Anda di halaman 1dari 19

Disusun Oleh

 Ajeng Permata Putri (08.K40091)


 Eryane Damaria W (08.K40100)
 Husen
 Syahid
 Tsaqiba
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI

♫ ASAM BASA

Teori asam dan basa Arrhenius

Teori

 Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan.


 Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan.

Penetralan terjadi karena ion hidrogen dan ion hidroksida bereaksi untuk menghasilkan air.

Pembatasan teori

Asam hidroklorida (asam klorida) dinetralkan oleh kedua larutan natrium hidroksida
dan larutan amonia. Pada kedua kasus tersebut akan diperoleh larutan tak berwarna yang
dapat dikristalisasi untuk mendapatkan garam berwarna putih - baik itu natrium klorida
maupun amonium klorida.

Keduanya jelas merupakan reaksi yang sangat mirip. Persamaan lengkapnya adalah:

Pada kasus natrium hidroksida, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion
hidroksida dari natrium hidroksida - sejalan dengan teori Arrhenius. Akan tetapi, pada
kasus amonia, tidak muncul ion hidroksida sedikit pun. Kita bisa memahami hal ini dengan
mengatakan bahwa amonia bereaksi dengan air yang melarutkan amonia tersebut untuk
menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida:
Reaksi ini merupakan reaksi reversibel, dan pada larutan amonia encer yang khas,
sekitar 99% sisa amonia ada dalam bentuk molekul amonia. Meskipun demikian, pada
reaksi tersebut terdapat ion hidroksida, dan kita dapat menyelipkan ion hidroksida ini ke
dalam teori Arrhenius.

Akan tetapi, reaksi yang sama juga terjadi antara gas amonia dan gas hidrogen
klorida.

Pada kasus ini, tidak terdapat ion hidrogen atau ion hidroksida dalam larutan - karena
bukan merupakan suatu larutan. Teori Arrhenius tidak menghitung reaksi ini sebagai reaksi
asam-basa, meskipun pada faktanya reaksi tersebut menghasilkan produk yang sama seperti
ketika dua zat tersebut berada dalam larutan.

Teori asam dan basa Bronsted-Lowry

Teori

 Asam adalah donor proton (ion hidrogen).


 Basa adalah akseptor proton (ion hidrogen).

Hubungan antara teori Bronsted-Lowry dan teori Arrhenius

Teori Bronsted-Lowry tidak berlawanan dengan teori Arrhenius . Teori Bronsted


-Lowry merupakan perluasan teori Arrhenius. Ion hidroksida tetap berlaku sebagai basa
karena ion hidroksida menerima ion hidrogen dari asam dan membentuk air.

Asam menghasilkan ion hidrogen dalam larutan karena asam bereaksi dengan
molekul air melalui pemberian sebuah proton pada molekul air. Ketika gas hidrogen klorida
dilarutkan dalam air untuk menghasilkan asam hidroklorida, molekul hidrogen klorida
memberikan sebuah proton (sebuah ion hidrogen) ke molekul air. Ikatan koordinasi
(kovalen dativ) terbentuk antara satu pasangan mandiri pada oksigen dan hidrogen dari
HCl. Menghasilkan ion hidroksonium, H3O+.
Ketika asam yang terdapat dalam larutan bereaksi dengan basa, yang berfungsi
sebagai asam sebenarnya adalah ion hidroksonium. Sebagai contoh, proton ditransferkan
dari ion hidroksonium ke ion hidroksida untuk mendapatkan air.

Tampilan elektron terluar, tetapi mengabaikan elektron pada bagian yang lebih dalam:

Sesuatu hal yang penting untuk mengatakan bahwa meskipun kita berbicara tentang
ion hidrogen dalam suatu larutan, H+(aq), sebenarnya kita sedang membicarakan ion
hidroksonium.

Permasalahan hidrogen klorida / amonia

Amonia adalah basa,karena amonia menerima sebuah proton (sebuah ion hidrogen).
Hidrogen menjadi tertarik ke pasangan mandiri pada nitrogen yang terdapat pada amonia
melalui sebuah ikatan koordinasi.
Jika amonia berada dalam larutan, amonia menerima sebuah proton dari ion hidroksonium:

Jika reaksi terjadi pada keadaan gas, amonia menerima sebuah proton secara langsung dari
hidrogen klorida:

Cara yang lain, amonia berlaku sebagai basa melalui penerimaan sebuah ion hidrogen dari
asam.

Pasangan konjugasi

Ketika hidrogen klorida dilarutkan dalam air, hampir 100% hidrogen klorida bereaksi
dengan air menghasilkan ion hidroksonium dan ion klorida. Hidrogen klorida adalah asam
kuat, dan kita cenderung menuliskannya dalam reaksi satu arah:

Pada faktanya, reaksi antara HCl dan air adalah reversibel, tetapi hanya sampai pada
tingkatan yang sangat kecil. Supaya menjadi bentuk yang lebih umum, asam dituliskan
dengan HA, dan reaksi berlangsung reversibel.

Perhatikan reaksi ke arah depan:

 HA adalah asam karena HA mendonasikan sebuah proton (ion hidrogen) ke air.


 Air adalah basa karena air menerima sebuah proton dari HA.

Akan tetapi ada juga reaksi kebalikan antara ion hidroksonium dan ion A-:

 H3O+ adalah asam karena H3O+ mendonasikan sebuah proton (ion hidrogen) ke ion
A-.
 Ion A- adalah basa karena A- menerima sebuah proton dari H3O+.
Reaksi reversibel mengandung dua asam dan dua basa. Kita dapat menganggapnya
berpasangan, yang disebut pasangan konjugasi.

Ketika asam, HA, kehilangan sebuah proton asam tersebut membentuk sebuah basa
A-. Ketika sebuah basa, A-, menerima kembali sebuah proton, basa tersebut kembali
berubah bentuk menjadi asam, HA. Keduanya adalah pasangan konjugasi.

Anggota pasangan konjugasi berbeda antara satu dengan yang lain melalui
kehadiran atau ketidakhadiran ion hidrogen yang dapat ditransferkan.

Jika kita berfikir mengenai HA sebagai asam, maka A- adalah sebagai basa
konjugasinya. Jika kita memperlakukan A- sebagai basa, maka HA adalah sebagai asam
konjugasinya.

Air dan ion hidroksonium juga merupakan pasangan konjugasi. Memperlakukan air
sebagai basa, ion hidroksonium adalah asam konjugasinya karena ion hidroksonium
memiliki kelebihan ion hidrogen yang dapat diberikan lagi.

Memperlakukan ion hidroksonium sebagai asam, maka air adalah sebagai basa
konjugasinya. Air dapat menerima kembali ion hidrogen untuk membentuk kembali ion
hidroksonium.

Contoh yang kedua mengenai pasangan konjugasi

Berikut ini adalah reaksi antara amonia dan air yang telah kita lihat sebelumnya:
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah forward reaction terlebih dahulu. Amonia
adalah basa karena amonia menerima ion hidrogen dari air. Ion amonium adalah asam
konjugasinya - ion amonium dapat melepaskan kembali ion hidrogen tersebut untuk
membentuk kembali amonia. Air berlaku sebagai asam, dan basa konjugasinya adalah ion
hidroksida. Ion hidroksida dapat menerima ion hidrogen untuk membentuk air kembali.

Perhatikanlah hal ini pada tinjauan yang lain, ion amonium adalah asam, dan amonia
adalah basa konjugasinya. Ion hidroksida adalah basa dan air adalah asam konjugasinya.

Zat amfoter

Salah satu dari dua contoh di atas, air berperilaku sebagai basa, tetapi di lain pihak air
berperilaku sebagai asam. Suatu zat yang dapat berperilaku baik sebagai asam atau sebagai
basa digambarkan sebagai amfoter.

Teori asam dan basa Lewis

Teori ini memperluas pemahaman anda mengenai asam dan basa.

Teori

 Asam adalah akseptor pasangan elektron.


 Basa adalah donor pasangan elektron.
Hubungan antara teori Lewis dan teori Bronsted-Lowry

Basa Lewis

Hal yang paling mudah untuk melihat hubungan tersebut adalah dengan meninjau
dengan tepat mengenai basa Bronsted-Lowry ketika basa Bronsted-Lowry menerima ion
hidrogen. Tiga basa Bronsted-Lowry dapat kita lihat pada ion hidroksida, amonia dan air,
dan ketianya bersifat khas.

Teori Bronsted-Lowry mengatakan bahwa ketiganya berperilaku sebagai basa karena


ketiganya bergabung dengan ion hidrogen. Alasan ketiganya bergabung dengan ion
hidrigen adalah karena ketiganya memiliki pasangan elektron mandiri - seperti yang
dikatakan oleh Teori Lewis. Keduanya konsisten.

Jadi bagaimana Teori Lewis merupakan suatu tambahan pada konsep basa? Saat ini
belum - hal ini akan terlihat ketika kita meninjaunya dalam sudut pandang yang berbeda.
Tetapi bagaimana dengan reaksi yang sama mengenai amonia dan air, sebagai
contohnya? Pada teori Lewis, tiap reaksi yang menggunakan amonia dan air menggunakan
pasangan elektron mandiri-nya untuk membentuk ikatan koordinasi yang akan terhitung
selama keduanya berperilaku sebagai basa.

Berikut ini reaksi yang akan anda temukan pada halaman yang berhubungan dengan
ikatan koordinasi. Amonia bereaksi dengan BF3 melalui penggunaan pasangan elektron
mandiri yang dimilikinya untuk membentuk ikatan koordinasi dengan orbital kosong pada
boron.

Sepanjang menyangkut amonia, amonia menjadi sama persis seperti ketika amonia
bereaksi dengan sebuah ion hidrogen - amonia menggunakan pasangan elektron mandiri-
nya untuk membentuk ikatan koordinasi. Jika anda memperlakukannya sebagai basa pada
suatu kasus, hal ini akan berlaku juga pada kasus yang lain.

Asam Lewis

Asam Lewis adalah akseptor pasangan elektron. Pada contoh sebelumnya, BF 3


berperilaku sebagai asam Lewis melalui penerimaan pasangan elektron mandiri milik
nitrogen. Pada teori Bronsted-Lowry, BF3 tidak sedikitpun disinggung menganai
keasamannya. Inilah tambahan mengenai istilah asam dari pengertian yang sudah biasa
digunakan.Bagaimana dengan reaksi asam basa yang lebih pasti - seperti, sebagai contoh,
reaksi antara amonia dan gas hidrogen klorida?
Pastinya adalah penerimaan pasangan elektron mandiri pada nitrogen. Buku teks
sering kali menuliskan hal ini seperti jika amonia mendonasikan pasangan elektron mandiri
yang dimilikinya pada ion hidrogen - proton sederhana dengan tidak adanya elektron
disekelilingnya.

Ini adalah sesuatu hal yang menyesatkan! anda tidak selalu memperoleh ion
hidrogen yang bebas pada sistem kimia. Ion hidogen sangat reaktif dan selalu tertarik pada
yang lain. Tidak terdapat ion hidrogen yang tidak bergabung dalam HCl.

Tidak terdapat orbital kosong pada HCl yang dapat menerima pasangan elektron.
Mengapa, kemudian, HCl adalah suatu asam Lewis?

Klor lebih elektronegatif dibandingkan dengan hidrogen, dan hal ini berarti bahwa
hidrogen klorida akan menjadi molekul polar. Elektron pada ikatan hidrogen-klor akan
tertarik ke sisi klor, menghasilkan hidrogen yang bersifat sedikit positif dan klor sedikit
negatif.

Pasangan elektron mandiri pada nitrogen yang terdapat pada molekul amonia tertarik
ke arah atom hidrogen yang sedikit positif pada HCl. Setelah pasangan elektron mandiri
milik nitrogen mendekat pada atom hidrogen, elektron pada ikatan hidrogen-klor tetap akan
menolak ke arah klor. Akhirnya, ikatan koordinasi terbentuk antara nitrogen dan hidrogen,
dan klor terputus keluar sebagai ion klorida.

Hal ini sangat baik ditunjukkan dengan notasi "panah melengkung" seperti yang
sering digunakan dalam mekanisme reaksi organik.
♫ Larutan Buffer
Larutan buffer adalah:

a. Campuran asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut.


Contoh:
- CH3COOH dengan CH3COONa
- H3PO4 dengan NaH2PO4

b. Campuran basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut.


Contoh:
- NH4OH dengan NH4Cl

Sifat larutan buffer:


- pH larutan tidak berubah jika diencerkan.
- pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.

Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat
mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan
penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit
asam kuat.

Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu
asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya.
Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat
berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya.

Komponen Larutan Penyangga

Secara umum,  larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:

 Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat asam.
 Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan bersifat
basa.
Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:

1. Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan
larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari
asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa
kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan
lain-lain.

2. Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan
larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat.
Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat
dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

Cara kerja larutan penyangga

Pada bahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung


komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat
mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-.

Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara
signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga:

1. Larutan penyangga asam

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung
CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan.
Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam

Penambahan asam (H +) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang


ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.

 CH3COO-(aq)  + H+(aq)  → CH3COOH(aq)

Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH - dari basa itu akan bereaksi
dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan
sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan
berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut
bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.

 CH3COOH(aq) + OH-(aq)  → CH3COO-(aq)  +  H2O(l) 

2. Larutan penyangga basa

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3
dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H + dari asam akan mengikat ion OH-. Hal
tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH -
dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen
basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3
membentuk ion NH4+.

NH3 (aq)  +  H+(aq)  →  NH4+ (aq)


Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri,
sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi
dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.

NH4+ (aq) +  OH-(aq)  →  NH3 (aq)  +  H2O(l) 

Menghitung pH Larutan Penyangga

1. Larutan penyangga asam

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan
dengan rumus berikut:

[H+] = Ka x a/g
atau
pH = p Ka - log a/g

dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah


               a  = jumlah mol asam lemah
               g  = jumlah mol basa konjugasi

2. Larutan penyangga basa

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan
dengan rumus berikut:

[OH-] = Kb x b/g
atau
pH = p Kb - log b/g

dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah


               b  = jumlah mol basa lemah
               g  = jumlah mol asam konjugasi

Fungsi Larutan Penyangga

Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi
penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh.
Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem
penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H 2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi
dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah
yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4.

Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-
hari seperti pada obat tetes mata.
♫ PH
pH adalah derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan "keasaman" di sini adalah
konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam pelarut air.

Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki
nilai pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7
menunjukan keasaman.

Nama pH berasal dari potential of hydrogen. Secara matematis, pH didefinisikan dengan

pH = − log10[H + ]

Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H + terlarut dan ion OH- terlarut
(sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada kesetimbangan

Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan mendesak kesetimbangan
ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion
hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya.

Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah
menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah

Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH
meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan.

Anda mungkin juga menyukai