Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk perwujudan


kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu
perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi,
sejalan dengan perubahan budaya kehidupan manusia. Perubahan dalam arti
perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai
upaya untuk mengantisipasi kepentingan dimasa yang akan datang.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa yang akan
datang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik,
sehingga mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang
dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi
kompetensi peserta didik sehingga seluruh ranah dalam pendidikan yaitu,
kognitif, afektif dan psikomotorik dapat dikembangkan secara bersamaan sesuai
dengan tujuan pendidikan.
Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai `siasat', `teknik', atau `cara'.
Sedang secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan Fathurrohman (2007). Adapun strategi
belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
suatu strategi, metode, atau prosedur. Istilah model pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya
pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa
bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan
guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali
siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan
masalah dan berpikir kritis.
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh
pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model

1
pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar
seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan
penggunaan alat. Strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh guru harus
mengacu kepada deskripsi pembelajaran dan komponen lainnya. Ada tiga hal
yang sangat penting dalam proses belajar mengajar dikelas yaitu apa yang akan
diajarkan, yaitu materi pelajaran yang hendak disampaikan. Selanjutnya,
bagaimana cara mengajarkannya, yaitu berhubungan dengan strategi yang
dikembangkan dalam pembelajaran, dan bagaimana cara mengetahui materi
yang diajarkan dapat dipahami oleh peserta didik.
Ada beberapa model yang direkomendasikan dalam kurikulum 2013
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Beberapa model tersebut
diantaranya Discovery Learning, Problem Based Learning dan Project Based
Learning. Model-model ini lebih mengedapkan pada keaktifan siswa dalam
mendapatkan informasi baru sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Model
pembelajaran Problem Based Learning adalah salah satu diantara ketiga model
yang direkomendasikan dalam kurikulum 2013 yang diterapkan dalam
pembelajaran untuk mengarahkan siswa mendapatkan informasi berdasarkan
permasalahan yang dihadapi.
Adapun Tujuan Pembelajaran adalah setelah mengikuti mata diklat ini,
peserta diharapkan mampu menjelaskan pengertian, prinsi-prinsip, sintaks dari
model pembelajaran problem based learning, menyusun RPP serta mampu
mengaplikasikannya (menerapkan) model pembelajaran problem based learning
dalam proses pembelajaran

2
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

A. Pengertian Problem Based Learning


Problem based learning (PBL) dikembangkan berdasarkan konsep-konsep
yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan
atau discovery learning. Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap
pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan memproses
informasi. Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah kurikulum dan proses
pembelajaran. Dimana dalam kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang
menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir
dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim (kelompok diskusi). Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari
hari. PBL merupakan model pembelajaran yang memberikan berbagai situasi
permasalahan kepada siswa dan dapat berfungsi sebagai batu loncatan dalam
penyelidikan. Model PBL menyuguhkan situasi atau berbagai masalah otentik
yang mendorong siswa untuk melakukan investigasi dan penyelidikan. Istiqomah
(2018) mendeskripsikan pembelajaran berbasis masalah sebagai pembelajaran
yang dirancang berdasarkan masalah riil yang memiliki konteks dengan dunia
nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada
peningkatan kecakapan siswa.
Model pembelajaran ini dilandasi oleh teori konstruktivistik yang
mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik.
Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematis untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nantinya diperlukan
dalam karier dan kehidupan sehari-hari. Dalam pemerolehan informasi dan
pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana
mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi
masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi
argumentasi mengenai pemecahan masalah, dan bekerja secara individual atau

3
kolaborasi dalam pemecahan masalah. PBL memeprsiapkan siswa untuk berpikir
kritis dan analistis dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran
yang sesuai.
Mengacu pada pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran berbasis masalah merupakan kerangka konseptual tentang
proses pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah riil dalam kehidupan
nyata (otentik), bersifat tidak tentu, terbuka dan mendua untuk merangsang dan
menantang siswa berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi yang
dipelajarinya. Jadi adanya masalah nyata yang dipecahkan dengan penyelidikan
dan diterapkan menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk memperoleh
pengetahuan baru. Adapun landasan teori pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) adalah kolaborativisme, suatu pandangan yang berpendapat bahwa siswa
akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua
pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil
kegiatan beriteraksi dengan sesama individu. Hal tersebut menyiratkan bahwa
proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator kepada siswa
menjadi proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual.
Diharapkan proses tersebut menghasilkan yang lebih baik, karena menurut paham
kontruktivisme, manusia hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang
dikonstruksinya sendiri.

B. Prinsip-prinsip Problem Based Learning


1. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu
(2005) dalam Aris Shoimin (2014:130) menjelaskan karakteristik dari
PBM, yaitu: a). Learning is student-centered,Proses pembelajaran dalam
PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh
karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa
didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. b).
Autenthic problems from the organizing focus for learning, Masalah
yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa

4
mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. c). New
information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum mengetahui dan
memahami semua pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha
untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi
lainnya, d). Learning occurs in small group, Agar terjadi interaksi ilmiah
dan tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan pengetahuan secara
kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang
dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang
jelas. e). Teachers act as facilitators, pada pelaksanaan PBM, guru hanya
berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau
perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereke agar mencapai
target yang hendak dicapai.
Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses Problem
Based Learning dapat disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam
proses Problem Based Learning yaitu adanya suatu permasalahan,
pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil
berkolaborasi dengan teman lainnya. Permasalahan bisa dimunculkan oleh
siswa atau guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya dan apa
yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah yang dianggap
menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif
dalam belajar.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan


siswa melalui kelompok kerja sehingga dapat memberi pengalaman-
pengalaman yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi
dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan
dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesa, merancang
percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,
menginterprestasi data, berdiskusi dan membuat laporan. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning
memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dengan kata lain

5
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari
sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata
pada kehidupan sehari-hari.

Bila pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah apalagi kalau


masalah tersebut bersifat kontekstual, maka dapat terjadi
ketidakseimbangan kognitif pada diri siswa. Keadaan ini dapat mendorong
rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan di
sekitar masalah seperti “Apa yang dimaksud dengan?”, “Bagaimana
mengetahuinya?” dan seterusnya.

Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah muncul dalam diri siswa


maka motivasi instrinsik siswa akan tumbuh. Pada kondisi tersebut
diperlukan peran guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa tentang
“konsep apa yang diperlukan untuk memecahkan masalah”, “Apa yang
harus dilakukan” atau “Bagaimana melakukannya” dan seterusnya. Model
pembelajaran Problem Based Learning akan melahirkan pengalaman
belajar. Pengalaman belajar ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari dimana berkembang pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung
pada bagaimana dia membelajarkan dirinya.

Siswa yang belajar memecahkan masalah akan membuat mereka


menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks
aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep tersebut
diterapkan. Selain itu melalui Model Pembelajaran Problem Based
Learning siswa dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilannya
secara berkesinambungan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan, Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan aplikasi suatu
konsep atau teori yang mereka temukan selama pembelajaran berlangsung.
Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbukan inisiatif siswa dalam bekerja,

6
memotivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.

2. Tujuan Model Pembelajaran PBL


Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk
berpikir kreatif, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif
pemecahan masalah malalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah. Berikut ini beberapa tujuan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL):
a). Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah, proses-proses berpikir tentang ide-ide abstrak
berbeda dari proses-proses yang digunakan untuk berpikir tentang situasi-
situasi dunia nyata. Resnick menekankan pentingnya konteks dan
keterkaitan pada saat berpikir tentang berpikir yaitu meskipun proses
berpikir memiliki beberapa kasamaan antara situasi, proses itu bervariasi
tergantung dengan apa yang dipikirkan seseorang dalam memecahkan
masalah, b). Belajar peran orang dewasa, problem Based Learning
(PBL) juga dimaksudkan untuk membantu siswa berkinerja dalam situasi-
situasi kehidupan nyata dan belajar peran-peran penting yang biasa
dilakukan oleh orang dewasa. Resnick mengemukakan bahwa bentuk
pembelajaran ini penting untuk menjembatani kerjasama dalam
menyelesaikan tugas, memiliki elemen-elemen belajar magang yang
mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga dapat
memahami peran di luar sekolah. c). Keterampilan-keterampilan untuk
belajar mandiri, guru yang secara terus menerus membimbing siswa
dengan cara mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan memberi penghargaan untuk pertanyaan-pertanyaan
berbobot yang mereka ajukan, dengan mendorong siswa mencari
solusi/penyelesaian terhadap masalah nyata yang dirumuskan oleh siswa
sendiri, maka diharapkan siswa dapat belajar menangani tugas-tugas
pencarian solusi itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.

7
3. Kelebihan dan Kelamahan Model Pembelajaran Problem Based
Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,
sebagaimana model PBL juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang
perlu dicermati untuk keberhasilannya. Menurut Istiqomah (2018, 211)
kelebihan PBL antara lain: a). Mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah, b).Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep baru
ketika memecahkan masalah, c). Mengembangkan kemampuan sosial dan
keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan mereka belajar dan
bekerja dalam tim, d). Mengembangakan keterampilan berpikir ilmiah
tingkat tinggi/kritis, e). Mengintegrasikan teori dan praktek yang
memungkinkan peserta didik menggabungkan pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru, f). Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar mandiri,
g). Melatih peserta didik terampil mengelola waktu, h). Melatih peserta
didik dalam mengendalian diri, i). Membantu cara peserta didik untuk
belajar sepanjang hayat

Adapun kelemahan-kelemanan dari penggunaan model pembelajaran


Problem Based Learning adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2006:221)
a). manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan
untuk mencoba, b). keberhasilan model pembelajaran melalui Problem
Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan, c). tanpa
pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang
dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari

C. Sintaks atau Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran


Problem Based Learning
Alur kegiatan model pembelajaran Problem Based Learning menurut
Direktorat Pembina SMA (2017:12) adalah sebagai berikut.

8
Mengorientasi peserta didik pada masalah; tahap ini untuk
memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi
1 objek pembelajaran

Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; Pengorganisasian


pembelajaran merupakan salah satu kegiatan dimana peserta didik
menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap
2 masalah yang dikaji

Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok; Pada tahap ini


peserta didik mengumpulkan informasi/melakukan percobaan untuk
memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan
3 masalah yang dikaji

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; Peserta didik


mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan
4 berbagai data lain dari berbagai sumber

Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah; Setelah peserta


didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya
5 dianalisis dan dievaluasi

Arends dalam istiqomah (2018:210) merinci sintaks atau langkah-langkah


model pembelajaran Problem Based Learing dalam 5 fase. Fase-fase tersebut
merujuk pada tahap-tahapan sebagai berikut:

Mengorientasikan Siswa pada Masalah


Fase 1

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Menjelaskan tujuan pembelajaran; Mengamati dan menelaah fenomena
Menjelaskan logistic yang yang disajikan guru dan
diperlukan; memotivasi siswa terlibat mengidentifikasi masalah melalui
aktif pada aktivitas pemecahan kegiatan diskusi
masalah yang dipilih

9
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Fase 2

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Membantu siswa membatasi dan Berkelompok dan berkolaborasi
mengorganisasi tugas belajar yang untuk menyelesaikan tugas,
berhubungan dengan masalah yang memecahkan masalah yang disajikan
dihadapi

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok


Fase 3

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Mendorong siswa mengumpulkan Melakukan penyelidikan baik
informasi yang sesuai, dengan membaca buku, menelaah
melaksanakan eksperimen, dan data dari berbagai referensi seperti
mencari untuk penjelasan dan buku, majalah, ensiklopedia, Koran,
pemecahan internet, wawancara dll

Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya


Fase 4

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Membantu siswa merencanakan Mengolah hasil temuannya baik
dan menyiapkan karya yang sesuai berupa data, informasi, maupun
seperti laporan, video, dan model, alasan logis serta menyusunnya
dan membantu mereka untuk dalam bentuk laporan tertulis dan
berbagi tugas dengan temannya. lisan baik berupa makalah, mind
mapping atau infografis

10
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Fase 5

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Membantu siswa melakukan Secara bergantian, setiap kelompok
refleksi terhadap penyelidikan dan mempersentasikan hasil kerjanya;
proses-proses yang digunakan kelompok lain memberikan
selama berlangsungnya tanggapan baik berupa pertanyaan,
pemecahan masalah. Guru juga tanggapan, maupun usulan. Kegiatan
memberikan penguatan dan dilanjutkan dengan
membimbing siswa membuat merangkum/membuat kesimpulan
simpulan sesuai dengan masukan yang
diperoleh dari kelompok lain

Dari 5 fase atau tahapan-tahapan di atas, dapat dilihat bahwa guru


mengawali pembelajaran dengan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran, mendeskripsikan, memotivasi siswa untuk terlihat
pada aktivitas dalam kegiatan mengatasi masalah. Berdasarkan masalah
yang dipelajari, siswa berusaha untuk membuat rancangan, proses,
penelitian yang mengarah ke penyelesaian masalah, sehingga membangun
pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman nyata, kemudian siswa
mengidentifikasi permasalahan dengan cara apa saja hal-hal yang
diketahui, yang ditanyakan, dan mencari cara yang cocok untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam menginvestigasikan dan
menyelesaikan masalah, dalam prosesnya siswa menggunakan banyak
keterampilan sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah nyata dan
guru mengapresiasi aktivitas siswa sehingga senang bekerjasama.
Selanjutnya dengan tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) di atas dapat dijelaskan dengan memberikan masalah pada awal
pembelajaran, siswa dibiarkan untuk mendiskusikannya agar dapat
menentukan kata-kata kunci apa yang dimaksud dalam soal tersebut, guru
membantu siswa mengkonseptualisasi kembali materi sebagai masalah,
dan siswa harus menentukan lebih dari satu kata kunci dengan pertanyaan

11
dengan materi dan merumuskan dugaan dan analisis. Kemudian siswa baik
secara individu ataupun kelompok kecil menentukan masalah apa yang
ingin mereka investigasikan, sumber dan cara yang akan digunakan untuk
menyelesaikan investigasi, dan apa yang akan mereka hasilkan, masalah
yang harus siswa selesaikan harus bermakna, relevan dengan topik. Pada
bagian akhir siswa menyelesaikan investigasi dan siap menampilkan apa
yang mereka telah kerjakan atau temukan.
Prosedur Problem Based Learning
Adapun prosedur Problem Based Learning dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1.  Konsep Dasar (Basic Concept). Fasilitator memberikan konsep dasar,
petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam
pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih
cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta
yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
2.  Pendefinisian Masalah (Defining The Problem). Dalam langkah ini
fasilitator menyampaikan scenario atau permasalahan dan peserta
didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap
scenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternative pendapat.
3.  Pembelajaran Mandiri (Self Learning). Peserta didik mencari
berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
dinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tetulis
yang tersimpan dipepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar
dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan
utama,yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan
yang telah didiskusikan dikelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge). Setelah
mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam
langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan
berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan
kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment). Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga
aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan

12
ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR,
dokumen, dan laporan.

D. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah


Penilaian dilakukan dengan memandukan tiga aspek penilaian yang
mencakup pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan ketrampilan
(skill). Penilaian pengetahuan (knowledge) mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen dan laporan.
Penilaian ketrampilan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan
dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada
penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan (knowledge) dilakukan dengan authentic
assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan
kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis
untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka
pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dengan Model Problem Based
Learning dilakukan dengan cara Penilaian diri (self-assessment) dan peer-
assessment.
Penilaian diri (Self-assessment) dilakukan oleh pebelajar itu sendiri
terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan
yang ingin dicapai oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar sesuai dengan
standar yang sudah ditetapkan.
Peer-assessment yaitu penilaian yang dilakukan dimana pembelajar
berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian
tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam
kelompoknya.

13
BAB III
PENUTUP

Model Pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran


yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model
Pembelajaran Problem Based Learning fokus pembelajaran ada pada masalah
tetapi metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa
tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan maslah tetapi juga
memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan
menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal
untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok.

14
REFERENSI

1. Fathurrohman, M. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa


University Press.
2. Istiqomah. 2018. Pembelajaran dan Penilaian Higher Order Thingking Skills
Teori dan Inspirasi Pembelajaran untuk Menyongsong Era Revolusi Industri
4.0. Surabaya: Pustaka Media Guru
3. Kamdi, 2007. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University
Press.
4. Sanjaya, W. 2006. Model-model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIA
LAN Press
5. Suparmin, A. 2007. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIA
LAN

15

Anda mungkin juga menyukai