Anda di halaman 1dari 10

SKENAR

IO 5 OTITIS MEDIA
A. PENDAHULUAN
 Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid
 Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif (= otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media
musinosa, otitis media efusi)
 Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu :
 Otitis media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media
supuratif kronis (OMSK / OMP)
 Otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media
serosa kronis
 Selain itu terdapat otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa
atau otitis media sifilitika
 Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva

B. ETIOLOGI
 Etiologi
 Perubahan tekanan udara tiba-tiba
 Alergi
 Infeksi
 Sumbatan
 Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti
Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pseudomonas
 Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus influenza biasanya
ditemukan pada anak berusia < 5 tahun), Escherichia coli, Streptokokus
anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aurugenosa

C. PATOFISIOLOGI
 Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
faring
 Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi
 Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu
 Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media → karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi
kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu → kuman masuk ke telinga
tengah dan terjadi peradangan
 Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas
atas → Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin
besar kemungkinan terjadinya OMA
 Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh tuba Eustachiusnya pendek,
lebar, dan letaknya agak horizontal

D. STADIUM
 Berdasarkan gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga
luar
1) Stadium oklusi tuba Eustachius
 Tanda adanya oklusi ruba Eustachius ialah gambaran retraksi
membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam
telinga tengah, akibat absorbsi udara
 Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada
kelainan) atau berwarna keruh pucat
 Efusi mungkin sudah terjadi, tapi tidak dapat dideteksi
 Stadium ini susah dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi
2) Stadium hiperemis (pre-supurasi)
 Tampak pembuluh darah yg melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis atau edem
 Sekret yg telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serosa sehingga susah terlihat
3) Stadium supurasi
 Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yg purulen di kavum
timpani, menyebabkan membram timpani menonjol (bulging) ke
arah liang telinga luar
 Pada keadaan ini pasien tamopak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat
 Apabipa tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang -->
tekanan pada kapiler-kapiler --> terjadi iskemia dan trombofebitis
pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa
 Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan brrwarna kekuningan
 Apabila tidak dilakukan miringoromi pada stadium ini, maka
kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keliar
ke liang telinga luar
 Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,
sedangkan apabila terjadi ruptur maka lubang tempat ruptur
(perforasi) tidak mudah menutup kembali
4) Stadium perforasi
 Karena beberapa sebab seperti keterlambatan pemberian
antibiotika atau virulensi kuman yg tinggi, maka dapat terjadi
ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dr telinga
tengah ke liang telinga luar
 Anak yg tadinya gelisah selarang menjadi tenang, suhu badan
turun, dan anak dapat tertidur dgn nyenyak
5) Stadium resolusi
 Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan akan normal kembali
 Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering
 Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman remdah, maka
resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan
 OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret
yg keluar terus menerus atau hilang timbul
 OMA dapat menimbulkan gejala sisa (suquele) berupa otitis media
serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya
perforasi

E. GEJALA KLINIS
 Gejala klinix OMA tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien
 Pada anak yang sufah dapat berbicara keluhan utamanya adapah rasa nyeri
di dalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yg tinggi
 Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya
 Pada anak yg lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat
pula gangguan pendemgaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang
dengar
 Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat
sampai 39,5°C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, diare,
kejang, dan biasanya anak memegang telinga yg sakit
 Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga,
suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang

F. DIAGNOSIS
G. TERAPI
 Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya
 Pada stadium oklusi
 Tujuan utamanya adalah untuk membuka kembali tuba Eustachius
sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang
 Obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12
tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik (anak > 12 tahun
dan pada orang dewasa)
 Selain itu, sumber infeksi harus diobati → antibiotik harus diberikan
apabila penyebabnya bakteri
 Pada stadium presupurasi
 Antibiotika, obat tetes hidung, dan analgetika
 Antibiotik yang dianjurkan adalah golongan penisilin dan ampisilin
 Terapi awal diberikan penisilan IM agar didapatkan konsentrasi yang
adekuat di dalam darah → tidak terjadi mastoiditis tersembunyi,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan
 Pemberian diberikan selama 7 hari
 Apabila memiliki alergi penisilin maka bisa diganti eritromisin
 Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB per hari
dibagi dalam 4 dosis ATAU
 Amoksisilin 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, ATAU
 Eritromisin 40 mg/kgBB/hari
 Pada stadium supurasi
 Selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan
miringotomi, bila membran timpani masih intak
 Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur
dapat dihindari
 Pada stadium perforasi
 Sering terlihat sekret keluar banyak dan kadang terlihat sekret keluar
secara berdenyut (pulsasi)
 Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H 2O2 3% selama 3-5
hari serta antibiotik yang adekuat
 Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali dalam
waktu 7-10 hari
 Pada stadium resolus
 Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa
telinga tengah
 Pada keadaan tersebut, pemberian antibiotika dapat dilanjutkan sampai
3 minggu
 Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak,
kemungkinan telah terjadi mastoiditis
 Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih
dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut
 Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih
dari 1,5 bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis

H. EDUKASI
 Pasien diberikan edukasi mengenai :
 Penghindaran terhadap faktor risiko
 Pada usia anak bisa diberikan vaksin pneumokokkus untuk melakukan
pencegahan
 Penggunaan antibiotik yang tepat
 Memahami implikasi bakteri antibiotik-resisten dalam OM

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

A. PENDAHULUAN
 Dahulu disebut oriris media perforata atau congek

B. PERJALANAN PENYAKIT
 Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan
 Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut
 Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya
tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang), dan higeine kurang
C. LETAK PERFORASI
 Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal,
dan atik
 Perforasi sentral
 Terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada
sisa membran timpani
 Perforasi marginal
 Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau
sulkus timpanikum
 Perforasi atik
 Perforasi yang terletak di pars flaksida

D. JENIS
 Dapat diabgi atas 2 jenis, yaitu
1) OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna)
2) OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna)
 Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar :
1) OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif
2) OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah
atau kering
 Perforasi aman
 Terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang
 Perforasi terletak disentral
 Jarang menimbulkaan komplikasi yang berbahay dan tidak terdapat
kolesteatoma
 Perforasi bahaya
 OMSK yang disertai dengan kolesteatoma
 Perforasi letaknya marginal atau atik
 Kadang terdapat kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal
 Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK
tipe bahaya

E. DIAGNOSIS
 Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT
terutama pemeriksaan otoskopi
 Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui
adanya gangguan pendengaran
 Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan
pemeriksaan audiometri nada murni
 Audiometri tutur (speech audiometry), dan pemeriksaan BERA (brainstem
evoked response audiometry) bagi pasien anak yang tidak kooperatif
dengan pemeriksaan audiometri nada murni
 Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan
uji resistensi kuman dari sekret telinga
F. PATOGENESIS
 Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit pada tubuh kita berada
pada lokasi yang terbuka / terpapar ke dunia luar
 Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah culdesac sehingga
apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama
maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan
terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma

G. HUBUNGAN OTITIS DENGAN MASTOID


 Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui
siklus antrum
 Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama
biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid
 Infeksi rongga mastoid dikenal dengan mastoiditis
 Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK

H. TERAPI OMSK
 Tidak jarang memerlukan waktu lama dan harus berulang-ulang
 Sekret yang keluar tidak dapat kering atau kambuh lagi
 Keadaan ini antara lain disebabkan oleh :
 Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga
tengah berhubungan dengan dunia luar
 Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus
paranasal
 Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid
 Gizi dan higeine yang kurang
 Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan
medikamentosa
 Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberi obat pencuci telinga,
berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari
 Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan
obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid →
menurut para ahli semua obat tetes yang dijual di pasaran yang
mengandung antibiotik memiliki sifat ototoksik → jangan diberikan > 1-
2 minggu atau pada OMSK yang sidah tenang
 Secara oral bisa diberikan antibiotik golongan ampisilin, atau eritromisin
(yang memiliki alergi penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima
 Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap
ampisilin dapayt diberikan ampisilin asam klavulanat
 Bila sekret sudah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti
 Jika ada sumber infeksi yang menyebabkan kondisi pasien maka harus
dihilangkan terlebuh dahulu sumber infeksi tersebut, kadang bisa
dilakukan tindakan pembedahan (adenoidektomi atau tonsilektomi)
 Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi
dengan atau tapa timpanoplasti
 Terapi konservatif dan medikamentosa biasanya hanya merupakan
terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan
 Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikular maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi

OTITIS MEDIA NON SUPURATIF

A. PENDAHULUAN
 Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di
telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh
 Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa
tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi
 Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi
tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (hlue ear)
 Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma
yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar
terjadi akibat adanya tekanan hidrostatik
 Pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat
sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid
 Faktor yang berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi
tuba Eustachius
 Faktor lain yang berperan adalah alergi, adenoid hipertrofi, adenoitis,
sumbing palatum, tumor di nasofaring, sinusitis, rinitis, barotrauma,
defisiensi imunologik dan metabolik
 Otitis media serosa dibagi menjadi 2, yaitu otitis media serosa akut dan
kronik

B. OTITIS MEDIA SEROSA AKUT


 Dapat disebabkan oleh :
1) Sumbatan tuba, pada keadaan tersebut terbentuk cairan di telinga
tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti
pada barotrauma
2) Virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan
infeksi virus pada saluran napas atas
3) Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan
keadaan alergi pada saluran napas atas
4) Idiopatik
 Gejala
 Gejala yang menonjol adalah penurunan pendengaran
 Selain itu, pasien juga merasa telinganya tersumbat dan suara sendiri
terasa lebih keras atau nyaring pada telinga yang sakit
 Kadang-kadang terasa ada cairan yang bergerak saat kepala digerakkan
 Rasa nyeri akan sedikit terasa pada saat awal penyumbatan tuba karena
adanya tekanan negatif, tetapi apabila sudah terbentuk sekret tekanan
akan kembali normal perlahan-lahan
 Rasa nyeri dalam telinga tidak akan ada apabila etiologinya virus atau
alergi
 Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-kadang dapat muncul dalam bentul
ringan
 Pemeriksaan
 Pada otoskopi terlihat membran timpani retraksi
 Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam
kavum timpani (air bubble +)
 Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garputala
 Terapi
 Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan
 Pada pengobatan medikal diberikan obat vasokontrikyot lokal (obat
tetes hidung), antihistamin, dan perasat Valsava bila tidak ada tanda
infeksi pada saluran napas atas
 Setelah 1 atau 2 minggu gejala menetap, maka dilakukan miringitomi
dan bila masih belum sembuh dilakukan miringotomi dan pamasangan
pipa ventilasi

C. OTITIS MEDIA SEROSA KRONIK (GLUE EAR)


 Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan kronik hanya pada
cara terbentuknya sekret
 Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah
dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada yang kronis sekret
terbentuk secara bertahap tanpa disertai rasa nyeri dan gejala pada telinga
berlangsung lama
 Otitis media serosa kronis sering terjadi pada anak-anak
 Sekresi pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka
disebut glue ear
 Otitis media serosa kronis dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari OMA
yang tidak sembuh sempurna
 Penyebab lain diperkirakan adalah virus, alergi, dan gangguan tuba
 Gejala
 Perasaan tuli lebih menonjol (40-50 dB) karena adanya sekret kental
atau glue ear
 Pemeriksaan
 Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning
kemerahan atau keabu-abuan
 Terapi
 Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret kental
dengan cara miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi
 Pada kondisi yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung dan
kombinasi antihistamin dapat berhasil
 Para ahli menyebutkan bisa dilakukan terapi medikamentosa selama 3
bulan, jika tidak ada perubahan bisa dilakukan operasi
OTITIS EKSTERNA

A. PENDAHULUAN
 Adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi
bakteri, jamur, dan virus
 Faktor yang mempengaruhi : pH di liang telinga (bila pH menjadi basa,
proteksi terhadap infeksi menurun), udara hangat dan lembab (kuman dan
jamur mudah tumbuh), dan trauma ringan ketika mengorek telinga

B. OTITIS EKSTERNA AKUT


1) Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)
 Oleh karena kulit di 1/3 luar liang telinga mengandung adneksa kulit,
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen → di
tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk
furunkel
 Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus
albus
 Gejala
 Rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul →
disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan
longgar di bawahnya → rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium
 Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut
(sendi temporomandibula)
 Gangguan pendengaran bila furunkel berukuran besar dan
menyumbat liang telinga
 Terapi
 Terapi tergantung pada keadaan furunkel
 Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanahnya
 Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B
atau bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5 % dalam alkohol)
 Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang
salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya
 Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik, hanya
diberikan obat simtomatik seperti analgesik dan obat penenang
2) Otitis Eksterna Difus
 Biasanya mengenai kulit liang telinga bagian 2/3 dalam
 Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jrlas
batasnya
 Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas, Staphylococcus
albus, Eschericia coli, dan sebagainya
 Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media
supuratif
 Gejala
 Nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar
getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret
yang berbau
 Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang ke
luar dari kavum timpani pada otitis media
 Terapi
 Pengobatannya dengan memberihkan liang telinga, memasukkan
tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya
terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang
 Kadang-kadang diperlukan obat antibiotik sistemik

C. OTITIS EKSTERNA KRONIS


 Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur
lain di sekitarnya
 Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit DM
 Pada penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi yang menyebabkan
lebih mudah mengalami otitis eksterna
 Akibat adanya imunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna
berlanjut menjadi otitis eksterna maligna
 Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan
subkutis, tulang rawan, dan tulang di sekitarnya → timbul kondritis,
ostelitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal
 Gejala
 Rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti nyeri, sekret yang
banyak, serta pembengkakan liang telinga
 Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga
tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya
 Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau paralisis
fasial
 Kelainan patologis yang penting adalah osteomielitis progresif yang
disebabkan Pseudomonas aeroginosa
 Penebalan endotel yang mengiringi DM berat, kadar gula darah yang
tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif, menimbulkan
kesulitan pengobatan yang adekuat
 Terapi
 Harus segera diberikan antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan
resistensi
 Sementara menunggu hasil kultur bisa diberikan golongan fluoroquinon
(ciprofloxasin) dosis tinggi per oral
 Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral
kombinasi dengan antibiotik golongan aminoglikosida selama 6-8
minggu
 Antibiotik yang sering digunakan : ciprofloxasin, ticarcilin-clavulanat,
piperacilin, ceftriaxone, dll
 Selain diberikan obat, bisa dilakukan proses debridement

Anda mungkin juga menyukai