pesan
kenegaraan kepada masyarakat luas.
 Halaqah; pendidikan dimasjid dengan sistem halaqah (Syaykh di depan/ bersandar pada dinding dan mahasiswa
duduk membentuk setengah lingkaran), murid yang pandai duudk di dekat syaykhnya secara bergantian dan murid
yang level pengetahuannya rendah dengan sendirinya akan duduk sedikit lebih jauh sedang yang berjuang keras akan
mengubah posisi duduk dekat dengan syaykhnya. Khalaqah sangat tergantung pada popularitas syaykhnya. Tidak ada
ikatan administratif tetapi memberi kebebasan akademis bagi mahasiswanya.
 Masjid Khan; masjid sebagai lembaga pendidikan yang dilengkapi dengan asrama bagi mahasiswanya.
 3) Madrasah, Dar Al-Qur’an, Dar Al Hadits;
 Madrasah; satu bangunan tempat kegiatan pendidikan berlangsung, sifatnya individual/personal dengan otoritas yang
lemah, ijazah diberikan oleh syaykh secara personal. Madrasah merupakan jawaban perkembangan lembaga
pendidikan dengan tersedianya tempat tinggal untuk para mahasiswanya dan juga sistem wakaf dengan implikasi
sistem control atas operasi madrasah juga terpenuhinya kebutuhan mahasiswa akan fasilitas pendidikan yang lebih
baik.
Lanjutan!
 Nizhamiyah; pembangunan jaringan madrasah yang merupakan signifikansi dari masa kejayaan peradaban Islam
dengan motif pendirian sbb; 1)lembaga pendidikan untuk melengkapi berbagai kelemahan yang sulit dihindari dalam
sistem masjid, 2)konflik antar kelompok keagamaan; mu’tazilah, syi’ah, Asy’ariyah, Hanafiyah, Hambaliyah, Syafi’iyah.
3) sebagai tempat pendidikan pegawai pemerintahan untuk membangun administrasi yang sentral; khatib/sekretaris,
qadhi dst, 4) Politik; menciptakan rasa persatuan dikalangan kelompok-kelompok sunni dengan berusaha meredam
persengketaan yang ada diantara mereka.
 Perkembangan Madrasah al; Madrasah Nizhamiyah di Nisyapur&Bagdad, Madrasah Imam Abu Hanifah di Bagdad, M.
Al-Mustanshiriyah di Bagdad, M. A;l-Manshuriyah di Kairo.
 Kurikulum Madrasah; 1) Kuttab; membaca al Qur’an dan menghafal, pokok ajaran islam, menulis, membaca,
berhitung, kisah/riwayat orang besar Islam, nahwu &sharaf; 2)Menengah;Al Qur’an, bahasa arab, fiqih,tafsir, hadits,
nahwu/sharaf/balaghah, ilmu pasti, mantiq, ilmu falak,tarikh, ilmu alam,kedokteran, musik; 3) Perguruan tinggi;
perjurusan al;ilmu agama, ilmu umum (kalsifikasi ilmu pengetahuan, kurikulum, kalam &kurikulum madrasah,
madrasah khusus)
 Dar l Qur’an; didirikan 847/1443 oleh Dilamah bin Izz Al-Din. Lembaga ini didirikan khusus untuk mempelajari dan
melestarikan al Qur’an.
 Dar Al Hadits; berdiri hampir berbarengan dengan dar al Qur’an fungsinya untuk memberikan fasilitas yang spesial
kepada kajian Hadits.
 4) Lembaga-lembaga Sufi; bahwa perkembangan tasawuf sebagai serangkaian pemikiran maupun praktek
membutuhkan sistem pengembangan yang khas dimana persoalan spiritual mendapat tempat paling dominan (ribath,
Zawiyah,Khanqah)
 5) Lembaga-lembaga lain; Bayt Al hikmah, perpustakaan, observatiom, rumah sakit
 6) Universitas; lembaga ini berakar di Paris abad 13 tumbuh subur seiring dengan perkembangan kemajuan peradaban
di Barat sebagaimana madrasah pada pendidikan Islam
Perbedaan masa kemajuan dan kejayaan pendidikan
Islam
 Masa kemajuan; dalam lembaga pendidikan Islam sudah muncul PT (khalaqah)
dengan ciri-ciri hanya dalam bidang tertentu (agama), berdasarkan 4 mazdab,
sistem perkuliahan dengan halaqah, badongan, dan sorogan. Bentuk lembaga
pendidikan di masjid/masjid khan, madrasah yang dilengkapi dengan asrama siswa.
 Masa kejayaan; PT sudah berkembang dengan pesatnya dibarengi dengan
banyaknya riset2 ilmu baru, perkembangan ilmu pengetahuan tidak terbatas pada
ilmu agama tetapi lebih menonjol pada ilmu-ilmu umum, ekonomi, kedokteran,
hukum, dan lainnya. Madrasah (PT) sudah berkembang dengan pesatnya dibarengi
dengan munculnya laboratorium, perpustakaan, rumah sakit dan lembaga
spesialisasi tertentu.
Masa kemunduran Pendidikan Islam
 Pola pemikiran yang berkembang pada masa perkembangan dan kejayaan pendidikan Islam al;
1)Tradisional: pola pikir yang mendasarkan diri pada wahyu dan berkembang menjaji sufistis dengan
pola pengembangan pendidikan sufi. 2) Rasional: pola pemikiran yang mementingkan akal fikiran
yang menimbulkan pola pendidikan rasional empiris.
 Pada akhirnya pola rasionallah yang dikembangkan oleh barat sedanglan Islam meninggalkan pola
rasional dan menggunakan pola sufistis –batiniyah sehingga mengabaikan perkembangan dunia
material.
 Dari aspek tersebut dikatakan pendidikan dan kebudayaan mengalami kemunduran yang terjadi
pada abad XIII adapun penyebabnya adalah;
 1) Berkembangnya filsafat al Ghozali (sufistis) dikalangan masyarakat Timur & filsafat Ibnu Rusdy
(rasional) pada alam pemikiran di Barat.
 2) Para penguasa melalaikan ilmu pengetahuan & kebudayaan dan pada masa kemunduran ahli ilmu
pengetahuan terlibat dalam urusan pemerintahan.
 3)Terjadinya pemberontakan sehingga mengakibatkan kehancuran ilmu pengetahuan & kebudayaan
sehingga menimbulkan berhentinya pengembangan ilmu pengetahuan.
 Kehancuran kota Bagdad dan Granada membawa kehancuran dan kemunduran umat Islam dalam
bidang intelektual dan material sehingga menimbulkan rasa lemah diri dan putus asa dikalangan
masyarakat muslim, mereka mencari pegangan dan sandaran hidup pada pemikiran tradisional.
Dalam bidang Fiqh berkembang taklid buta dikalangan umat, kehidupan sufi berkembang pesat,
sikap hidup fatalistis dan sangat statis tidak ada problem-problem baru sehingga ilmu yang ada
dianggap benar dan harus diikuti apa adanya.
Lanjutan !
 Pada masa ini madrasah berkembang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan sufi, berkembang menjadi
zawiyah dengan mengadakan riyadhah merintis jalan untuk menyatu dengan Tuhan (tarekat), aliran
sufi terlalu toleran dengan mistik.
 Hal tersebut terlihat bahwa kurikulum umum yang berkembang sangat sedikit, yang banyak
berkembang ilmu agama, materi pelajarannya sederhana, waktu studynya relatif singkat, tidak ada
buku-buku terbitan baru yang ada hanya komentar-komentar tentang buku yang ada.
 Fazrur Rahman menyatakan;
 Kebiasaan yang muncul menulis komentar yang sistematis disertai karya asli, kurikulum
dilaksanakan dengan urutan metode pelajaran dengan sistem tidak memberikan banyak waktu
untuk setiap mata pelajaran
 Berkembangnya aliran sufisme tersebut toleran terhadap ajaran mistik dari agama lain seperti;
Hindu, Budha, Neo Platonisme yang menyimpang dari ajaran Islam.
 Hal tersebut diatas berlangsung dari masa kemunduran pendidikan Islam sampai abad 12 H/ 18 M
dan pada masa ini juga bersamaan dengan timbulnya pemurnian kembali ajaran Islam denga dua
alasan; 1) mengembalikan ajaran Islam ke unsur aslinya yang bersumber pada al Qur’an dan Hadits,
2) membuka pintu ijtihad yang selama ini tertutup.
Masuk dan Berkembangnya Islam di IndonesiaMasuk
dan Berkembangnya Islam di Indonesia
 Masa masuk & berkembangnya Islam di Indonesia; akselerasi perkembangan islam pada umumnya
yaitu sebagaimana perkembangan agama-agama yang lain (dikembangkan pembawanya secara
estafet). Pengembangan agama Islam termasuk yang paling dinamis karena beberapa faktor:
 1) Ajaran Islam sendiri mudah di mengerti oleh semua lapisan masyarakat- dapat diamalkan secara
luwes dan ringan & selalu memberikan solusi dari kesulitan.
 2) Tempat kelahiran Islam; jazirah Arab strategis karena ada di persimpangan antara benua Afrika,
Eropa, Asia bagian utara dan timur, letak jazirah Arab yang seluruh tanahnya dikelilingi oleh
perairan secara langsung (laut tengah, laut merah, teluk persi, sungai Evrat & Tigris).
 3) Arab terdiri dari padang pasir dan tandus – penduduknya mancari penghidupan dengan
perdagangan – kaum [pedaganglah yang sering berhubungan dengan bangsa
 4) Iklimnya yang panas- membuat para dai yang dikirim keluar jazirah Arab tidak terganggu dengan
iklim setempat.
 Faktor Indonesia di kenal bangsa lain; 1) letak geografis yang strategis, 2) faktor kesuburan
tanah:rempah-rempah untuk bangsa lain.
 Bukti otentik tentang masuknya Islam ke Indonesia; 1)mubaligh dari Persi (Iran) pertengahan abad
12m- nama kerajaan Islam pertama di Indonesia, 2)mbaligh dari India (gujarat)-persamaan bentuk
nisan dan gelar nama pada makam orang Islam pertama di Indonesia. Seminar tentang masuknya
Islam di Indonesia tahun 1963 menyatakan; Islam masuk abad 7m/1H dibawa pedagang dari arab,
daerah yang dimasuki pertama adalah Baros-pantai barat pulau Sumatra, dalam proses pengislaman
selanjutnya orang Islam ikut aktif , kedatangan Islam di Indonesia ikut mencerdaskan karakter
bangsa. Dan dalam penyebaran berikutnya dibantu oleh walisongo dan berkembang melalui 3 pola
kebudayaan (Samudra Pasai, Sulawesi dan Jawa).
Lembaga Pendidikan Islam sebelum Madrasah
 Sistem Pendidikan Islam di Masjid
 Ada beberapa hal yang bisa diperhatikan dalam sistem pendidikan Islam di masjid, yaitu:
 a. Tenaga pendidik, mereka adalah orang-orang yang tidak meminta imbalan jasa, tidak ada
spesifikasi khusus dalam keahlian mengajar, mendidik bukan pekerjaan utama, dan tidak diangkat
oleh siapapun.
 b. Mata pelajaran yang diajarkan terutama ilmu-ilmu yang bersumber kepada al-Qur'an dan al-
Sunnah, namun dalam perkembangan berikutnya ada bidang kajian lain, seperti: tafsir, fikih, kalam,
bahasa Arab, sastra maupun yang lainnya.
 c. Siswa atau peserta didik, mereka adalah orang-orang yang ingin mempelajari Islam, tidak dibatasi
oleh usia, dari segala kalangan dan tidak ada perbedaaan.
 d. Sistem pengajaran yang dilakukan memakai sistem halaqah.
 e. Metode pengajaran yang diterapkan memakai 2 metode, yakni metode bandongan dan metode
sorogan
 f. Waktu pendidikan, tidak ada waktu khusus dalam proses pendidikan di masjid, hanya biasanya
banyak dilakukan di sore hari atau malam hari, karena waktu tersebut tidak mengganggu kegiatan
sehari-hari dan mereka mempunyai waktu yang cukup luang.
 Lembaganya; langgar (mushola), pesantren, rumah guru ngaji, rumah para penduduk.
Kebijakan Penjajah Belanda
dalam pendidikan Islam
 Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada
masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands
Indie).
 Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba antara
kekuatan ulama dengan adat, contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan perang
Diponegoro di Jawa.
 Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar, seorang Guru Besar ke-
Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda, yang juga seorang orientalis yang pernah mempelajari
Islam di Mekkah. Dia berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya
melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis.
Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan
terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji, karena pada saat itulah terjadi
pematangan pejuangan terhadap penjajahan.
 Kebijakan tersebut al : (1) Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu agama tertentu; (2)
Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak didik kelak mampu mandiri atau
mencari penghidupan guna mendukung kepentingan kolonial; (3) Sistem pendidikan diatur menurut
pembedaan lapisan sosial, khususnya yang ada di Jawa.; (4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk
melahirkan kelas elit masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supremasi politik dan
ekonomi pemerintah kolonial. Jadi secara tidak langsung, Belanda telah memanfaatkan kelas
aristokrat pribumi untuk melanggengkan status quo kekuasaan kolonial di Indonesia.
Lanjutan !
 Tujuan Belanda adalah westernisasi dan kristenisasi dengan menganut pemikiran
Achiavelli isinya antara lain :
 1) Agama sangat diperlukan bagi pemerintah penjajah
 2) Agama dipakai untuk menjinakkan dan menaklukkan rakyat
 3) Setiap aliran agama dianggap palsu oleh pemeluk agama yang bersangkutan dan agar
mereka berbuat untuk mencari bantuan kepada pemerintah
 4) Janji masyarakat tidak perlu ditepati apabila merugikan
 5) Tujuan dapat menghalalkan segala cara.
 Penaklukan bangsa barat atas dunia timur dimulai dengan perdagangan, kemudian
dengan kekuatan militer. Kedatangan barat ke Indonesia membawa kemajuan teknologi,
tetapi tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil penjajahannya bukan untuk
kemakmuran bangsa yang dijajah.
 Dibidang pendidikan mereka memperkenalkan sistem dan metode baru tetapi sekedar
untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah
yang murah dibandingkan mereka harus mendatangkan tenaga dari barat.
 Sedangkan tujuan pembaharuan pendidikan adalah westernisasi dan kristenisasi untuk
kepentingan barat dan agama kristen.
KEBIJAKAN JEPANG TERHADAP PENDIDIKAN (ISLAM)
DI INDONESIA
 Jepang menguasai Indonesia tahun 1942 dengan semboyan Asia timur Raya untuk Asia untuk
kepentingan perang dunia II
 Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain:
 1) Mengubah Kantor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum orientalis
menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di daerah-daerah
dibentuk Sumuka;
 2) Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;
 3) Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran
bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin;
 4) Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim,
Kahar Muzakkir dan Bung Hatta;
 5) Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang
belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan
 6) Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian dibubarkan
dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas
besar Islam, Muhammadiyah dan NU. Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai
aktivitas kaum muslimin ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan
umatnya setelah tercapainya kemerdekaan
Lanjutan !
 Kebijakan lain adalah: (1) Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda; (2) Adanya integrasi sistem
pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era
penjajahan Belanda.
 Sementara untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah
untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini: (1) Menyanyikan lagu kebangsaan
Jepang, Kimigayo setiap pagi; (2) Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan
menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi; (3) setiap pagi mereka juga harus
melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya; (4) Setiap pagi mereka
juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang; (5) Melakukan latihan-latihan fisik dan
militer; (6) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa
Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.
Organisasi Pembaharuan
Pendidikan Islam di Indonesia
Tokoh Pembaharuan
Pendidikan Islam di Indonesia
INTEGRASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PENDIDIKAN NASIONAL
 Pendidikan Islam include dalam pendidikan nasional
 Ada dua pemilahan departemen pendidikan nasional dan depag yang sama-
sama mengurusi tentang pendidikan
 Ada kesepakatan yang dibangun bersama antara diknas, depag dan dipdagri
tentang status kelulusan masing-masing alumninya
 Ada keterpaduan kurikulum umum dan agama (30% umum &70% agama
=depag serta 70% umum & 30% agama = diknas)
 kondisi masyarakat Indonesia yang sedemikian plural, baik agama, etnis,
maupun kepercayaan. Inilah realitas masyarakat yang ada
 mayoritas berpenduduk Islam adalah ketertinggalan dari negara-negara maju
dalam memproduksi naskah dan mengakses perkembangan-perkembangan
baru dunia keilmuan. Bahkan negara-negara berpenduduk mayoritas Islam
cenderung hanya menjadi konsumen dari produk-produk keilmuan yang
dihasilkan oleh negara maju
Lanjutan !
 ilmuwan yang baik adalah yang menulis untuk generasinya dan generasi kemudian.
Para ulama dan ilmuwan menulis buku bukan untuk dirinya atau meraup
keuntungan sesaat tetapi untuk generasi kini dan generasi mendatang.
 Dalam membangkitkan tradisi keilmuan, tidak cukup hanya membangun aspek
fisik bangunan lembaga pendidikan , tapi yang tak kalah pentingnya adalah
membangun sikap mental individu. Upaya penting yang mesti segera dilakukan
adalah membangkitkan kesadaran masyarakat secara umum dalam menghargai
ilmu dan budaya membaca yang tinggi
 Umat Islam sudah waktunya kembali kepada semangat pendidikan seumur hidup
yang telah dicanangkan oleh Rasulullah saw., sejak empat belas abad silam
 Transparansi pengelolaan dan manajemen yang profesional adalah suatu
keniscayaan guna memperoleh tingkat kepercayaan tinggi masyarakat, khususnya
para orang tua murid. Model pengelolaan pendidikan yang egaliter, namun tetap
elegant dalam memandang kualitas adalah tuntutan-tuntutan lainnya untuk
memperkokoh keberadaannya
perkembangan teknologi sudah selayaknya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya khususnya dalam meningkatkan tradisi keilmuan.
Lanjutan
 setidaknya ada 3 hal yang harus menjadi perhatian. Pertama, sinergi antara sekolah,
masyarakat, dan keluarga. Pendidikan yang integral harus melibatkan tiga unsur di
atas
 kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga
Perguruan Tinggi. Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dapat menjadi jaminan
bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada setiap jenjangnya
 Ada tahap-tahap yang mesti dilalui sebagai bagian dari proses pembentukan
kepribadian anak menuju kemandirian. Madrasah juga lembaga pendidikan Islam
lainnya di Indonesia menghadapi pilihan yang tidak mudah, yaitu antara
pemenuhan kebutuhan keagamaan dan kebutuhan duniawi
 Selama ini, umat Islam meyakini, ajaran Islam telah selesai disusun tuntas dalam
ilmu agama sebagai panduan penyelesaian seluruh persoalan kehidupan duniawi.
Sementara, ilmu-ilmu umum (non-agama) dipandang bertentangan dengan ilmu
agama yang hanya akan membuat kesengsaraan umat Islam. Namun kenyataannya,
persoalan kehidupan duniawi terus berkembang, ternyata tidak seluruhnya bisa
dipecahkan dengan ilmu-ilmu agama.
 Persoalannya apakah umat Islam bersedia dan berani membebaskan diri dari
ideologisasi ilmu-ilmu Islam yang selama ini ditempatkan sebagai satu-satunya
ilmu yang benar secara teologis.
Lanjutan
 Upaya menjadikan madrasah setara dengan sekolah umum dalam pengetahuan
umum baru terwujud dengan keluarnya Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) No. 2 tahun 1989 yang diikuti Peraturan Pemerintah (PP) No. 28
dan 29 tahun 1990 dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan
No. 054/U/11993 tentang MI, MTs, dan MA wajib memberikan bahan kajian
sekurang-kurangnya sama dengan SD, SLTP dan SMU dan ketentuan yang
menyatakan bahwa MI, MTs, dan MA adalah sekolah umum yang berciri khas
agama Islam yang diselenggarakan Kementrian Agama.
 Dalam pelaksanaan pendidikan kurikulum harus disusun dengan baik dan harus
jelas bagi semua fihak yang berkepentingan, karena berkaitan dengan out put yang
ingin dihasilkan dari keseluruhan proses penyelenggaraan pendidikan
 Sudah saatnya segenap elemen masyarakat memikirkan lebih serius masa depan
pendidikan di Indonesia, karena pendidikan berkaitan erat dengan nasib bangsa
yang nantinya akan beralih kepada generasi berikutnya. Jika generasi yang akan
mewarisi bangsa ini tidak mendapatkan pendidikan yang selayaknya maka kita pun
akan dapat memprediksikan gambaran masa depan bangsa Indonesia
Lanjutan !
 Pertama, adanya keterpaduan kurikulum antara satu jenjang lembaga
pendidikan dengan jenjang lembaga pensididkan yang ada di
atasnya. Kedua, agama dalam menetukan suatu kebenaran harus
menggunakan filsafat fenomenologis. Sebab, dengan fenomenologis kita
mampu mencari akan jalan yang lebihbaik dari yang sudah pernah
ada. Ketiga, penghilangan gap. Sebab, dengan menghilangkan gap maka
konsepsi arus inheren dalam stuktur sosial Islam dapat
terwujud.Keempat, membiarkan islam ikut terjun dalam dunia perpolitikan.
Sebab, saat ada usaha untuk melemahkan dan menjinakkan Islam politik maka
ini akan menyebabkan kegagalan politik islam.Kelima, tidak adanya
dikotomisasi ilmu. Keenam, dibukanya ilmu-ilmu sosial di perguruan tinggi
islam demi menjawab permasalahan terbaru.
 Memang, sekularisasi, westernisasi, atau liberalisasi Islam, saat ini merupakan
masalah dan tantangan terberat yang dihadapi oleh umat Islam. Para ulama
dan cendekiawan Muslim tidak boleh lengah dan “cuek”. Mereka harus
memberikan respon yang cerdas dan serius tentang masalah ini. Wallahu a’lam
bi al-shawab.

Anda mungkin juga menyukai